Strategi pelayanan sosial anak jalanan melalui pendampingan luar lembaga di social development center for street children, Bambu Apus- Jakarta Timur

(1)

Di Social Development Center For Street Children, Bambu Apus-

Jakarta Timur

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Dysa Restiani NIM : 1110054100029

Program Studi Kesejahteraan Sosial

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK

DYSA RESTIANI

STRATEGI PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN MELALUI

PENDAMPINGAN LUAR LEMBAGA DI SOCIAL DEVELOPMENT CENTER FOR STREET CHILDREN, BAMBU APUS-JAKARTA TIMUR

Anak adalah amanah sekaligus karunia Allah SWT, yang senantiasa dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak anak sebagai manusia yang dijunjung tinggi. Akibat krisisnya ekonomi banyak permasalahan pada anak, anak menjadi putus sekolah akibat orang tua yang tidak bisa membiayai kebutuhan pendidikannya. Anak yang putus sekolah karena akibat ekonomi yang lemah lebih memilih kejalanan untuk mencari uang agar bisa memenuhi kebutuhannya. Ternyata tidak hanya faktor krisisnya ekonomi yang menyebabkan anak turun kejalan, pergaulan dan keinginan sendiri bisa menjadi faktor anak turun kejalan. Masih banyak orang tua yang belum memahami kebutuhan dan hak-hak anak, maka dari itu Social Development Center For Street Children (SDC) membentuk program pendampingan luar lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak anak seperti pendidikan formal. Social Development Center For Street Children

(SDC) memberikan bantuan motivasi, kesehatan, dan finansial, untuk kebutuhan pendidikan anak jalanan. Pendampingan ini dilakukan beberapa rumah singgah yang berada di luar kota.

Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu bagaimanakah strategi pemberdayaan pendampingan luar lembaga? Bagaimanakah hasil dan manfaat yang dicapai oleh Social Development Center For Street Children

(SDC) dalam pendampingan luar lembaga? Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pendampingan luar lembaga. Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data langsung dari informan seperti rehabilitas sosial, pendampingan sosial, staff kesehatan, psikologi, anak binaan 4 orang, dan orang tua binaan 3 orang.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa strategi pendampingan luar lembaga memberikan beberapa pelayanan yang pertama pelayanan pendidikan untuk anak yang putus sekolag, kedua pelayanan kesehatan untuk memeriksa fisik kesehatan anak, ketiga pelayanan psikologi untuk mengetahui mental anak, keempat pelayanan Family Development Sesion (FDS) untuk mengajarkan orang tua untuk mendidik anak yang benar dan baik. Dari beberapa pelayanan yang diberikan di program pendampingan luar lembaga anak binaan dan orang tua binaan sangat terbantu, seperti anak yang putus sekolah bisa kembali sekolah lagi, dan orang tua juga lebih paham cara mendidik anak yang benar. Progam pendampingan luar lembaga ini juga sangat membantu menanggulangi masalah anak, dan mengurangi jumlah anak jalanan di Indonesia.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang isnya Allah hingga kini terus mencintainya.

Adapun penyusunan skripsi ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan skripsi. Untuk itu penulis tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Wadek I, Bapak Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku Wadek II, dan Bapak Dr. H. Sunandar, MA selaku Wadek III. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Bapak Prof. Dr. H. Daud Effendi, AM selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing penulis sama akhir penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial sekaligus sebagai Dosen Kesejahteraan Sosial.

4. Bapak Ahmad Zaky, M. Si, selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial dan juga selaku Pembimbing Akademik angkatan 2010 yang telah meluangkan dan mengorbankan waktunya untuk memberi perhatian, bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat serta motivasi yang sangat besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

iii

5. Para dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada Bapak/Ibu Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikam sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Dra. Kokom Komalawati M.Si selaku ketua Social Development Center For Street Children yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi.

7. Ibu Vivi Marlina, Aks selaku kordinator Rehabilitas Sosial Social Development Center For Street Children, yang mendampingi penelitian sampai penulis mendapatkan informasi dan data-data yang dibutuhkan penulis.

8. Bapak Ahmad Suhada S.Sos selaku pendampingan sosial di Social Development Center For Street Children yang membantu memberikan informasi yang mengenai tentang program yang sesuai dengan judul penulis.

9. Staff-staff Social Development Center For Street Children yang membantu penulis dalam mencari informasi yang penulis butuhkan.

10.Kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi, bapak dan ibu yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan moral dan materil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Terimakasih kepada Herman Susanto orang yang selalu sabar menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi, dan selalu memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.

12.Terimakasih kepada sahabatku seperjuangan dari SMA Bani Fauziyyah Jehan yang selalu bersama-sama menyusun skripsi sampai menyelesaikan skripsi, dan selalu setia menemani penulis menyelesaikan skripsi.


(8)

iv

13.Terimakasih kepada teman-teman praktikum 2 Prapty Anggorowati, Fifi Nurmagfiroh, Noviyani Muslikah, Lusi Melani, Ma’mur Rizky, Muhamad Fadli, M. Miftah Rizky, Fajarudien Zakiany, Syamsul Bahri, A. Kamal Firdaus yang selalu memberikan semangat, saran dan motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

14.Terimakasih teman-teman FIDKOM Vivih Rahmawati, Ardiyati Ningrum, Damar Yudhistira, Isye Naisila Zulmi, Isyana Tungga Dewi, Fajria, Eva Fauziah, Amini Rachman, Rahmawati Agustini yang tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis.

15.Terimakasih kepada teman-teman LSO SKETSA yamh tidak bisa disebutkan satu-satu, terimakasih selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

16.Kepada teman-teman terbaikku Dinda Anggraini, Putri Puspitasari, Vinasti Septian, Isnaniyah, Lutfi Arna, Shabrina Dwi Pitarini, Ika nurjayanti, Putera Mahesa, ihsan heriyana terimakasih atas dukungan dam motivasi kalian yang ikhlas membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 17.Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2010 terimakasih atas

dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada penulis, kalian teman-teman terhebat, teman-teman-teman-teman untuk bertukar ilmu. Terimakasih untuk angkatan 2010.

Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada penulis sehingga penulis dapat memperbaiki skripsi ini.


(9)

v

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari skripsi tentang strategi pemberdayaan anak jalanan melalui pendampingan luar lembaga ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 02 November 2014

Penulis


(10)

vi

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan masalah dan rumusan masalah ... 8

C. Tujuan penelitian ... 9

D. Manfaat penelitian ... 9

E. Metodologi penelitian ... 10

F. Tinjauan pustaka ... 16

G. Sistematika penulisan ... 17

BAB II : LANDASAN TEORI A. Pengertian strategi ... 19

B. Pelayanan sosial ... 20

1. Pengertian pelayanan sosial ... 20

2. Jenis-jenis pelayanan sosial... 20

3. Tahapan pelayanan sosial ... 22

C. Anak jalanan ... 25

1. Pengertian anak jalanan... 25

2. Faktor penyebab anak jalanan ... 27

3. Penanganan anak jalanan ... 29


(11)

vii

3. Sasaran pendampingan luar lembaga ... 32

BAB III : PROFIL LEMBAGA A. Sejarah pendirian lembaga ... 33

B. Landasan hukum ... 35

C. Visi dan misi ... 35

D. Tujuan dan fungsi lembaga ... 36

E. Kebijakan dan program lembaga ... 37

F. Struktur dan organisasi lembaga ... 42

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS STRATEGI PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN MELALUI PENDAMPINGAN LUAR LEMBAGA A. Strategi Pelayanan sosial melalui pendampingan luar lembaga 45 B. Hasil dan Manfaat Pendampingan Luar Lembaga ... 58

C. Faktor pendukung dan faktor penghambat pada pendampingan Luar lembaga ... 65

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA……… 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

viii

1. Tabel I ... 48

2. Tabel 2 ... 54

3. Tabel 3 ... 56


(13)

1

A. Latar Belakang

Anak adalah amanah sekaligus karunia Allah SWT, yang senantiasa di jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak anak sebagai manusia yang dijunjung tinggi. Anak berhak-hak untuk tumbuh berkembang secara wajar serta memperoleh perawatan, pelayanan, asuhan, pendidikan, dan perlindungan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraannya. Namun, tidak semua keluarga dapat memenuhi seluruh hak dan kebutuhan anak, semua itu disebabkan oleh krisis ekonomi, kemiskinan dan kemerosotan moral, maupun spiritual merupakan indikasi keputus asaan dan ketidak berdayaan anak-anak termasuk anak jalanan beserta keluarganya akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan mereka.1 Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia pada tahun 1997 berdampak terhadap meningkatnya permasalahan sosial di negeri ini, tidak terkecuali juga permasalahan anak.

Akibat krisisnya ekonomi di Indonesia banyak permasalahan yang muncul dengan anak, dimana anak di perlakukan salah, anak selalu menjadi imbasnya akibat permasalahan ekonomi. Ada beberapa permasalahan terhadap anak seperti berikut: permasalahan anak dikategorikan menjadi tiga yaitu: perlakuan salah terhadap anak atau

1

Triyanti, Maria April Astuti Anny, pemberdayaan anak jalanan di DKI Jakarta(Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi, 2002), h. 3.


