Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) padakualitas air sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang

(1)

DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

SKRIPSI

IRENE DEVA VERONISA 100823003

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ANALISIS COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND)PADA

KUALITAS AIR SUNGAI KRUENG TAMIANG

DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

IRENE DEVA VERONISA 100823003

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) padakualitas air sungaiKruengTamiang di Kabupaten Aceh Tamiang

Kategori : Skripsi

Nama : Irene Deva Veronisa Nomor Induk Mahasiswa : 100823003

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu PengetahuanAlam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, April 2015

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Drs.PangarapenBangun, M.Si Drs.PartanoSiagian, M.Sc NIP. 19560815 198503 1 005 NIP. 19511227 198003 1 001

Disetujuioleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Tulus, M.Si


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA KUALITAS AIR SUNGAI KRUENG TAMIANG DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing–masing disebutkan sumbernya.

Medan, April 2015

IRENE DEVA VERONISA 100823003


(5)

PENGHARGAAN

ﻢﯿﺤ ﻟﺍﻦﻤﺤ ﻟﺍﷲﻢﺴﺑ

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan ridho serta karunia–Nya yang tiada hentinya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini dengan sebaik–baiknya. Shalawat dan salam juga saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Untuk itu saya dengan hati yang tulus dan ikhlas ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar–besarnya kepada orang tua saya tercinta, ayahanda Yusnul Abdi dan ibunda Yetti Eva Narulita yang saya sayangi dan cintai, yang selama ini tidak henti–hentinya selalu mendoakan dan memberikan dukungan yang terbaik bagi saya baik berupa moril dan materil. Dan juga kepada seluruh keluarga besar saya yang saya sayangi yang telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan kepada saya terutama kepada adik saya Edo Jabal Rahman.

Ucapan terima kasih yang sebesar–besarnya dengan tulus dan ikhlas juga ingin saya sampaikan kepada bapak Drs. Partano Siagian, M.Sc dan bapak Drs. Pangarapen Bangun, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada saya dengan penuh sabar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga kepada ketua Departemen Matematika, Bapak Prof. Dr. Tulus, M.Si serta seluruh dosen staf pengajar dan pegawai Departemen Matematika.

Terima kasih juga kepada Sigit Surya Arbi, Susi Yanti, Qoriatun Maulina Lubis, Rina Wati, bang Bandi, teman–teman di Matematika Ekstensi dan seluruh pihak yang terkait dalam membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Saya memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, semoga amal kebaikan mereka diberi

balasan yang setimpa, amin ya robbal „alamin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu dengan kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


(6)

ANALISIS COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA KUALITAS AIR SUNGAI KRUENG TAMIANG DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

ABSTRAK

Sungai Krueng Tamiang merupakan sungai besar yang membelah dua kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang. Aliran air yang masuk ke muara sungai Krueng Tamiang mengindikasi mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena disepanjang sungai yang mengalir terdapat pabrik atau kegiatan industri rumah tangga, pasar dan rumah sakit yang beroperasi dan membuang limbahnya ke sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan dan perbedaan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) di sungai Krueng Tamiang. Penelitian ini diambil dari data hasil penelitian laboratorium Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh tahun 2013. Parameter kualitas air yang diteliti adalah COD (Chemical Oxygen Demand). Penelitian ini dilakukan di tujuh titik lokasi dengan lima kali pengulangan di sepanjang daerah aliran sungai. Sesuai dengan peraturan republik Indonesia no. 82 tahun 2001, baku mutu yang digunakan adalah kelas II yaitu 25mg/l. Dari hasil analisis dengan menggunakan analisis varians satu arah pada rancangan acak lengkap menunjukkan bahwa dengan maka F hitung < F tabel {0,01(6,28)} atau 1.169 < 3.53 sehingga kondisi

air sungai masih baik. Karena tidak ada perbedaan yang nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji Bartlett sehingga diperoleh b = b(0.01; 5) atau 0.5207 < 0.9816. Hal ini berarti bahwa data tersebut memiliki kehomogenan varians yang sama.


(7)

ANALYSIS WATER QUALITY OF COD (CHEMICAL OXYGEN

DEMAND) IN KRUENG TAMIANG RIVER AT ACEH TAMIANG

DISTRICT

ABSTRACT

Tamiang Krueng River is a large river that divides the two cities of Kuala Simpang, Aceh Tamiang. The flow of water entering the estuaries of Krueng Tamiang indicate contain contaminants. This happens because there is a river that runs along the factory or industrial activity in households, markets and hospitals that operate and dispose of waste into the river. This study aims to determine the water quality conditions and differences in levels of COD (Chemical Oxygen Demand) in Krueng Tamiang river. This study was taken from the data results of Bapedal Aceh laboratory in 2013. Water quality parameters studied were COD (Chemical Oxygen Demand). This study was conducted in seven points with five repetitions locations along the watershed. In accordance with the Indonesian republic regulation no. 82 In 2001, the quality standards used are class II, 25 mg / l. From the analysis using one-way analysis of variance in

completely randomized design showed that the α = 1% then the F count <F table

{0,01 (6,28)} or 1.169 <3.53 so that the river water is still good condition. Because there is no real difference then continued with Bartlett test analysis in order to obtain b = b (0:01; 5) or 0.5207 <0.9816. This means that the data has the same variance homogeneity.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Absrtact v

Daftar isi vi

Daftar tabel viii

Daftar gambar ix

Daftar lampiran x

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Kontribusi Penelitian 4

1.6 Metode Penelitian 4

1.7 Sistematika Penulisan 5

Bab 2. Tinjauan Teori

2.1 Rancangan Percobaan 6

2.2 Unsur-unsur dasar percobaan 7

2.2.1 Perlakuan (Treatment) 7

2.2.2 Ulangan (Replication) 7

2.2.3 Lokal Kontrol 8


(9)

2.4 Rancangan Acak Lengkap 9

2.4.1 Analisis Varians Satu Arah 10

2.4.3 Uji Tukey (HSD) 16

Bab 3. Gambaran Umum Sungai Krueng Tamiang

3.1 Profil Aceh Tamiang 17

3.2 Ruang Lingkup COD (Chemical Oxygen Demand) 20

3.3 Baku Mutu Air Sungai 22

Bab 4. Pembahasan

4.1 Kondisi Sungai Krueng Tamiang 25

4.2 Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) 32

4.2.1 Uji Bartlett 34

4.2.2 Uji Tukey (Honestly Significant Differences) 34

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38

Daftar Pustaka Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1 k sampel acak 12

2.2 Analisis variansi untuk klasifikasi satu arah 14 3.1 Data COD (Chemical Oxygen Demand) pada kualitas air sungai

Krueng Tamiang tahun 2013 21

3.2 Kriteria Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas 23 4.1 Rata-rata COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Tiap Titik

Lokasi 26

4.2 Statistik Deskriptif 33

4.3 Tabel Kadar COD 33

4.4 Analisis Varians Satu Arah 34


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

3.1 Peta Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang 19

3.2 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) pada air sungai

Krueng Tamiang tahun 2013 21

4.1 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik I DesaKaloy 26 4.2 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik II Seumadam 27 4.3 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik III Kebon Tengah 28 4.4 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik IV Desa

Bandar Mahligai 29

4.5 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik V Kota Lintang 30 4.6 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik VI Alur Manis 31 4.7 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik VII Pekan


(12)

ANALISIS COD (CHEMICAL OXYGEN DEMAND) PADA KUALITAS AIR SUNGAI KRUENG TAMIANG DI KABUPATEN ACEH TAMIANG

ABSTRAK

Sungai Krueng Tamiang merupakan sungai besar yang membelah dua kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang. Aliran air yang masuk ke muara sungai Krueng Tamiang mengindikasi mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena disepanjang sungai yang mengalir terdapat pabrik atau kegiatan industri rumah tangga, pasar dan rumah sakit yang beroperasi dan membuang limbahnya ke sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan dan perbedaan kadar COD (Chemical Oxygen Demand) di sungai Krueng Tamiang. Penelitian ini diambil dari data hasil penelitian laboratorium Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh tahun 2013. Parameter kualitas air yang diteliti adalah COD (Chemical Oxygen Demand). Penelitian ini dilakukan di tujuh titik lokasi dengan lima kali pengulangan di sepanjang daerah aliran sungai. Sesuai dengan peraturan republik Indonesia no. 82 tahun 2001, baku mutu yang digunakan adalah kelas II yaitu 25mg/l. Dari hasil analisis dengan menggunakan analisis varians satu arah pada rancangan acak lengkap menunjukkan bahwa dengan maka F hitung < F tabel {0,01(6,28)} atau 1.169 < 3.53 sehingga kondisi

air sungai masih baik. Karena tidak ada perbedaan yang nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji Bartlett sehingga diperoleh b = b(0.01; 5) atau 0.5207 < 0.9816. Hal ini berarti bahwa data tersebut memiliki kehomogenan varians yang sama.


