Jujur Nilai-nilai Karakter yang Terdapat dalam Pendidikan

13

2.2.1 Jujur

Jujur berdasarkan KBBI berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang. Guenin 2005 dalam makalahnya yang berjudul Intellectual Honesty mengidentifikasi jujur sebagai kecenderungan untuk tidak curang, mencuri, atau melanggar norma-norma perlakuan wajar fair play. Puskur 2010:25 mendefinisikan jujur sebagai sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, perbuatan mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. Mustari 2011: 13 juga mendefinisikan jujur sebagai “perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri sen diri maupun terhadap pihak lain”. Nilai karakter jujur dapat disimpulkan sebagai sikap dan perilaku untuk berpikir, berbicara dan bertindak benar bagi diri sendiri dan orang lain untuk dapat dipercaya, tidak berbohong, berlaku curang, mencuri maupun melanggar norma-norma kejujuran. Guenin 2005 mengidentifikasi truthfulness dan veracity sebagai atribut yang membangun jujur. Menurut Guenin 2005 bentuk untruthfulness merupakan lie yaitu suatu ungkapan verbal maupun non verbal yang tidak maupun belum dipercayai oleh pengungkap dan dinyatakan dengan maksud menipu membohongi. Dampak dari untruthfulness adalah individu yang akan selalu berbohong, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, bentuknya dalam kegiatan ilmiah dapat berupa plagiarism plagiarisme, menyalin dan melanggar janji. Dimensi pengukuran karakter jujur yang digunakan mencakup aspek veracity dan truthfulness. Veracity ditunjukkan dengan apa yang dikatakan dikomunikasikan pada orang lain adalah benar atau kira-kira benar sepanjang keadaan mengizinkan. Truthfulness ditunjukkan dengan menghindari kebohongan ketidakjujuran, baik dalam tindakan, sikap badan, dan aspek-aspek lain yang serupa dalam berinteraksi dengan orang lain. Kejujuran merupakan bagian dari integritas akademik. Integritas akademik merupakan “a personal choice to act responsibly and to take responsibility for one’s action” Jones, 2001. Selain kejujuran, integritas akademik dibangun oleh 14 empat nilai dasar lainnya, yaitu kepercayaan trust, keadilan fairness, rasa hormat respect, dan tanggung jawab responsibility CAI, 1999: 6 - 9. Fokus karakter jujur saat ini lebih cenderung pada pengungkapan berbagai ketidakjujuran akademik academic dishonesty. Secara umum terdapat 3 bentuk ketidakjujuran akademik, yaitu mencontek cheating, plagiarisme, dan fabrikasi. Gallant 2008 mengungkapkan ketidakjujuran akademik dibangun oleh 5 kategori yaitu: 1 plagiarisme plagiarsm, 2 fabrikasi fabrication, 3 pemalsuan falsification, 4 penggambaran yang keliru misrepresentation, 5 kelakuan buruk misbehavior. Plagiarisme ditunjukkan dengan penggunaan ide atau kata-kata orang lain tanpa atribusi yang tepat atau tanpa mengikuti konvensi kutipan. Fabrikasi ditunjukkan dengan membuat kembali data, hasil, informasi, atau angka, dan merekam serta melaporkannya. Pemalsuan ditunjukkan dengan manipulasi penelitian, data, atau hasil sehingga menjadi informasi yang tidak akurat dalam laporan penelitian, finansial, atau lainnya atau tugas-tugas akademik. Penggambaran yang keliru ditunjukkan dengan menggambarkan diri, usaha, maupun kemampuan dengan salah. Kelakuan buruk ditunjukkan dengan bertindak dengan cara-cara yang tidak sepenuhnya salah tetapi bertentangan dengan ekspektasi perilaku yang berlaku. Karakter jujur siswa dapat dinilai melalui arah dan intensitas ketidakjujuran dari kelima kategori pembangun tersebut. Blachnio Woremko 2011:14 meringkas beberapa tipe ketidakjujuran akademik dari berbagai literatur sebagai menyalin tes orang lain atau membiarkan orang lain menyalin tes seseorang, menyalin tugas maupun makalah tanpa persetujuan penulis, memparafrasekan teks tanpa menuliskan catatan kaki, menyalin teks dari internet, menandai pekerjaan yang tidak dilakukan, menyediakan jawaban tes untuk orang lain. Bentuk-bentuk ketidakjujuran siswa di sekolah menurut Bintoro et al. 2013: 59 - 60 dijabarkan sebagai berikut 1 menyontek, yaitu secara sadar maupun tidak menggunakan bahan-bahan informasi atau alat bantu studi lainnya tanpa izin dari pengawas penguji. 15 2 Memalsu, yaitu secara sadar maupun tidak sadar mengganti mengubah nilai transkrip akademik, ijazah, kartu identitas, tugas-tugas, surat keterangan, laporan, atau tanda tangan dalam lingkup kegiatan akademik tanpa izin. 3 Melakukan tindakan plagiat, yaitu secara sadar maupun tidak menggunakan kalimat, data atau karya orang lain sebagai karya orang lain tanpa menyebut sumber aslinya dalam suatu kegiatan akademik. 4 Menjiplak, perbuatan mencontoh, meniru, menyontek, mencuri karangan orang lain yang diakui sebagai karya sendiri. 5 Menyuap, memberi hadiah, dan mengancam. 6 Menggantikan kedudukan orang lain dalam kegiatan akademik. 7 Bekerja sama pada saat ujian melalui berbagai cara. Siswa jujur dan tidak memiliki perbedaan ciri dasar. Marsden et al. 2005, diacu dalam Blanchnio Woremko 2011 mengidentifikasikan siswa tidak jujur sebagai siswa dengan tingkat self-efficacy yang rendah, tidak berorientasi pada belajar, dan memiliki peringkat yang rendah, sebaliknya kejujuran ditunjukkan dengan ketidaksukaan untuk mencontek karya orang lain, tidak melakukan plagiarisme dengan mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri, tidak melakukan pemalsuan pengubahan memanipulasi ide orang lain tanpa izin, data maupun fakta, dan mengakui kekurangan dan keterbatasan diri. Siswa jujur juga dikenali dengan tingkat heroismenya yang tinggi Blachnio Woremko 2011. Heroisme berkaitan dengan perasaan bersalah dalam situasi-situasi ketidakjujuran akademik dan dengan ketiadaan pembenaran pada perbuatan- perbuatan tidak benar Staats et al., dalam Blachnio Woremko, 2011. Siswa jujur akan merasa bersalah untuk mencontek, dan tidak akan melakukannya di kemudian hari Staats et al., dalam Blachnio Woremko, 2011.

2.2.2 Disiplin