(14)

PSTA (child abuse atau child maltreatment), penelantaran anak (child neglect), dan eksploitasi anak (child exploitation).

Permasalahan anak yang sering ditemui di setiap negara adalah permasalahan anak jalanan. Tidak hanya negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia hal tersebut juga terjadi pada negara-negara yang sangat maju seperti Amerika, Inggris, dan sebagainya.2

Banyak sekali orang tua yang mengalami pemutusan hubungan kerja sementara harga-harga kebutuhan pokok terus meningkat tinggi. Agar dapat mempertahnkan kehidupan ekonomi keluarga, sebagian orang tua memperbolehkan anak-anak mereka turun ke jalanan untuk mengamen, menyemir sepatu, atau mengemis. Bahkan orang tua memberhentikan anaknya dari sekolah karena ketiadaan biaya.3

Adapun dampak dari krisisnya ekonomi terhadap timbulnya permasalahan anak adalah: orang tua mendorong anaknya untuk turun ke jalan guna membantu ekonomi keluarga, kasus kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak oleh orang tua yang semakin meningkat. Anak lari ke jalanan, kehilangan hak atas kelangsungan hidup yang layak, pendidikan, kebebasan berfikir, perlindungan dari perlakuan kejam dan eksploitasi, serta kebebasan berpendapat dan pengambilan keputusan untuk dirinya.4

Dalam perjalanan hidupnya menuju kedewasaan, anak mendapatkan banyak tantangan, baik dalam bentuk fisik, mental, maupun

2

T. Sumarnonugroho, Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: T.pn., 1991), h.17.

3

Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial dan Direktorat Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, Tunjuk Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan, 1999, h. 1.

4

Abu Tandeng K, Maryam. “Pelaksanaan Program Peningkatan Kesejahteraan Anak Jalanan” (Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi, 2002), h. 146.


(15)

sosial, oleh karena itu, anak perlu mendapatkan perlindungan. Seperti tercantum dalam UU RI No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak BAB II pasal 3 sebagai berikut: perlindungan anak bertujuan untuk terjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.5

Anak jalanan adalah anak yang kurang beruntung yang terpaksa berkerja di jalanan atau yang melarikan diri ke jalanan atas kemiskinan yang dialami keluarganya. Anak jalanan adalah anak yang waktunya sebagian besar dihabiskan di jalanan mencari uang, berkeliaran di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya, usianya berkisar 7 sampai 15 tahun.6

Keterlibatan anak jalanan dalam kegiatan ekonomi akan berdampak kurang baik bagi perkembangan dan masa depan anak, kondisi seperti ini jelas tidak menguntungkan, bahkan cenderung membutakan terhadap masa depan mereka, mengingat anak merupakan asset masa depan suatu bangsa.

Maka dari itu anak jalanan harus di lindungi, jika orang tua tidak mampu mempu memenuhi kebutuhan anak, sebaiknya anak dititipkan kepada lembaga untuk mengasuhnya dengan baik, agar anak tidak turun

5

Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Perlindungan Anak UU No. 23/2002 6Utoyo dalam Munawir Yusuf. “Studi Tentang Profil Anak Jalanan dan Alternatif


(16)

kejalanan. Masih banyak anak jalanan yang belum di tangani, dan hanya beberapa anak jalanan yang di tangani. Pada tahun 2011, jumlah anak jalanan yang telah tertangani melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) ada sebanyak 364 anak dari total 7.315 anak. Sedangkan tahun 2012, jumlah anjal yang tertangani dalam pembinaan dan program PKSA mencapai 927 anjal dari total 7.315 anak.7

Ternyata masih banyak anak yang berada di jalanan, banyak orang tua yang membiarkan anaknya hidup dijalanan, bahkan memang orang tuanya yang menyuruh anaknya turun kejalanan untuk menambahkan keuangan dikeluarganya.

Tidak hanya faktor kemiskinan yang menyebabkan anak turun kejalanan, banyak faktor yang menyebabkan anak turun ke jalan, namun diantaranya sekian banyak penyebab tersebut, yang dipandang sebagai penyebab utama adalah faktor kemiskinan yang menyebabkan mengapa orang tua bersikap eksploitatif terhadap anak-anaknya. Tetapi kemiskinan bukanlah satu-satunya yang menyebabkan anak-anak hidup dan mencari nafkah di jalanan. Sebagaimana menurut Heru Prasadja, anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua

7

Arie Basuki, “Tekan Jumlah Anak Jalanan, DKI Bakal Perbanyak Rumah Singgah”,

artikel diakses pada 10 februari 2014 dari http://www.merdeka.com/jakarta/tekan-jumlah-anak-jalanan-dki-bakal-perbanyak-rumah-singgah.html.


(17)

anak jalanan berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.8

Seharusnya orang tua atau pengasuh anak, harus bisa memahami kebutuhan anak dan hak-hak anak. Banyak kebutuhan anak yang harus di perhatikan agar anak tidak turun kejalanan. Seperti di bawah ini ada beberapa macam tentang kebutuhan anak yang harus di perhatikan. Sebagaimana diatur dalam konvensi hak-hak anak, antara lain hak untuk tumbuh berkembang, berpendapat, mendapatkan pendidikan, memperoleh rasa aman, perlindungan dan eksploitasi, identitas dan kewarganegaraan. Dalam beberapa kasus faktor lain yang juga memicu anak untuk memilih dunia jalanan dibandingkan dengan keluarga sendiri adalah ketidak harmonisan keluarga, misalnya orang tua bercerai.9

Adapun hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, seperti halnya tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Hak dan kewajiban anak, pasal 7 ayat 2 yang berbunyi: dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak, atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.10

8

Heru Prasadja dan Murni Ati Agustian, Anak Jalanan dan Kekerasan (PKPM Unika Atma Jaya, Jakarta, 2000)

9

Anto Prabowo, Masalah Anak-Anak Jalanan, Masalah kita, Dokumenter YKAI, Suara Merdeka, Selasa 5 Mei 1998, h.6.

10

Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Hak dan Kewajiban Anak UU No.23/2002


(18)

Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family environment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, leisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).

Dalam melakukan pembinaan, pengembangan, dan perlindungan anak, perlu peran masyarakat, baik melalui lembaga pelayanan dan perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media masa, dan lembaga pendidikan. Dari lembaga-lembaga yang bisa mendidik anak, maka dari itu setiap program-program yang mendukung dan sesuai kebutuhan anak, seperti memberikan beberapa pelayanan untuk memenuhi kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif melalui program rumah singgah yang dilakukan oleh pemerintah. Dimana bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan.

Pemerintah maupun masyarakat telah mengupayakan penanganan masalah sosial anak jalanan antara lain: rumah singgah, mobil sahabat anak, panti persinggahan, rumah perlindingan sosial anak, program menuju bandung raya, bebas anak jalanan, dan program-program lainnya. Tidak menutup mata terhadap keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai oleh program-program tersebut diatas tetapi dipandang masih perlu


(19)

lembaga atau institusi yang bisa memberikan pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan dalam mengatasi permasalahan anak.

Kementrian sosial sebagai instansi pemerintah yang berkompeten terhadap penanganan permasalahan sosial anak jalanan mengembangkan suatu konsep yang kemprehensif dan berkelanjutan bagi anak jalanan. Perwujudan dari konsep tersebut iyalah Social Development Center For Street Children (SDC) yang memberikan pelayanan sosial khusus anak

jalanan yang berperan sebagai “Boarding House” yang diresmikan oleh

Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 November 2006.11 Dengan adanya lembaga pemerintah yang khususnya menangani masalah sosial anak-anak jalanan, kita sangat mengharapkan adanya perubahan yang positif. Lembaga pemerintah atau panti sosial ini sebagai pusat kegiatan pelayanan sosial yang sangat ditunggu oleh masyarakat untuk mengurangi permasalahan anak jalanan yang membuat resah masyarakat di jalan. Program pelayanan yang akan diberikan oleh lembaga adalah pembinaan keagamaan, program pelatihan keterampilan, dan program pendampingan luar lembaga yang didalamnya berupa pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan mental, dan pelayanan motivasi. Pada penelitian kali ini penulis lebih memfokuskan pada program pendampingan luar lembaga untuk anak jalanan yang berada diluar kota. Dengan maksud agar anak jalanan di luar kota bisa mendapatkan pelayanan sosial untuk lebih baik lagi buat anak.

11Brosur Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak “Social Development Center For


(20)

Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Social Development Center For Street Children yang memfokuskan di program pendampingan luar lembaga, dengan program ini anak jalanan yang putus sekolah bisa mendapatkan pelayanan pendidikan untuk bersekolah kembali. Program pendampingan luar lembaga ini juga membantu menanggulai permaslahan anak dan mengurangi jumlah anak jalanan di Negara kita.