(13)

ANALYSIS WATER QUALITY OF COD (CHEMICAL OXYGEN

DEMAND) IN KRUENG TAMIANG RIVER AT ACEH TAMIANG

DISTRICT

ABSTRACT

Tamiang Krueng River is a large river that divides the two cities of Kuala Simpang, Aceh Tamiang. The flow of water entering the estuaries of Krueng Tamiang indicate contain contaminants. This happens because there is a river that runs along the factory or industrial activity in households, markets and hospitals that operate and dispose of waste into the river. This study aims to determine the water quality conditions and differences in levels of COD (Chemical Oxygen Demand) in Krueng Tamiang river. This study was taken from the data results of Bapedal Aceh laboratory in 2013. Water quality parameters studied were COD (Chemical Oxygen Demand). This study was conducted in seven points with five repetitions locations along the watershed. In accordance with the Indonesian republic regulation no. 82 In 2001, the quality standards used are class II, 25 mg / l. From the analysis using one-way analysis of variance in

completely randomized design showed that the α = 1% then the F count <F table

{0,01 (6,28)} or 1.169 <3.53 so that the river water is still good condition. Because there is no real difference then continued with Bartlett test analysis in order to obtain b = b (0:01; 5) or 0.5207 <0.9816. This means that the data has the same variance homogeneity.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan kehidupan manusia. Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehinggaakan mempengaruhi kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasilguna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang pada akhirnya akan menurunkan kekayaan sumber daya alam (natural resources depletion).

Air sebagai komponen sumberdaya alam yangsangat penting maka harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini berarti bahwa penggunaan air untuk berbagai manfaat dan kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan generasi masa kini dan masa depan. Untuk itu air perlu dikelola agar tersedia dalam jumlah yang aman,baik kuantitas maupun kualitasnya, dan bermanfaat bagi kehidupan dan perikehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya agar tetap berfungsi secara ekologis, guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Disatu pihak, usaha dan atau kegiatan manusia memerlukan air yang berdaya guna, tetapi di lain pihak berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air, daya guna, daya dukung, daya tampung,


(15)

dan produktivitasnya. Agar air dapat bermanfaat secara lestari dan pembangunan dapat berkelanjutan, maka dalam pelaksanaan pembangunan perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Ada beberapa sungai yang melewati daerah perkotaan di Propinsi Aceh yang menampung limbah perkotaan dari berbagai jenis kegiatan seperti rumah sakit, hotel, industri, PLTD, limbah pasar dan limbah rumah tangga. Sungai tersebut adalah sungai Krueng Aceh, Krueng Daroy, Krueng Doy dan Krueng Tamiang.

Sungai Krueng Tamiang merupakan sungai besar yang membelah dua kota Kuala Simpang, Kab. Aceh Tamiang. Sungai ini berfungsi sebagai sumber utama air bersih masyarakat kota Kuala Simpang dan bermuara ke Selat Malaka. Di hulu sungai banyak terdapat industri, khususnya industri sawit, karet dan kayu. Sebagian hasil buangan limbah kota Kuala Simpang dialirkan melalui sungai ini pada bagian hilirnya.

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa. Untuk mengetahui tingkat pencemaran air dapat dilihat melalui besarnya kandungan O2 yang terlarut. Ada dua cara yang digunakan untuk menentukan kadar oksigen dalam air,secara kimia dengan COD

(Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand) secara

biologi.

Berdasarkan hasil penelitian laboratorium dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh, asumsi sementara penulis bahwa sungai tersebut tercemar sehingga perlu dilakukan analisis lanjutan dari hasil data yang diperoleh tersebut sehingga nantinya dapat digunakan sebagai implementasi kebijakan


(16)

dalam menanggulangi pencemaran daerah aliran sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang.

Berdasarkan latar belakang di atas penulis memilih judul “Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) pada kualitas air sungai Krueng Tamiang di

kabupaten Aceh Tamiang”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana perbedaan kadar COD(Chemical Oxygen

Demand) dengan menggunakan analisis varians satu arah pada rancangan acak

lengkap.

1.3Batasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian ini agar tidak menyimpang dari sasaran yang dituju maka perlu dibuat batasan ruang lingkup permasalahan. Sebagai pembatasan masalah ini adalah data yang dianalisa hanya kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) dan data yang digunakan adalah hasil penelitian Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh tahun 2013. Penelitian ini dikaji dari bulan januari sampai dengan bulan maret 2015.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar COD (Chemical Oxygen

Demand) dengan menggunakan analisis varians satu arah pada rancangan acak


(17)

1.5 Kontribusi Penelitian

1. Bagi penulis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang analisis varians satu arah dengan menggunakan rancangan acak lengkap.

2. Menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dalam upaya memutuskan dan mengimplementasikan kebijakan dalam menanggulangi pencemaran daerah aliran sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Sebagai wawasan dan masukan bagi mahasiswa untuk lebih banyak lagi melakukan kajian dan penelitian tentang kondisi sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang.

4. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.6Metode Penelitian

1. Penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh.

2. COD (Chemical Oxygen Demand) pada kualitas air ini dianalisis

menggunakan Analisis varians satu arah dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

3. Jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan maka akan dilanjutkan dengan Uji Bartlett. Uji ini digunakan untuk menguji kehomogenan variansi.

4. Apabila terdapat perbedaan siginifikan antara perlakuan akan dilanjutkan dengan Uji Tukey (Honestly Significant Differences).

5. Pengolahan data secara komputasi digunakan aplikasi SPSS. 6. Mengambil kesimpulan


(18)

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diuraikan untuk memberikan kerangka atau gambaran dari skripsi, yaitu sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan teori-teori serta membahas tentang cara penggunaan rumus yang digunakan penulis.

BAB 3 : GAMBARAN UMUM SUNGAI KRUENG TAMIANG

Bab ini menjelaskan tentang profil Kabupaten Aceh Tamiang, kadar COD

(Chemical Oxygen Demand) dan baku mutu air sungai.

BAB 4 : PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang analisis air sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari pembahasan serta saran-saran penulis berdasarkan kesimpulan yang didapat.


(19)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1Rancangan Percobaan

Percobaan didefinisikan sebagai suatu uji coba (trial) atau pengamatan khusus yang dibuat untuk menegaskan atau membuktikan keadaan dari sesuatu yang meragukan, dibawah kondisi-kondisi khusus yang ditentukan oleh peneliti. Jadi percobaan merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang diselenggarakan dengan seksama dalam rangka menemukan beberapa pengaruh yang tak diketahui,atau menguji suatu kebenaran yang diketahui atau membayangkan suatu kebenaran yang dipikirkan.

Merancang dapat diartikan sebagai merencanakan, memikirkan atau menimbang-nimbang apa yang hendak diperbuat, yang segala sesuatunya diatur terlebih dahulu. Rancangan adalah apa yang sudah dirancangkan, dipersiapkan, direncanakan atau diprogramkan.

Rancangan percobaan dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan berupa pemikiran dan tindakan yang dipersiapkan secara kritis dan seksama mengenai berbagai aspek yang dipertimbangkan dan sedapat mungkin diupayakan dapat diselenggarakan dalam suatu percobaan dalam rangka menemukan sesuatu pengetahuan baru. Rancangan percobaan yang baik adalah yang efektif, terkelola dan efesien serta dapat dipantau, dikendalikan dan dievaluasi.

Rancangan percobaan dibuat berkenaan dengan teknik-teknik dalam mengatasi dan mengendalikan keragaman/ peubah-peubah yang mengganggu pengaruh sebenarnya dari perlakuan atau faktor yang kita teliti atau tetapkan disebut rancangan lingkungan.


