Epidemiologi Infeksi Bakteri ESBL

2.2 Epidemiologi Infeksi Bakteri ESBL

Strain bakteri ESBL ini tersebar luas di seluruh dunia, lebih sering didapati pada spesimen yang berasal dari rumah sakit tetapi juga dapat dijumpai di masyarakat. Prevalensi dan fenotipnya berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain. 4 Seperti disebutkan di atas, bakteri ESBL pertama sekali ditemukan di Jerman, tetapi kebanyakan laporan tentang ditemukannya ESBL pada dekade pertama berasal dari Perancis. Wabah pertama dilaporkan terjadi di Perancis pada tahun 1986; dimana 54 pasien di tiga ruang rawat intensif terinfeksi bakteri ESBL dan menyebarkannya ke empat bangsal lainnya. Namun, pada beberapa tahun terakhir, dengan gencarnya tindakan pengendalian infeksi, terjadi penurunan insidensi infeksi bakteri ESBL. Di Perancis utara, proporsi isolat Klebsiella pneumonia menurun dari 19,7 pada 1996 menjadi 7,9 pada tahun 2000. Terdapat perbedaan prevalensi secara geografis di Negara-negara Eropa. Di dalam suatu negara juga terjadi perbedaan antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Di Swedia, bakteri ESBL dapat ditemukan di masyarakat maupun di rumah sakit. Swedia telah melaporkan ke EARSS, the European surveillance system, bahwa pada tahun 2006, 1,1 dari seluruh E.coli dan 0,8 dari K. pneumoniae pada kultur darah ditemukan menghasilkan ESBL. Jumlah isolat ESBL telah meningkat secara tajam di Swedia dalam beberapa tahun, dan beberapa wabah telah dilaporkan. Sejak Februari 2007, dalam enam bulan berikutnya, lebih dari 1000 kasus dilaporkan, yang tersebar di seluruh wilayah. Artinya di Swedia, kasus ESBL berjumlah dua kali lipat daripada MRSA. 16 Kejadian di Eropa bervariasi mulai dari 3 di Swedia sampai 34 di Portugal. Secara keseluruhan di Eropa, penelitian Meropenem Yearly Susceptibility Test Information Collection Mystic Study tahun 2008 melibatkan 12 negara diperoleh kejadian ESBL 5,6. 17 Di USA, National Nosocomial Infection Surveillance NNIS menemukan sejak Januari 1998 sampai Juni 2002 didapati 6,1 dari 6.101 isolat Klebsiella pneumonia dari 110 ruang rawat inap intensif resiten terhadap sefalosporin generasi ke-tiga. 6 Di Asia sendiri, pada tahun 1988, isolat Klebsiella pneumonia dari China yang mengandung ESBL untuk pertama kali dilaporkan. Dalam suatu laporan yang mengumpulkan isolat dari tahun 1998 dan 1999, 30,7 isolat Klebsiella pneumonia dan 24,5 isolat Eschericia coli diketahui menghasilkan ESBL. Survey nasional mengindikasikan didapatinya ESBL pada 5-8 isolat Eschericia coli di Korea, Jepang, Malaysia, dan Singapura. Tetapi mencapai 12- 24 di Thailand, Taiwan, Filipina, dan Indonesia. 6 Di Indonesia sendiri, terutama di RSUP Dr. Universitas Sumatera Utara Kariadi Semarang, selama kurun waktu 2004-2005 didapatkan proporsi bakteri penghasil ESBL sebesar 50,6 berdasarkan tes skrining awal. 7 Hasil penelitian Antimicrobial Resistance in Indonesia: prevalence and prevention AMRIN Study tahun 2010-2011 menemukan bahwa kejadian ESBL cukup tinggi yakni 29 pada E. coli dan 36 pada K. pneumoniae. 18 Penelitian di Medan, tahun 2012 oleh Mayasari melaporkan dari 282 sampel urin dengan kultur positif, diperoleh kejadian ESBL E.coli 18,7. 8 Dari data di bagian Mikrobiologi RS H Adam Malik Medan, dijumpai kejadian infeksi ESBL yang cukup tinggi. Pada tahun 2012 kejadian ESBL 16,9 12 ESBL K. pneumoniae dan 4,9 ESBL E.coli meningkat menjadi 19,51 12,24 ESBL K. pneumoniae dan 7,17 ESBL E.coli pada tahun 2013. Disamping itu, dari tahun 2013 diketahui bahwa 67,81 isolate K. pneumoniae dan 61,83 isolate E. coli merupakan ESBL E. coli.

2.3 Faktor Risiko Infeksi Bakteri ESBL

Dokumen yang terkait

Skrining Enterobactericeae Penghasil Extended Spectrum Beta-Lactamase dengan Metode Uji Double Disk Synergy Pada Sampel Urin Pasien Suspek Infeksi Saluran Kemih di RSUP. H. Adam Malik Medan

14 109 94

Penilaian Akurasi Italian Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended- Spectrum Beta Lactamase (ESBL)

1 57 77

Pola Kepekaan Antibiotik Bakteri Extended Spectrum Beta Laktamases-producing Escherichia coli dari Spesimen Urin di RSUP H. Adam Malik Periode Juli 2013-Juni 2014

1 50 81

ANALISIS PERBANDINGAN KEBERADAAN EXTENDED SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) PADA KLEBSIELLA PNEUMONIAE DARI FESES PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP DEWASA DAN RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD. Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

8 110 77

Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA) and Extended Spectrum Beta-Lactamases (ESBL).

0 1 16

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Lidah Buaya terhadap Bakteri Penghasil Extended Spectrum β-Lactamase (ESBL) Isolat Infeksi Luka Operasi.

0 2 12

Prevalensi Kuman ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) dari Material Darah di RSUP Dr. Kariadi Tahun 2004-2005 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) - Akurasi Duke Model Score Sebagai Prediktor Infeksi Extended-Spectrum Beta Lactamase (ESBL) Pada Pasien Rawat Inap

0 0 13

AKURASI DUKE MODEL SCORE SEBAGAI PREDIKTOR INFEKSI EXTENDED-SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) PADA PASIEN RAWAT INAP TESIS

0 1 17