Oleh kerena itu penulis memberi judul skripsi ini yang berjudul

“STRATEGI PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN MELALUI

PENDAMPINGAN LUAR LEMBAGA DI SOSIAL DEVELOPMEN

CENTER FOR STREET CHILDREN, BAMBU APUS-JAKARTA

TIMUR”

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Membicarakan masalah anak jalanan dapat dilihat dari berbagai faktornya akan tetapi dalam penulisan skripsi ini penulis melakukan pembatasan masalah pada strategi pemberdayaan anak jalanan melalui pendampingan luar lembaga di Social Development Center For Street Children. Adapun perumusan masalahnya adalah :

a. Bagaimanakah strategi pelayanan sosial melalui pendampingan luar lembaga di Social Development Center for Street Children?


(21)

b. Bagaimana hasil dan manfaat yang dicapai oleh Social Development Center For Street Children dalam pendampingan luar lembaga?

c. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pendampingan luar lembaga?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelayanan apa saja yang diberika oleh Social Development Center For Street Chlidren, Bambu apus- Jakarta Timur. 2. Untuk mengetahui hasil dan manfaat dalam pelayanan sosial yang

diberikan untuk anak jalanan.

3. Untuk mengetahui dalam membuat program tersebut ada faktor pendukung dan pengambatnya atau tidak.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik

a. Menambahkan informasi bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial di bidang pemberdayaan anak.

b. Menambahkan sumber pengetahuan bagi kompentesi pekerja sosial khususnya yang berkerja di bidang pemberdayaan anak jalanan. 2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi Social Development Center For Street Children dalam melakukan pemberdayaan terhadap anak jalanan, agar program pemberdayaan dapat bermanfaat untuk kebutuhan anak.


(22)

b. Berbagi pemikiran dengan staf Social Development Center For Street Children yang menangani pemberdayaan, dalam pembuatan kebijakan kesejahteraan sosial khususnya berkaitan dengan pemberdayaan terhadap anak jalanan.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.12

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan kaulitatif sangat menarik, sebab penulis langsung ikut serta di kegiatan yang sedang diteliti oleh penulis. Pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mendefinisikan suatu konsep, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna dilapangan.

Penelitian kualitatif secara garis besar dibedakan menjadi penelitian kualitatif interaktif yaitu merupakan studi yang mendalam dengan mengunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek dalam lingkungan alamiahnya. Peneliti interaktif mendeskripsikan konteks dari studi, mengilustrasikan pandangan yang berbeda dari

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1998)


(23)

fenomena, dan secara berkelanjutan merevisi pertanyaan berdasarkan pengalaman di lokasi penelitian. Dan penelitian non-interaktif disebut juga penelitian analitis, penelitian non-interaktif menganalisisi dokumen. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan dan peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.13

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti meneliti tentang Strategi Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pendampingan Luar Lembaga, yang dilakukan di Social Development Center for Street Children Bambu Apus – Jakarta Timur. Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan waktu selama 3 bulan yang di mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2014, untuk menghasilkan informasi yang relafan mengenai pemberdayaan anak jalanan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Obeservasi atau pengamatan merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan atau diperbincangkan para

13

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 65.


(24)

responden dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.14 Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap lembaga tersebut, penulis mendatangi Social Development Center For Street Children untuk melakukan pengamatan langsung. Disini penulis mengikuti pendampingan kepada anak jalanan terutama tentang strategi pelayanan sosial.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu untuk memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang dilakukannya sambil bertatap muka dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.15 Penulis melakukan tanya jawab kepada kepala lembaga, staf lembaga dan beberapa anak binaan Social Development Center For Street Children. Untuk lebih mengetahui tentang manfaat strategi pelayanan sosial kepada anak-anak.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori,

14

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 115. 15


(25)

maupun hukum dan lain-lain. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat dilepaskan dari literatur-literatur ilmiah, sehingga kegiatan kepustakaan ini menjadi sangat penting.16 Penulis menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data-data atau dokumen-dokumen yang menunjang terhadap penelitian. Dokumen yang penulis kumpulkan yaitu seperti arsip-arisp tentang anak-anak di Social Development Center For Street Children.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung di peroleh dari informan yang ada di lembaga pada waktu penelitian. Data ini di peroleh dari pengamatan dan wawancara. Informan dalam data ini adalah ketua lembaga, ketua rehabilitas sosial, staf lembaga, orang tua binaan, dan anak binaan.

b. Data Skunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber-sumber pendukung yang berupa catatan atau dokumen yang diambil dari berbagai literatur, buku-buku, internet, tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, arsip, dan lain-lain.

5. Teknik Pencatatan Data

Dalam teknik pencatatan data, peneliti menggunakan data lapangan. Data lapangan dicatat oleh peneliti saat mengadakan pengamatan, wawancara atau menyaksikan kejadian tertentu selama

16

Nawawi Hadari, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), h. 133.


(26)

dilapangan dengan menggunakan bahasa objektif. Alat bantu yang peneliti gunakan dalam proses pencatatan data berupa alat tulis, perekam suara, dan kekuatan daya ingat.

6. Analisis Data

Ada beberapa cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilih data yang relevan dengan proses pendampingan bagi anak jalanan.

b. Penyajian data, setelah data mengenai proses pelayanan sosial bagi anak jalanan dalam pendampingan luar lembaga, maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, table dan lain seabagainya.

7. Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini memiliki kriteria sebgai berikut:

a. Kriteria Kredibilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat menggunakan teknik keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar dari data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (triangulasi). Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara staf rehabilitas sosial, anak binaan dan orang tua binaan, misalnya untuk mengetahui strategi pemberdayaan bagi anak jalanan dalam pendampingan luar lembaga di Social Development Center For Street Children.


(27)

b. Kriteria Kepastian , Lexy J. Moleong mengemukakan, menurut Scriven, yaitu masih ada unsur “kualitas” yang melekat pada objektivitas. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat di percaya, factual, dan dapat di pastik.17 Dalam penelitian ini, penulis dapat membuktikan data-data ini terpercaya yaitu dengan data-data yang di dapat dari hasil wawancara terhadap subjek peneliti. Adapun dari segi faktual adalah melihat dari strategi pemberdayaan anak jalan melalui pendampingan luar lembaga social development center for street children. Dalam hal ini peneliti dapat memastikan bahwa strategi pemberdayaan pendampingan luar lembaga melalui hasil wawancara terhadap subjek penelitiannya.

c. Triangulasi sumber adalah data yang diperoleh dicek kembali pada sumber yang pertama dalam waktu yang berbeda, atau dicek dengan menggunakan sumber yang berbeda. Sedangkan triangulasi metode adalah bahwa data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode tertentu nantinya dicek dengan metode yang lain. Misalnya, data yang dikumpulkan menggunakan metode/teknik wawancara, nantinya dicek dengan menggunakan metode observasi atau menggunakan analisis dokumen.18

17

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 326. 18

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almansur, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 318-319.


(28)

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan yang berkaitan dengan topik pembahasaan penelitian yang dilakukan pada penulis skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian skripsi ini, penulis menggunakan kepustakaan berupa skripsi yang sesuai dengan judul skripsi penulis.

Penulis menggunakan kepustakaan berupa beberapa skripsi yang pertama membahas tentang “Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pendidikan Keterampilan Di Kelurahan Rawa

Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara”. Nama peneliti : Ari

Kurniawan (106054002032), Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Skripsi ini membahas tentang peran yayasan yang lebih memfokuskan tentang pendidikan keterampilan agar anak jalanan memiliki skill dalam bidangnya masing-masing. Dari skripsi diatas, penulis menemukan perbedaan cukup signifikan dengan penelitian yang penulis lakukan. perbedaan dengan skripsi diatas adalah lebih memfokuskan ke pendidikan keterampilan sedangkan penulis lebih memfokuskan kependidikan formal.

Skripsi kedua membahas tentang “Pelayanan sosial anak jalanan berbasis panti sebagai wujud perlindungan hak anak”. Nama peneliti : Ipul

Suharma (104054102115), Jurusan Kesejahteraan Sosial. Skripsi ini membahas tentang tahapan pelayanan dan jenis pelayanan di dalam panti. Dari skripsi diatas ada perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan


(29)

adapun perbedaannya adalah membahas tentang pelayanan sosial yang ada di dalam pendampingan luar lembaga.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penyajian dalam skripsi ini di jabarkan atas 1 bab yang terdiri dari sub-sub bab yang saling berkaitan, sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Kerangka teori, paparan tentang pengertian strategi, pengertian pemberdayaan, pengertian anak dan anak jalanan , faktor penyebab anak turun ke jalan, dan penanganan anak jalanan.

BAB III : Membahas tentang gambaran umum lembaga, dalam bab ini dipaparkan tentang sejarah berdirinya lembaga, struktur organisasi, visi dan misi serta program kerja dan yang berkaitan dengan lembaga.

BAB IV : Merupakan hasil penelitian dan analisa, pembahasan yang merupakan bagian terpenting dari penelitian yang berupaya membahas bagian-bagian yang terpenting yang di temukan di lapangan. Dalam bab ini di paparkan tentang strategi pemberdayaan anak jalanan di Social Development Center For Street Children.