(20)

2.2 Unsur-unsur Dasar Percobaan

2.2.1 Perlakuan (Treatment)

Perlakuan adalah semua tindakan coba-coba (trial and error) yang dilakukan terhadap suatu objek, yang pengaruhnya akan diselidiki untuk menguji hipotesis. Perlakuan ini dapat berasal dari faktor kualitas (mutu), yaitu perlakuan yang hanya memperhitungkan mutu perlakuan X, misalnya : mutu macam pupuk, mutu macam pestisida, mutu macam alat, mutu macam tanah. Perlakuan juga dapat berasal dari factor kuantitas (takaran), yaitu perlakuan yang memperhitungkan takaran perlakuan X, misalnya : takaran kapur, takaran pupuk, takaran pestisida (konsentrasi), takaran (tinggi) air.

2.2.2 Ulangan (Replication)

Ulangan adalah frekuensi (banyaknya) suatu perlakuan yang diselidiki dalam suatu percobaan. Jumlah ulangan suatu perlakuan tergantung pada derajat ketelitian yang diinginkan oleh si peneliti terhadap kesimpulan hasil percobaannya. Jumlah ulangan yang diperlukan dalam suatu percobaan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :

1) Derajat ketelitian, makin tinggi derajat ketelitian yang diinginkan dari percobaan akan makin besar pula jumlah ulangan yang diperlukan, begitu juga sebaliknya.

2) Keragaman bahan, alat, media dan lingkungan percobaan, jika bahan, alat dan lingkungan percobaan makin heterogen maka jumlah ulangan yang diperlukan makin besar dan sebaliknya jika bahan, alat dan lingkungan percobaan makin homogen.

3) Biaya penelitian yang tersedia, karena bagaimanapun juga, biaya merupakan faktor penentu dalam penelitian. Jika biaya yang diperlukan untuk suatu


(21)

percobaan cukup besar, maka jumlah ulangan dapat diperkecil dan sebaliknya jika biaya percobaan tidak terlalu besar.

2.2.3 Lokal kontrol

Lokal kontrol merupakan upaya pengendalian kondisi lapangan yang heterogen menjadi homogen, setidak-tidaknya pada lokal-lokal tertentu yang ditujukan untuk menekan galat (eksperimental error) sehingga bisa menonjolkan satu atau beberapa perlakuan yang logisnya memang lebih menonjol dari perlakuan kontrol atau perlakuan-perlakuan lainnya.

2.3Klasifikasi Rancangan Percobaan

Rancangan-rancangan percobaan disusun berdasarkan :

(1) Intensitas/tingkat heterogenitas dan jumlah faktor yang menyebabkan keragaman kondisi/lingkungan tempat percobaan dilaksanakan (galat). Rancangan-rancangan hasilnya disebut rancangan lingkungan (Ecogical

Designs), dan

(2) Jumlah faktor dan metode pelaksanaan/ penerapan perlakuan-perlakuan pada unit-unit percobaan. Rancangan-rancangan hasilnya disebut rancangan perlakuan (Treatmental Designs).

Atas dasar jumlah faktor yang diteliti, rancangan percobaan dapat dipilahkan menjadi :

(1) Rancangan non faktorial, jika yang diteliti hanya 1 faktor penelitian. Rancangan ini meliputi rancangan acak lengkap (RAL), rancangan acak kelompok (RAK) dan rancangan acak kuadrat latin (RAKL).

(2) Rancangan faktorial, jika yang diteliti terdiri dari beberapa faktor penelitian. Rancangan ini meliputi rancangan faktor tunggal yang difaktorialkan dan dimodifikasikan dari rancangan acak kelompok (RAK), rancangan petak


(22)

teralur (RPA) yang dimodifikasikan dari rancangan acak kuadrat latin (RAKL) dan rancangan kelompok terbagi (RKB) yang dimodifikasikan dari kombinasi rancangan acak kelompok (RAK) dan rancangan acak kuadrat latin (RAKL).

Berdasarkan jumlah galat yang digunakan yang juga menunjukkan derajat kepentingan faktor-faktor utama dan interaksi yang diteliti, rancangan percobaan yang umum digunakan tersebut dipilah menjadi :

(1) Rancangan bergalat tunggal, yang meliputi rancangan acak lengkap (RAL), rancangan acak kelompok (RAK) dan rancangan acak kuadrat latin (RAKL) nonfaktorial dan faktorial. Rancangan-rancangan faktorial ini menunjukkan bahwa penelitian bertujuan untuk meneliti pengaruh-pengaruh faktor utama dan interaksi dengan derajat ketelitian yang sama.

(2) Rancangan bergalat ganda, merupakan rancangan digunakan untuk percobaan yang mempunyai percobaan yang mempunyai salah satu faktor dan interaksinya lebih penting dari faktor utama lainnya. Rancangan ini disebut rancangan petak terbagi (RPB).

(3) Rancangan bergalat tripel, meliputi rancangan yang mirip dengan RPB, hanya saja jumlah faktor yang diteliti ada tiga, sedangkan RPB hanya dua. Rancangan ini disebut rancangan petak bagian ganda, rancangan petak teralur.

2.4Rancangan Acak Lengkap

Rancangan acak lengkap atau completely randomized design merupakan salah satu model rancangan dalam rancangan percobaan. Rancangan acak lengkap ini digunakan bila unit percobaan homogen.

Rancangan ini disebut rancangan acak lengkap, karena pengacakan perlakuan dilakukan pada seluruh unit percobaan. Rancangan ini dapat digunakan untuk melakukan percobaan di di laboratorium atau di rumah kaca atau lapangan.


(23)

= µ + +

dimana: = Nilai pengamatan pada baris ke i, kolom ke j yang mendapat perlakuan ke i.

µ = Nilai rata-rata umum = Pengaruh perlakuan ke i

= Pengaruh galat yang memperoleh perlakuan ke i

i = 1, 2, ...n; j = 1, 2, ...n

2.4.1 Analisis Varians Satu Arah

Anava atau Anova adalah sinonim dari analisis varians terjemahan dari analysis of

variance, sehingga banyak orang menyebutnya dengan anova.Anova merupakan

bagian dari metoda analisis statistika yang tergolong analisis komparatif lebih dari dua rata-rata.

Analisis statistika yang biasa diterapkan pada percobaan uji daya hasil adalah analisis varians (Anova) dan analisis komponen utama. Anova bukan membandingkan populasi melainkan membandingkan rata-rata populasi. Disebut analisis varians, karena dalam prosesnya Anova memilah-milah keberagaman menurut sumber-sumber yang mungkin. Sumber keberagaman yang akan digunakan sebagai pembanding untuk mengetahui sumber mana yang menyebabkan terjadinya keberagaman tersebut.

Asumsi dalam analisis varians:

1. Sampel diambil dari distribusi normal, sehingga sampel juga berdistribusi normal. Kenormalan ini dapat diatas dengan memperbesar jumlah sampel. 2. Masing-masing kelompok mempunyai variabel yang sama.


(24)

Model analisis varian satu arah (One-way analysis of variance) digunakan untuk pengujian perbedaan antara k rata-rata sampel apabila subyek-subyek observasi atau penelitian ditentukan secara random pada setiap grup atau perlakuan yang ditentukan.

Tujuan dari uji analisis varians satu jalur adalah untuk membandingkan lebih dari dua rata-rata. Sedangkan gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi. Jika terbukti berbeda berarti kedua sampel tersebut dapat digeneralisasikan (data sampel dianggap dapat mewakili populasi).

Sampel acak ukuran n diambil masing-masing dari k populasi. Ke k

populasi yang berbeda ini diklasifikasikan menurut perlakuan atau grup yang berbeda. Ke k populasi itu akan dianggap saling bebas dan berdistribusi normal dengan rataan dan variansi σ2 yang sama.

Hipotesis uji : H0 :

H1 :

Misalkan ada k populasi yang berdistribusi normal, dengan rata-rata

populasinya 1, 2, …, k serta ragam populasinya sama walaupun nilainya tidak diketahui, bisa disusun dalam bentuk tabel :


(25)

Tabel 2.1 k sampel acak

Perlakuan

Sampel 1 2 … i … k

… …

… …

Total

Ukuran

Rataan ̅ ̅ … ̅ … ̅ ̅

Dimana : Xij = pengamatan ke j dalam perlakuan ke I

̅ = rataan pengamatan dalam sampel dari perlakuan ke i

= jumlah semua pengamatan dalam sampel dari perlakuan ke i

= jumlah semua nk pengamatan ̅ = rataan semua nk pengamatan Tiap pengamatan dapat ditulis dalam bentuk :

Dengan menyatakan penyimpangan pengamatan ke j pada sampel ke I

dari rataan perlakuan padanannya. Suku menyatakan galat acak yang peranannya sama dengan suku galat dalam model regresi.

