Duke Model Score Hasil Penelitian .1 Karakteristik Subjek Penelitian dan Infeksi

Tabel 4.2 Karakteristik Infeksi Karakteristik ESBL n=46 Non-ESBL n=46 P Spesimen kultur Sputum 15 32,6 15 32,6 1,000 Urin 14 30,4 8 17,4 0,143 Pus 9 19,6 7 15,2 0,582 Swab 3 6,5 3 6,5 1,000 Tinja 2 4,3 - 0,153 Cairan pleura 2 4,3 4 8,7 0,398 Darah 1 2,2 2 4,3 0,557 Broncoalveolar lavage Cairan asites - - 6 13 1 2,2 0,110 0,315 Bakteri K.pneumonia 27 58,7 1 2,2 E.coli 17 37 - K.ozaena K.oxytoca Acinetobacter baumanii Staphylococcus spp Enterococcus spp Streptococcus spp Lainnya 1 2,2 1 2,2 - - - - - - - 11 23,9 10 21,7 7 15,2 6 13 11 23,9

4.1.2 Duke Model Score

Mayoritas di kelompok pasien ESBL merupakan pasien dengan riwayat pengguna antibiotik beta laktam dan atau florokuinolon dalam 3 bulan terakhir yaitu sebanyak 34 orang 73,9 sedangkan di kelompok pasien non-ESBL pengguna antibiotik hanya 14 orang 30,4. Tiga puluh empat orang di kelompok pasien ESBL pernah dirawat di fasilitas kesehatan sedangkan pada kelompok pasien non-ESBL hanya 7 orang pasien. Lebih dari 70 persen pasien di kedua kelompok merupakan pasien rujukan dari fasilitas kesehatan lain. Riwayat penggunaan kateter urin lebih banyak dijumpai pada kelompok ESBL yaitu 36 orang 78,3 dibandingkan pada kelompok non-ESBL hanya 9 orang 19,6. Namun riwayat menggunakan immunosupresan tidak berbeda antara pasien ESBL 89,1 dan pasien non-ESBL 91,3 secara bermakna. Tabel 4.3 Duke Model Score Item Duke Model Score ESBL n Non-ESBL n P Universitas Sumatera Utara Mendapat antibiotik beta laktam dan atau florokuinolon dalam 3 bulan terakhir Tidak ada 12 26,1 32 69,6 Ada 34 73,9 14 30,4 0,0001 a Riwayat dirawat sebelumnya dalam 12 bulan terakhir Tidak ada 12 26,1 39 84,8 Ada 34 73,9 7 15,2 0,0001 a Riwayat rujukan dari fasilitas kesehatan lain Tidak 3 6,5 12 26,1 Ya 43 93,5 34 73,9 0,011 a Riwayat menggunakan kateter 30 hari terakhir Tidak ada 10 21,7 37 80,4 Ya 36 78,3 9 19,6 0,0001 a Riwayat penggunaan immunosupresan 3 bulan terakhir Tidak 41 89,1 42 91,3 Ya 5 10,9 4 8,7 1,000 b a Chi Square, b Fisher’s Exact Dari tabel 4.3 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok ESBL dan non-ESBL dalam hal riwayat penggunaan antibiotikbeta laktam dan atau florokuinolon dalam 3 bulan terakhir P=0,0001, riwayat dirawat dalam 12 bulan terakhir P=0,0001, rujukan dari fasilitas kesehatan lain P=0,011, riwayat menggunakan kateter 30 hari terakhir P=0,0001,. Oleh karena itu, bila dijumpai hal tersebut saat anamnesis pasien infeksi kemungkinan besar pasien tersebut terkena infeksi ESBL. Pada kelompok ESBL yang memiliki skor 0,2, dan 3 tidak ada seorangpun, sedangkan untuk skor ≥4, ≥5, ≥6, ≥7, ≥8, ≥9, ≥10, ≥11, ≥12, ≥13, ≥14, dan ≥16 berturut turut adalah 46, 45, 43, 43, 42,29, 24, 18,18, 1, dan 1 orang. Pada kelompok non-ESBL untuk skor 13, 14, dan 16 tidak ada seorangpun, sedangkan untuk skor 0, ≥2, ≥3, ≥4, ≥5, ≥6, ≥7, ≥8, ≥9, ≥10, ≥11, dan ≥12 berturut-tururt adalah 46, 41, 41, 39, 23, 13, 11, 8, 1, 1, 1, dan 1 orang. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1 Grafik antara skor Duke Model Score dan Jumlah pasien 4.1.3 Nilai Diagnostik Duke Model Score untuk Memprediksi Infeksi ESBL Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa skor 2,3, dan 4 memiliki sensitivitas tinggi 100 namun spesifisitasnya rendah yaitu berturut-turut 0, 10,9, dan 15,2. Sedangkan skor 12, 13, 14, dan 16 memiliki spesifisitas yang tinggi 100 dengan sensitivitas yang rendah yaitu berturut-turut 39,1, 22,0, 0 dan 0. Untuk skor 5, 6, 7, dan 8 memiliki sensitivitas cukup tinggi di atas 90 yaitu 97,8, 93,5, 93,5, dan 91,3 dengan spesifitas berturut-turut 50,0, 71,7, 76,1, dan 82,6. Skor 9, 10, dan 11 memiliki spesifitas yang cukup tinggi yaitu 97,8 tetapi sensitivitasnya rendah yaitu berturut-turut 63,50, 52,2, dan 39,1. Skor 1 dan 15 tidak dijumpai pada Duke Model Score. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Sensitivitas dan Spesifisitas Duke Model Score Score Sensitivitas Spesifisitas 2 100 0,0 3 100 10,9 4 100 15,2 5 97,8 50,0 6 93,5 71,7 7 93,5 76,1 8 91,3 82,6 9 63,0 97,8 10 52,2 97,8 11 39,1 97,8 12 39,1 100 13 22,0 100 14 0,0 100 16 0,0 100 Berdasarkan kurva sensitivitas dan spesifisitas pada gambar 4.2 maka diperoleh nilai Cut Off yang terbaik untuk Duke Model Score adalah titik skor 8. Dengan menggunakan cut off point 8 maka didapatkan nilai sensitivitasDuke Model Score adalah 91,3 dan spesifisitas 82,6. Gambar 4.2 Kurva Sensitivitas dan Spesifisitas Duke Model Score terhadap Infeksi ESBL Tabel 4.5 Sensitivitas, Spesifisitas, Positive dan Negative Predictive Value dari Duke Model Score terhadap Infeksi ESBL Universitas Sumatera Utara Infeksi ESBL Sensiti Fitas Spesifi sitas NPP NPN RKP RKN Ya Tidak Duke Score ≥ 8 42 8 91,3 82,6 84 90,5 5,25 0,11 8 4 38 Nilai Prediksi Positif NPP Duke Model Score adalah sebesar 84 dan Nilai Prediksi Negatif NPN adalah 90,5. Sedangkan untuk rasio kemungkinan positif adalah 5,25 dan rasio kemungkinan negatif adalah 0,11. Duke Model Score dalam studi ini memiliki kemampuan untuk memprediksi seorang penderita akan mengalami infeksi ESBL atau tidak. Dari hasil analisis menggunakan kurva ROC diperoleh bahwa area di bawah kurva AUC ROC adalah 93,1 95 CI: 88,1 - 98,1; p = 0,0001. Gambar 4.2. Kurva ROC dari Duke Model Score terhadap Infeksi ESBL

