Pengaruh Modal Pinjaman Dan Pembinaan TerhadapKinerja Usaha Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (Pmu) Bazda Kota Tangerang

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.,Sy)

Oleh:

DINA RAISA OKTAVIANA

NIM: 109046100227

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Nama : DINA RAISA OKTAVIANA

NIM : 109046100227

Fakultas : Syariah dan Hukum

Program Studi : Muamalat (Ekonomi Islam) Konsentrasi : Perbankan Syariah

Jenis Karya Tulis : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti Non-ekslusive (Non-exclusive royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “PENGARUH MODAL PINJAMAN DAN PEMBINAAN TERHADAP KINERJA USAHA PESERTA PROGRAM PINJAMAN MODAL USAHA (PMU) BAZDA KOTA TANGERANG”

Dengan hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya tulis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Ciputat, Maret 2014 Yang menyatakan,


(6)

v

ABSTRAK

Dina Raisa Oktaviana, NIM: 109046100227. Pengaruh Modal Pinjaman dan Pembinaan Terhadap Kinerja Usaha Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang. Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014.

Isi: xiii + 71 halaman + 13 lampiran, 30 literatur (1983 - 2012)

BAZDA Kota Tangerang merupakan lembaga non profit pengelola dana ZIS yang memiliki program-program pendayagunaan dana ZIS dengan pola produktif yang bertujuan untuk membantu pelaku usaha di Kota Tangerang untuk bisa terus mengembangkan usahanya. Penelitian di dalam skripsi ini meneliti salah satu program yang dijalankan oleh BAZDA Kota Tangerang, yaitu program Pinjaman Modal Usaha (PMU) yang merupakan program khusus untuk usaha-usaha mikro dengan memberikan bantuan berupa modal pinjaman dan pembinaan dengan tujuan meningkatkan kinerja usaha para pelaku usaha mikro tersebut. Penelitian ini bermaksud untuk menguji pengaruh dari modal pinjaman dan pembinaan terhadap kinerja usaha para peserta program PMU.

Variabel yang digunakan adalah modal pinjaman, pembinaan dan kinerja usaha. Metode pengolahan data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan sampel objek penelitian 50 responden. Objek penelitian adalah pelaku usaha mikro yang tergabung menjadi peserta program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA kota Tangerang. Hasil penelitian analisis statistik menggunakan Statistical Package for the Social Science (SPSS) menunjukkan bahwa variabel modal pinjaman dan pembinaan berpengaruh terhadap kinerja usaha peserta program PMU.

Kata Kunci : Modal Pinjaman, Pembinaan dan Kinerja Pembimbing : Djaka Badranaya, S.Ei., ME.

NIP : 197705302007011008


(7)

vi

serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dengan izin Allah SWT, penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Modal Pinjaman dan Pembinaan terhadap Kinerja Usaha Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang” dengan baik.

Penulis menyadari bahwa penelitian untuk penulisan skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak, karena banyak rintangan yang dilalui penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, tetapi dengan kesungguhan hati, kerja keras, serta bantuan dan do’a dari berbagai pihak, akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Yang tercinta, Papah Susnendar dan Mamah Eka Ramawati yang senantiasa selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dukungan, bimbingan serta kesabaran bagi anak-anaknya.

2. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Euis Amalia, M.A. dan Mu’min Rouf, S.A., M.A., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Djaka Badranaya, S.A., ME., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan, serta meluangkan waktunya untuk penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.


(8)

vii

5. Drs. Noryamin Aini, M.A dan Sofyan Rizal M.Si, selaku penguji yang telah memberikan kritik dan pengarahan kepada penulis demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan mendapat balasan dari Allah SWT.

7. Segenap karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Indonesia yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan literatur yang berkaitan dengan skripsi ini. 8. Staf BAZDA Kota Tangerang, Ibu Siti Syahriyah, S.Ei., yang telah

memberikan informasi dan bantuan untuk kebutuhan penyusunan skripsi ini.

9. Mba Ayu dan A’ Yudy, terima kasih untuk dukungan dan bantuan yang kalian berikan, juga kepada ponakan penulis: Qeenan Umair Aydillah yang selalu bisa memberikan hiburan di tengah kejenuhan dalam pembuatan skripsi ini.

10. Mbah Kakung dan Mbah Uti, yang telah memberikan bantuan berupa fasilitas tempat tinggal dan dukungan kepada penulis semasa berada di perkuliahan, matur suwun sanget yo Mbah.

11. Keluarga besar Soewarno, Oom dan Tante semuanya yang selalu memberikan motivasi dan mendukung segala hal kepada penulis, serta para sepupu: Kemal, Aidil, Ariel, Haura, Anis, Saras, Fira, Sultan, Salwa, Sarah, Ja’far, dan Hana, terima kasih untuk kebersamaan dan keceriaan yang selalu ada selama ini.

12. Keluarga besar Kusen. Terima kasih untuk do’a dan dukungannya, semoga silaturahmi kita selalu terjaga.


(9)

viii

selalu ada menemani penulis dalam melewati masa-masa suka maupun duka.

15. Teman-teman PSF2009 yang menemani semasa perkuliahan dan memberikan saran serta kritik untuk skripsi ini, juga untuk sahabat-sahabatku Puri Hukmi Lestari dan Hilda Arnaz yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi kisah, canda dan tawa, serta untuk Nabila Damayanti, Suhaelah, Nurwakhidurrohman dan Gandy Perdana Putra, terima kasih untuk kebersamaan dan segala bantuannya.

16. Sahabat-sahabat penulis: Arinda Mardiana Hanifah, Ratna Purnamasari, Siva Widi Junita dan Ichgo Subastiar, terima kasih untuk kebersamaan, dukungan dan bantuan kalian, para sahabat kecil.

Pada akhirnya hanya kepada Allah SWT semua amal baik tersebut penulis kembalikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat dan memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ekonomi Islam.

Ciputat, Maret 2014


(10)

ix

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Pedoman Penulisan Skripsi ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

B. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 23

C. Model Kerangka Penelitian ... 26

D. Hipotesis ... 27

E. Indikator Variabel ... 28

F. Operasional Variabel Penelitian ... 32 BAB III METODE PENELITIAN


(11)

x

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

B. Profil Responden dan Usaha ... 53

C. Hasil Uji Statistik Deskripstif ... 59

D. Hasil Uji Regresi Berganda ... 60

E. Elaborasi ... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1.1 Daftar Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU)

Tahun 2005 – 2012 ... 4

Tabel 2.2 Operasional Variabel Penelitian ... 32

Tabel 3.1 Skala Likert ... 35

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Modal Pinjaman ... 38

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pembinaan ... 39

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Usaha ... 40

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Modal Pinjaman ... 41

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pembinaan ... 42

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Usaha ... 42

Tabel 3.8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 43

Tabel 4.3 Nilai Usaha Responden ... 54

Tabel 4.6 Nilai Modal Pinjaman yang Diterima Responden... 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 59

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 60

Tabel 4.9 Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji F Statistik) ... 61

Tabel 4.10 Hasil Uji t Statistik ... 62


(13)

xii

Gambar 3.9 Hasil Uji Normalitas ... 44

Gambar 3.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 45

Gambar 4.1 Skema Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) ... 52

Gambar 4.2 Jenis Kelamin Responden ... 54

Gambar 4.4 Jenis Usaha Responden ... 55


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Kuesioner Penelitian ... 1 Profil Responden ... 2 Data MSI ... 3


(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Zakat merupakan bagian dari rukun Islam, selain syahadat, sholat, puasa dan haji. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib untuk setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Dalam pelaksanaannya, zakat biasanya dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat konsumtif, padahal pengalokasian dana zakat juga bisa ditujukan untuk kegiatan usaha yang bersifat produktif. Hal ini bertujuan agar dana zakat yang dikelola tidak habis untuk keperluan konsumsi, melainkan dana zakat bisa terus berputar secara berkesinambungan, sehingga para mustahik sebagai pihak yang menerima dana zakat bisa menjadi mandiri melalui kegiatan usaha produktif dan tidak lagi bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya, zakat produktif merupakan salah satu cara untuk membangun dan meningkatkan kegiatan usaha mandiri para penerimanya.