Bentuk lain dari persamaan ini dapat diperoleh dengan mengganti bila ∑ dipenuhi maka dapat ditulis .


(26)

Jadi menyatakan rataan keseluruhan dari semua yakni : ∑ dan disebut sebagai efek atau pengaruh perlakuan ke i.

Hipotesis nol bahwa rataan ke k populasi sama lawan tandingan bahwa paling sedikit dua dari rataan ini tidak sama sekarang dapat diganti dengan hipotesis yang setara.

H0 :

H1 : paling sedikit satu yang tidak sama dengan nol.

Uji yang akan dipakai didasarkan pada perbandingan dua taksiran bebas dari kesamaan variansi populasi . Agar memudahkan penggunaannya maka suku identitas jumlah kuadrat akan ditandai dengan lambang berikut :

∑ ∑

Dimana : Xij = pengamatan ke j dalam perlakuan ke i

= jumlah semua nk pengamatan = jumlah perlakuan

Identitas jumlah kuadrat dapat ditulis :

JKT = JKA +JKG

Statistik uji F yang digunakan yaitu : Bila F hitung ≥ F tabel maka H1 diterima


(27)

Perhitungan analisis varians biasanya diringkas dalam bentuk tabel seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Analisis variansi untuk klasifikasi satu arah Sumber

Variasi

Jumlah Kuadrat

Derajat kebebasan

Rataan Kuadrat F hitungan F Tabel

Perlakuan JKA v1= k-1 F (v1, v2)

Galat JKG v2=N - k

Total JKT N-1

Ada dua kemungkinan keputusan pada Anova, yaitu menerima atau menolak Ho. Bila keputusannya menerima Ho, disimpulkan tidak ada perbedaan

nyata antar perlakuan. Bila menolak Ho disimpulkan terdapat perbedaan yang

nyata antar perlakuan.

2.4.2 Uji Bartlett

Dalam hal ukuran sampel, uji kesamaan bebarapa variansi sebaiknya dilakukan jika terdapat keraguan kehomogenan variansi populasi. Dalam hal seperti ini diperlukan pengujian hipotesis nol.

H0 :

H1 : tidak semua variansi sama

Uji yang dipakai disebut uji Bartlett. Uji Bartlett digunakan untuk menguji apakah k sampel berasal dari populasi dengan varians yang sama. k sampel bisa berapa saja. Karena biasanya uji bartlett digunakan untuk menguji sampel/ kelompok yang lebih dari 2 varians. Varians yang sama di seluruh sampel disebut homogenitas varians.


(28)

Langkah-langkah dalam uji Bartlett yaitu : 1. Merumuskan Hipotesis dalam uji bartlett

o H0 : (Homogen) o H1 : minimal 2 varians tidak sama

2. Menentukan taraf nyata (α )

Dalam menentukan b tabel dbagi kedalam dua bagian yaitu: o Jumlah sampel sama:

bk(α ; n)

o Jumlah sampel berbeda:

3. Menghitung statistik uji:

Dimana:

∑ ∑ ∑

Keterangan:

= varians gabungan = varians ke-i n = banyaknya sampel

N = jumlah total sampel

k = banyaknya kelompok data

4. Membuat keputusan dengan kriteria seperti berikut ini: Bila b hitung < b tabel maka Ho ditolak,


(29)

2.4.3 Uji Tukey (HSD)

Bila ternyata keputusannya menolak Ho maka perlu dilakukan analisis lanjutan, yaitu uji rata-rata berganda melalui metode Tukey (Honestly Significant Differences).

Uji tukey merupakan uji dengan tingkat keekstreman yang tinggi. Artinya bila hasil pengujian Tukey menunjukkan kondisi dua rata-rata perlakuan yang berbeda nyata, maka dengan jenis uji lain hasilnya juga pasti berbeda nyata. Sebaliknya bila dengan uji lain diperoleh hasil dua rata-rata perlakuan yang berbeda nyata, dengan uji Tukey ini bisa saja hasilnya tidak berbeda nyata. Langkah-langkah metode Tukey adalah :

1. Hitung rata-rata tiap perlakuan

2. Hitung harga mutlak selisih setiap pasang perlakuan : | ̅ ̅| untuk i ≠ j

3. Hitung kriteria Tukey dengan rumus : √

Dimana : nilai kritis q

r : banyaknya perlakuan MSE : Varian sisa

4. Bandingkan | ̅ ̅ |pada T

Bila | ̅ ̅ | , simpulkan adanya perbedaan yang signifikan antara perlakuan i dan perlakuan j.


(30)

BAB 3

GAMBARAN UMUM SUNGAI KRUENG TAMIANG

3.1 Profil Aceh Tamiang.

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur. Kabupaten ini berada di jalur Timur Sumatera yang strategis, dan hanya berjarak lebih kurang 136 km dari Kota Medan ibukota Sumatera Utara. Kabupaten Aceh Tamiang secara hukum memperoleh status Kabupaten definitif berdasarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh.

Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada koordinat 030 53‟ – 040 32‟ Lintang Utara dan 970 43‟ - 98014‟ Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.957,025 Km2 yang sebagian besar terdiri dari wilayah perbukitan. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi Aceh.

Berdasarkan kelas ketinggian, 36,02 persen luas Kabupaten Aceh Tamiang berada pada ketinggian 25 – 100 meter diatas permukaan laut yaitu seluas 69.864 Ha dan paling sedikit berada pada ketinggian lebih dari 1.000 meter hanya sekitar 3,84 persen dari luas keseluruhan Kebupaten Aceh Tamiang yaitu sekitar 7.440 Ha. Sedangkan berdasarkan kemiringan lahannya, sebagian besar merupakan wilayah yang datar dengan kemiringan 0 – 2 persen yaitu sebesar 104.246 Ha (53,74%) yaitu terdapat pada bagian timur pesisir timur dan tengah wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara wilayah yang bergunung dengan


(31)

kemiringan > 40 persen merupakan jumlah yang terkecil yaitu seluas 7.464 Ha (3,85 %).

Satuan Wilayah Sungai yang terbesar yang terdapat di Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang adalah Satuan Wilayah Sungai Tamiang dan sungai-sungai kecil lainnya (Sungai Simpang Kiri dan Kanan serta Sungai Iyu) yang mengalir ke pantai Timur, sungai-sungai di kabupaten ini merupakan sumber untuk pengairan ke persawahan dan perkebunan baik yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan swasta. Aliran hidrologi dari sungai yang ada kemudian mengaliri irigasi semi teknis maupun irigasi sederhana di Kabupaten Aceh Tamiang sehingga sebagian besar sawah di kabupaten ini dapat ditanami 3 (tiga) kali setahun. Sungai-sungai di Kabupaten Aceh Tamiang sebagian besar berhulu di pegunungan Kecamatan Tamiang Hulu yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang. Kondisi ini mengakibatkan fluktuasi air sungai sangat di pengaruhi oleh kondisi penggunaan lahan wilayah aliran sungai (WAS) atau di hulunya.

Kondisi hidrologi di Aceh Tamiang yang bertopografi datar dan berombak di bagian Timur Laut, Tengah dan Utara, sedangkan di bagian Barat Laut dan Barat Daya didominasi lahan perbukitan yang relatif curam. Berdasarkan kondisi demikian mulai di bagian hulu terjadi gerakan air permukaan yang cukup deras disusul, dan berkurang di bagian tengah dan makin pelan di bagian hilir, Kondisi demikian, menyebabkan bagian hilir menjadi tempat pengendapan sedimen yang berasal dari bagian hulu (Tamiang Hulu, Bandar Pusaka, Tenggulun dan Sekerak).

Dari segi penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tamiang secara garis besar dibagi menjadi luas lahan pertanian sawah, luas lahan pertanian bukan sawah dan luas lahan non pertanian dengan luas masing-masing sebesar 21.919 Ha, 153.515,5 Ha dan 20.370,5 Ha. Sedangkan secara terperinci wilayah Kabupaten Aceh Tamiang dibagi menjadi wilayah gosong pasir, hutan bakau, hutan primer, hutan sekunder, hutan terdegradasi, ladang, perkebunan kelapa sawit, pemukiman, rawa, sawah dan tambak.