4.1.4 Kepekaan Bakteri ESBL terhadap Antibiotik

Dokumen yang terkait

Skrining Enterobactericeae Penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase dengan Metode Uji Double Disk Synergy Pada Sampel Urin Pasien Suspek Infeksi Saluran Kemih di RSUP. H. Adam Malik Medan

14 109 94

Penilaian Akurasi Italian Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended- Spectrum Beta Lactamase (ESBL)

1 57 77

Pola Kepekaan Antibiotik Bakteri Extended Spectrum Beta Laktamases-producing Escherichia coli dari Spesimen Urin di RSUP H. Adam Malik Periode Juli 2013-Juni 2014

1 50 81

ANALISIS PERBANDINGAN KEBERADAAN EXTENDED SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) PADA KLEBSIELLA PNEUMONIAE DARI FESES PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP DEWASA DAN RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD. Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

8 110 77

Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) and Extended Spectrum Beta-Lactamases (ESBL).

0 1 16

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lidah Buaya terhadap Bakteri Penghasil Extended Spectrum β-Lactamase (ESBL) Isolat Infeksi Luka Operasi.

0 2 12

Prevalensi Kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) dari Material Darah di RSUP Dr. Kariadi Tahun 2004-2005 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 13

AKURASI DUKE MODEL SCORE SEBAGAI PREDIKTOR INFEKSI EXTENDED-SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) PADA PASIEN RAWAT INAP TESIS

0 1 17