Di Indonesia, kegiatan usaha dibagi menjadi berbagai macam tingkatan atau skala, yaitu Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar. Kenyataannya, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, hingga awal tahun 2013 persentase jumlah skala usaha yang


(16)

2

mendominasi adalah usaha mikro, yaitu sebesar 99,79%. Namun, jumlah yang mendominasi tersebut tidak sebanding dengan produktivitas yang dihasilkan, bahwa di tahun yang sama usaha mikro hanya mampu memberikan kontribusi ekspor produk-produknya sebesar 1,29%. Artinya, terdapat permasalahan di dalam kinerja usaha mikro. Salah satu akar permasalahan utama yang dihadapi yaitu lemahnya permodalan. Hal ini terjadi karena usaha mikro belum mampu mengakses modal pinjaman ke lembaga-lembaga keuangan formal, buktinya hingga tahun 2011 baru sekitar 25% atau sekitar 13 juta pelaku Usaha Mikro dan Kecil yang mendapat akses ke lembaga keuangan.1 Melihat fenomena tersebut, di sinilah seharusnya zakat produktif berperan dalam memenuhi terbatasnya modal usaha mikro, karena sampai saat ini sudah tidak sedikit Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang menghimpun dan menyalurkan dana zakat, diantaranya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Dompet Dhuafa Republika, Pos Keadilan Peduli umat (PKPU), Yayasan Amanah Takaful, dan Yayasan Rumah Zakat Indonesia.

Salah satu lembaga yang memiliki peran dalam hal mendukung keberadaan usaha mikro adalah BAZDA Kota Tangerang, yaitu sebuah

1

Herderu Purnomo, “52 Juta UMK di Indonesia, 60% Dijalankan Perempuan”, artikel diakses pada 28 Desember 2012 dari http://finance.detik.com/read/2011/12/05/160638/1783039/5/52-juta-umk-di-indonesia-60-dijalankan-perempuan


(17)

lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sedekah pada tingkat daerah. Sebagai lembaga amil zakat, BAZDA Kota Tangerang juga menunjukkan kepeduliannya terhadap pelaku usaha mikro dengan mengelola zakat secara produktif, hal ini dilakukan karena BAZDA Kota Tangerang memiliki tekad untuk menumbuhkan kesadaran religius masyarakat dan mengatasi masalah kesulitan ekonominya. Dalam hal penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS), BAZDA Kota Tangerang memiliki potensi yang besar. Pada bulan Desember 2012, BAZDA Kota Tangerang berhasil menghimpun dana ZIS kurang lebih sebesar Rp. 1 Milyar. Program pendayagunaan yang dimiliki oleh BAZDA Kota Tangerang memiliki dua aksi, yaitu pendayaan ekonomi dan pendayaan Sumber Daya Manusia (SDM) 2.

Program pendayaan ekonomi memiliki program-program yang terfokus pada pemberdayaan dan pengembangan usaha para kaum dhuafa dan pelaku-pelaku usaha mikro. Cara yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang untuk mewujudkan kepeduliannya adalah mengadakan program Pinjaman Modal Usaha (PMU). Program PMU merupakan bentuk upaya dari BAZDA Kota Tangerang untuk membantu mengatasi masalah kesulitan permodalan yang dialami oleh

2

Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Syahriyah, sebagai Sekretaris I BAZDA Kota Tangerang, 2 Mei 2013.


(18)

4

para peserta programnya yang merupakan pelaku-pelaku usaha mikro di Kota Tangerang.

Di dalam pelaksanaan program PMU, tentunya banyak kendala yang dihadapi BAZDA Kota Tangerang, salah satunya adalah resiko tidak dikembalikannya angsuran pinjaman oleh peserta program, untuk itu BAZDA Kota Tangerang melakukan strategi dengan cara menyertakan pembinaan kepada peserta program, sehingga modal pinjaman yang diberikan mampu dikelola dengan benar dan resiko tersendatnya pembayaran angsuran pinjaman bisa diperkecil. Menurut data yang diperoleh dari BAZDA Kota Tangerang, jumlah peserta program PMU dari tahun 2005 – 2012 berjumlah 418 peserta dengan jumlah dana Rp. 1.609.840.000.

Tabel 1.1

Daftar Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) Tahun 2005 - 2012

No. Tahun Jumlah yang

Dipinjam

Jumlah

Peserta Keterangan

1. 2005 Rp. 11.500.000 4 PMU

2. 2006 Rp. 12.500.000 3 PMU

3 2007 Rp. 58.500.000 11 PMU

4 2008 Rp. 128.500.000 27 PMU

5 2009 Rp. 213.500.000 50 PMU

6 2010 Rp. 403.800.000 103 PMU

7 2011 Rp. 511.250.000 123 PMU

8 2012 Rp. 274.290.000 100 PMU


(19)

Bantuan yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang melalui program PMU bisa menjadi salah satu strategi untuk mengatasi masalah permodalan yang dialami oleh usaha mikro, namun yang menjadi permasalahan adalah apakah program PMU secara nyata dapat meningkatkan kinerja para peserta programnya sebagai pelaku usaha mikro, untuk itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Modal Pinjaman dan Pembinaan Terhadap Kinerja Usaha Peserta Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang”.

B. Identifikasi Masalah

Penulis mengidentifikasi beberapa uraian yang menjadi permasalahan terkait dengan topik penelitian, diantaranya:

1. Usaha mikro adalah unit usaha yang paling banyak dijalani oleh masyarakat, namun besarnya jumlah usaha mikro dan potensi yang dimiliki tidak sebanding dengan produktivitas yang dihasilkan, padahal usaha mikro merupakan bentuk ekonomi kerakyatan yang potensinya masih bisa digali lebih dalam.

2. Usaha mikro sulit mengakses lembaga keuangan untuk mendapatkan bantuan berupa pinjaman dana untuk menambah modal usaha, padahal permodalan merupakan masalah yang krusial bagi usaha mikro karena mempengaruhi produktivitasnya.


(20)

6

C. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan, maka penulis melakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Penelitian ini menggunakan faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan kinerja usaha mikro.

b. Penelitian ini menggunakan variabel independen berdasarkan dengan kegiatan yang dilakukan pada program PMU BAZDA Kota Tangerang, yaitu modal pinjaman dan pembinaan. Kemudian variabel dependennya adalah tujuan dari program PMU BAZDA Kota Tangerang, yaitu peningkatan kinerja usaha mikro.

c. Penelitian ini dilakukan hanya pada peserta program PMU di tahun 2012 yang telah melunasi angsuran pinjamannya.

2. Perumusan masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:


(21)

a. Bagaimana pengaruh modal pinjaman terhadap kinerja usaha peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang?

b. Bagaimana pengaruh pembinaan terhadap kinerja usaha peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang?

c. Bagaimana pengaruh modal pinjaman dan pembinaan secara simultan terhadap kinerja usaha peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh modal pinjaman terhadap kinerja usaha peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang

b. Untuk mengetahui pengaruh pembinaan terhadap kinerja usaha peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang.

c. Untuk mengatahui pengaruh modal pinjaman dan pembinaan secara simultan terhadap kinerja usaha peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Praktis

Untuk menambah khazanah pengetahuan tentang pola pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah dalam membantu meningkatkan usaha-usaha mikro.


(22)

8

b. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan dan referensi pada pihak yang terkait, seperti lembaga-lembaga penghimpun dana zakat dan lembaga keuangan syariah lainnya yang memiliki kegiatan membantu para pelaku usaha mikro untuk meningkatkan usahanya.

E. Pedoman Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah pada buku Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2013. F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dibagi dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pedoman penulisan skripsi dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka


(23)

Pada bab ini terdiri dari teori-teori tentang modal pinjaman, pembinaan dan kinerja. Selain itu, bab ini juga terdiri hasil penelitian sebelumnya, model kerangka penelitian, hipotesis, indikator variabel, dan operasional variabel penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini terdiri dari ruang lingkup penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan teknik pengambilan data, dan metode analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari penjelasan mengenai gambaran umum program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang, profil responden, pembahasan mengenai hasil uji analisis dan elaborasi. BAB V Penutup

Pada bab ini penulis membuat kesimpulan dari semua pembahasan yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini.


(24)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Modal Pinjaman

Muhammad Teguh menjelaskan bahwa modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi.1 Dalam penelitian ini, modal yang dimaksud adalah berupa dana.

Dilihat dari segi sumber asalnya, modal dibagi dua macam, yaitu:2

a. Modal Asing (Modal Pinjaman)

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperolah dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh secara pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya yang relatif tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah banyak. Menggunakan modal pinjaman menimbulkan

1

Muhammad Teguh, Ekonomi Industri, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010), h. 236 2

Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2003),h.91


(25)

kewajiban untuk mengembalikan pinjaman setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian sebelumnya, akan tetapi dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul motivasi dari pihak manajemen untuk sungguh-sungguh mengerjakan usaha yang dijalankan, hal ini dikarenakan adanya kewajiban untuk mengembalikan modal tersebut. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:

a) Pinjaman dari dunia perbankan.

b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, atau lembaga keuangan lainnya.

c) Pinjaman dari perusahaan nonbank. b. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham baik secara tertutup atau terbuka. Tertutup artinya hanya dari kalangan internal pemilik saham sebelumnya, sedangkan terbuka dengan menjual saham kepada masyarakat luas. Menggunakan modal sendiri tidak ada kewajiban untuk mengembalikan modal yang telah digunakan, tetapi menggunakan modal sendiri jumlahnya sangat terbatas dan relatif sulit untuk memperolehnya. Perolehan dana dari modal sendiri biasanya berasal dari:


(26)

12

a) Setoran dari pemegang saham b) Dari cadangan laba

c) Dari laba yang belum dibagi.