(30)

BAB V : Penutup

a. Kesimpulan: pernyataan berisi fakta,pendapat,alasan pendukung mengenai tanggapan suatu objek. Bisa dikatakan bahwa kesimpulan merupakan pendapat akhir dari suatu uraian berupa informasi.


(31)

19 BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Strategi

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "strategia" yang diartikan sebagai "the art of the general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mecapai tujuan. Strategi pada dasarnya merupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik, ekonomi,sosial-budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. William F. Glueck mengemukakan Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.1

1

Lawrence R. Jauch dan Willian F. Glueck, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, (Jakarta: Erlangga, 1995), ed, ke 3, h.12


(32)

B. Pelayanan Sosial

1. Pengertian Pelayanan Sosial

Siporin meyebutkan bahwa pada dasarnya pelayanan sosial dilakukan untuk merefleksikan kebutuhan-kebutuhan dalam kehidupan masyarakat.friedlander menggabungkan pelayanan sosial dan lembaga sosial. Menurutnya: kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan lembaga sosial untuk membantu perorangan, kelompok untuk mencapai standar kehidupan yang memuaskan.2

Romanyshyn memberikan arti pelayanan sosial sebagai usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui sumber-sumber sosial pendukung dan proses-proses yang meningkatkan kemampuan individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang normal.3

2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial

Secara empiris lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud organisasi pelayanan manusia (human service organization), mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada kliennya. Jenis-jenis pelayanan sosial tersebut antara lain adalah:

2

Edi Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, 2004), h. 201.

3


(33)

a. Pelayanan Pengasramaan

Yaitu pelayanan pemberi tempat tinggal sementara kepada klien. Dengan pelayanan ini klien dapat menginap, tidur dan menyimpan miliknya.

b. Pelayanan permakanan

Yaitu pelayanan pemberian makan dan minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi klien terjamin kualitasnya.

c. Pelayanan Konsultasi

Yaitu pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalnkan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.

d. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan

Yaitu pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan klien oleh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan klien.

e. Pelayanan Pendidikan

Yaitu pelayanan pemberian kesempatan kepada klien untuk mengikuti pendidikan formal.


(34)

f. Pelayanan Keterampilan

Yaitu pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti : pertukangan, perbengkelan, perkebunan, salon, menjahit, kerajinan tangan, perbaikan jam tv, computer dan sebagainya.

g. Pelayanan Keagamaan

Yaitu pelayanan bimbingan mental spiritual dengan menjalankan aktifitas agama masing-masing klien dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.

h. Pelayanan Hiburan dan Rekreasi

Yaitu pelayanan yang ditunjukan untuk memberikan rasa gembira dan senang melalui permainan, music media entertainment dan kunjungan ke suatu tempat.

i. Pelayanan Transportasi

Yaitu pelayanan untuk mempercepat daya jangkau klien, baik ke keluarga, pusat-pusat pelayanan atau lokasi rekreasi.4

3. Tahapan Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial memiliki beberapa tahapan, diantaranya:

a. Tahapan Pendekatan awal

4

Dwi Heru Sukoco, Kemitraan dalam Pelayanan, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, h. 106-107.


(35)

Yaitu suatu proses penjajagan awal, konsultasi dengan pihak-pihak terkait, sosialisasi program pelayanan, identifikasi calon penerima pelayanan, pemberian motivasi, seleksi, perumusan kesepakatan, penempatan calon penerima pelayanan, serta identifikasi sarana dan prasarana pelayanan.

b. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (assessment)

Adalah suatu proses kegiatan dan pengumpulan dan analisis data untuk mengungkapkan dan memahami masalaha, kebutuhan dan sistem sumber penerima klien.

c. Perencanaan Pemecahan Masalah (planning)

Adalah suatu proses perumusan tujuan dan kegiatan pemecahan masalah, serta penetapan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Pelaksanaan Pemecahan Masalah (intervention)

Yaitu suatu proses penerapan rencana pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Kegiatan pelaksanaan pemecahan masalah yang dilaksanakan adalah melakukan pemeliharaan, pemberian motivasi, dan pendampingan kepada penerima pelayanan dalam bimbingan fisik, bimbingan keterampilan, bimbingan psikososial, bimbingan sosial, pengembangan masyarakat, resosialisasi dan advokasi.


(36)

e. Tahapan Bimbingan

Tahapan pelayanan yang diberikan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan mental, jiwa dan raga klien. Bimbingan ini terdiri dari fisik, keterampilan, psikososial, sosial, resosialisasi, dan advokasi.

f. Tahapan Bimbingan dan Pembinaan Lanjut

Adalah suatu proses pemberdayaan dan pengembangan agar penerima pelayanan dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan lingkungan sosialnya.

g. Tahapan Evaluasi

Yaitu proses kegiatan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pemecahan masalah atau indikator-indikator keberhasilan pemecahan masalah

h. Tahapan Terminasi

Adalah suatu proses kegiatan pemutusan hubungan pelayanan atau bantuan ataupertolongan antar lembaga dan penerima pelayanan (klien).

i. Tahapan Rujukan

Yaitu kegiatan merancang, melaksanakan, mensupervisi, mengevaluasi, dan menyusun laporan kegiatan rujukan penerimaan program pelayanan kesejahteraan sosial.5

5Buku Saku Pekerja Sosial,


(37)

C. Anak Jalanan

1. Pengertian Anak Jalanan

Menurut Ferry Johannes anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga dan anak yang hidup mandiri sejak masa kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga.6

Menurut Soedijar, anak jalanan adalah anak usia tujuh samapai dengan tujuh belas tahun yang berkerja di jalan raya dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain dan membahayakan bagi dirinya sendiri.7

Tata Sudrajat mengemukakan, menurut Departemen Sosial dan United National Development Program (UNDP) telah membatasi anak jalanan sebagai berikut: anak jalanan sebagai anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya.8

Ada beberapa pengertian anak jalanan menurut beberapa ahli hukum, antara lain:

6 Ferry Johannes, “Melonjak Jumlah Anak Jalanan”, Pikiran Rakyat (Bandung), 10 Januari 1999, h. 6

7

A. Soedijar Z.A, Profil Anak Jalanan Di DKI, (Jakarta: Media Informatika, 1989), h.33. 8


(38)

1. Sandyawan memberikan pengertian bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang berusia maksimal 16 tahun, telah bekerja dan menghabiskan waktunya di jalanan.

2. Peter Davies memberikan pemahaman bahwa fenomena anak-anak jalanan sekarang ini merupakan suatu gejala global. Pertumbuhan urbanisasi dan membengkaknya daerah kumuh di kota-kota yang paling parah keadaannya adalah di negara berkembang, telah memaksa sejumlah anak yang semakin besar untuk pergi ke jalanan ikut mencari makan demi

kelangsungan hidup keluarga dan bagi dirinya sendiri”.9

Pengertian diatas hanya gambaran tentang anak jalanan menurut para ahli hukum, dimana anak jalanan yang masih dibawah umur sudah mencari uang dijalanan. Tetapi pengertian anak jalanan masih simpang siur belum ada yang real untuk menjadi acuan.

Tentang anak jalanan ini juga digambarkan oleh Bagong Suyanto, anak jalanan, anak gelandangan, atau kadang disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri, sesungguhnya mereka adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakkan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat.10

Terdapat juga tentang perbedaan-perbedaan anak jalanan sebagai berikut:11

9Anis, “Faktor Apa Yang Menyebabkan Munculnya Anak Jalanan,” 10

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: kencana, 2010), ed, ke-1, h.185 11Ibid. 187


(39)

1. Children on the street: anak anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalanan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka.

2. Children of the street: anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi.

3. Children from families of the street: anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.

2. Faktor Penyebab Anak Jalanan

Ada beberapa faktor penyebab anak turun kejalanan, tetapi yang sangat memicu adalah faktor kemiskinan, orang tua selalu mengeksploitasi anak untuk membantu ekonomi keluarga, da nada juga yang turun kejalan karena keinginannya sendiri.

Bagong Suyanto mengemukakan sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti: kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidak harmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua.12

Andriyani Mustika Nurwijayanti mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan, baik pada tingkat mikro maupun makro, yaitu:

12


(40)

1. Tingkat mikro (immediate causes) yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya, seperti lari dari keluarga, dipaksa bekerja, berpetualang, diajak teman, kemiskinan keluarga, ditolak/kekerasan/terpisah dari orang tua dan lain-lain.

2. Tingkat meso (underlying causes)yaitu faktor masyarakat yang mengajarkan anak untuk bekerja, sehingga suatu saat menjadi keharusan dan kemudian meninggalkan sekolah, kebiasaan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan pada suatu masyarakat karena keterbatasan kemampuan di daerahnya, penolakan anak jalanan oleh masyarakat yang menyebabkan mereka makin lama dijalanan.

