Analisis technology acceptance model atas penerimaan para tenaga perpustakaan madrasah terhadap otomasi perpustakaan

(1)

0

LAPORAN PENELITIAN PUBLIKASI NASIONAL

ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL

ATAS PENERIMAAN PARA TENAGA PERPUSTAKAAN MADRASAH TERHADAP OTOMASI PERPUSTAKAAN

Oleh:

Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum. Nip: 19710103 200003 1 002

Pusat Penelitian dan Penerbitan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

Lembar Pengesahan

Bersama ini saya menyatakan bahwa:

Nama : Ade Abdul Hak, S.Ag., S.S., M.Hum.

NIP : 19710103 200003 1 002

Jabatan : Dosen Tetap (Lektor) Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Pangkat/Gol. : Pembina/ IVa

telah menyelesaikan penulisan dan tahapan pendampingan dalam penelitian

Publikasi Nasional dengan judul “ANALISIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE

MODEL ATAS PENERIMAAN PARA TENAGA PERPUSTAKAAN

MADRASAH TERHADAP OTOMASI PERPUSTAKAAN

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 4 Desember 2014. Dosen Pendamping,

DR. Muhammad Zuhdi, Ph.D NIP. 19720704 199703 1 001


(3)

ii

Abstrak

Ade Abdul Hak. 2014. Analisis Technology Acceptance Model (TAM) atas Penerimaan Para Tenaga Perpustakaan Madrasah terhadap Otomasi Perpustakaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sekaligus menganalisa hubungan dan pengaruh antara pengetahuan & keterampilan (SK), kemudahan penggunaan persepsian (PEU), kegunaan persepsian (PU), sikap ke arah penggunaan (AB), niat untuk menggunakan (BI), dan penggunaan nyata (AU) sistem otomasi perpustakaan berbasis “senayan” oleh para pengelola perpustakaan madrasah. Analisis penelitian dilakukan dengan menggunakan SPSS 21 untuk menguji metode TAM terhadap jawaban 89 responden yang mewakili 3 wilayah sebaran anggota sampel (DKI Jakarta dan Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan). Sampel dipilih dari 750 peserta pelatihan “Program

Peningkatan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Madrasah” di 3 wilayah tersebut.

Hasil peneletian menunjukan bahwa gambaran variabel untuk masing-masing konstruk dalam penelitian ini menunjukan hasil yang tinggi, kecuali untuk konstruk penggunaan nyata (AU) yang masih rendah. Ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antar konstruk yang ditandai dengan angka sig. (2-tailed) dibawah 0,05, sehingga cukup signifikan untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima

Ha; p ≠ 0. Hasil analisis ujiT juga menunjukan adanya pengaruh yang cukup signifikan untuk masing-masing konstruk, kecuali untuk kontruk PU terhadap BA. Adapun pengaruh yang paling besar terjadi pada konstruk PEU terhadap BA dengan nilai pengaruh sebesar 64,3%.


(4)

iii

PENGANTAR

Bissmillahirrahmaannirraahiim.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kehidupan alam semesta ini.

Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak terkait yang dalam hal ini Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UIN Syarif Hidatullah Jakarta yang telah memberikan kepercayaan bahwa proposal penelitian yang telah penulis ajukan telah memenuhi syarat kepatutan dalam kategori pembiayaan publikasi nasional terakreditasi. Selain itu penulis juga menghaturkan banyak terimakasih kepada Dr. Muhammad Zuhdi yang telah mendampingi penulisan penelitian ini sehingga dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Dalam kesempatan ini penulis juga tak lupa menghaturkan terimakasih kepada ibu Siti Ansyoriah, M.Ag., bapak Hamdi, S.E., dan sdr. Muhammad Yukha yang telah mendedikasikan diri untuk membantu penulis dalam survey responden dalam memenuhi data yang ada di beberapa wilayah.