Penelitian ini berfokus pada modal pinjaman, hal ini didasarkan pada kegiatan yang terdapat pada objek penelitian yaitu program Pinjaman Modal Usaha (PMU). Modal yang diberikan kepada usaha mikro merupakan modal pinjaman yang berasal dari dana zakat, infaq dan shadaqah yang disalurkan dengan pola produktif. Modal pinjaman yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja usaha para peserta programnya sebagai pelaku usaha mikro. Modal pinjaman ini diberikan dengan cara menggunakan skema Qardhul Hasan,

yaitu pemberian pinjaman dana tanpa adanya biaya-biaya administrasi, bunga dan denda keterlambatan pembayaran, sehingga jumlah dana pinjaman yang diberikan sesuai dengan yang telah disepakati. Dalam pengembaliannya, si peminjam hanya diwajibkan untuk membayar pokok pinjamannya saja.3

Modal pinjaman merupakan salah satu aspek keuangan usaha mikro yang sangat penting dalam meningkatkan dan kinerjanya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musran Munizu tentang kinerja usaha mikro dan kecil, bahwa aspek

3


(27)

keuangan yang meliputi modal sendiri, modal pinjaman, tingkat keuntungan dan akumulasi modal, serta membedakan pengeluaran pribadi/keluarga berpengaruh terhadap kinerja usaha mikro dan kecil.4

2. Pembinaan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang berarti proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan/penyempurnaan usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.5 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil pada Pasal 1 Ayat 2 menyatakan bahwa Pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah.6

Kwik Kian Gie berpendapat bahwa kredit pinjaman harus diberikan dalam satu paket dengan bimbingan dan pembinaan

4

Musran Munizu, Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan, (Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 1, Maret 2010),h.36

5

Definisi Pembinaan diakses pada 6 Febuari 2014 dari http://kbbi.web.id/bina 6

Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil diakses pada 7 Febuari 2014 dari http://www.depkop.go.id/


(28)

14

manajemen, karena apabila pembinaan dijadikan syarat dalam pemberian modal maka para pelaku usaha mau tidak mau harus menerimanya.7 Menurut Mudrajad Kuncoro, pembinaan bisa dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan. Kedua hal ini merupakan salah satu solusi dalam mengatasi masalah utama yang dihadapi oleh usaha mikro, yaitu masalah permodalan, pemasaran dan keahlian.8

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, pada Pasal 13 disebutkan bahwa jalur pendidikan dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. 9 Menurut Coombs dan Ahmed dalam Mustofa, definisi dari pendidikan formal dan nonformal adalah:

a. Pendidikan formal

‘Sistem pendidikan’ yang berstruktur hirarkis dan memiliki kelas yang berurutan dari Sekolah Dasar sampai Universitas yang termasuk juga di dalamnya kegiatan tambahan bagi studi

7

Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996),h.216 & 221

8

Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030?,(Yogyakarta: CV.Andi Offset,2007),h.371

9


(29)

akademik umum dengan bermacam-macam program juga lembaga khusus untuk pelatihan teknis dan professional.10 b. Pendidikan nonformal

Setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari sebuah sistem yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar atau membantu mengidentifikasi kebutuhan belajar agar sesuai dengan kebutuhan dan mencapai tujuan belajarnya.11

Selanjutnya definisi pendidikan informal menurut Alan Rogers dalam Mustofa adalah sebuah proses pendidikan sepanjang hayat dimana setiap individu memperoleh dan mempelajari tingkah laku, norma-norma, keterampilan, pengetahuan dari pengalaman sehari-hari, dan pengaruh serta sumber-sumber pendidikan di lingkungan sekitarnya; dari keluarga, tetangga, dari lingkungan kerja dan lingkungan bermain, dari tempat belanja, dan dari perpustakaan serta media massa.12

10

Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM, (Bandung: Alfabeta,2009),h.7

11

Mustofa Kamil, Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui PKBM,h.8

12


(30)

16

Pendidikan yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang kepada peserta program PMU termasuk dalam pendidikan nonformal, karena pendidikan yang diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang merupakan bagian dari kegiatan PMU yang secara khusus diberikan hanya kepada peserta program sesuai dengan kebutuhan usahanya tanpa mengenal jenjang pendidikan yang dimiliki oleh peserta program.

Pelatihan sebagai bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan metode yang lebih mengutamakan pada praktik daripada teori. Pelatihan, secara singkat didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat ini dan di masa mendatang.13

Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembinaan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan harus diberikan kepada pelaku usaha mikro yang menerima bantuan modal pinjaman dengan tujuan mengatasi masalah permodalan yang dialami oleh usaha mikro sekaligus meningkatkan kualitas kinerja para pelaku usaha mikro

13

Veithzal Rivai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik,


(31)

Tujuan pembinaan dan pengembangan terhadap usaha mikro adalah agar mereka memiliki sifat-sifat kewirausahaan, adaptif, kompetitif, sadar lingkungan, dapat berhubungan dengan lembaga keuangan, serta diupayakan agar status mereka dapat ditingkatkan menjadi skala usaha yang lebih besar dari sebelumnya.14 Pembinaan pada usaha mikro sangatlah dibutuhkan mengingat bahwa tata kelola usaha dan kualitas SDM usaha mikro masih rendah, hal ini sesuai dengan Marco Sumampouw yang menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau kinerja suatu usaha tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusianya, perusahaan yang ingin meningkatkan kinerjanya harus mempunyai komitmen terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia.15

Pembinaan yang dilakukan oleh BAZDA Kota Tangerang kepada peserta program PMU bertujuan agar para peserta program PMU mampu untuk berpikir kreatif, inovatif dan dinamis dalam menghasilkan produk barang atau jasa, sehingga dapat meningkatkan daya jual untuk produk-produk yang dijualnya serta mengasah keahlian yang mereka miliki, selain itu pembinaan juga

14

Hidayat,Sebuah Tinjauan Singkat Tentang Kebijaksanaan Pendanaan Bagi Usaha Skala Kecil di Indonesia,(Jakarta: Yayasan Indonesia Forum dan Asia Foundation, 1998),h.41

15

Marco Sumampouw, “Investasi sumber daya manusia dan perkembangan perusahaan/organisasi”, (Manajemen Usahawan Indonesia, Volume 26, No 7,1997),h. 20


(32)

18

dilakukan agar para peserta program menerapkan sistem perdagangan yang islami dalam menjalankan usahanya. Cara pembinaan yang dilakukan antara lain berupa:16

a. Pembinaan Class Room, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan bentuk seminar serta tanya jawab dengan materi yang berkaitan dengan peningkatan usaha. Pembinaan Class Room yang dilakukan berkaitan dengan pendidikan untuk peserta program mengenai pengetahuan ibadah dan amaliyah, hal ini dianggap penting karena PMU merupakan bentuk dari penyaluran dana zakat produktif, sehingga penggunaannya juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

a) Pengetahuan Ibadah, yaitu pembinaan yang dilakukan terkait dengan pengetahuan peserta program tentang perdagangan secara islam, seperti tidak memperbolehkan para pelaku usaha untuk menjual atau memproduksi barang haram dan memasukkan unsur riba dalam menjalankan usahanya. Pembinaan ini dilakukan agar peserta program menjalankan usahanya dengan cara-cara yang halal sehingga usaha yang dijalankan pun akan memperoleh ridho Allah SWT.

16


(33)

b) Pengetahuan Amaliyah, yaitu pembinaan yang berkaitan dengan perilaku peserta program dalam menjalankan usaha mereka, seperti menjaga kelestarian lingkungan dan melakukan pemasaran yang baik dan tidak merugikan pelaku usaha lainnya.

b. Pembinaan Lapangan, yaitu pembinaan yang dilakukan dengan mendatangi langsung ke tempat usaha untuk memberikan pelatihan secara langsung kepada peserta program. Dalam hal ini pembinaan yang dilakukan adalah:

a) Administrasi keuangan, yaitu pelatihan untuk pelaku usaha mikro yang berkaitan dengan pencatatan keuangan. Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan agar usaha mikro mampu menggunakan administrasi keuangan (walaupun hanya catatan laporan laba/rugi, pemasukan dan pengeluran usaha), sehingga BAZDA Kota Tangerang dapat mengetahui peningkatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha mikro yang menjadi peserta program Pinjaman Modal Usaha (PMU).

b) Rancangan (design) tempat usaha, yaitu pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan usaha melalui penataan ruang atau tempat serta tata letak barang yang dijual agar lebih efisien.