3. Tingkat makro (basic causes) yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro, seperti peluang kerja pada sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal dan keahlian yang besar, urbanisasi, biaya pendidikan yang tinggi dan perilaku guru yang diskriminatif, belum adanya kesamaan persepsi instansi pemerintah terhadap anak jalanan.13

Intinya penjelasan diatas dari beberapa para ahli tentang penyebab anak turun kejalanan adalah faktor kemiskinan yang memaksa anak turun kejalanan untuk membantu ekonomi keluarga, kekerasan yang dilakukan

13 Andriyani Mustika Nurwijayanti, “

Eksploitasi Anak: Perlindungan Hukum Anak Jalanan dalam Perspektif Hukum Pidana di Daerah Yogyakarta”, artikel diakses pada 28

Desember 2014 dari http://jurisprudence-journal.org/2012/07/eksploitasi-anak-perlindungan-hukum-anak-jalanan-dalam-perspektif-hukum-pidana-di-daerah-yogyakarta/


(41)

orang tua terhadap anak, dan anak putus sekolah akibat orang tua tidak mampu membiayakan kebutuhan anak.

3. Penanganan Anak Jalanan

Selama ini, upaya yang telah dilakukan untuk menangani anak-anak jalanan biasanya adalah dengan berusaha mengeluarkan mereka dari

jalanan, memasukannya ke berbagai “Rumah Singgah”, tempat-tempat pelatihan, atau dengan cara menangkap mereka, memasukan ketempat anak-anak nakal, atau tindak kekerasan lain. Namun, banyak bukti menunjukan, model penanganan dan pelaksanaan berbagai program yang bersifat karitatif dan punitive seperti di atas tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan anak jalanan secara tuntas.

Ada berbagai pendekatan dalam penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh LSM yaitu:

1. Pertama, street based, yakni model penanganan anak jalanan ini kita bisa mengikuti kegiatannya dan setelah itu memberikan pendidikan secara informal.

2. Kedua, centre based, yakni pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti, agar anak merasa lebih nyaman.

3. Ketiga, community based, yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama keluarga atau orang tua anak


(42)

jalanan. Pendekatan ini bersifat preventif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam kehidupan di jalanan, dan memberikan anak pendidikan formal.14

D. Pendampingan Luar Lembaga

1. Pengertian Pendampingan Luar Lembaga

Pendampingan luar lembaga di bagi menjadi 2 kata yaitu pendampingan dan luar lembaga. Pendampingan adalah menjaga atau memantau sesuatu, dan luar lembaga adalah sesuatu kegiatan yang berada diluar lembaga, yang melaksananan kegiatannya diluar, tidak lagi melaksanakan didalam. Jadi, pendampingan luar lembaga adalah pendampingan yang dilakukan di luar lembaga dan tidak dilakukan didalam lembaga, dimana anak jalanan yang tidak ingin tinggal di lembaga dan masih ingin tinggal dengan orang tuanya, masih bisa mendapatkan pendampingan dari lembaga. Dimana lembaga mendatangkan tempat-tempat yang biasa anak-anak jalanan berkumpul dan pihak lembaga memberikan motivasi kepada anak jalanan agar ingin melanjutkan pendidikan formal atau non formal.

Pendampingan luar lembaga ini sangat penting untuk anak yang dari keluarga ekonomi rendah. Lembaga membuat program pendampingan luar lembaga ini karena melihat dari kebutuhan anak, anak memiliki haknya untuk tinggal dengan orang tuanya dan tidak dipisahkan. Tujuannya adalah untuk membantu anak dan orang tuanya bisa saling menyayangi dan orang

14


(43)

tua bisa mengetahui keinginan anaknya, supaya tidak ada lagi eksploitasi kepada anak, dan tidak ada lagi anak menjadi gelandangan atau pengemis di jalanan.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pendampingan luar lembaga adalah: memberikan anak-anak kesempatan untuk membentuk ikatan kasih sayang yang sehat membantu pemenuhan kebutuhan mereka untuk terikat ke seseorang, yang menganggap mereka istimewa dan memiliki komitmen untuk menyediakan keselamatan dan kesejahteraan mereka secara berkelanjutan.15

2. Jenis Pendampingan Luar Lembaga

Jenis program pendampingan luar lembaga adalah memberikan bantuan kepada anak jalanan untuk bersekolah seperti membiayakan sekolah dan kebutuhan sehari-hari anak, supaya anak bisa bersekolah lagi dan tidak hidup di jalan lagi, selain untuk tidak hanya ke anak saja tetapi memberikan arahan untuk membimbing anak dengan benar. Dalam kehidupan dirumah jika tidak mendapatkan bimbingan yang benar dari orang tua anak bisa kembali lagi ke jalanan, maka dari itu manfaat untuk memberikan arahan kepada orang tua sangatlah penting untuk masa depan anak.

15

Modul Pekerjaan Sosial Berpusat Pada Anak dan Keluarga, perlindungan anak dan perencanaan permanensi,(Jakarta: Save The Children,2012), h.14


(44)

3. Sasaran Pendampingan Luar Lembaga

Pendampingan yang bergerak di luar lembaga akan menghadapi hal-hal yang tidak dihadapi dengan pendampingan dalam lembaga, baik dalam perencanaan, perorganisasian atau pelaksanaan program. Dalam sasaran pendampingan luar lembaga dengan pendampingan dalam lembaga sangat berbeda, pada umumnya pendampingan dalam lembaga adalah anak-anak yang sudah tidak ada orang tuanya baru di tempatkan di lembaga. Adapun sasaran untuk pendampingan luar lembaga adalah anak yang maksimal umur 18tahun dan orang tuanya. Adapun katagori sasaran untuk pendampingan luar lembaga sebagai berikut:

1) Anak jalanan yang menjadi pengemis atau gelandangan 2) Anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi


(45)

33

PROFIL LEMBAGA

GAMBARAN UMUM SOCIAL DEVELOPMENT CENTER (SDC)

A. Sejarah Pendirian Lembaga

Sebagai Instansi yang bertanggung jawab terhadap permasalahan anak jalanan, Kementerian Sosial dan pemerintah daerah telah berhasil memecahkan permasalahan anak jalanan, akan tetapi belum maksimal. Untuk meningkatkan keberhasilan dalam pemecahan masalah baik secara kulitas maupun kuantitas, maka disusunlah program baru dalam bentuk Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak atau Sosial Development Centre for Street Children (SDC). Departemen Sosial sebagai instansi pemerintah yang berkompeten terhadap penanganan permasalahan sosial anak jalanan mengembangkan suatu konsep pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan bagi jalanan. ”Perwujudan dari konsep tersebut adalah

Sosial Development Center for Children atau Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak yang diresmikan oleh Ibu Negara Hj. Ani Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 23 Nopember 2006. SDC beralamatkan di Jl. Panti Sosial (PPA) Bambu Apus Jakarta Timur”.1

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak didirikan untuk menjawab kebutuhan akan kesejahteraan anak-anak jalanan dengan

1

Wawancara Pribadi dengan Ibu Dra. Kokom Komalawati M,Si (Ketua lembaga), Jakarta Timur, 8 Juli 2014


(46)

segala permasalahanya. Adapun permasalahan yang dihadapi anak jalanan diantaranya kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti pendidikan, perlindungan, kasih sayang, kesehatan, makanan, minuman, dan pakaian. Akhir-akhir ini dijumpai masalah yang lebih serius seperti tracfiking, eksploitasi seks komersial dan berbagai tindak kekerasan. Jika ditelusuri secara mendalam, fenomena anak jalanan secara garis besar sebagai akibat dari dua hal mendasar ; problema sosial (sosiologis) karena orang tua yang kurang perhatian kepada anak-anaknya sehingga mereka para anak mencari perhatian di luar rumah yakni jalanan sebagai pelarian atau kompensasinya. Kedua, problema sosial ekonomi yang didominasi oleh masalah kemiskinan, sehingga benyak orang tua atau keluarga yang tidak mampu menyediakan kebutuhan dasar anak termasuk kebutuhan untuk mendapat pendidikan secara layak, kurang/tidak tersedianya fasilitas bermain bagi anak-anak di tempat tinggal yang padat dan kumuh..

Hal-hal yang dikemukakan diatas antara lain menyebabkan program pemberian pelayanan dan bimbingan bagi anak jalanan sangat penting untuk dilakukan sebab dipundak anak-anak itu juga masa depan bangsa akan dipikulkan. Kita harus mengantisipasi kehancuran masa depan mereka dan terjadinya lost generation karena kesalahan generasi sebelumnya.