(32)

% % % % % % % % %%%% % %%%% % % %%%%%%%%%%%%%%%%% % % % % % % % % %%% % % % %%%% %%%% % % % %% % % % % % % % % % % %%% % % % % % % % %% % %%%%%%%%%%%%%%% % % % %%%%%% % % % % % % % % % % % % % %% % % % % % % %%% % % % % %% % % % % % % % % % % % %%% % % %%%%%%%% % %% %%% %%% % %%%%%%% % % % % %% % % % % % % % % % % %% % %%%%%%%%%%%%%%%%%% % %%% %%% %%%%%%%%%% % % % % % % % % % % % % % %%% % % % %%%%%% %%%% % % %%% %% % % % % % % % % %%%%% % % % % % % %% % % % % % % % %%%%%%%%% %%% % % % %%%% % % %%%%%%%%%%%%%%%%%% % % % %%% % % % % % % % % % % % %%%%% % % % % % %%% % % % % % % % # # % [ # # # # # # # # #

Telaga Meuk u Sungai Iyu

Seruw ai Tualang Cut

Alur Cuc ur

Kuala Simpang Sek erak Kanan

Sungai Liput

Sim pang Kiri Pulau Tiga Babo

Kec K eju rua n M ud a

Kec T en gg ulu n Kec T am ian g H ulu Kec B and ar P us ak a

Kec S ek er ak Kec M a ny ak Pa ye d

Kec K ara ng B aru Kec K ual a Sim pan g

Kec R a ntau Kec S eru w ai

Kec B and ah ara Kec B and am u lia

S e l a t M

a l a k a

Ka bup aten L ang kat Provinsi Sumatera Utara Kec Pin ding

Kabup aten G ayo Luwes Ke c Serba jadi dan Bire m Ba yeu m

Kabupa ten Aceh Timu r

Ke c L angsa T imur KO TA LANG SA

3 ° 5 5 '3 0

" 3°

5 5 '3 0 " 4 ° 1 '4 0

" 4°

1 '4 0 " 4 ° 7 '5 0

" 4°

7 '5 0 " 4 ° 1 4 '0 0

" 4°

1 4 '0 0 " 4 ° 2 0 '1 0

" 4°

2 0 '1 0 " 4 ° 2 6 '2 0

" 4°

2 6 '2 0 " 4 ° 3 2 '3 0

" 4°

3

2

'3

0

"

97°43 '10 " 97°43 '10 "

97°49 '20 " 97°49 '20 "

97°55 '30 " 97°55 '30 "

98°1' 40" 98°1' 40"

98°7' 50" 98°7' 50"

98°14 '00 " 98°14 '00 "

98°20 '10 " 98°20 '10 "

% [ # ## # # # # # # # # # # # # # # # #

ACEH BESA R PIDI E ACEH JAYA

ACEH BAR AT NAGA N R AYA

ACEH BAR AT D AYA

ACEH SELAT AN ACEH TENG GAR A GAYO LUE S

ACEH TAM IAN G

ACEH SI NGKI L ACEH SI NGKI L SIM EULUE

KOTA LANG SA ACEH TI MUR ACEH TENG AH BENER M ERI AH ACEH UTAR A BIRE UEN

KOTA LHOK SEUM AWE KOTA BAND A A CEH KOTA SABA NG

Singkil Subulussalam Tapakt uan Blang Pidie

Blang Kejer en Karang Baru Langsa Idi Rayeuk Lhoksukon Lhoseum awe

Sim pang Tiga Redel ong Takengon Bir euen Sigli Banda Aceh Jant hoi Calang Meulaboh Jeur am Sinabang Sabang Kutacane PROV INSI SUMA TERA UTARA

2. Hasil R en can a Tim R TRW

Pemukiman

10000 0 10000 Meter s

REVIEW RENCANA TATA RUANG W ILAYAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2007 - 2027

Pe ta : 1

Batas Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang

KE TE RA NG AN :

%Perka mpungan

% [Ibuk ota K abupaten #Kota

Batas Provins i Batas ka bupaten Batas K eca ma ta n Jala n Arteri Jala n Kolek tor Renc ana R el K A Sungai

Su mb er Peta :

1. Penyusunan In ven tar isasi Sumber Daya Alam dan Lingkun gan Kab upaten Aceh Tamian g

Skala : 1:300000

U

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

200 7

1 Jala n La in

Dia gra m Peta :

Unsur yang sangat berperan dalam menentukan klasifikasi dan tipe iklim adalah curah hujan.Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh langsung terhadap kondisi fisik dan lingkungan lahan/tanah. Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, wilayah Tamiang tergolong dalam tipe yang relatif kering sampai basah. Namun, disisi lain curah hujannya terdistribusi merata sepanjang tahun.

Secara geografis batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Langsa Timur Kota Langsa dan Selat Malaka.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pinding Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Serbajadi dan Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka.


(33)

3.2 Ruang lingkup COD (Chemical Oxygen Demand)

COD (Chemical oxygen Demand) adalah salah satu parameter kualitas lingkungan

dimana menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat-zat organik yang diuji secara kimiawi.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Maka konsentrasi COD dalam air harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan.

Apabila nilai COD melebihi batas yang dianjurkan, maka kualitas air tersebut tidak baik. Nilai COD yang sangat tinggi dalam air limbah berasal dari senyawa organik dalam limbah yang sulit untuk diuraikan oleh mikrobiologi. Jika air limbah tersebut dibuang ke sungai, maka sungai akan tercemar dan tidak dapat dijadikan sebagai air untuk kebutuhan sehari-hari. Air yang sudah tercemar tersebut harus dinetralkan melalui beberapa proses tahapan, sehingga tidak mengganggu kehidupan makhluk yang tinggal di sungai.

Uji COD dapat dilakukan dengan refluks tertutup secara spektrofotometer maupun secara titrimetri. Uji COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan-bahan organik yang terdapat didalam air. Pengukuran COD didasarkan pada kenyataan hampir semua bahan organik dapat dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dengan bantuan oksidator kuat yaitu kalium dikromat ( K2Cr2O7) dalam suasana asam. Dengan menggunakan dikromat

sebagai oksidator, diperkirakan sekitar 95 % - 100 % bahan organik dapat dioksidasi.

Hasil data kadar COD (Chemical Oxygen Demand) yang diperoleh dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh tahun 2013 dapat diringkas dalam bentuk tabel seperti pada tabel 3.1.


(34)

Tabel 3.1 Data COD (Chemical Oxygen Demand) pada kualitas air sungai Krueng Tamiang tahun 2013.

Lokasi

Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V Titik VI Titik VII

Data Penelitian

8.08 12.13 16.17 20.21 16.17 12.13 16.17

40.787 28.946 28.946 39.472 44.734 42.103 35.524

19.61 19.61 19.61 34.31 31.86 26.96 29.41

26.97 39.42 37.34 51.87 39.42 20.75 41.49

28.57 38.773 36.733 51.018 40.814 20.407 38.773

Sumber : Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) Aceh

Gambar 3.2 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) pada air sungai Krueng Tamiang tahun 2013

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5

COD

(Chemical Oxygen Demand)

Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V Titik VI Titik VII


(35)

Dari tabel diatas, pengambilan data dilakukan di 7 titik daerah aliran sungai pada titik I dilakukan di desa Kaloy yang letaknya di hulu sungai, kecamatan Tamiang Hulu, titik II di desa Seumadam, kecamatan Kejuruan Mudayang letaknya di belakang RSUD Tamiang, titik III di ambil pada desa Kebon Tengah yang letaknya di belakang Pabrik Kelapa Sawit, kecamatan Kejuruan Muda, titik IV di ambil pada desa Bandar Mahligai, yang letaknya di belakang pasar kota Tamiang kecamatan Sekerak, titik V di Kota Lintang, yaitu pada anak sungai Simpang Kiri Kecamatan Kuala Simpang, titik VI di Alur Manis, yaitu pada anak sungai Simpang Kanan kecamatan Rantau dan titik VII di pekan Seureway yang letaknya di hilir sungai, kecamatan Seureway.

3.3 Baku Mutu Air Sungai

Semakin meningkatnya perkembangan industri, baik industri migas, pertanian, ataupun industri non-migas lainnya, maka semakin meningkat pula tingkat pencemaran pada perairan. Udara dan tanah yang disebabkan oleh hasil buangan industry-industri tersebut juga akan mengalami pencemaran. Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas suatu industri maka perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu air pada sumber air, baku mutu udara emisi, dan baku mutu air laut.