(34)

20

c) Pelayanan konsumen, yaitu pelatihan yang dilakukan kepada para peserta program agar mampu memberikan pelayanan yang baik kepada para konsumennya.

3. Kinerja Usaha

Menurut Wirawan, kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.17 Armstrong dan Baron seperti yang diterjemahkan oleh Wibowo juga menjelaskan bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.18 Di dalam suatu perusahaan yang melaksanakan suatu bisnis, kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.19 Maka, dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha merupakan keluaran, hasil atau output dari suatu usaha yang dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya selama periode waktu tertentu.

17

Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 5.

18

Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h.2

19

Erich A. Helfert, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan Edisi 8, (Jakarta: Elangga, 1996), Diterjemahkan: Herman Wibowo


(35)

Pengukuran kinerja merupakan salah satu upaya supaya dapat dilakukan sumber daya secara efektif dan dapat memberikan arah pada pengambilan keputusan strategis yang menyangkut perkembangan suatu organisasi pada masa yang akan datang.20 Zou dan Stan mengemukakan tiga hal dalam mengukur kinerja usaha, yaitu:21

a. Pengukuran finansial, seperti penjualan (sales), keuntungan (profit), dan pertumbuhan aset (growth assets)

b. Pengukuran non finansial, seperti kepuasan (satisfaction), pencapaian tujuan (goal achievement), dan proses bisnis (business process)

c. Pengukuran gabungan

Di dalam penelitian ini, pengukuran kinerja usaha dibatasi pada pengukuran finansial, yaitu penjualan, keuntungan dan pertumbuhan aset, hal ini disesuaikan dengan indikator BAZDA Kota Tangerang yang mengukur kinerja usaha peserta program sebagai tujuan dari program PMU dengan menilai dari peningkatan omzet penjualan, keuntungan dan aset tetap para peserta program PMU.

20

Mulyadi, Tesis S2, Pengaruh Kinerja Agro Industri Terhadap Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan, (Palembang: Universitas Sriwijaya,2006),h.14

21

Zou dan Stan, The Determinants of Export performance: A Review of The Emphirical Literature Between 1987 and 1997. (International Marketing Review Vol. 15 No. 5: MCB University Press, 1998), h.342


(36)

22

Menurut A. Arifinal Chaniago, omzet penjualan adalah keseluruhan jumlah pendapatan yang didapat dari hasil penjualan suatu barang/jasa dalam kurun waktu tertentu.22 Sedangkan menurut Basu Swastha, omzet penjualan adalah akumulasi dari kegiatan penjualan suatu produk barang barang dan jasa yang dihitung secara keseluruhan selama kurun waktu tertentu secara terus menerus atau dalam satu proses akuntansi.23 Sedangkan keuntungan usaha atau laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu.24 Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa omzet penjualan adalah keseluruhan dari hasil penjualan barang/jasa dalam kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang diperoleh, sedangkan keuntungan usaha adalah selisih dari pendapatan usaha dengan beban atau biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan suatu kegiatan usaha.

Peningkatan aset yang dinilai oleh BAZDA Kota Tangerang adalah pada jenis aset tetap yang dimiliki oleh peserta program

22

A.Arifinal Chaniago, Ekonomi 2, (Bandung: Angkasa, 1995), h.14 23

Basu Swastha dan Irawan, Manajemen Pemasaran: Edisi Kedua, (Yogyakarta: Liberty,1983),h.14

24

SR Soemarso, Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1 Edisi 5, (Jakarta: Salemba Empat,2004),h.245


(37)

dalam menjalankan usahanya. Menurut PSAK 16 paragraf 6 aset tetap didefinisikan sebagai aset berwujud yang:25

a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan

b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. B. Hasil Penelitian Sebelumnya

No. Peneliti Judul Penelitian

1. Ida Bagus Putu Swara Hamdani, Skripsi S1 Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

Analisis Pengaruh Dana Zakat Produktif, Tingkat Pendidikan

dan Lama Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahik (Studi Kasus Pada Badan Amil Zakat Nasional)

Keterangan Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh dana pinjaman usaha yang berasal dari zakat produktif (X1), tingkat pendidikan (X2) dan lama usaha (X3) terhadap peningkatan pendapatan

25

Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan: Aset Tetap ED PSAK 16 Revisi 2011 (Menteng, Dewan Standar Akuntansi Keuangan: 2011) h. 16.2


(38)

24

mustahik (Y). Penelitian ini menggunakan perhitungan dengan uji regresi logistik dengan objek penelitian adalah mustahik BAZNAS yang berada di wilayah DKI Jakarta sebesar 40 responden. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa dana zakat produktif berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan Perbedaan

Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel pembinaan untuk mengukur kinerja usaha. Penelitian ini menggunakan objek penelitian yaitu mustahik yang tergabung dalam program PMU di BAZDA Kota Tangerang.

2. Dessi Susanti, Jurnal Bisnis & Manajemen Vol.4, No.1, tahun 2008

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Kecil Kerupuk Sanjai (Studi di Kecamatan Mandiangin Koto

Selayan Bukittingi) Keterangan Penelitian

Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja usaha kecil. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepribadian wirausaha (X1), tingkat pendidikan (X2), tingkat pengalaman wirausaha (X3), jumlah modal (X4), jumlah tenaga kerja (X5), pembinaan


(39)

(X6), sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja usaha kecil. Penelitian ini menggunakan perhitungan dengan uji regresi berganda. Sampel yang digunakan sebesar 27 usaha kecil kerupuk sanjai yang tersebar di 3 kelurahan pada Kecamatan Mandiangin koto Selayan Bukittinggi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa variabel pembinaan (X6) mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kinerja usaha kecil kerupuk sanjai di Mandiangin Bukittinggi.

Perbedaan

Penelitian ini menambahkan variabel modal pinjaman untuk mengukur kinerja usaha mikro. Penelitian ini menggunakan objek pelaku usaha mikro yang tergabung di program PMU BAZDA Kota Tangerang.

3. Cut Yusriati, Muhammad Arfan, dan M. Rizal Yahya, Jurnal Akuntansi

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, tahun Volume 1, No.1, tahun 2012.

Pengaruh Pinjaman Modal Kerja dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia terhadap Laba

Usaha Kecil Menengah Kota Banda Aceh


(40)

26

Keterangan Penelitian:

Penelitian ini membahas tentang pengaruh pinjaman modal kerja (X1) dan profesionalisme SDM (X2) terhadap laba usaha kecil dan menengah (Y). Sampel yang digunakan berjumlah 32 responden merupakan pelaku usaha kecil dan menengah yang menjadi nasabah di Bank Syariah Mandiri Kota Banda Aceh dengan menggunakan perhitungan uji regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman modal kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha kecil dan menengah.

Perbedaan:

Pada penelitian ini penulis menambahkan variabel pembinaan. Adapun laba usaha merupakan indikator dari variabel terikat yang juga digunakan dalam penelitian ini. Objek pada penelitian ini yaitu pelaku usaha mikro yang tergabung di program PMU BAZDA Kota Tangerang.

C. Model Kerangka Peneltian

Berdasarkan landasan teori variabel penelitian di atas, maka dapat disusun model kerangka penelitian ini sebagai berikut:


(41)

Kesimpulan Uji Regresi Berganda 1. Uji Koefisien

Determinasi 2. Uji F 3. Uji t Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinearitas

3. Uji Heteroskedastisitas Uji Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas Variabel Y

Kinerja (Y) Variabel X

Modal Pinjaman (X1) Pembinaan (X2) Gambar 2.1

Model Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi.26 Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan model penelitian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

Ha1= Terdapat pengaruh positif modal pinjaman terhadap kinerja usaha.

26

Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Revisi,(Jakarta:Mitra Wacana Media,2009),h.108.


(42)

28

Ha2= Terdapat pengaruh positif pembinaan terhadap kinerja usaha. Ha3 = Terdapat pengaruh positif modal pinjaman, dan pembinaan

terhadap kinerja usaha. E. Indikator Variabel

1. Indikator Variabel Modal Pinjaman

Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa BAZDA Kota Tangerang memberikan modal pinjaman kepada para peserta program PMU dengan skema Qardhul Hasan. Qardhul Hasan gabungan dari dua kata, qardh dan hasan. Menurut bahasa (etimologi) qardh berasal dari kata qat’u yang berarti potongan, yang dimaksud adalah potongan atas harta piutang untuk dipinjamkan. Sedangkan hasan artinya baik. Apabila digabungkan Qardhul Hasan berarti pinjaman yang baik, dimana pinjaman ini bertujuan untuk menolong menyelesaikan masalah keuangan atau untuk keperluan peminjam.27 Qardhul Hasan merupakan produk yang ditawarkan dari segi pembiayaan. Qardhul Hasan atau benevolent loan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata-mata. Dalam hal ini, pinjaman tidak dituntut untuk mengembalikan apa pun kecuali modal pinjaman.28 Qardhul Hasan adalah meminjamkan harta kepada seseorang tanpa mengharapkan imbalan dan disebut juga akad ta’awuniah yaitu

27

Osman Sabran, Urus Niaga Al-Qard Al-hasan dalam Pinjaman Tanpa Riba, (Johor Baru: University Teknologi Malaysia, 2002), h.59-60.

