Karbapenem Manajemen Infeksi Bakteri ESBL

Tabel 2.4 Rekomendasi pengobatan 22 Tipe infeksi Pilihan terapi Terapi second-line Infeksi traktus urinarius Bakterimia Hospital-acquired pneumonia Infeksi intra-abdominal Meningitis Kuinolon Karbapenem Karbapenem Karbapenem Meropenem Amoksisilinklavulanat Kuinolon Kuinolon Kuinolon tambah metronidazol Intrathecal polymyxin B Dikutip dari: Rishi dkk, Critical Care Research and Practice, 2012 Berikut ini dipaparkan kemampuan beberapa golongan antibiotik terhadap infeksi bakteri ESBL:

2.5.1 Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik pilihan pada infeksi ESBL, yang termasuk dalam golongan karbapenem adalah imepenem, meropenem, erapenem, dan doripenem. Pemilihan antara imipenem dan meropenem sukar dilakukan karena memiliki profil yang hampir sama. Pada meningitis meropenem merupakan pilihannya. Ertapenem pada beberapa penelitian lebih baik dari pada meropenem dan imipenem dan penggunaannya hanya sekali sehari. 4 Doripenem merupakan golongan karbapenem terbaru yang lebih poten dan dapat digunakan untuk infeksi Pseudomonas aeruginosa. Penelitian yang membandingkan kombinasi karbapenem dengan antibitik golongan lain dibandingkan karbapenem tunggal diperoleh hasil yang tidak berbeda. Penelitian oleh Paterson, penggunaan karbapenem sebagai terapi inisial untuk ESBL selama 5 hari memiliki angka mortalitas yang lebih rendah. 23 Dari penelitian oleh Muharrmi dkk, diperoleh karbepenem imipenem dan meropenem 100 sensitif terhadap ESBL. 24 Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian oleh Kulkarni dkk, Aminzadeh dkk, imepenem 100 sensitif terhadap ESBL. 23,25 Chien Lye dkk meneliti pada 47 pasien ESBL dengan sumber infeksinya saluran kemih, hepatobilier dan akses vaskular yang diterapi dengan ertapenem, memiliki respon yang baik pada 96 pasien. 26 Penelitian Auer dkk, ertapenem 100 sensitif terhadap infeksi saluran kemih ESBL E.coli. 27 Adapun dosis standar pada dewasa meropenem 1 gram setiap 8 jam intravena, imipenem 500 mg 4 kali sehari intravena, ertapenem 1 gr setiap 24 jam intravena. 28 Resistensi terhadap karbapenem mulai Universitas Sumatera Utara muncul dengan nama Klebsiella Producing Carbapenemases KPC dan New Delhi Metalo Beta Lactamase NDM sehingga penggunaannya haruslah rasional. 29 2 .5.2 Βeta lactamΒeta lactamase inhibitor Βeta lactamase inhibitor merupakan antibiotik yang ideal untuk ESBL karena memiliki kemampuan menghambat enzim beta laktamase, namun banyaknya mutasi yang terjadi pada enzim beta laktamase mengakibatkan berkurangnya efektivitas antibiotik beta lactamase inhibitor ini. Oleh karena itu, antibiotik beta lactambeta lactamase inhibitor dapat digunakan untuk ESBL yang tidak berat. AmoksisilinKlavulanat efektif untuk infeksi saluran kemih komunitas akibat ESBL. Tazobaktam lebih efektif terhadap ESBL CTX-M dibandingkan beta lactam lainnya dan sulbaktam lebih baik terhadap SHV dan TEM, namun pada labolatorium sederhana pemeriksaan fenotif ini sulit dilakukan. 6,29 Penelitian Rodriquez-Bano dkk, penggunaan amoxicillinclavulanat selama 5-7 hari pada indeksi saluran kemih tanpa komplikasi memiliki angka kesembuhan 84. 30 Adapun dosis standar pada dewasa amoxicillin-clavulanat 625 mg1,2 mg 8 jam baik oral maupun intravena. 28 Piperasilin-tazobactam memiliki kerentanan yang bervariasi terhadap ESBL. Penelitian Muharrmi dkk memperoleh 64,4 sensitif terhadap ESBL E.coli dan 43,6 terhadap ESBL K.pneumonia. 31 DiAmerika Serikat dari hasil MYSTIC Study diperoleh 72,5 sensitif ESBL E.coli dan 38,5 terhadap ESBL K.pneumonia, sedangkan di Eropa 80 ESBL E.coli dan 42,1 terhadap ESBL K.pneumonia. 31 Kemampuan eradikasinya meningkat dengan mengkombinasi- kannya dengan obat lain seperti dengan amikasin atau gentamisin. Piperasilin-tazobactam dikombinasikan dengan amikasin 98,1 sensitif terhadap ESBL E.coli dan 93,1 terhadap ESBL K.pneumonia. Sedangkan kombinasi Piperasilin-tazobactam dengan gentamisin 73,1 sensitif terhadap ESBL E.coli dan 61,4 terhadap ESBL K.pneumonia. 26 Penelitian Aminzadeh dkk, Piperasilin-tazobactam 100 sensitif terhadap ESBL. 23 Adapun dosis standar pada dewasa 4,5 gr setiap 8jam intravena. 28

2.5.3 Aminoglikosida

Dokumen yang terkait

Skrining Enterobactericeae Penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase dengan Metode Uji Double Disk Synergy Pada Sampel Urin Pasien Suspek Infeksi Saluran Kemih di RSUP. H. Adam Malik Medan

14 109 94

Penilaian Akurasi Italian Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended- Spectrum Beta Lactamase (ESBL)

1 57 77

Pola Kepekaan Antibiotik Bakteri Extended Spectrum Beta Laktamases-producing Escherichia coli dari Spesimen Urin di RSUP H. Adam Malik Periode Juli 2013-Juni 2014

1 50 81

ANALISIS PERBANDINGAN KEBERADAAN EXTENDED SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) PADA KLEBSIELLA PNEUMONIAE DARI FESES PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP DEWASA DAN RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD. Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

8 110 77

Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) and Extended Spectrum Beta-Lactamases (ESBL).

0 1 16

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lidah Buaya terhadap Bakteri Penghasil Extended Spectrum β-Lactamase (ESBL) Isolat Infeksi Luka Operasi.

0 2 12

Prevalensi Kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) dari Material Darah di RSUP Dr. Kariadi Tahun 2004-2005 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 13

AKURASI DUKE MODEL SCORE SEBAGAI PREDIKTOR INFEKSI EXTENDED-SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) PADA PASIEN RAWAT INAP TESIS

0 1 17