Ir. Fredy Kurniawan Boiman

4.1.2 Ir. Fredy Kurniawan

Fredy adalah salah satu calon lurah yang sangat pandai dan kaya di Desa Jati Dhoyong. Fredy adalah insinyur lulusan Universitas Gadjah Mada, Namun para warga sangsi dengan keberadaan Fredy. Sebagai penggambarannya ia pandai: ”Jenengku Fredy Kurniawan. Gelar Insinyur Pertanian kasil takranggeh saka Universitas Gadjah Mada, sawijining pamulangan luhur sing wis kawentar” Sirah, 1. ’Nama saya Fredy Kurniawan. Gelar Insinyur Pertanian hasil saya raih dari Universitas Gadjah Mada, salah satu Universitas yang sudah terkenal.’ Fredy sudah lama sekali meninggalkan Desa Jati Dhoyong dan menjalani hidup di Jakarta. Warga takut jika Fredy terpilih menjadi lurah ia tidak mengetahui seluk beluk warga Jati Dhoyong. “Lur, nek aku ki egois mung mikir awakku dhewe, ngapa ndadak keraya-raya mulih neng Jati Dhoyong kene. Ha mbok uwis neng Jakarta. Uripku ki wis kecukupan, kepara turah- turah. Ning kuwi dudu gegayuhanku. Aku dhuwe pepinginan sing tak pendhem, yakuwi ngabdi marang desa kelairan” Sirah, 2. ’Lur, jika saya egois dan hanya memikirkan diri sendiri, untuk apa saya rela pulang ke Jati Dhoyong ini. Mending hidup di Jakarta saja. Hidupku sudah berkecukupan, malah sisa. Tapi itu bukan keinginan saya, saya punya keinginan yang terpendam, yaitu mengabdi kepada desa kelahiran saya.’ Kutipan di atas menggambarkan Fredy yang sangat perhatian terhadap warga Desa Jati Dhoyong. Hal ini Fredy utarakan ketika ia berkampanye di depan semua warga. Teknik pelukisan tokoh di atas sesuai dengan teknik cakapan.

4.1.3 Boiman

Boiman merupakan salah satu calon lurah satu-satunya mengetahui susah payahnya warga Desa Jati Dhoyong. Boiman adalah sosok laki-laki yang sangat gagah, sebagai penggambarannya: ”Sing diundang ngadheg. Pawakane gagah gedhe dhuwur kanthi brengos pindha Raden Gathutkaca.”Sirah, 10. ’Yang dipanggil berdiri. Perawakannya gagah tinggi besar dengan kumis seperti Raden Gathutkaca.’ Teknik pelukisan tokoh di atas sesuai dengan teknik pelukisan fisik. Boiman sehari-harinya memang bertempat tinggal di Desa kelahirannya itu, namun ketika pemilihan lurah, Boiman juga menggunakan trik-triknya untuk menarik simpati warganya yaitu dengan membagi-bagikan uang kepada warga, dengan maksud untuk memilih dirinya pada saat pemilihan lurah. Sebagai penggambarannya: “Nek bab dhuwit ki gampang. Mengko ana wur-wur, malah punjul saka kuwi. Lire ngene. Yen panjenengan kabeh maringi kapercayan marang aku minangka dadi lurah, tak jamin uripe warga padha kecukupan. Sirah, 11 ’Jika masalah uang mudah. Nanti ada bagi-bagi, apalagi bisa lebih dari itu. Gampangnya begini, jika kalian semua memberi kepercayaan kepada saya untuk menjadi lurah, saya jamin hidup para warga akan serba berkecukupan.’

4.1.4 Wijayani