28


(43)

akad yang berdasarkan prinsip tolong-menolong.29 Maka, dapat disimpulkan bahwa Qardhul Hasan merupakan trasnsaksi yang berupa pinjaman yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, tanpa dituntut adanya jaminan dan tambahan pengembalian cicilan sehingga peminjam hanya mengembalikan jumlah pokok pinjamannya saja.

BAZDA Kota Tangerang memberikan modal pinjaman tanpa adanya jaminan, biaya administrasi, bunga pinjaman, dan denda keterlambatan pelunasan, sehingga seharusnya para peserta program tidak mengalami kesulitan dalam meminjam dan mengembalikan modal pinjaman untuk usahanya. Jadi variabel modal pinjaman dalam penelitian ini dinilai dari pemberian pinjaman berdasarkan skema Qardhul Hasan yang dapat diukur melalui indikator:

a. Prosedur pinjaman

b. Pengelolaan modal pinjaman 2. Indikator Variabel Pembinaan

Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa program bantuan modal usaha untuk usaha kecil harus disertai dengan pembinaan, hal ini selaras dengan Kwik Kian Gie yang berpendapat bahwa kredit pinjaman harus diberikan dalam satu paket dengan

29

Abdul Ghofur Ansori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009), h.146.


(44)

30

bimbingan dan pembinaan manajemen.30 Marco Sumampouw menyatakan bahwa perkembangan bisnis atau organisasi tidak dapat dipisahkan dari kualitas sumber daya manusia.31 Menurut Kuncoro, pembinaan bisa dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan.32

Pembinaan dari sisi pendidikan diberikan oleh BAZDA Kota Tangerang dilakukan dengan cara pembinaan Class Room, yaitu pembinaan berupa seminar tanya jawab mengenai pengetahuan ibadah dan amaliyah. Pembinaan dari sisi pelatihan diberikan dengan cara pembinaan lapangan, yaitu memberikan pelatihan secara langsung kepada peserta program mengenai administrasi keuangan, tata letak (layout), dan pelayanan konsumen. Jadi, variabel pembinaan dapat diukur dari indikator sebagai berikut:

a. Pendidikan b. Pelatihan

3. Indikator Variabel Kinerja Usaha

Pada pemaparan sebelumnya dijelaskan bahwa kinerja merupakan hasil atau output yang didapatkan dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan, hal ini selaras dengan Armstrong

30

Kwik Kian Gie, Praktek Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, h.221 31

Marco Sumampow, Investasi sumber daya manusia dan perkembangan perusahaan/organisasi, h.20

32

Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Industri Indonesia: Menuju Negara Industri Baru 2030?,


(45)

dan Baron yang menjelaskan bahwa kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.33

Peningkatan kinerja usaha peserta program merupakan tujuan dari program PMU yang ditetapkan oleh BAZDA, indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan kinerja tersebut adalah meningkatnya omzet penjualan per bulan, keuntungan usaha dan aset usaha peserta program. Hal ini selaras dengan pendapat Zou dan Stan yang menyatakan bahwa kinerja dapat diukur melalui tiga cara, salah satunya yaitu melalui pengukuran finansial yang dilihat dari penjualan (sales), keuntungan (profit), dan pertumbuhan aset (assets growth).34 Jadi, variabel kinerja dapat diukur dari indikator sebagai berikut:

a. Omzet per bulan b. Keuntungan usaha c. Aset tetap

F. Operasional Variabel Penelitian

33

Wibowo, Manajemen Kinerja, h.2. 34

B Zou dan Stan, The Determinants of Export performance: A Review of The Emphirical Literature Between 1987 and 1997, h.342.


(46)

32

Tabel 2.2

Operasional Variabel

No. Variabel Indikator Instrumen

Jumlah Butir Pertanyaan 1. Modal Pinjaman (X1) Prosedur Pinjaman

Bebas Jaminan 1

Bebas Biaya

Administrasi 1

Bebas Tambahan

(Bunga) 1

Persentase Jumlah Modal Pinjaman Dibandingkan Modal Sendiri 1 Pengelolaan Modal Pinjaman

Tepat Guna 1

Cukup Memadai 1

Mengatasi

Kekurangan 1

2. Pembinaan (X2)

Pendidikan (Class Room)

Ibadah 2

Amaliyah 2

Pelatihan (Lapangan)

Administrasi

Keuangan 2

Tata Letak Ruang

Usaha 2

Pelayanan Konsumen 4

Pengembangan Usaha 1

3. Kinerja Usaha (Y)

Omzet per bulan

Peningkatan

Penjualan 2

Pembayaran Cicilan

Tepat Waktu 1

Keuntungan Usaha

Pemanfaatan


(47)

Peningkatan

Keuntungan 1

Aset Usaha

Mengembangkan

Usaha 1

Peralatan Usaha 1

Peningkatan Keahlian

Usaha Dagang 2

Memodifikasi Tempat

Usaha 1


(48)

34

BAB III

METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan kepada usaha-usaha mikro yang tergabung di dalam program PMU BAZDA Kota Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan serta pengaruh antar variabel antara lain; modal pinjaman, pembinaan dan kinerja usaha para peserta program PMU.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, penentuan sampel menggunakan Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti.1

Penulis meneliti peserta program PMU yang terdaftar pada tahun 2012, yaitu sejumlah 100 peserta, hal tersebut dikarenakan peserta yang terdaftar bisa menggambarkan keadaan terkini dari usaha mereka setelah mengikuti program PMU. Kemudian dari 100 peserta tersebut diambil 80 peserta yang telah melunasi pinjamannya untuk dijadikan sampel pada penelitian ini, hal tersebut dilakukan karena

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,


(49)

dengan menggunakan peserta program yang telah melunasi pinjamannya diharapkan data-data yang didapatkan bisa lebih akurat. C. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya.2 Pengambilan data primer dilakukan langsung melalui objek penelitian yaitu peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam bentuk pernyataan dan beberapa pertanyaan yang dirangkai sesuai dengan data variabel yang akan diteliti. Tipe kuesioner yang diberikan mengacu pada Skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai derajat setuju atau tidak setuju terhadap masing-masing dari serangkaian pertanyaan mengenai objek stimulasi.3 Untuk kategori pernyataan tersebut menggunakan bobot nilai sebagai berikut.

Tabel 3.1 Skala Likert

Tanda Keterangan Bobot

SS Sangat Setuju 5

SS Setuju 4

RR Ragu-ragu 3

TS Tidak Setuju 2

2

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2008),h.101 3

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005). h. 41


(50)

36

STS Sangat Tidak Setuju 1

Data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner merupakan data ordinal. Data ordinal dalam penelitian ini perlu diubah menjadi data interval untuk mendapatkan angka sebenarnya. Hal ini sesuai dengan salah satu syarat menjalankan prosedur statistik untuk melakukan analisis data. Adapun proses mengubah data ordinal menjadi data interval dilakukan dengan metode suksesif interval (Method of Successive Interval/MSI).

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan.4 Adapun untuk data sekunder di dalam penelitian ini, diperoleh dengan mengutip literatur ilmiah terdahulu dan data dokumen lembaga yang diperlukan dengan mencantumkan sumber data tersebut diperoleh.

D. Metode Analisis Data

Tujuan metode analisis data adalah untuk menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul. Untuk mempermudah dalam menganalisis, digunakan program SPSS (Statistical Package for Social Science) untuk sistem operasi (OS) Windows.

Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut:

4


(51)

1. Statistik Deskriptif

Penggambaran secara umum terhadap keseluruhan data primer yang telah diperoleh dari responden melalui kuesioner. Dalam statistik desriptif ini menampilkan jumlah responden nilai jawaban minimal dan nilai jawaban maksimal, juga menampilkan mean dan standard deviation pada setiap variabel, baik yang independen maupun dependen.

2. Kualitas Data a. Uji Validitas

Sesuatu dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurannya, atau memberikan hasil ukuran sesuai dengan makna dan tujuan diadakan tes tersebut.5 Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji validitas kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk degree of freedom d (f) = n-k dengan alpha 0,05. Untuk hasil analisis dapat dilihat pada output uji reabilitas pada bagian corrected

5

Ety Rocchaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Edisi Revisi. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), h. 57.