Terakhir penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, namun semua ini karena keterbatasan penulis. Besar harapan penulis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peleksanaan pelatihan bidang otomasi perpustakaan di lingkungan madrasah yang ada di Indonesia tercinta ini.

Alhamdulillah.

Jakarta, 3 Desember 2014. Peneliti


(5)

iv

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan___ i Abstrak ___ ii

Kata Pengantar ___ iii Daftar Isi ___ iv Daftar Tabel ___ vi Daftar Gambar ___ vii Daftar Lampiran ___ viii Bab 1 Pendahuluan ___ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ___ 1 1.2 Batasan Masalah ___ 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ___ 6 Bab 2 Kerangka Teori ___ 8

2.1 Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 8

2.1.1 Hakikat Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 8 2.1.2 Cakupan Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 11

2.1.3 Manfaat dan Kekurangan Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 13 2.1.4 Platform Sistem Otomasi Perpustakaan Senayan (SLiMS) ___ 15 2.2 Model Penerimaan Teknologi (TAM) ___ 17

2.2.1 Konsep TAM ___ 17

2.2.2 TAM pada Sistem Otomasi Perpustakaan ___ 20 2.3 Hipotesis Penelitian ___ 28

Bab 3 Metodologi Penelitian ___ 31 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ___ 31 3.2 Metode Penentuan Sampel ___ 31 3.3 Metode Pengumpulan Data ___ 33 3.4 Metode Pengujian Instrumen ___ 35 3.5 Metode Analisis ___ 37

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan ___ 41 4.1 Analisis Deskriptif ___ 41

4.1.1 Karakteristik Responden ___ 41

4.1.2 Karakteristik Pengetahuan dan Keterampilan ___ 43 4.1.3 Karakteristik Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 44 4.1.4 Karakteristik Kegunaan Persepsian ___ 45

4.1.5 Karakteristik Sikap Ke Arah Penggunaan ___ 46 4.1.6 Karakteristik Niat untuk Menggunakan ___ 47

4.1.7 Karakteristik Perilaku Nyata untuk Menggunakan ___ 48 4.2 Uji Asumsi Klasik ___ 49

4.2.1 Uji Normalitas ___ 49


(6)

v 4.3 Uji Hipotesis ___ 51

4.3.1 Analisis Korelasi ___ 52

4.3.1.1 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Kegunaan Persepsian ___ 52 4.3.1.2 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Kemudahan

Penggunaan Persepsian ___ 53

4.3.1.3 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Sikap Kearah Penggunaan ___ 53

4.3.1.14 Sikap Kearah Penggunaan dan Penggunaan Nyata ___ 54

4.3.1.5 Korelasi Pengetahuan & Keterampilan dan Penggunaan Nyata ___ 54 4.3.1.6 Kegunaan Persepsian dan Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 54 4.3.1.7 Kegunaan Persepsian dan Sikap Kearah Penggunaan ___ 55

4.3.1.8 Kegunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan ___ 55 4.3.1.9 Kegunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata ___ 55 4.3.1.10 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Sikap Kearah

Penggunaan ___ 56

4.3.1.11 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Niat Untuk Penggunaan ___ 56 4.3.1.12 Kemudahan Penggunaan Persepsian dan Penggunaan Nyata ___ 56 4.3.1.13 Sikap Kearah Penggunaan dan Niat Untuk Penggunaan ___ 57 4.3.1.14 Sikap Kearah Penggunaan dan Penggunaan Nyata ___ 57 4.3.1.15 Niat Untuk Penggunaan dan Penggunaan Nyata ___ 57 4.3.2 Analisis Jalur Substruktural 1 ___ 58

4.3.2.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 58

4.3.2.2 Pengaruh Parsial Terhadap Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 59

4.3.3 Analisis Jalur Substruktural 2 ___ 60

4.3.3.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Kegunaan Persepsian ___ 62 4.3.3.2 Pengaruh Parsial Terhadap Kegunaan Persepsian ___ 62 4.3.4 Analisis Jalur Substruktural 3 ___ 63