(47)

B. Landasan Hukum

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam pelaksanaan pelayanan sosial kepada anak jalanan memiliki beberapa landasan hukum yang digunakan yaitu :

a. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) dan Pasal 34.

b. Undang Undang RI No. 6 tahun 1974 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial.

c. Undang Undang RI No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

d. Undang Undang RI No.1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No.182 tentang Pelarangan Pengadilan Anak dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.

e. Undang Undang RI No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

C. Visi dan Misi

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak/ SDC Bambu Apus

Jakarta memiliki Visi dan Misi sebagai berikut :

Visi :

“Menjadikan anak Indonesia yang mandiri dan normatif secara sosial dan ekonomi”


(48)

Misi :

a. Menyelenggarakan perlindungan untuk anak jalanan

b. Menyelenggarakan bimbingan fisik, mental, sosial dan pelatihan keterampilan serta pendidikan

c. Pembinaan keluarga, resosialisasi dan penyaluran dengan memakai sistem rujukan kelembaga lain.2

D. Tujuan dan Fungsi Lembaga

1. Tujuan

a. Terciptanya kesamaan visi dan misi antara penyelenggara pelayanan sosial anak jalanan dalam panti

b. Terselengaranya pelayanan sosial anak jalanan dalam panti secara professional.

2. Fungsi Lembaga

Sebagai asrama (boarding house) bagi anak jalanan, sekaligus sebagai institusi yang menjalankan kelanjutan proses pelayanan yang telah diberikan oleh lembaga atau rumah singgah-rumah singgah yang ada, sebagai asal perujuk penanganan anak jalanan.3

2

Brosur Social Development Center For Street Children


(49)

E. Kebijakan dan Program Lembaga

1. Kebijakan

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak dalam hal kebijakan yang ditempuh diarahkan pada upaya memberikan perlindungan untuk kepentingan terbaik bagi anak sesuai dengan Undang Undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak

2. Program Lembaga

Dalam hal pelaksanaan program pelayanan yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, selain program pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi pendampingan luar lembaga, kesehatan, perlengkapan, serta pendidikan ada beberapa program lain diantaranya adalah:

a. Pendekatan Awal

Kegiatan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program pelayanan sosial kepada masyarakat, instasnsi terkait, serta organisasi sosial/ LSM, terkait guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien untuk dapat diseleksi dan ditetapkan secara definitif sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan melalui langka langkah sebagai berikut :


(50)

1) Penyampaian informasi kepada masyarakat, instansi terkait, organisasi sosial melalui pertemuan, konsultasi dan surat menyurat

2) Mengumpulkan, menyususun, mengelompokan dan menganalisa informasi/ data serta mendiskusikanya untuk menentukan langkah identifikasi

3) Memberikan motivasi dengan cara penyuluhan, bimbingan dan sebagainya

4) Mengadakan seleksi terhadap calon klien

b. Penerimaan

1) Dalam tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menetapkan calon klien yang memenuhi persayaratan sebagai berikut :

2) Mengisi formulir pendaftaran

3) Pencatatan dalam buku registrasi

4) Membuat kesepakatan pelayanan sosial antar petugas panti dengan calon klien

c. Pengungkapan dan Pemahaman Masalah

Proses ini dilakukan untuk menggali kebutuhan dan permasalahan anak secara mendalam melalui wawancara untuk:


(51)

1) Mengetahui potensi, kemampuan serta keterampilan anak

2) Merumuskan dan mendefinisikan kebutuhan dan masalah klien

3) Merumuskan rencana dan tujuan intervensi pelayanan yang akan diwujudkan

4) Selanjutnya membuat kontrak/ persetujuan atas pelayanan sosial yang diberikan meliputi :

a) Kesediaan orang tua dan klien untuk memenuhi persayaratan

b) Jangka waktu mengikuti program pelayanan sosial

c) Jenis program yang disepakati

d. Resosialisasi

Merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menyiapkan kondisi psikis anak yang akan segera kembali kepada keluarga dan masyarakat, dalam tahapan ini meliputi :

1) Pembekalan klien yang kembali ke lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat tempat tinggal anak

2) Menghubungi keluarga klien serta lingkungan masyarakat tempat tinggalnya


(52)

e. Reunifikasi Dengan Keluarga

Upaya penyatuan kembali anak dengan keluarga atau pengasuhnya berupa menyiapkan anak agar bisa kembali kepada orang tua dan keluarganya

f. Memberdayakan keluarga melalui UEP

Agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan hidup anak dan membekali anak yang telah selesai menjalani proses pelayanan dalam panti.

g. Terminasi

Tahapan ini merupakan tahapan penghentian pelayanan setelah eks-klien dipandang mampu dan mandiri. Sebagai lembaga pelayanan sosial anak, Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak memiliki sasaran pelayanan yang ditujukan kepada seluruh anak jalanan. Secara khusus sasaran layanan lembaga tersebut adalah :

1) Sasaran :

a) Anak jalanan

b) Anak jalanan yang menjadi pengemis dan pemulung

c) Anak jalanan yang dieksploitasi secara ekonomi


(53)

2) Persyaratan :

a) Laki laki dan perempuan yang berusia di bawah 18 tahun

b) Rujukan dari rumah singgah, LSM, Kepolisian, Pekerja Sosial Masyarakat, keluarga yang berdasarkan assessment awal dapat atau layak diterima sebagai klien panti

c) Menyatakan kesanggupan mengikuti semua program yang diselenggarakan oleh panti

d) Anak tidak lagi melakukan aktifitas di jalanan

3) Asal rujukan klien :

a) Rumah Singgah yang berada sekitar Jabodetabek

b) Lembaga Sosial Masyarakat

c) POLRI

d) Keluarga dan masyarakat miskin

Adaupun dalam hal pendanaan, operasional lembaga, pendanaan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/ APBN.4

4

Wawancara Pribadi dengan Ibu Vivi Marlina, AKS (Rehabilitas Sosial), 1 September 2014


(54)

F. Struktur dan Organisasi Lembaga

1. Struktur Organisasi SDC Bambu Apus Jakarta.

Sumber: Hasil Wawancara Pribadi

2. Tugas Pokok dan Fungsi

a. Kepala Panti

Bertugas melaksanakan tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial sesuai dengan Peraturan Perundang undang undangan yang berlaku

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Dalam tugasnya melakukan urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan rumah tangga serta kehumasan

TATA USAHA

PROGRAM DAN ADVOKASI SOSIAL PELAYANAN DAN

REHABILITASI SOSIAL

FUNGSIONAL

PENDAMPING KETUA TIM


(55)

c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial

Tugasnya melakukan penyusunan rencana dan program, pemberian informasi dan advokasi, pengkajian dan penyiapan standar pelayanan serta melakukan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan pelayanan dan rehabilitasi sosial

d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial

Melakukan registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnose, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, mental, sosial, phisik, keterampilan, resosialisasi, penyaluran

3. Fungsi dan Peran Pekerja Sosial

a. Pendamping (Fasilisator)

Pekerja sosial membantu klien untuk mempermudah akses pelayanan dengan memberikan kesempatan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh klein untuk mengatasi permasalahannya, dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

b. Pelayanan Mediasi

Sebagai mediator pekerja sosial berupaya membantu memfasilitasi pihak-pihak yang mengalami hambatan komunikasi sehingga satu sama lain saling dukung dalam upaya pencapaian tujuan yang diingankan


(56)

c. Pelayanan Advokasi

Layanan advokasi sosial perlu diberikan kepada klein yang mengalami konflik dengan pihak pihak baik individu atau institusi. Selain itu berupaya memberikan perlindungan dan pembelaan terhadap hak hak klein

d. Pelayanan Konseling

Berupaya membantu klein untuk memahami dan menyadari permasalahan yang dihadapi, memahami potensi dan kekuatan yang dimiliki,serta membimbing untuk membuka alternative pemecahan masalah.

e. Peran sebagai Motivator

Membantu klein memberikan dorongan dan semangat dalam melaksanakan kegiatan dan upaya pemecahan masalah.5

5

Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmad Suhada, S.Sos (pendamping sosial), Jakarta Timur, 1 September 2014


(57)

45

HASIL TEMUAN DAN ANALISI

STRATEGI PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI PENDAMPINGAN LUAR LEMBAGA

Pada Bab ini peneliti akan membahas tiga hal pertama, temuan dan analisa mengenai strategi pelayanan sosial melalui pendampingan luar lembaga, kedua mengenai hasil dan manfaat pendampingan luar lembaga. Dan yang ketiga faktor pendukung dan penghambat pendampingan luar lembaga.

A. Strategi Pelayanan Sosial Melalui Pendampingan Luar Lembaga di

Social Development Center For Street Children.

Bagian ini akan menjelaskan mengenai strategi yang dilakukan lembaga

Social Development Center For Street Children dalam melaksanakan pelayanan sosial melalui pendampingan luar lembaga. Dengan menggabungkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan teori-teori yang dijelaskan pada BAB II.