(52)

38

item total correlation. Dalam pengambilan keputusan untuk menguji validitas indikatornya antara lain:

 Jika r hitung positif serta r hitung > r tabel maka butir atau variabel tersebut valid.

 Jika r hitung tidak positif dan r hitung < r tabel maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

Sampel yang digunakan untuk setiap variabel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden. Adapun hasil uji validitas terhadap instrumen penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1, tabel 3.2 dan tabel 3.3.

Tabel 3.2

Hasil Uji Validitas Modal Pinjaman

Sumber: Data yang diolah

Data pada tabel 3.2 menjelaskan bahwa pada 7 butir pernyataan variabel modal pinjaman dari sampel berjumlah 30 responden memiliki nilai positif dan rhasil lebih besar dari rtabel

Corrected Item-Total Correlation

Keterangan

MP1 ,877 Valid

MP2 ,909 Valid

MP3 ,884 Valid

MP4 ,660 Valid

MP5 ,846 Valid

MP6 ,879 Valid


(53)

0,361, sehingga seluruh instrumen pernyataan pada variabel modal pinjaman dinyatakan valid.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Variabel Pembinaan

Sumber: Data yang diolah

Data pada tabel 3.3 menjelaskan bahwa pada 13 butir pernyataan variabel modal pembinaan dari sampel berjumlah 30 responden memiliki nilai positif dan rhasil lebih besar dari

rtabel 0,361, sehingga seluruh instrumen dinyatakan valid. Corrected

Item-Total Correlation

Keterangan

P1 ,637 Valid

P2 ,374 Valid

P3 ,725 Valid

P4 ,679 Valid

P5 ,828 Valid

P6 ,689 Valid

P7 ,732 Valid

P8 ,722 Valid

P9 ,692 Valid

P10 ,698 Valid

P11 ,716 Valid

P12 ,540 Valid


(54)

40

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Kinerja Usaha

Corrected Item-Total Correlation

Keterangan

KU1 ,619 Valid

KU2 ,684 Valid

KU3 ,421 Valid

KU4 ,663 Valid

KU5 ,524 Valid

KU6 ,661 Valid

KU7 ,878 Valid

KU8 ,958 Valid

KU9 ,639 Valid

KU10 ,827 Valid

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan pada tabel 3.4 di atas, dijelaskan bahwa 10 butir pernyataan variabel kinerja usaha dari sampel berjumlah 30 responden memiliki nilai positif dan rhasil lebih besar dari rtabel

0,361, sehingga seluruh instrumen pernyataan pada variabel kinerja usaha dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.6 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tentang kuesioner yang diajukan

6


(55)

pertanyaannya kepada responden, dapat dijawab secara konsisten atau tidak.

Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini adalah mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas antara lain:7

 Apabila hasil koefisien Alpha lebih besar dari taraf signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut reliable.  Apabila hasil koefisien Alpha lebih kecil dari taraf

signifikansi 60% atau 0,6 maka kuesioner tersebut tidak reliable.

Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap instrumen penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.4, tabel 3.5 dan tabel 3.6.

7

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, h. 145.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Modal Pinjaman

Cronbach's Alpha N of Items


(56)

42

Data pada tabel 3.5 menjelaskan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel modal pinjaman adalah 0,950. Artinya nilai dari variabel modal pinjaman memiliki nilai yang lebih dari 0,6 sehingga variabel modal pinjaman termasuk dalam kriteria yang reliabel.

Data pada tabel 3.6 menjelaskan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel modal pinjaman adalah 0,932. Artinya nilai dari variabel pembinaan memiliki nilai yang lebih dari 0,6 sehingga variabel

pembinaan

termasuk dalam

kriteria yang reliabel.

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pembinaan

Cronbach's Alpha N of Items

,932 13

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Usaha

Cronbach's Alpha N of Items


(57)

Data pada tabel 3.7 menjelaskan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk variabel kinerja usaha adalah 0,915. Artinya nilai dari variabel kinerja usaha memiliki nilai yang lebih dari 0,6 sehingga variabel kinerja usaha termasuk dalam kriteria yang reliabel.

3. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas

Untuk mendeteksi apakah penelitian ini ada masalah multikolinieritas, maka dapat dideteksi dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF), apabila nilai VIF lebih besar dari 10, maka diindikasikan memililiki masalah multikolinieritas. Adapun hasil uji multikolinieritas yang dilakukan terhadap instrumen penelitian ini dapat dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) 4,224 1,704 2,478 ,017


(58)

44

Pembinaan ,112 ,034 ,251 3,285 ,002 ,987 1,014

a. Dependent Variable: Kinerja Usaha

Sumber: Data primer yang diolah

Data pada tabel 3.8 menunjukkan bahwa nilai VIF untuk variabel modal pinjaman dan variabel pembinaan adalah 1,014 yang menandakan kurang dari 10, artinya penelitian ini terbebas dari asumsi multikolinieritas.

b. Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mendeteksi apakah model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini pendeteksian uji normalitas dilakukan dengan cara melihat tabel Histogram dan Normal P-Plot pada hasil print out analisis data program SPSS for windows.

Gambar 3.9 Hasil Uji Normalitas


(59)

Sumber: Data primer yang diolah

Gambar 3.9 menunjukkan bahwa pada tabel histogram, sebaran data mengikuti garis lengkung dan pada tabel Normal P-Plot, data menyebar mengikuti garis diagonal. Artinya, data menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi ini memenuhi asumsi normalitas.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain memiliki kesamaan persebaran atau tidak. Jika memiliki kesamaan atau tetap penyebarannya, maka model penelitian tersebut mengalami masalah heteroskedastsisitas.

Gambar 3.10

Hasil Uji Heteroskedastisitas


(60)

46

Gambar 3.10 menunjukkan bahwa bentuk penyebaran data berada di sekitar angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas, maka data tersebut terbebas dari asumsi heteroskedastisitas.

4. Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan kegiatan pengolahan data dengan melakukan tabulasi terhadap kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel. Analisis data menggunakan teknik statistic multiple regression untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas yaitu modal pinjaman (X1), pembinaan (X2) dan kinerja usaha (Y).

Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda dapat dipaparkan sebagai berikut:

Y1= α+β1X1+ β2X2 Dimana :

Y : Kinerja Usaha


(61)

β : Koefisien Regresi

X1 : Modal Pinjaman X2 : Pembinaan

Hasil pengujian statistik dengan menggunakan multiple regression yang perlu dianalisis dan dibahas antara lain:

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam output program SPSS, koefisien determinasi terletak pada table model summary dan tertulis R square. Namun untuk regresi linier berganda sebaliknya menggunakan R square yang sudah disesuaikan atau tertulis adjust R square, karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian.

Dalam kenyataan nilai adjust R square dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjust R square negatif, maka nilai adjust R square dianggap nol.8

b. Uji F Statistik

8


(62)

48

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.9

Dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara simultan dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh modal pinjaman (X1), pembinaan (X2) terhadap kinerja usaha (Y), hipotesis yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini antara lain:

 Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table, Apabila F tabel > F hitung, maka Ho diterima dan H1 ditolak,

Apabila F tabel < F hitung, maka Ho ditolak dan H1 diterima.

 Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, ` Apabila probabilitas signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Apabila probabilitas signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

c. Uji t Statitik

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan variabel Y, apakah variabel X1 dan X2

9


(63)

benar berpengaruh terhadap variabel Y. Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi-variasi dependen. Probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka hasilnya signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara individual terhadap dependen.10

Untuk menunjukkan apakah masing-masing variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tidak bebas maka perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

 Bila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak H1 diterima.  Bila t hitung < t tabel, maka Ho diterima H1 ditolak. Atau,

 Bila probability t hitung > 0,05 Ho diterima H1 ditolak.  Bila probability t hitung < 0,05 Ho ditolak dan H1

diterima.

10


(64)

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, penulis menyajikan gambaran umum objek yang diteliti, profil responden, hasil penjelasan responden dan hasil uji-uji analisis data yang telah diperoleh, sehingga dapat membahas uraian mengenai temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Program Pinjaman Modal Usaha (PMU) BAZDA Kota Tangerang

Pinjaman Modal Usaha (PMU) merupakan salah satu program yang dimiliki BAZDA Kota Tangerang sebagai upaya untuk mengatasi masalah kesulitan permodalan yang dialami oleh para pelaku usaha mikro di Kota Tangerang. Sumber dana program ini berasal dari zakat, infaq dan sedekah yang terkumpul di BAZDA Kota Tangerang dan disalurkan dengan skema Qardhul Hasan. Program PMU juga bertujuan untuk mengurangi peran rentenir yang biasanya dijadikan sumber bantuan permodalan oleh pelaku-pelaku usaha mikro. Kegiatan pada program PMU terdiri dari pemberian modal pinjaman dan pembinaan untuk para peserta programnya.