4.3.4.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Sikap ke Arah Penggunaan ___ 64 4.3.4.2 Pengaruh Parsial Terhadap Sikap ke Arah Penggunaan ___ 65 4.3.5 Analisis Jalur Substruktural 4 ___ 67

4.3.5.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Niat Untuk Penggunaan ___ 67 4.3.5.2 Pengaruh Parsial Terhadap Niat Untuk Penggunaan ___ 69 4.3.6 Analisis Jalur Substruktural 5 ___ 71

4.3.6.1 Pengaruh Gabungan Terhadap Penggunaan Nyata ___ 71 4.3.6.2 Pengaruh Parsial Terhadap Penggunaan Nyata ___ 73 4.4 Pembahasan ___ 83

Bab 5 Kesimpulan dan Saran ___ 87 5.1 Kesimpulan ___ 87

5.2 Saran ___ 89 Daftar Pustaka ___ 90


(7)

vi

Daftar Tabel

Tabel 3.1 Case Processing Summary ___ 35 Tabel 3.2 Reliability Statistics ___ 35 Tabel 3.3 Item-Total Statistics ___ 35

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Wilayah ___ 42

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Madrasah ___ 42 Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Pengetahuan dan Keterampilan Pengguna ___ 43 Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Kemudahan Penggunaan Persepsian ___ 44 Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Kegunaan Persepsian ___ 45

Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Sikap Ke Arah Penggunaan ___ 46 Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Niat untuk Menggunakan ___ 48 Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Perilaku Nyata Penggunaan ___ 49 Tabel 4.9 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov ___ 51 Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi ___ 52

Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kemudahan Penggunaan (Model Summary) ___ 58 Tabel 4.12 Hasil Uji F Kemudahan Penggunaan Persepsian (ANOVAa) ___ 59

Tabel 4.13 Hasil Uji T Kemudahan Penggunaan Persepsian (Coefficientsa) ___ 60

Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi Kegunaan Persepsian (Model Summary) ___ 61 Tabel 4.15 Hasil Uji F Kegunaan Persepsian (ANOVAa) ___ 61

Tabel 4.16 Hasil Uji T Kegunaan Persepsian (Coefficientsa) ___ 62

Tabel 4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Sikap ke Arah Penggunaan (Model Summary) ___ 64

Tabel 4.18 Hasil Uji F Sikap ke Arah Penggunaan (ANOVAa) ___ 64 Tabel 4.19 Hasil Uji T Sikap ke Arah Penggunaan (Coefficientsa) ___ 65

Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisien Determinasi Niat untuk Penggunaan (Model Summary) ___ 67 Tabel 4.21 Hasil Uji F Niat untuk Penggunaan (ANOVAa) ___ 68

Tabel 4.22 Hasil Uji T Niat untuk Penggunaan (Coefficientsa) ___ 69

Tabel 4.23 Hasil Uji Koefisien Determinasi Terhadap Penggunaan Nyata (Model Summary) ___ 71

Tabel 4.24 Hasil Uji F Terhadap Penggunaan Nyata (ANOVAa) ___ 72 Tabel 4.25 Hasil Uji T Terhadap Penggunaan Nyata (Coefficientsa) ___ 74 Tabel 4.26 Hasil Uji Hipotesis ___ 83


(8)

vii

Daftar Gambar

Gambar 2.1. Technology Acceptance Model ___ 19

Gambar 2.2. TAM dalam perpustakaan Digital (J.Y.L. Thong, 2002) ___ 22 Gambar 2.3. Model Penelitian ___ 23

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ___ 50 Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ___ 50 Gambar 4.3 Diagram Jalur Model Penelitian ___ 82