Strategi pendampingan luar lembaga merupakan suatu rencana untuk menjalankan kegiatan atau program. Strategi merupakan proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Lembaga menjalanin program pendampingan luar lembaga menggunakan strategi, dimana di dalam strategi tersebut memiliki beberapa tahap untuk menyelesaikan program tersebut. Dalam hal ini untuk


(58)

memperkuat data penulis melakukan wawancara kepada Ketua Rehabilitasi sosial terkait pelayanan yang dilakukan dalam proses pendampingan luar lembaga di Social Development Center For Street Children. Hasil wawancara sebagai berikut:

“..Pelayanan yang diberikan kepada anak binaan, seperti pendampingan luar lembaga, dimana kita memberikan pelayanan melalui pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan psikologi, pelayanan FDS untuk orang tua”.1

Dari hasil wawancara dengan Ketua Rehabilitasi Sosial dapat disimpulkan bahwa lembaga ini melakukan pelayanan sosial melalui pendampingan luar lembaga. Pelayanan yang di berikan oleh pihak lembaga seperti pendidikan untuk anak binaan. Untuk memperkuat data penulis juga melakukan wawancara dengan Anak binaan yakni “F” ia mengatakan:

“..Aku tadinya gak sekolah lagi karena bapak aku gak bisa

bayar sekolah aku. Setelah gak sekolah lagi aku mengamen di jalanan buat bantu ibu sama bapak. Terus aku di panggil sama rumah singgah, disuruh dating terus dari sana aku dapet biaya

buat sekolah, terus aku bisa sekolah lagi”.2

Dari hasil wawancara dengan ketua Rehabilitas Sosial Ibu Vivi Marlina, AKS dan anak binaan ”F” disimpulkan bahwa pelayanan pendidikan yang diberikan lembaga sangat bermanfaat untuk anak binaan yang putus sekolah atau tidak sekolah karena faktor ekonomi. Pendampingan luar lembaga membangun anak-anak yang hidup di jalanan bisa berdaya kembali dalam pendidikannya. Untuk memperkuat data peneliti juga mewawancarai orang tua

“D” dari Anak binaan di Social Development Center For street Children:

1

Wawancara Pribadi dengan Ibu Vivi Marlina, AKS (Ketua Rehabilitas Sosial), Jakarta Timur, 1 september 2014.

2


(59)

“..Saya senang mendapatkan bantuan pendidikan buat anak saya, dulu anak saya sempat gak sekolah ya mba, gara-gara gak punya duit. Tapi gara-gara bantuan ini anak saya bisa kembali

sekolah”.3

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada pemimpin rehabilitas sosial, beberapa pengurus dan staf lembaga, anak binaan dan orang tua anak, dalam pelaksanaan program pendampingan luar lembaga yang diberikan oleh Social Development Center for Street Children. Penulis meneliti program pendampingan luar lembaga, program pendampingan luar lembaga merupakan program yang membantu anak jalanan untuk tetap bisa melanjutkan pendidikan, dan memberikan motivasi orang tuanya untuk melarang anaknya turun kejalan lagi, program ini di lakukan di beberapa daerah seperti Bandung, Cimahi, Sukabumi, Serang, Tanjung Priuk, Manggarai, dan Penjaringan. Dalam tahap strategi, Social Development Center for Street Children ini melakukan perencanaan strategi, merencanakan program apa saja yang mau dilaksanankan, setelah itu melakukan pelaksananannya, sesudah dilaksanankan, selalu diadakannya evaluasi untuk program.

Dalam penangan untuk melakukan strategi pelayanan sosial anak jalanan di Social Development Center For Street Children (SDC) memiliki beberapa staf ahli, yang menangani anak binaan dan orang tua binaan yang berada di rumah singgah LKSA Wanita Bahagia, adapun staf-staf yang terlibat diantarnya ialah sebagai berikut:

3


(60)

Tabel 1

Nama Jabatan Tugas

Ibu Vivi Marlina, Aks Rehabilitasi sosial

Yang mengasesment anak binaan, dan yang

mengatur program pendampingan luar lembaga.

Bapak Ahmad Suhada S.Sos

Pendamping sosial

Yang memberikan motivasi kepada orang tua anak binaan.

Ibu Susi Nugroho Widyati, S.Psi

Psikolog

Yang meyelesaikan masalah kejiwaan, mental, dan memberikan test IQ.

Ibu Suci Utami Rahayu, AMK

Staff kesehatan

Yang megatur obat, dan menjadi asisten dokter. Sumber : Hasil Wawancara pribadi

Adapun tahap-tahap yang lembaga gunakan untuk melaksanakan program seperti berikut:

1. Memilih rumah singgah

Dalam melaksanakan program pendampingan luar lembaga, pihak lembaga melakukan kerjasama dengan pihak rumah singgah daerah yang menaungi anak jalanan. Proses lembaga untuk mencari rumah singgah


(61)

adalah, lembaga mencari rumah singgah yang menaungi anak jalanan, dimana lembaga memilihi empat rumah singgah di luar kota dan empat rumah singgah yang di dalam kota. Setelah menemukan rumah singgah yang menaungi anak jalanan, pihak lembaga mendatangi rumah singgah untuk melakukan kerja sama dalam membangun atau memotifasi diri anak jalanan agar bisa bersekolah lagi. Kemudian setelah rumah singgah setuju untuk berkerja sama, maka pihak lembaga membuat jadwal dengan rumah singgah agar dapat membantu mengumpulkan anak jalanan dan orang tua dengan melakukan wawancara, setelah pihak lembaga melakukan wawancara dengan anak binaan dan orang tua binaan, pihak lembaga menindak lanjuti dengan melaksanankan program motivasi kepada anak binaan dan orang tua binaan. Adapun ungkapan dari ketua Rehabilitas sosial Ibu Vivi Marlina, AKS yaitu:

“..Dalam kegiatan ini kita melakukan kerja sama dengan

beberapa rumah singgah, dalam permulaan kami melakukan pemilihan beberapa rumah singgah yang pernah kami ajak kerjasama, kami memilih rumah singga yang menaungi anak-anak jalanan yang tidak bersekolah. Adapun yang sudah kita patokan di luar kota 4 rumah singgah dan di dalam kota ada 4 rumah singgah

juga”.4

2. Assessment klien

Dalam pemberdayaan pendampingan luar lembaga di Social Development Center For Street Children terdapat pula proses assessment yang ditujukan guna proses penseleksian kepada anak-anak jalanan yang memang kurang mampu dan memenuhi syarat lemabag Social

4


(62)

Development Center For Street Children untuk dijadikan sasaran pemberdayaa. Dalam melakukan assessment staff rehabilitasi sosial di

Social Development Center for Street Children (SDC) medatangi rumah singgah yang menaungi anak jalanan. Di rumah singgah tersebut sudah menyediakan anak-anak jalanan yang akan diberikan bantuan oleh lembaga, staf lembaga mengadakan perkenalan tentang lembaga Social Development Center for Street Children (SDC) kepada orang tua dan anak-anak, setelah memperkenalkan tentang lembaga, setiap orang tua dan anak diwawancarai untuk mengetahui keadaan ekonomi keluarga dan perkembangan pendidikan anak jalanan tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh ibu Vivi Marlina, AKS sebagai berikut:

“..iya, dalam memberikan bantuan kepada anak jalanan di

daerah kita harus melakukan assesment. Kita harus wawancarai pihak keluarga anak jalanan tersebut, apakah anak tersebut masuk dalam kriteria kita atau tidak. Cara kita mewawancarai anak dan keluarganya, dengan mendatangi rumah singgah tersebut. Dimana rumah singgah sudah mengumpulkan anak-anak dan keluarganya, jadi kita tinggal datang ke rumah singgah, tidak perlu mencari-cari anak dan keluarga, Tahun sekarang agak lebih gampang ngurusinnya, tidak kaya tahun lalu yang butuh waktu lama untuk

bisa menjalanin program ini”.5

Dari hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa assessment yang dilakukan lembaga Social Development Center For Street Children

memang benar-benar dituju untuk anak-anak yang kurang mampu sehingga assessment dilakukan secara selektif guna tetap sasaran. Hal itu juga diperkuat oleh ungkapan Ibu Hj. Ijah Faizah selaku staf ketua rumah singgah LKSA Wanita Bahagia yang mengatakan:

5


(63)

“..Dalam membantu anak jalanan, pihak SDC melakukan assessment terlebih dahulu dengan cara selektif untuk memilih anak jalanan yang di bantu, SDC juga mewawancarai anak dan orang tuanya untuk melihat kondisi ekonominya. Setelah itu lembaga memilih anak binaan yang masuk kriterianya, setalah memilih lembang kembali datang ke rumah singgah untuk memberikan dampingan atau bantuan kepada anak binaan dan

orang tua anak binaan”.6

3. Mendatangi kembali rumah singgah

Setelah dua minggu dari melakukan assement klien, lembaga mendatangi kembali rumah singgah, dimana lembaga melakukan beberapa pelayanan sosial saat mendatangi rumah singgah, menurut Dwi Heru Sukoco ada 9 pelayanan sosial yang di bahas di BAB II halaman 21, sedangkan ditemuan penelitian lembaga ini hanyak melakukan 4 pelayanan sosial saja. Sebagaimana dikatakan oleh Ibu Vivi Marlina, AKS sebagai berikut :

“..Setelah kita melakukan assesment, kita datangi kembali

rumah singgah tersebut, disana kita membuat pelayanan untuk memberikan motivasi ke orang tua, biar orang tua bisa mengerti cara mendidik anak yang benar, dan tidak mengizinkan kembali anak untuk turun kejalanan. Pas ditempat kita juga ada pelayanan kesehatan, cek psikologi untuk anak, dan terakhir itu kita memberikan uang transport untuk anak sekolah atau disebut pelayanan pendidikan”.7

Wawancara diatas bisa disimpulkan bahwa program pendampingan luar lembaga memiliki beberapa pelayanan sosial yang bermanfaat untuk anak dan orang tua, tidak hanya bantuan saja yang diberi oleh Social Development Center For Street Children ada juga kegiatan kesehatan dan psikologi untuk anak dan untuk orang tua diadakannya penyuluhan untuk tujuan memotivasi diri orang tua. Selain penulis mewawancara staf

6

Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Ijah Faijah (Ketua Rumah Singgah LKSA Wanita Bahagia), Serang, 11 September 2014.