(65)

Dalam menjalankan program PMU, BAZDA Kota Tangerang menggunakan konsep jangka panjang, maksudnya adalah peserta program yang telah memperoleh pinjaman diperbolehkan untuk mengajukan pinjaman kembali sehingga usaha yang dijalankan bisa terus berkembang. Sedangkan mekanisme penyaluran dana PMU, BAZDA Kota Tangerang bekerjasama dengan BAZ Kecamatan dan Pemerintah Daerah Kota Tangerang, hal ini bertujuan agar pemberian dana tepat sasaran dan mampu memberdayakan usaha-usaha mikro.

Adapun persyaratan dalam pengajuan Pinjaman Modal Usaha (PMU) adalah sebagai berikut:1

a. Dikhususkan pada usaha mikro

b. Membuat permohonan dan proposal usaha, dilengkapi KTP, Kartu Keluarga untuk diajukan ke BAZ Kecamatan c. Rekomendasi BAZ Kecamatan

3. Prosedur Pengajuan dan Pencairan Pinjaman Modal Usaha (PMU)

Prosedur pengajuan pinjaman berawal dari BAZ Kecamatan, pada tahap pertama calon peserta menyerahkan proposal yang berisi profil usaha yang mereka jalani dengan melampirkan KTP dan

1

Dokumen “Program PMU (Pinjaman Modal Usaha)” Badan Amil Zakata Daerah (BAZDA) Kota Tangerang.


(66)

52

Kartu Keluarga (KK) kepada BAZ Kecamatan. Setelah itu BAZ Kecamatan akan menyerahkan proposal kepada BAZDA Kota Tangerang.

Pada tahap kedua, BAZDA Kota Tangerang akan melakukan survei (monitoring) terhadap usaha yang dijalankan oleh pemilik usaha. Dalam melakukan survei, pihak BAZDA Kota Tangerang akan mengecek kelayakan usaha tersebut dengan mendatangi langsung tempat usaha. Hal ini dilakukan untuk mmemastikan bahwa informasi yang diajukan di dalam proposal sesuai dengan kenyataannya.

Pada tahap akhir, hasil survei akan dipertimbangkan dalam Rapat Penilaian, rapat ini dilaksanakan oleh Seksi Pendayagunaan di bawah pengawasan Ketua dan Bendahara. Kemudian apabila usaha calon peserta dianggap layak untuk mendapatkan bantuan, maka akan ditentukan besaran jumlah pinjaman yang diberikan. Selanjutnya proses pencairan dana dilakukan di kantor BAZDA Kota Tangerang.

Gambar 4.1

Skema Program Pinjaman Modal Usaha (PMU)

Pencairan Survey

BAZDA Kot a Tangerang BAZ

Kecamat an Calon

pesert a program


(67)

4. Proses Pengembalian Pinjaman Modal Usaha (PMU)

Pengembalian pinjaman dilakukan dengan cara diangsur selama 10 bulan tanpa membayar bunga yang akan mulai dibayarkan pada bulan ketiga setelah tanggal pencairan pinjaman. Hal ini diharapkan agar modal yang dipinjam dapat digunakan dengan baik oleh pelaku usaha dan memberi waktu agar bisa menggunakan modal tersebut sesuai kebutuhan usahanya. Cicilan yang dibayarkan tersebut akan digunakan kembali untuk membantu usaha-usaha lainnya yang membutuhkan Pinjaman Modal Usaha.

Sedangkan jika pada waktu yang telah ditentukan, peserta program tidak dapat membayar angsurannya, maka mereka bisa memberitahukan alasan mengapa mereka tidak dapat membayar angsuran kepada pihak BAZDA Kota Tangerang. Hal ini tentu tidak memberikan beban kepada pelaku usaha, karena BAZDA Kota Tangerang akan memberikan keringanan jika memang benar pelaku usaha tidak dapat mengembalikan angsuran tepat waktu dikarenakan kebangkrutan usaha.

B. Profil Responden dan Usaha

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden yang berjumlah 50 pelaku usaha mikro yang terdaftar sebagai peserta program PMU BAZDA Kota Tangerang, diperoleh kondisi responden


(68)

54

menurut jenis kelamin, usia, status pernikahan, jenis usaha dan kondisi usaha responden.

1. Jenis Kelamin

Data pada gambar 4.2 menunjukkan mayoritas 2/3 (68%) peserta program PMU yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah perempuan. Kemudian berdasarkan data pada tabel “Status Pernikahan” yang tertera di lampiran, bahwa seluruh (100%) peserta program telah menikah. Dalam penelitian ini, lebih banyak perempuan yang menjalankan usaha diakrenakan usaha yang dijalani merupakan usaha sederhana yang memang cocok dijalani oleh perempuan.

2. Nilai Usaha

Tabel 4.3

No. Nilai Usaha (Rp) Jumlah Responden

(%)

1. 1500000 -

3000000 4

8,0

2. 4000000 5 10,0

3. 5000000 15 30,0

4. 6000000 6 12,0

16

34

0 10 20 30 40

Laki-laki Perempuan

Gambar 4.2

Jenis Kelamin Responden

68% 32%


(69)

Nilai Usaha Responden

Sumber: Data primer yang diolah

Data pada tabel 4.3 menunjukkan nilai keseluruhan yang dimiliki oleh usaha responden termasuk perlengkapan, peralatan dan persediaan produk usaha. Sebanyak 6% responden memiliki nilai usaha pada rentang 1,5 - 3 Juta Rupiah, 52% responden memiliki nilai usaha pada rentang 4 - 6 Juta Rupiah, 34% responden memiliki nilai usaha pada rentang 7 – 10 juta Rupiah dan 6% responden memiliki nilai usaha pada rentang 12 – 15 Juta Rupiah. 3. Jenis Usaha

Gambar 4.4 Jenis Usaha Responden

5. 7000000 6 12,0

6. 8000000 4 8,0

7. 10000000 7 14,0

8. 12000000 1 2,0

9. 13000000 1 2,0


(70)

56

Warung, 9, 18%

Sembako, 6, 12%

Gas & Galon, 4, 8%

Sayur & Buah, 3, 6%

Alat Tulis Kant or, 2, 4% Hadiah &

M ainan, 2, 4% M akanan mat ang, 13,

26% Pakaian Jadi, 7,

14%

Lainnya, 4, 8%

Sumber: Data Primer yang Diolah

Data pada gambar 4.4 menunjukkan seluruh (100%) jenis usaha yang dijalani oleh responden merupakan usaha dagang. Sebanyak 26% responden menjual makanan matang, makanan matang yang dimaksud dijual pada waktu tertentu seperti nasi uduk pada pagi hari, gado-gado pada siang hari, serta sayur dan lauk pauk matang pada siang dan sore hari. 18% responden menjalani usaha warung, warung yang dimaksud adalah warung yang menjual jajanan-jajanan anak, rokok, dan kebutuhan untuk mandi seperti sabun, sampo, dan pasta gigi. 14% responden menjual pakaian jadi, dan 12% responden menjual sembako, sedangkan 4 usaha lainnya yang tertera pada gambar yaitu terdiri dari usaha jamu herbal, alat-alat listrik, peralatan jahit, dan kosmetik. Selebihnya dapat dilihat pada gambar di atas.


(71)

28 22

< 1 Tahun 12 - 17 bulan

56%

44%

Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS

Gambar 4.5 Lama Usaha Responden

Data pada gambar 4.5 menunjukkan jenis-jenis usaha responden, yaitu sebanyak 56% responden telah menjalankan usaha selama < 1 tahun sedangkan sebanyak 44% telah menjalankan usaha selama 12-17 bulan atau kurang lebih 1,5 tahun. Lama usaha responden menjelaskan bahwa usaha yang dijalani oleh responden merupakan usaha yang baru berkembang sehingga dibutuhkan bantuan pinjaman modal.

Selain itu berdasarkan data pada tabel “Usaha Sesuai Keterampilan” yang tertera di lampiran, diperoleh bahwa 100% responden menyatakan usaha yang dikelola sangat sesuai dengan keahlian/keterampilan yang dimiliki oleh responden, artinya bahwa dengan waktu sekitar 1 tahun responden mampu menyesuaikan keahlian/keterampilan yang dimiliki dengan kegiatan usaha yang dijalankan.


(72)

58

5. Modal Pinjaman

Tabel 4.6

Nilai modal pinjaman yang diterima responden No.