(9)

viii

Daftar Lampiran

Lampiran 1: Daftar Pertanyaan Kuesioner

Lampiran 2: Hasil Data Kuesioner Konstruk Pengetahuan & Keterampilan Lampiran 3: Hasil Data Kuesioner Konstruk Kemudahan Penggunaan Persepsian Lampiran 4: Hasil Data Kuesioner Konstruk Kegunaan Persepsian

Lampiran 5 : Hasil Data Kuesioner Konstruk Sikap Ke Arah Penggunaan Lampiran 6 : Hasil Data Kuesioner Konstruk Niat Untuk Menggunakan Lampiran 7 : Hasil Data Kuesioner Konstruk Penggunaan Nyata


(10)

(11)

1 |

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi telah membawa perubahan di hampir semua bidang di mana berbagai masalah kehidupan dapat dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Selain bermanfaat bagi manusia, hal ini juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat.

Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai anak bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pengembangan agar tidak kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.

Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa dan negara.

Atas dasar alasan inilah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa manusia mutlak membutuhkan pendidikan. Pendidikan berperan membantu manusia memahami makna di balik perubahan serta membantu manusia mengerti makna yang terkandung dalam nilai-nilai baru serta mampu merespon perubahan sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru. Dengan demikian,

Bab 1


(12)

2 |

masyarakat pendidikan menganggap bahwa tidak ada kehidupan tanpa pendidikan.

Perpustakaan adalah salah satu sarana pendidikan yang strategis yang akan ikut menentukan mutu hasil pendidikan. Perpustakaan merupakan pusat sumber belajar sebagai prasyarat dari proses pembelajaran di madrasah yang harus mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, terutamanya dalam bidang teknologi dan informasi di era global ini. Selain itu, penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mengandaikan penggunaan perpustakaan secara intensif untuk mendukung pengalaman belajar dan pembelajaran mandiri.

Dengan melihat kenyataan tersebut, maka sudah seyogyanya perpustakaan madrasah untuk dapat menyesuaikan diri dengan semua perubahan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 43 tahun 2007, pasal 19 ayat 1 dan 2 bahwa pengembangan perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas yang harus dilakukan berdasarkan karakteristik, fungsi dan tujuan, serta dilakukan sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Pemanfaatan perpustakaan di madrasah oleh siswa dan guru di samping sebagai prasyarat proses pembelajaran, juga diharapkan dapat memberikan bekal pendidikan berkelanjutan dan pendidikan seumur hidup. Hal ini telah dijelaskan pada mukadimah undang-undang tersebut, bahwa perpustakaan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran sepanjang hayat, demokrasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan (UU No. 43 Th. 2007: 1).

Sejalan dengan keinginan untuk mewujudkan sebuah perpustakaan madrasah sebagaimana disebutkan di atas, tentu harus ada kerjasama dan sinergi, termasuk apresiasi terhadap perpustakaan di antara pemerintah, komite madrasah, kepala madrasah, guru, dan pustakawan atau para pengelola perpustakaan. Sebagai bentuk kepedulian pemerintah dalam pengembangan perpustakaan madrasah ini, saat ini telah terbit Standar Nasional Perpustakaan (SNP 007: 2011) tentang standar perpustakaan sekolah/madrasah mulai dari tingkat Ibtidaiyah sampai Aliyah yang meliputi standar koleksi, sarana prasarana, layanan, tenaga,


(13)

3 |

penyelenggaraan, pengelolaan, pengorganisasian bahan perpustakaan, anggaran, perawatan, kerjasama dan integrasi dengan kurikulum. Standar ini berlaku pada perpustakaan sekolah/madrasah baik negeri maupun swasta (Perpusnas RI, 2011: 1).

Dengan penjelasan tersebut jelas bahwa secara normatif dan kenyataan perpustakaan mempunyai peranan penting dalam menunjang mutu pendidikan. Perpustakaan sebagai jantung suatu lembaga pendidikan yang mempunyai kekuatan dan kemampuan yang langsung mempengaruhi hasil pendidikan dan menentukan masa depan pendidikan itu sendiri.