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.

Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (designated

beneficial water uses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang

mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukkan perlu disesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air).


(36)

Penetapan baku mutu air yang didasarkan pada peruntukan semata akan menghadapi kesulitan serta tidak realistis dan sulit dicapai pada air yang kondisi nyata kualitasnya tidak layak untuk semua golongan peruntukan.

Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya, akan dapat dihitung berapa beban zat pencemar yang dapat ditenggang adanya oleh air penerima sehingga air dapat tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Beban pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah ditetapkan peruntukannya.

Dikarenakan beban pencemaran tersebut maka berikut ini adalah kriteria baku mutu air berdasarkan kelas yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kriteria Baku Mutu Air Berdasarkan Kelas

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2001

Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu :

a. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Parameter Satuan Kelas

I II III IV

Temperatur oC Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 5

Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 1000

Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400

KIMIA ANORGANIK

pH mg/L 6 – 9 6 - 9 6 - 9 5 – 9

BOD mg/L 2 3 6 12


(37)

b. Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas I I I , air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

d. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Pembagian kelas ini didasarkan pada peringkat (gradasi) tingkatan baiknya mutu air dan kemungkinan kegunaannya. Tingkatan mutu air kelas I merupakan tingkatan yang terbaik. Secara relatif, tingkatan mutu air kelas I lebih baik dari kelas II, dan selanjutnya.

Tingkatan mutu air dari setiap kelas disusun berdasarkan kemungkinan kegunaannya bagi suatu peruntukan air (designated beneficial water uses). Air baku air minum adalah air yang dapat diolah menjadi air yang layak sebagai air minum denganpengolahan secara sederhana dengan cara difiltrasi, disinfeksi, dan dididihkan.

Klasifikasi mutu air merupakan pendekatan untuk menetapkan kriteria mutu air dari tiap kelas, yang akan menjadi dasar untuk penetapan baku mutu air. Setiap kelas air mempersyaratkan mutu air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukkan tertentu.

Peruntukan lain yang dimaksud misalnya kegunaan air untuk proses industri, kegiatan penambangan dan pembangkit tenaga listrik, asalkan kegunaan tersebut dapat menggunakan air dengan mutu air sebagaimana kriteria mutu air dari kelas air dimaksud.


(38)

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Sungai Krueng Tamiang

Sungai Krueng Tamiang merupakan sungai besar yang membelah dua kota Kuala Simpang, kabupaten Aceh Tamiang. Sungai ini berfungsi sebagai sumber utama air bersih masyarakat kota Kuala Simpang dan bermuara ke Selat Malaka. Di hulu sungai banyak terdapat industri, khususnya industri sawit, karet dan kayu. Sebagian hasil buangan limbah kota Kuala Simpang dialirkan melalui sungai ini pada bagian hilirnya.

Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pencemar sungai dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan asam/basa.

Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau.

Pengelolaan kualitas air sungai adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air sungai yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air sungai tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengelolaan kualitas air sungai dilakukan untuk menjamin kualitas air sungai yang diinginkan sesuai peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya. Seperti pada tabel 3.1


(39)

1 2 3 4 5 Titik I Desa Kaloy 8,08 40,787 19,61 26,97 28,57 Baku Mutu Air Sungai 25 25 25 25 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

maka dapat dibuat pula rata-ratanya sesuai pada tiap titik yang diambil sampel kadar COD (Chemical Oxigen Demand) seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1 Rata-rata COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Tiap Titik Lokasi Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V Titik VI Titik VII

Data Penelitian

8.08 12.13 16.17 20.21 16.17 12.13 16.17

40.787 28.946 28.946 39.472 44.734 42.103 35.524

19.61 19.61 19.61 34.31 31.86 26.96 29.41

26.97 39.42 37.34 51.87 39.42 20.75 41.49

28.57 38.773 36.733 51.018 40.814 20.407 38.773

Jumlah 124.017 138.879 138.799 196.880 172.998 122.350 161.367

Rata-rata 24.80 27.78 27.76 39.38 34.60 24.47 32.27

Pada titik I sampai titik VII klasifikasi mutu air yang digunakan adalah kelas II yaitu 25 mg/l. Hal ini dikarenakan di sepanjang daerah aliran sungai merupakan aliran pemukiman masyarakat sehingga masyarakat sekitar masih menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan data perlakuan dari tabel diatas dapat dibuat grafik perbandingan hasil penelitian dengan baku mutu yang telah ditentukan pemerintah.


(40)

Gambar 4.1 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik I DesaKaloy Dari grafik 4.1 diatas dapat dilihat bahwa pada pengambilan data sampel di titik I desa Kaloy, kecamatan Tamiang Hulu pada pengulangan ke-2 yang tampak jauh melebihi ambang batas baku mutu yang ditentukan. Namun jika dirata-ratakan secara keseluruhan maka diperoleh ̅ sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata untuk tahun 2013 kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) dibawah ambang baku mutu air sungai yang telah ditetapkan

pemerintah.

Sesuai dengan peraturan pemerintah no. 32 tahun 2001 dari batas ambang baku mutu maka dapat disimpulkan kondisi air sungai Krueng Tamiang pada titik I desa Kaloy ini dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, sebagai prasarana/ sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, mengairi pertanaman maupun peternakan.

Gambar 4.2 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik II Seumadam

Dari grafik 4.2 diatas dapat dilihat bahwa pada pengambilan data sampel di titik II Seumadam, kecamatan Kejuruan Muda pada pengulangan ke-4 dan ke-5 yang tampak jauh melebihi ambang batas baku mutu yang ditentukan. Jika dirata-ratakan secara keseluruhan maka diperoleh ̅ sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata untuk tahun 2013 kadar COD (Chemical

1 2 3 4 5

Titik II Seumadam 12,13 28,946 19,61 39,42 38,773 Baku Mutu Air Sungai 25 25 25 25 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45


(41)

Oxygen Demand) diatas ambang baku mutu air sungai yang telah ditetapkan pemerintah.

Jika dilihat dari ambang batas baku mutu maka dapat disimpulkan kondisi air sungai Krueng Tamiang pada titik II Seumadam ini harus melalui pengolahan air bersih lagi mengingat aliran sungai ini digunakan sebagai tempat pembuangan limbah dari rumah sakit sehingga dapat digunakan untuk prasarana/sarana peternakan maupun untuk mengairi pertanaman atau irigasi.

Gambar 4.3 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik III Kebon Tengah

Dari grafik 4.3 diatas dapat dilihat bahwa pada pengambilan data sampel di titik III Kebon Tengah, kecamatan Kejuruan Muda pada pengulangan ke-4 dan ke-5 yang tampak jauh melebihi ambang batas baku mutu yang ditentukan. Jika dirata-ratakan secara keseluruhan maka diperoleh ̅ sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata untuk tahun 2013 kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) diatas ambang baku mutu air sungai yang telah ditetapkan

pemerintah.

Jika dilihat dari ambang batas baku mutu maka dapatdisimpulkan kondisi air sungai Krueng Tamiang pada titik III Kebon Tengah ini harus melalui

1 2 3 4 5

Titik III Kebon Tengah 16,17 28,946 19,61 37,34 36,733 Baku Mutu Air Sungai 25 25 25 25 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40


(42)

pengolahan air bersih lagi mengingat aliran sungai ini digunakan sebagai tempat pembuangan limbah dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sehingga dapat digunakan untuk prasarana/sarana peternakan maupun untuk mengairi pertanaman.

Gambar 4.4 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik IV Desa Bandar Mahligai

Dari grafik 4.4 diatas dapat dilihat bahwa pada pengambilan data sampel di titik IV desa Bandar Mahligai, kecamatan Sekerak hanya pada pengulangan ke-1 yang masih di bawah ambang batas baku mutu yang ditentukan. Jika dirata-ratakan secara keseluruhan maka diperoleh ̅ sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata untuk tahun 2013 kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) jauh diatas ambang batas baku mutu air sungai yang telah

ditetapkan pemerintah.

