25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Parameter Fisika-Kimia Air
Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air di perairan Pulau Panjang didapatkan hasil yang disajikan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air di perairan Pulau Panjang
Parameter Stasiun
LIPI 2001
Stasiun I Stasiun II
Stasiun III
Suhu ⁰C
29,0 – 29,5
29,0 – 29,5
29,5 – 30,0
29,4 – 30,5
Salinitas ‰ 28,5
– 29,0 29,5
– 30,0 30,0
– 31,0 30,7
– 31,6 Kecerahan
100 100
100 Sangat Keruh
Kedalaman m 0,38
– 1,0 0,6
– 1,3 0,4
– 1,5
Sedimen Pasir 50,16,
Debu 28,62, Lempung
21,22 Pasir 98,22,
Debu 1,78, Lempung 0
Pasir 98,41, Debu 5,19,
Lempung 0 Lumpur
Pasir Bag. Barat, Kerikil
dan Lempung Bag. Timur
TSS mgL 13
7 9
32
Suhu yang terukur selama penelitian cenderung homogen, hanya pada Stasiun III yang memiliki nilai yang relatif lebih tinggi karena diukur pada waktu siang
hari. Menurut LIPI 2001 suhu perairan di Teluk Banten pada bulan Juni berkisar antara 29,4
o
C – 30,5
o
C. Hal ini tidak berbeda jauh dari hasil pengukuran lapang dan dapat disimpulkan bahwa perubahan suhu di daerah Teluk Banten belum
memiliki perubahan yang cukup besar. Kisaran suhu seperti ini merupakan kondisi yang optimum bagi lamun untuk melakukan fotosintesis, karena suhu yang optimal
bagi lamun untuk berfotosintesis menurut Marsh et al 1986 berkisar 25,0
o
C – 30,0 ⁰C.
Kisaran salinitas yang terukur selama penelitian berkisar 28,5 ‰ – 30,0 ‰,
nilai salinitas di wilayah ini banyak dipengaruhi oleh pengenceran akibat masukan air dari darat, hal yang serupa dilaporkan Hadikusumah 2008 bahwa nilai salinitas di
Teluk Jakarta 0,5 ‰– 33,46 ‰ banyak dipengaruhi oleh masukan air dari darat.
Berdasarkan laporan LIPI 2001 kisaran distribusi salinitas di perairan Teluk Banten pada Bulan Juni 2001 berkisar 30,7
‰ – 31,6 ‰, dimana pada perairan teluk bagian barat massa air terlihat relatif lebih tawar. Masukan air dari darat yang
mempengaruhi salinitas di Pulau Panjang banyak berasal dari Tanjung Kapo dan Pulau Panjang sendiri.
Hasil pengukuran sedimen pada semua stasiun umumnya didominasi oleh fraksi pasir, dominasi fraksi pasir tertinggi terdapat pada Stasiun II dan Stasiun III
dengan persentase 98,22 pada Stasiun III dan 94,81 pada Stasiun II. Jenis fraksi debu relatif banyak terdapat di Stasiun I sebesar 28,62 jika dibandingkan
dengan stasiun lainnya. Tinginya fraksi debu pada Stasiun I diakibatkan oleh banyaknya masukan dari darat yang diduga berasal dari limbah rumah tangga dan
akumulasi serasah mangrove yang jatuh ke perairan. Penyebaran sedimen di Teluk Banten dipengaruhi oleh energi arus pada bulan-bulan tertentu, berdasarkan
pengukuran sedimen yang dilakukan oleh LIPI 2001 didapatkan bahwa fraksi lumpur dan pasir mendominasi fraksi sedimen pada perairan Pulau Panjang bagian
barat pada bulan Juli, sedangkan pada bagian timur Pulau Panjang terdiri dari kerikil dan lempung berpasir.
Nilai kecerahan di semua stasiun penelitian yang didapatkan adalah 100 dengan kisaran kedalaman yang dangkal 0,38 m
– 1,5 m. Kedalaman perairan cenderung bertambah dengan semakin bertambahnya jarak dari pantai. Kedalaman
tertinggi ditemukan di Stasiun III mencapai 1,5 m dengan tingkat kecerahan 100.
Kondisi perairan dengan tingkat kecerahan seperti ini sangat baik bagi pertumbuhan lamun karena mempengaruhi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan. Lamun
membutuhkan rata-rata radiasi cahaya 11 untuk dapat tumbuh Hemminga dan Duarte, 2000. Hal ini sangat berbeda dengan kondisi kecerahan perairan Teluk
Banten pada tahun 1990, dilaporkan bahwa pada tahun tersebut perairan Teluk Banten termasuk dalam kategori kecerahan yang sangat keruh lKiswara, 1997.
Hal ini disebabkan karena adanya perubahan tata guna lahan dan reklamasi pantai untuk dijadikan daerah pelabuhan dan industri yang dilakukan pada tahun 1989
– 2006 Yunus, 2008.
Nilai kecerahan perairan secara langsung dipengaruhi oleh nilai total suspended solid, semakin tinggi nilai TSS maka semakin rendah persentase nilai
kecerahan di perairan tersebut. Nilai kecerahan di tiga stasiun pengamatan cukup rendah berkisar 7 mgL
– 11 mgL jika dibandingkan dengan nilai TSS yang diukur pada daerah Grenyang yang mencapai 30 mgL. Berdasarkan Laporan LIPI tentang
Studi Perairan Teluk Banten 2001, pada tahun 2001 nilai padatan tersuspensi di Pulau Panjang mencapai 32 mgL dan digolongkan sangat keruh.
4.2. Perubahan Komposisi Jenis Lamun