Namun pada kenyataannya, masih banyak lembaga pendidikan terutama satuan pendidikan madrasah yang belum memiliki perpustakaan sekaligus sumber daya manusia perpustakaannya yang ideal baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Padahal dalam Permendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah telah dinyatakan bahwa setiap jenjang sekolah/madrasah harus dikelola oleh tenaga yang telah memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang telah ditetapkan oleh pemerintah selambat-lambatnya pada tahun 2013 (Kemendiknas, 2008: 1).

Seiring dengan pentingnya keberadaan perpustakaan sebagai pusat pembelajaran bagi para siswa dan guru di sebuah lembaga pendidikan, maka dipandang perlu sebuah lembaga untuk melaksanakan koordinasi dan bertanggungjawab atas pengembangan kompetensi tenaga perpustakaan madrasah. Dalam hal ini Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama RI bekerjasama dengan Jurusan Ilmu Perpustakaan yang berada di UIN Jakarta, Yogyakarta, dan Makasar telah menyelenggarakan Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Madrasah untuk wilayah proprinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.

Implementasi program sistem otomasi perpustakaan yang dikenal dengan

program “Senayan” atau SLIM merupakan salah satu materi yang menjadi

harapan bagi para tenaga perpustakaan madrasah dalam mengantisipasi efesiensi dan efektivitas pengelolaan fungsi-fungsi perpustakaan. Selain itu, dengan adanya program ini, dapat juga dijadikan sebagai sarana pengelolaan perpustakaan digital,


(14)

4 |

terutama dalam mengatasi keterbatasan ruang dan koleksi perpustakaan di lingkungan madrasah.

Pilihan program “senayan” sebagai salah satu materi otomasi pada Program Peningkatan Tenaga Perpustakaan Madrasah ini karena bersifat open source dan gratis. Perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan ini dibangun dengan sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi ini pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh Perpustakaan Kementerian Pendidikan Nasional, Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat, Kementerian Pendidikan Nasional. Seiring perkembangan waktu, aplikasi ini kemudian dikembangkan oleh komunitas pengguna dan penggiat SLiMS. Beberapa aplikasi yang digunakan dalam membangun program ini menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada tahun 2009, SLiMS mendapat penghargaan tingkat pertama dalam ajang INAICTA 2009 untuk kategori open source (Rasyid, 2009).

Namun, hasil pengamatan sementara menunjukan bahwa tidak lebih dari 25% tenaga perpustakaan madrasah yang mengikuti program peningkatan tersebut

dapat menggunakan program sistem otomasi berbasis “Senayan” ini. Sehingga

kesimpulan sementara dapat dikatakan bahwa program peningkatan dalam hal otomasi perpustakaan ini belum sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh atas penerimaan para tenaga perpustakaan madrasah terhadap program sistem otomasi perpustakaan. Salah satu model penerimaan terhadap teknologi yang paling sesuai sampai sekarang adalah model Technology Acceptance Model (TAM). TAM adalah teori sistem informasi yang membuat model tentang bagaimana seseorang menerima dan menggunakan teknologi komputer. Model penerimaan teknologi ini memperkenalkan dua variabel kunci yaitu, kegunaan persepsian (perceived usefullnes) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) yang memiliki relevancy pusat untuk memprediksi penerimaan tenaga perpustakaan madrasah (Acceptance of IT) terhadap teknologi komputer (Davis, 1989).

Technology Acceptance Model (TAM) pertama kali dikemukakan oleh Davis pada tahun 1989 yang diadaptasi dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang terlebih dahulu dikembangkan oleh Feishben dan Ajzen pada tahun 1980 (Taylor,


(15)

5 |

1995). Vaidyanathan sebagaimana dikutip oleh Imam (2009) menjelaskan beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa kebenaran TAM atas berbagai macam sistem penggunaan teknologi informasi pada berbagai jenis instansi dan perusahaan telah diakui oleh para peneliti di dunia.

