4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi dan Klasifikasi Lamun
Lamun merupakan tumbuhan berbunga Angiospermae yang memiliki kemampuan beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki fluktuasi salinitas
tinggi, hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Hamparan vegetasi lamun yang menutupi suatu area pesisir disebut sebagai padang
lamun seagrass bed. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan yang produktif dan penting, hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai stabilitas dan
penahan sedimen, mengembangkan sedimentasi, mengurangi dan memperlambat pergerakan gelombang, sebagai daerah feeding, nursery, dan spawning ground,
sebagai tempat berlangsungnya siklus nutrient Philips dan Menez, 2008, dan fungsi lain dari padang lamun yang tidak kalah penting dan banyak diteliti saat ini
adalah perspektifnya dalam menyerap CO
2
carbon sink Kawaroe, 2009. Terdapat 60 jenis jenis lamun di seluruh dunia Kuang, 2006 dalam Supriyadi,
2008, 20 jenis di ditemukan di Asia Tenggara 12 diantaranya dapat dijumpai di perairan Indonesia Nontji, 2005. Penyebaran padang lamun di Indonesia cukup
luas, mencakup hampir seluruh perairan nusantara yakni Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Irian Jaya. Lamun dapat
tumbuh pada daerah perairan dangkal yang agak berpasir atau berlumpur dan masih dapat dijumpai sampai kedalaman 40 meter dengan penetrasi cahaya yang
masih baik Hemminga dan Duarte, 2000. Terdapat 12 jenis lamun di Indonesia, tergolong ke dalam dua suku yaitu
Hydrocharitaceae dan CymodoceaceaePotamogetonaceae, lamun termasuk ke
dalam divisi Magnoliophyta dan merupakan kelas Angiospermae, klasifikasi jenis lamun di Indonesia secara lengkap disajikan dalam Tabel 1. Sebagian besar lamun
berumah dua, yang artinya hanya terdapat satu jantan dan satu betina saja dalam satu individu. Sistem perkembangbiakannya tergolong khas karena melalui
penyerbukan dalam air hydrophillous pollination Kawaroe, 2009. Tabel 1. Klasifikasi lamun di Indonesia menurut Phillips Menez 1988
Divisi Magnoliophyta
Kelas Angiospermae
Sub Kelas Monocotyledonae
Bangsa Helobiae
Suku 1 Hydrocharitaceae
Marga Enhalus
Thalassia Halophila
Jenis Enhalus acoroides
Thalassia hemprichii Halophila decipiens
Halophila ovalis Halophila minor
Halophila spinulosa Suku 2
CymodoceaceaePotamogetonaceae Marga
Cymodocea Halodule
Syringodium Thalassodendron
Jenis Cymodocea
rotundata Halodule
pinifolia Syringodium
isoetifolium Thalassodendron
ciliatum Cymodocea
serrulata Halodule
uninervis 2.2. Kondisi Lamun di Teluk Banten
Secara geografis Teluk Banten terletak pada posisi 5
°
55’ – 6
°
5’ LS dan 106
°
5’ – 106
°
15’ BT, terletak sekitar 175 km sebelah barat Jakarta, dengan batas sebelah timur Tanjung Pontang dan sebelah barat Tanjung Kapo. Luas Teluk
Banten adalah 120 km
2
dengan kedalaman tidak lebih dari 10 meter, dasarnya
terdiri dari lumpur serta pasir Kiswara, 1995. Lamun dijumpai di rataan terumbu pulau dan gosong karang serta perairan pantai sebelah barat yang tumbuh pada
dasar lumpur, pasir, dan pecahan karang mati. Zonasi sebaran lamun di Teluk Banten terdapat dari pantai sampai dengan tubir, dengan perbedaan yang dijumpai
hanyalah dalam bentuk vegetasi tunggal atau vegetasi campuran dan luas tutupannya terdiri dari kelompok jarang, sedang, tinggi atau sangat tinggi Kiswara,
2004. Kiswara 2004 melaporkan bahwa pada tahun 1998 - 2001 di daerah Teluk
Banten terdapat tujuh jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, dan
Thalassia hemprichii, sedangkan Zulkarnain 2009 melaporkan bahwa pada tahun 2008 di daerah Pulau Panjang hanya terdapat 4 jenis lamun yaitu Enhalus
acoroides, Thalassis hemprichii, Cymodocea serrulata, Halophila spinullosa. Habitat padang lamun di Teluk Banten mempunyai karakteristik yang
berbeda. Sebaran lamun yang terdapat pada bagian barat Teluk Banten tumbuh di pantai yang memiliki substrat dasar lumpur yang bersifat terrigenous materi yang
berasal dari daratan Kiswara, 2004, dipengaruhi oleh muara sungai sehingga memiliki tingkat fluktuasi salinitas yang tinggi dan penetrasi cahaya yang relatif
kurang turun ke dalam. Sebaran lamun yang tumbuh di rataan terumbu pulau dan gosong karang terdapat pada substrat pasir, salinitasnya cenderung stabil dan
penetrasi cahaya yang dalam. Luas padang lamun di Teluk Banten pada tahun 1999 diperkirakan sekitar 366,9 ha yang tersebar sekitar 247 ha di perairan barat
Teluk Banten dan sekitar 119,9 ha di rataan terumbu karang dan gosong karang. Berdasarkan penelitian Yunus 2008 disebutkan bahwa dari hasil klasifikasi
data citra satelit di Teluk Banten memperlihatkan kerusakan areal padang lamun
yang terus meningkat dari tahun 1989 sampai dengan tahun 2002, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006. Penurunan luas padang lamun di pantai
barat Teluk Banten dari tahun 1989 sampai tahun 2006 seluas 23,9 hektar atau telah terjadi pengurangan luasan padang lamun rata-rata seluas 1,4 hektartahun. Diduga
hal ini dipengaruhi oleh terjadinya pertambahan luas daratan seluas 6,3 hektar atau rata-rata 0,4 hektartahun. Selain karena perubahan tata guna lahan, kegiatan lain
yang mengancam keberadan ekosistem padang lamun di Teluk Banten antara lain disebabkan oleh kegiatan reklamasi pantai, penambangan batu, perusakan
terumbu karang, perusakan mangrove, lalu lintas kapal dan penggunaan alat tangkap yang merusak.
2.3. Parameter Lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Lamun 2.3.1. Suhu