7


(64)

rehabilitasi sosial Social Development Center for Street Children diatas. Untuk memperkuat data penulis melakukan wawancara dengan anak binaan Social Development Center for Street Children yakni “M”. hasil wawancara tersebut sebagai berikut:

“..Iya dua minggu yang lalu pihak lembaga mendatangi rumah singgah untuk menanya-nanyakan ekonomi keluarga, setalah dua minggu pihak lembaga datang lagi, kita diperiksa kesehatannya, terus kita juga di suruh test IQ, abis itu kita dikasih uang

kebutuhan sekolah deh”.8

Hasil wawancara tersebut juga diperkuat dengan hasil observasi, setelah dua minggu kami kembali mendatangi rumah singgah LKSA Wanita Bahagia yang terletak di Serang. Sesampainya disana orang tua binaan dan anak binan sudah berkumpul dirumah singgah, kami langsung menyiapkan keperluan untuk memberikan pelayanan ada didalam pendampingan luar lembaga. Penulis mengabsen anak binaan dan orang tua binaan untuk mengetahui sudah hadir semua atau belum. Setelah diabsen acara dimulai. Di dalam pendampingan luar lembaga ini ada beberapa pelayanan yang diberika oleh anak binaan dan orang tua binaan, pelayanan tersebut adalah:

a. Pelayanan kesehatan

Di lembaga Social Development Center For Street Children

juga terdapat program kesehatan yang berfungsi untuk memantau kesehatan para anak jalan yang di bina di SDC. Program kesehatan ini sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan para anak jalan. Pada program kesehatan ini di lakukan oleh staff kesehatan yang sudah berkompeten dalam bidangnya. Dalam hal ini staff kesehatan

8


(65)

melakukan pemeriksaan kepada anak binaan, dimana anak-anak di periksa fisiknya oleh dokter dari lembaga, dan setelah diperiksa anak-anak diberikan vitamin C dan vitamin B-Complex. Sebagaimana dikatakan oleh ibu Suci utami Rahayu, AMK sebagai berikut;

“..Tahun ini kita melakukan periksa kesehatan untuk anak. Kita memeriksa fisik anak ada yang sakit atau tidak, kalau ada yang sakit kita berikan obat gratis, jika dia sehat-sehat aja kita

cuma memberikan vitamin untuk nafsu makan dan vitamin C”.9

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulksn bahwa program kesehatan memang sangat membantu para anak jalanan terutama yang menderita penyakit. Disamping ungkapan dokter juga diperkuat oleh ungkapan “K” anak binaan yang mengatakan:

“..Aku diperiksa kesehatannya, aku disuruh tiduran, terus perut aku di teken-teken, terus aku disuruh melet, kebetulan aku juga lagi sakit ka. Karena aku lagi sakit aku dikasih obat dari dokter, sama vitaminnya itu semua gak bayar”.10

Disamping melakukan wawancara dengan Staf dan Anak binaan. Penulis juga melakukan observasi yang dapat dilihat pada lampiran 2. Selain itu penulis juga melakukan studi dokumentasi terkait program kesehatan yang dilakukan SDC.

9

Wawancara Pribadi dengan Ibu Suci Utami Rahayu, AMK (Staf Kesehatan), Serang, 11 September 2014

10


(66)

(67)

jika ada anak yang mengalami depresi kita langsung

menanganinya”.11

Hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa test psikologi ini sangat bermanfaat untuk mengetahui pemikiran dan mental anak binaan, sangat bermanfaat juga untuk anak yang pemikiran dan mentalnya bermasalah. Adapun pendapat dari anak binaan tentang test psikologi yang dilakukan oleh pihak lembaga. Untuk memperkuat data penulis juga mewawancarai anak binaan Social Development Center for Street Childrenyaitu “N”, hasil wawancara sebagai berikut:

“..Aku disuruh nyari gambar yang cocok ka, terus aku di test

kecepatan berpikir gitu ka, lumayan banyak deh ka gambarnya. Aku suka ka kalau di test IQ, soalnya banyak gambar-gambar yang harus aku cocokin ka, terus aku disuruh ngelengkapin gambarnya tapi aku dikasih waktu untuk ngelengkapinnya”.12

Tidak hanya hasil wawancara saja yang penulis dapatkan. Dalam memperkuat data penulis juga melakukan dokumentasi terkait progam psikolog untuk mengetahui kecepatan anak dalam berpikir dan membangun mentalnya untuk bisa menjadi seseorang yang berguna.

11

Wawancara Pribadi dengan Ibu Susi Nugroho Widyati, S.Psi (staf Psikologi), Serang, 11 September 2014

12


(68)

Hasil dokumentasi terkait program psikolog di Social Development Center For Street Children

Tabel 3

Gambar Kegiatan Keterangan

Dari gambar disamping adalah kegiatan psikologi, dimana staf psikologi menerangkan cara mengerjakan soal yang ada dibuku untuk test IQ.

Dan gambar yang dibawah, anak-anak binaan sudah mulai mengerjakan soal test IQ. Anak-anak disuruh menggambar dan melengkapi gambar untuk mengetahui penangkap berpikir cepat.

c. Pelayanan FDS (family development session)

FDS di lakukan untuk orang tua anak, dimana orang tua diberikan motivasi atau arahan untuk mendidik anak yang benar, dan pihak lembaga motivasi untuk orang tuanya agar tidak menyuruh atau membiarkan lagi anak turun kejalanan. Di dalam FDS pihak lembaga menyampaikan materi atau penyuluhan tentang mendidik anak dan menjadi orang tua yang lebih baik.

“..FDS ini program yang ada di pendampingan luar lembaga,

untuk memberikan motivasi kepada orang tua, agar tidak mengizinkan anaknya turun kejalan lagi, dan memberikan cara mendidik anak yang baik dan benar, dengan cara staff pendamping


(69)

memberikan penyuluhan dengan materi cara yang benar mendidik anak”.13

Orang tua banyak yang mendengarkan materi yang disampaikan oleh staff pendampingan sosial. Beberapa orang tua sudah melaksanakan cara untuk mendidik anak dan melarang anak turun kejalan lagi. Untuk memperkuat data penulis juga mewawancarai orang tua binaan Social Developement Center For Street Children

yaitu “E”, hasil wawancaranya sebagai berikut:

“..kami dikasih tahu bagaimana cara mendidik anak yang

benar, terus kita juga dikasih materi tentang anak turun kejalanan, kami disuruh melarang anak kalau pergi kejalan untuk mencari duit, pokoknya anak kerjanya harus sekolah tidak boleh nyari duit. Setelah mengikuti materi ini saya juga sudah melakukan cara yang diberikan oleh pihak lembaga, saya juga sudah agak melarang anak untuk sering ada dijalanan”.14

Setelah beberapa program sudah dilaksanankan semua orang tua dan anak berkumpul untuk diberikan bantuan (finansial) untuk keperluan anak, seperti pendidikan sekolah, kebutuhan alat-alat sekolah, dan kebutuhan makanan sehari-hari.

“..Saya dikasih uang buat sekolah, buat beli peralatan sekolah,

dan buat tabungan juga, tapi uangnya di pegang sama ibu, saya

gak boleh megang”.15

Selain mewawancarai anak binaan, penulis juga mewawancarai orang tua binaan yaitu “S”, hasil wawancara sebagai berikut;

“..Anak saya diberikan uang untuk keperluan sekolahnya,

untuk membeli alat-alat menulis juga diberikan oleh SDC, pokoknya untuk keperluan anak bersekolah semua dibiayain oleh SDC, tapi setiap anak berbeda-beda dapetnya, tergantung

13

Wawancara Pribadi dengan Bapak Ahmad Suhada S.Sos (Staf Pendamping Sosial), Jakarta Timur, 1 September 2014

14

Wawancara Pribadi dengan E (Orang Tua Binaan), Serang, 11 September 2014 15


(1)

(2)

(3)

Anak-anak binaan sedang mengerjakan soal test IQ yang diberikan oleh staf Psikologi


(4)

Dokter sedang memeriksa fisik anak binaan


(5)

Program Family Development Session(FDS) ini di laksanakan di rumah singgah LKSA Wanita Bahagia Serang


(6)

Staf Psikologi sedang memberitahu tentang cara mengikuti test IQ kepada anak binaan