Beberapa analisis TAM dalam penggunaan teknologi di lingkungan perpustakaan telah dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan sistem informasi perpustakaan (Farhansyah, 2012); sistem otomasi perpustakaan (Vita, 2013); dan perpustakaan digital (Imam, 2009).

Selanjutnya dalam penelitian ini akan memfokuskan pada pemanfaatan TAM sebagai kerangka teoritis untuk menyelidiki pengaruh faktor eksternal atas penerimaan tenaga perpustakaan madrasah terhadap program sistem otomasi perpustakaan. Faktor tersebut terutama adalah faktor eksternal yang akan berpengaruh terhadap persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan

terhadap program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” menuju ke arah

penggunaan nyata otomasi perpustakaan madrasah.

TAM menganggap bahwa tingkat penggunaan nyata atau penerimaan tenaga perpustakaan madrasah atas suatu teknologi dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor eksternal, kegunaan persepsian, kemudahan penggunaan persepsian, sikap maupun niat untuk menggunakannya. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Kegunaan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan tenaga perpustakaan madrasah bahwa dengan menggunakan sistem, maka akan dapat meningkatkan kinerja tenaga perpustakaan madrasah tersebut. Sedangkan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagai tingkat kepercayaan tenaga perpustakaan bahwa sistem dapat digunakan dengan mudah dan dapat dipelajari sendiri.

1.2 Batasan Masalah

Sebagaimana digambarkan di atas, permasalahan utama dalam penelitan ini

adalah “Apa yang menjadikan masalah belum berhasilnya diterapkan secara nyata

otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para tenaga perpustakaan

madrasah yang telah mengikuti program peningkatan kompetensi tenaga perpustakaan di wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah dan Sulawesi


(16)

6 |

Selatan?” Untuk itu dalam kesempatan penelitian ini penulis mencoba membatasi pada faktor pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan berbasis

“Senayan” sebagai salah satu materi pokok dalam program peningkatan tersebut.

Beberapa pertanyaan yang muncul dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana gambaran pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan program sistem otomasi

perpustakaan berbasis “Senayan” setelah pelaksanaan pelatihan?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan

program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” setelah pelaksanaan

pelatihan?

3. Seberapa besar pengaruh antara pengetahuan dan keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, dan niat terhadap perilaku nyata para tenaga perpustakaan madrasah untuk menggunakan program sistem

otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” baik secara sendiri (parsial) ataupun secara gabungan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui gambaran tentang pengetahuan & keterampilan para tenaga perpustakaan madrasah, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, niat untuk menggunakan, dan penggunaan nyata untuk menerapkan program sistem otomasi perpustakaan

berbasis “Senayan” di perpustakaan madrasah?

2. Mengetahui hubungan antar pengetahuan & keterampilan para tenaga perpustakaan madrasah, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, niat untuk menggunakan, dan penggunaan nyata untuk menerapkan program sistem otomasi perpustakaan


(17)

7 |

3. Mengetahui faktor apa saja yang paling berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya penggunaan nyata dan penerimaan program sistem otomasi

perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah.

Adapun manfaat penelitian ini, antara lain:

1. Memberikan masukan kepada pihak penyelenggara pelatihan, dalam hal ini Jurusan Ilmu Perpustakaan, dalam meningkatkan efektivitas dan kualitas pelatihan tenaga perpustakaan madrasah khususnya dalam bidang penerapan teknologi informasi (program Senayan).

2. Memberikan rekomendasi bagi pihak terkait, Kemenag RI, dalam memfasilitasi kerja sama peningkatan tenaga perpustakaan di lingkungan madrasah.

3. Memberikan wawasan keilmuan bagi Jurusan Ilmu Perpustakaan, terutama dalam pengembangan mata kuliah penerapan teknologi informasi, khususnya dalam peningkatan kompetensi TI bagi para lulusannya.