Nilai Pinjaman

(Rp)

Jumlah responden

(50)

(%)

1. 500.000 2 4,0

2. 600.000 1 2,0

3. 1.000.000 9 18,0

4. 2.000.000 14 28,0

5. 2.500.000 2 4,0

6. 3.000.000 10 20,0

7. 3.500.000 1 2,0

8. 5.000.000 11 22,0

Sumber: Data primer yang diolah

Data pada tabel 4.6 menunjukkan jumlah nilai modal pinjaman yang diterima oleh responden sebanyak 28% responden menerima modal pinjaman sebesar 2 Juta Rupiah, 22% responden menerima modal pinjaman sebesar 5 Juta Rupiah, 20% responden menerima modal pinjaman sebesar 3 Juta Rupiah, 18% menerima modal pinjaman sebesar 1 Juta Rupiah, sisanya sebanyak 12% responden menerima modal pinjaman sebesar 500 Ribu Rupiah, 600 Ribu Rupiah, 2,5 Juta Rupiah dan 3,5 Juta Rupiah.

Selanjutnya alokasi modal pinjaman tersebut dilihat dari apakah untuk menjalankan usaha dengan modal pinjaman dibutuhkan tenaga kerja dalam mengelola usaha para responden. Hasilnya data pada tabel “Tenaga Kerja Usaha Responden” yang tertera pada


(73)

lampiran menunjukkan bahwa sebanyak 96% responden tidak memiliki pegawai dalam menjalankan usaha, sedangkan sisanya sebanyak 2% memiliki pegawai dalam mengelola usahanya. Artinya modal pinjaman yang diterima oleh responden bisa dialokasikan seutuhnya untuk kebutuhan usaha dagang yang mereka kelola sendiri.

Berdasarkan data tabel “Pinjaman Ke Tempat Lain” yang tertera pada lampiran, sebanyak 96% responden belum pernah melakukan pinjaman modal usaha di lembaga keuangan selain BAZDA, sisanya sebanyak 4% responden pernah melakukan pinjaman modal usaha di lembaga keuangan selain BAZDA, yaitu Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi. Artinya bahwa hampir seluruh responden baru pertama kali melakukan prosedur pinjaman modal usaha di lembaga keuangan yaitu BAZDA.

Selanjutnya data pada Tabel “Memiliki Rekening Bank Syariah” yang tertera pada lampiran, sebanyak 54% responden memiliki rekening tabungan di Bank Syariah sedangkan sebanyak 46% responden belum memiliki rekening tabungan di Bank Syariah.

C. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.7

Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics


(74)

60

Sumber: Data primer yang diolah

Data pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada variabel modal pinjaman, jawaban minimum responden sebesar 12,288 dan maksimal sebesar 22,021 dengan rata-rata total jawaban 15,964 dan standar deviasi sebesar 2,503. Variabel pembinaan memiliki jawaban minimum responden sebesar 16,328 dan maksimal sebesar 38,804 dengan rata-rata total jawaban 29,816 dan standar deviasi sebesar 6,767. Sedangkan variavel kinerja usaha memiliki jawaban minimal responden sebesar 17,396 dan maksimal sebesar 31,489 dengan rata-rata total jawaban 22,703 dan standar deviasi sebesar 3,015.

D. Hasil Uji Regresi Berganda 1. Uji Koefisien

Hasil uji koefisien menyajikan seberapa jauh determinasi variabel kinerja usaha peserta program PMU dapat dijelaskan oleh variabel modal pinjaman dan pembinaan. R2 mampu memberikan informasi mengenai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh model regresi yang digunakan. Apabila R2 mendekati angka satu

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 50 12,288 22,021 15,964 2,503

X2 50 16,328 38,804 29,816 6,767

Y 50 17,396 31,489 22,703 3,015


(75)

berarti terdapat hubungan yang kuat. Hasil uji koefisien determinasi dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Data primer yang diolah

Data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R2 adalah 0,717. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja usaha peserta program PMU dapat dijelaskan oleh modal pinjaman dan pembinaan sebesar 0,717 atau 71,7%. Sedangkan sisanya sebesar 28,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini. Standard error of the Estimate (SEE) adalah sebesar 1,604, dimana semakin kecil SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

2. Uji Signifikasi Simultan (Uji F Statistik)

Untuk menguji pengaruh variabel secara simultan, yaitu modal pinjaman dan pembinaan terhadap kinerja usaha dapat dilakukan dengan Uji Signifikasi Simultan (Uji F Statistik). Untuk hasil Uji F Statistik dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut ini:

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,854a ,729 ,717 1,604

a. Predictors: (Constant), Total X2 (Pembinaan), Total X1 (Modal Pinjaman) b. Dependent Variable: Total Y (Kinerja Usaha)


(76)

62

Tabel 4.9

Hasil Uji Signifikasi Simultan (Uji F Statistik)

S

umber: Data primer yang diolah

Data pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar

63,065 dan nilai signifikasi 0,000, sedangkan nilai Ftabel dengan taraf

signifikasi 0,05 adalah sebesar 3,20, maka diketahui bahwa Ftabel >

Fhitung (63,065 > 3,20) dan nilai signifikasi 0,000 < 0,005, artinya

Ho3 ditolak dan Ha3 diterima, sehingga kesimpulannya adalah bahwa

variabel modal pinjaman dan pembinaan secara simultan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja usaha peserta program PMU.

3. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t Statistik)

Untuk menguji pengaruh variabel penelitian secara parsial, yaitu modal pinjaman dan pembinaan terhadap kinerja usaha peserta program PMU dapat dilakukan dengan Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t Statistik). Hasil Uji t dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel berikut ini:

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 324,703 2 162,351 63,065 ,000b

Residual 120,995 47 2,574

Total 445,698 49

a. Dependent Variable: Total Y (Kinerja Usaha)


(77)

Tabel 4.10 Hasil Uji t Statistik Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4,224 1,704 2,478 ,017

Modal Pinjaman ,948 ,092 ,787 10,288 ,000

Pembinaan ,112 ,034 ,251 3,285 ,002

a. Dependent Variable: Kinerja Usaha

Sumber: Data primer yang diolah

a. Pengaruh modal pinjaman (X1) terhadap kinerja usaha (Y) Data pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa variabel modal pinjaman memiliki tingkat signifikasi sebesar 0,000 dari nilai probabilitas 0,05 atau sama dengan 0,000 < 0,05, kemudian nilai thitung > ttabel (10,288 >1,667). Artinya Ho1 ditolak dan Ha1

diterima, sehingga modal pinjaman secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha peserta program PMU.

b. Pengaruh pembinaan (X2) terhadap kinerja usaha (Y)

Data pada tabel 4.27 menunjukkan bahwa variabel pembinaan memiliki tingkat signifikasi sebesar 0,002 dari nilai probabilitas 0,05 atau sama dengan 0,002 < 0,05, kemudian nilai thitung > ttabel (3,285 > 1,667). Artinya Ho2 ditolak dan Ha2


(78)

64

positif dan signifikan terhadap kinerja usaha peserta program PMU.

4. Fungsi Regresi

Tabel 4.11

Analisa Regresi Linier Berganda Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4,224 1,704 2,478 ,017

Modal Pinjaman ,948 ,092 ,787 10,288 ,000

Pembinaan ,112 ,034 ,251 3,285 ,002

a. Dependent Variable: Kinerja Usaha Sumber: Data primer yang diolah

Dari data pada tabel 4.11 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Keterangan:

Y = Kinerja Usaha Peserta Program PMU X1 = Modal Pinjaman

X2 = Pembinaan

Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut diketahui bahwa nilai konstanta variabel dependen kinerja usaha (Y) adalah 4,224. Hal ini menjelaskan apabila tidak dipengaruhi oleh variabel


(1)

TENAGA KERJA USAHA RESPONDEN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Ya 2 4,0 4,0 4,0

Tidak 48 96,0 96,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

MEMILIKI REKENING BANK SYARIAH

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid

Ya 27 54,0 54,0 54,0

Tidak 23 46,0 46,0 100,0


(2)

Output Pengujian Data

Sumber: Data primer yang diolah dengan SPSS

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant) 4,224 1,704 2,478 ,017

Modal Pinjaman ,948 ,092 ,787 10,288 ,000 ,987 1,014 Pembinaan ,112 ,034 ,251 3,285 ,002 ,987 1,014 a. Dependent Variable: Kinerja Usaha

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 50 12,288 22,021 15,964 2,503

X2 50 16,328 38,804 29,816 6,767

Y 50 17,396 31,489 22,703 3,015


(3)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,854a ,729 ,717 1,604480

a. Predictors: (Constant), Total X2 (Pembinaan), Total X1 (Modal Pinjaman) b. Dependent Variable: Total Y (Kinerja Usaha)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 324,703 2 162,351 63,065 ,000b Residual 120,995 47 2,574

Total 445,698 49

a. Dependent Variable: Total Y (Kinerja Usaha)


(4)

Lampiran 3

Data MSI


(5)

(6)