Jika dilihat dari ambang batas baku mutu maka dapat disimpulkan kondisi air sungai Krueng Tamiang pada titik IV desa Bandar Mahligai ini harus melalui pengolahan air bersih lagi mengingat aliran sungai ini digunakan sebagai tempat pembuangan limbah pasar dan digunakan oleh masyarakat sekitar untuk keperluan aktivitas sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk prasarana/sarana peternakan maupun untuk mengairi pertanaman atau irigasi.

1 2 3 4 5

Titik IV Desa Bandar

Mahligai 20,21 39,472 34,31 51,87 51,018 Baku Mutu Air Sungai 25 25 25 25 25

0 10 20 30 40 50 60


(43)

Gambar 4.5 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik V Kota Lintang

Dari grafik 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pada pengambilan data sampel di titik V Kota Lintang, kecamatan Kuala Simpang hanya pada pengulangan ke-1 yang masih di bawah ambang batas baku mutu yang ditentukan. Jika dirata-ratakan secara keseluruhan maka diperoleh ̅ sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata untuk tahun 2013 kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) jauh diatas ambang batas baku mutu air sungai yang telah

ditetapkan pemerintah.

Jika dilihat dari ambang batas baku mutu maka dapat disimpulkan kondisi air sungai Krueng Tamiang pada titik V Kota Lintang ini harus melalui pengolahan air bersih lagi sehingga dapat digunakan untuk prasarana/sarana peternakan maupun untuk mengairi pertanaman.

1 2 3 4 5

Titik V Kota Lintang 16,17 44,734 31,86 39,42 40,814 Baku Mutu Air Sungai 25 25 25 25 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50


(44)

Gambar 4.6 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik VI Alur Manis

Dari grafik 4.6 diatas dapat dilihat bahwa pada pengambilan data sampel di titik VI Alur Manis, kecamatan Rantau pada pengulangan ke-2 yang tampak jauh melebihi ambang batas baku mutu yang ditentukan. Namun jika dirata-ratakan secara keseluruhan maka diperoleh ̅ sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata untuk tahun 2013 kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) dibawah ambang baku mutu air sungai yang telah ditetapkan

pemerintah.

Jika dilihat dari ambang batas baku mutu maka dapat disimpulkan kondisi air sungai Krueng Tamiang pada titik VI Alur Manis ini masih dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar maupun peternakan.

1 2 3 4 5

Titik VI Alur Manis 12,13 42,103 26,96 20,75 20,407 Baku Mutu Air Sungai 25 25 25 25 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45


(45)

Gambar 4.7 Grafik COD (Chemical Oxygen Demand) di titik VII Pekan Seureway

Dari grafik 4.7 diatas dapat dilihat bahwa pada pengambilan data sampel di titik VII Pekan Seureway, kecamatan Seureway hanya pada pengulangan ke-1 yang masih di bawah ambang batas baku mutu yang ditentukan. Jika dirata-ratakan secara keseluruhan maka diperoleh ̅ sehingga dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata untuk tahun 2013 kadar COD (Chemical

Oxygen Demand) jauh diatas ambang batas baku mutu air sungai yang telah

ditetapkan pemerintah.

Jika dilihat dari ambang batas baku mutu maka dapat disimpulkan kondisi air sungai Krueng Tamiang pada titik VII Pekan Seureway ini harus melalui pengolahan air bersih lagi sehingga dapat digunakan untuk prasarana/sarana peternakan maupun untuk mengairi pertanaman.

4.2 Analisis COD (Chemical Oxygen Demand)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis varians satu arah sebagai alat untuk menganalisis data yang diperoleh.

1 2 3 4 5

Titik VII Pekan

Seureuway 16,17 35,524 29,41 41,49 38,773 Baku Mutu Air Sungai 25 25 25 25 25

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45


(46)

Hipotesis uji : H0 :

H1 :

Seperti pada tabel sebelumnya yaitu tabel 4.1 maka diperoleh :

n = 5

k = 7 yaitu dari titik lokasi perlakuan yang berbeda

Berdasarkan data kadar COD (Chemical Oxygen Demand) tersebut maka statistik deskriptif dan tabel kadar COD adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Hasil 35 8.080 51.870 30.1511E1 11.548267

Valid N (listwise) 35

Dengan taraf nyata ,

Maka F tabel {α, (k-1, N-k)} = F tabel{0,01 (6,28)} = 3.53

Tabel 4.3 Tabel Kadar COD

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable : Kadar COD

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 908.126a 6 151.354 1.169 .351

Intercept 31818.200 1 31818.200 245.687 .000

Lokasi 908.126 6 151.354 1.169 .351

Error 3626.197 28 129.507

Total 36352.523 35

Corrected Total 4534.324 34


(47)

Dengan T : 1055.290, n : 5, k : 7 maka statistik uji adalah sebagai berikut :

∑ ∑

Perhitungan analisis varians melalui SPSS dapat diringkas dalam bentuk tabel seperti pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Analisis Varians Satu Arah ANOVA

Hasil

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 908.126 6 151.354 1.169 .351

Within Groups 3626.197 28 129.507

Total 4534.324 34

Hipotesis uji : H0 :

H1 :

Berdasarkan tabel 4.4 sebelumnya diperoleh statistik uji : F hitung adalah 1.169


(48)

Hipotesis keputusan yang digunakan yaitu :

F hitung ≥ F tabel maka H1 diterima artinya ada perbedaan pada kadar COD

(Chemical Oxygen Demand) di aliran sungai Krueng Tamiang

F hitung < F tabel maka H0 diterima artinya tidak ada perbedaan pada kadar COD

(Chemical Oxygen Demand) di aliran sungai Krueng Tamiang

Kesimpulan : Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

atau perlakuan berpengaruh tidak nyata pada kadar COD (Chemical Oxygen

Demand) di aliran sungai Krueng Tamiang.

4.2.1 Uji Bartlett

Hipotesis yang digunakan dalam uji bartlett yaitu : H0 : (Homogen)

H1 : minimal 2 varians tidak sama

Dengan menentukan taraf nyata (α ) dan b tabel, jumlah sampel sama yaitu

n=5 dan α = 0.01 maka diperoleh :

bk(α ; n) = bk (0.01 ; 5) = 0.5207

∑ ∑

Dimana ∑ ∑


(49)

Perhitungan ini dilanjutkan sampai sehingga ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5 Varians Data COD (Chemical Oxygen Demand) Titik I Titik II Titik III Titik

IV

Titik V Titik VI

Titik VII

Data Penelitian

8.08 12.13 16.17 20.21 16.17 12.13 16.17

40.787 28.946 28.946 39.472 44.734 42.103 35.524

19.61 19.61 19.61 34.31 31.86 26.96 29.41

26.97 39.42 37.34 51.87 39.42 20.75 41.49

28.57 38.773 36.733 51.018 40.814 20.407 38.773

Jumlah 124.017 138.879 138.799 196.88 172.998 122.35 161.367

Rata-rata 24.80 27.78 27.76 39.38 34.60 24.47 32.27

Varians = Si2 145.25 142.34 93.61 171.16 127.93 124.94 101.32

Berdasarkan data diatas diperoleh statistik uji seperti berikut: ∑

Untuk pengujian hipotesis :


(50)

Bila b hitung≥ b tabel maka Ho diterima

Karena b = b(0.01; 5) atau 0.5207 < 0.9816, maka keputusan Ho diterima dan

disimpulkan bahwa varians dari data tersebut homogen.

4.2.2 Uji Tukey (Honestly Significant Differences)

Karena Ho diterima maka tidak perlu dilakukan analisis lanjutan, yaitu uji rata-rata


(51)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian analisis kadar COD (Chemical Oxygen Demand) di sungai Krueng Tamiang membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis varians, F hitung< F tabel {0,05(6,28)} atau 1.169 < 3.53 maka

tidak ada perbedaan yang nyata pada kadar COD (Chemical Oxygen Demand)

di aliran sungai Krueng Tamiang.

2. Kondisi kualitas air sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang masih baik dimana dari tujuh lokasi yang diamati, parameter kadar COD

(Chemical Oxygen Demand) masih berada di sekitar nilai ambang batas baku

mutu air sungai yaitu 25 mg/l sesuai dengan PP RI no. 32 tahun 2001 tentang kriteria baku mutu air berdasarkan kelas.

3. Penelitian ini berdasarkan data kadar COD (Chemical Oxygen Demand) di sungai Krueng Tamiang pada tahun 2013, yang dianalisis menggunakan analisis varians rancangan acak lengkap satu arah dan uji Bartlett.