(18)

8 |

2.1 Sistem Otomasi Perpustakaan

2.1.1 Hakikat Sistem Otomasi Perpustakaan

Sebelum memahami pengertian sistem otomasi perpustakaan secara utuh, ada baiknya kita memahami masing-masing istilah dari pengertian tersebut. Istilah sistem dapat diartikan sebagai sekumpulan elemen, komponen, atau subsistem yang saling berintegrasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu (Aji, 2005:238). Sedangkan istilah otomasi berimplikasi pada tingkat tingginya mekanisasi pekerjaan-pekerjaan atau operasi-operasi yang sifatnya pengulangan dan rutinitas yang dilakukan dengan mesin dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan manusia. Lebih sedikit campur tangan manusia dalam kegiatan tersebut, maka lebih banyak tingkat otomasinya. Namun hal ini, bukan berarti otomasi sama sekali tidak melibatkan campur tangan manusia (Mishra, 2008:36).

Dalam kaitannya dengan otomasi perpustakaan, sistem terotomasi dapat digambarkan melalui pendekatan fungsi, antarmuka, dan platform. Istilah sistem terotomasi melalui pendekatan fungsi dapat berupa sistem yang berdiri sendiri (stand-alone system) atau sistem terintegrasi (integrated system). Kemudian istilah sistem dengan pendekatan antarmuka dapat berupa sistem berbasis karakter, Windows, dan Web. Sedangkan istilah sistem terotomasi dengan pendekatan platform, sistem dapat mendukung perangkat PC dan/atau Macintosh. Sebuah sistem yang berdiri sendiri atau terintegrasi dapat berbasis Windows dan/atau Web dan kemungkinan dapat beroperasi pada sebuah PC dan/atau Macintosh (Bilal, 2001:3).

Selanjutnya Bilal (2001) menjelaskan bahwa sistem yang berdiri sendiri biasanya terdiri dari satu atau beberapa modul untuk melakukan kegiatan fungsi perpustakaan (seperti: sirkulasi, pengatalogan, dan OPAC), namun tidak menggunakan basis data tunggal. Sedangkan, sebuah sistem terintegrasi terdiri

Bab 2


(19)

9 | dari beberapa modul yang saling berhubungan (seperti: sirkulasi, pengatalogan, OPAC, pengadaan, dan kontrol serial) dengan menggunakan basis data tunggal. Masing-masing modul dalam sistem terintegrasi ini merupakan bagian dan bekerja secara berbarengan dengan modul lainnya yang tersedia dalam sistem terotomasi.

Schultz-Jones (2006) menjelaskan bahwa istilah sistem otomasi merujuk pada berbagai perangkat lunak dan teknologi perangkat keras yang tersedia untuk mendukung dan memberikan spektrum layanan sumber daya informasi kepada pihak pengguna dan pengelola perpustakaan.

Secara sederhana otomasi perpustakaan dapat didefinisikan sebagai penerapan komputer untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan kerumahtanggaan perpustakaan yang sebelumnya dilakukan secara tradisional, kegiatan tersebut meliputi pengadaan, sirkulasi, pengatalogan, referensi dan kontrol serial (Faisal, 2014).

Dalam hal ini Neelakandan dkk. (2010) mempertegas pernyataan di atas bahwa:

“library automation refers to mechanization of library housekeeping operations predominantly by computerization. The most commonly known housekeeping operations are acquisition control, serials control, cataloguing, and classification and circulation control”.

Istilah otomasi perpustakaan ini pada awalnya secara umum digunakan untuk kerumahtanggaan perpustakaan seperti digambarkan dalam pernyataan di atas. Namun, pada masa sekarang cakupan istilah tersebut menjadi lebih luas lagi yaitu mencakup semua teknologi yang digunakan perpustakaan dan pusat informasi untuk pengadaan, pengolahan, penyimpanan, temu kembali, penyebaran, dan penyaluran semua jenis informasi secara lokal, regional, nasional, dan internasional (Dhanavandan, 2012:667).