4. Berdasarkan rata-rata penelitian di tujuh titik lokasi maka hanya pada titik I desa Kaloy dan titik VI Alur Manis ini dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, sedangkan pada titik-titik lainnya masih harus melalui pengolahan air bersih lagi sehingga dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari maupun prasarana/sarana peternakan, mengairi pertanaman.


(52)

5.2 Saran

Dalam upaya menjaga kondisi air sungai agar dapat terjaga dengan baik, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah maupun masyarakat berupaya mengimplementasikan kebijakan dalam menanggulangi pencemaran daerah aliran sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Dikarenakan dugaan sementara oleh penulis bahwa Ho ditolak, untuk itu perlu

dilakukan penelitian lanjutan terhadap kualitas air dan parameter lain yang mempengaruhi kualitas air di sepanjang aliran sungai Krueng Tamiang.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi

Agusnar, Harry 2007. Kimia Lingkungan. Medan : Penerbit USU Press.

Badan Pusat Statistik. 2013. Aceh Tamiang dalam Angka 2013. Buku Revisi II. BPS. Aceh.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh. 2014. Buku Data Status Lingkungan Hidup Aceh Tahun 2013.BapedalAceh.

Dixon, Wilfrid J & Frank J. Massey Jr. Pengantar Analisis Statistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hanafiah, Kemes Ali MS. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Rajawali Press.

Harinaldi, 2005. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lungan, Richard. 2006. Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Montgomery, D 2005. Design And Analysis Of Experiment 6th edition. JohnWilley andSons. New York.

Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan & Marzuki.2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Santosa, R. Gunawan. 2004. Statistik. Yogyakarta :Penerbit Andi.

Sarwoko.2007. Statistik Inferensi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Siagian, Dergibson Sugiarto. 2000. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sudjana. 1975. Metode Statistika. Bandung : PT. Tarsito.

Wapole, Ronald E & Raymond H Myers.1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuan edisi keempat. Bandung : Penerbit ITB Bandung.


(54)

Tabel 1.Data COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Kualitas Air Sungai Krueng Tamiang Tahun 2013.

Lokasi

Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V Titik VI Titik VII

Data Penelitian

8.08 12.13 16.17 20.21 16.17 12.13 16.17

40.787 28.946 28.946 39.472 44.734 42.103 35.524

19.61 19.61 19.61 34.31 31.86 26.96 29.41

26.97 39.42 37.34 51.87 39.42 20.75 41.49

28.57 38.773 36.733 51.018 40.814 20.407 38.773

Sumber : Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) Aceh

Keterangan : Lokasi Sampling

Titik I : DesaKaloy, Kec. Tamiang Hulu Titik II : Seumadam, Kec. KejuruanMuda Titik III : Kebon Tengah, Kec. KejuruanMuda Titik IV : Desa Bandar Mahligai, Kec. Sekerak Titik V : Kota Lintang, Kec. Kuala Simpang Titik VI : Alur Manis, Kec. Rantau


(1)

Perhitungan ini dilanjutkan sampai sehingga ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5 Varians Data COD (Chemical Oxygen Demand)

Titik I Titik II Titik III Titik IV

Titik V Titik VI

Titik VII

Data Penelitian

8.08 12.13 16.17 20.21 16.17 12.13 16.17 40.787 28.946 28.946 39.472 44.734 42.103 35.524

19.61 19.61 19.61 34.31 31.86 26.96 29.41 26.97 39.42 37.34 51.87 39.42 20.75 41.49 28.57 38.773 36.733 51.018 40.814 20.407 38.773 Jumlah 124.017 138.879 138.799 196.88 172.998 122.35 161.367 Rata-rata 24.80 27.78 27.76 39.38 34.60 24.47 32.27 Varians = Si2 145.25 142.34 93.61 171.16 127.93 124.94 101.32

Berdasarkan data diatas diperoleh statistik uji seperti berikut: ∑

Untuk pengujian hipotesis :

Bila b hitung < b tabel maka Ho ditolak,


(2)

Bila b hitung ≥ b tabel maka Ho diterima

Karena b = b(0.01; 5) atau 0.5207 < 0.9816, maka keputusan Ho diterima dan disimpulkan bahwa varians dari data tersebut homogen.

4.2.2 Uji Tukey (Honestly Significant Differences)

Karena Ho diterima maka tidak perlu dilakukan analisis lanjutan, yaitu uji rata-rata berganda melalui metode Tukey (Honestly Significant Differences).


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian analisis kadar COD (Chemical Oxygen Demand) di sungai Krueng Tamiang membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis varians, F hitung< F tabel {0,05(6,28)} atau 1.169 < 3.53 maka tidak ada perbedaan yang nyata pada kadar COD (Chemical Oxygen Demand)

di aliran sungai Krueng Tamiang.

2. Kondisi kualitas air sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang masih baik dimana dari tujuh lokasi yang diamati, parameter kadar COD (Chemical Oxygen Demand) masih berada di sekitar nilai ambang batas baku mutu air sungai yaitu 25 mg/l sesuai dengan PP RI no. 32 tahun 2001 tentang kriteria baku mutu air berdasarkan kelas.

3. Penelitian ini berdasarkan data kadar COD (Chemical Oxygen Demand) di sungai Krueng Tamiang pada tahun 2013, yang dianalisis menggunakan analisis varians rancangan acak lengkap satu arah dan uji Bartlett.

4. Berdasarkan rata-rata penelitian di tujuh titik lokasi maka hanya pada titik I desa Kaloy dan titik VI Alur Manis ini dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari, sedangkan pada titik-titik lainnya masih harus melalui pengolahan air bersih lagi sehingga dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari maupun prasarana/sarana peternakan, mengairi pertanaman.


(4)

5.2 Saran

Dalam upaya menjaga kondisi air sungai agar dapat terjaga dengan baik, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah maupun masyarakat berupaya mengimplementasikan kebijakan dalam menanggulangi pencemaran daerah aliran sungai Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Dikarenakan dugaan sementara oleh penulis bahwa Ho ditolak, untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap kualitas air dan parameter lain yang mempengaruhi kualitas air di sepanjang aliran sungai Krueng Tamiang.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : Penerbit Andi Agusnar, Harry 2007. Kimia Lingkungan. Medan : Penerbit USU Press.

Badan Pusat Statistik. 2013. Aceh Tamiang dalam Angka 2013. Buku Revisi II. BPS. Aceh.

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Aceh. 2014. Buku Data Status Lingkungan Hidup Aceh Tahun 2013.BapedalAceh.

Dixon, Wilfrid J & Frank J. Massey Jr. Pengantar Analisis Statistik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Hanafiah, Kemes Ali MS. 2011. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Rajawali Press.

Harinaldi, 2005. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lungan, Richard. 2006. Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang. Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

Montgomery, D 2005. Design And Analysis Of Experiment 6th edition. JohnWilley andSons. New York.

Nurgiyantoro, Burhan, Gunawan & Marzuki.2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Santosa, R. Gunawan. 2004. Statistik. Yogyakarta :Penerbit Andi.

Sarwoko.2007. Statistik Inferensi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Siagian, Dergibson Sugiarto. 2000. Metode Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sudjana. 1975. Metode Statistika. Bandung : PT. Tarsito.

Wapole, Ronald E & Raymond H Myers.1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuan edisi keempat. Bandung : Penerbit ITB Bandung.


(6)

Tabel 1.Data COD (Chemical Oxygen Demand) Pada Kualitas Air Sungai Krueng Tamiang Tahun 2013.

Lokasi

Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V Titik VI Titik VII

Data Penelitian

8.08 12.13 16.17 20.21 16.17 12.13 16.17

40.787 28.946 28.946 39.472 44.734 42.103 35.524

19.61 19.61 19.61 34.31 31.86 26.96 29.41

26.97 39.42 37.34 51.87 39.42 20.75 41.49

28.57 38.773 36.733 51.018 40.814 20.407 38.773 Sumber : Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan) Aceh

Keterangan : Lokasi Sampling

Titik I : DesaKaloy, Kec. Tamiang Hulu Titik II : Seumadam, Kec. KejuruanMuda Titik III : Kebon Tengah, Kec. KejuruanMuda Titik IV : Desa Bandar Mahligai, Kec. Sekerak Titik V : Kota Lintang, Kec. Kuala Simpang Titik VI : Alur Manis, Kec. Rantau