Dengan demikian fokus dalam otomasi perpustakaan dewasa ini adalah sistem, sumber informasi, dan pengguna yang terkoneksi dengan memanfaatkan hasil pengembangan komputer dan internet. Sistem manajemen perpustakaan dilakukan secara terintegrasi dengan menerapkan modul-modul standar seperti pengadaan, pengkatalogan, sirkulasi, akses katalog online dan jaringan kerjasama melalui fasilitas internet. Hal ini menunjukan bahwa sistem yang berkembang saat ini adalah bagaimana perpustakaan dapat mengatur sumber dayanya agar dapat diakses dalam jangkauan yang lebih luas lagi. Sistem perpustakaan


(20)

10 | terintegrasi mempengaruhi setiap aspek kegiatan sehari-hari perpustakaan, mulai dari sirkulasi dan pengatalogan sampai kepada kemampuan perpustakaan memberikan sumber dan layanannya melalui situs WEB dan katalog online (Webber, 2010:xi).

Sistem perpustakaan terintegrasi ini menjadi sistem kritis yang mendukung banyak operasi perpustakaan (Vaughan, 2011:62). Sistem terpadu yang dapat mengkombinasikan semua kegiatan perpustakaan dan mendukung kinerja perpustakaan.

Sistem manajemen perpustakaan atau sistem perpustakaan terintegrasi telah dikembangkan sebagai ungkapan dalam kemajuan kegiatan teknis perpustakaan dan kebutuhan pengguna, terutama dalam mengembangkan antarmuka elektronik, standar dalam penyaringan informasi dan akses protokol data, pembelian dan proses akuisisi serta sistem katalogisasi (Adamson, 2008:7).

Istilah “otomasi perpustakaan” dan “sistem perpustakaan terintegrasi” ini

mempunyai arti yang sama dan dapat digunakan untuk menggambarkan perangkat lunak yang mengoperasikan sirkulasi, pengatalogan, katalog online, dan modul-modul lainnya yang mengoperasikan fungsi kegiatan perpustakaan.

Sehubungan dengan penggunaan istilah ini Schultz-Jones (2006:19) menjelaskan bahwa:

“An alternate term sometimes used is integrated library system (ILS). The concept behind the term ILS is that a set of functional components integrated in a system software package provides the delivery of services. As technology has advanced our capability to support the delivery of library functions, the concept of integrated systems remains as a primary option for automating library functions...”

Dalam hal ini, Kochtanek (2002:3) menjelaskan bahwa pada awalnya memang istilah otomasi perpustakaan yang digunakan oleh para profesional untuk mewadahi kegiatan-kegiatan internal perpustakaan yang sifatnya prosedural. Namun pada perkembangan selanjutnya sekitar tahun 1980an istilah tersebut telah bergeser menjadi sistem perpustakaan terintegrasi. Istilah ini meliputi fungsi-fungsi otomasi perpustakaan sebagai pendukung pengadaan, pengatalogan, kontrol sirkulasi, pemesanan bahan, kontrol serial, dan katalog online yang selanjutnya istilah tersebut sepertinya tidak dapat dipisahkan lagi atau menjadi satu kesatuan dengan akses basis data terpasang.


(21)

11 | Lebih jauh lagi dalam hal ini Cohn (2001:xv) menjelaskan bahwa perkembangan istilah tersebut berlangsung sampai akhir tahun 1990an. Selama periode tersebut, dengan adanya perkembangan bidang teknologi informasi, para pengguna perpustakaan telah memasuki dunia cyber dengan tuntutan bahwa perpustakaan atau lembaga penyedia informasi diharapkan dapat menyediakan akses yang lebih luas terhadap berbagai macam format informasi. Sumber-sumber tersebut dapat berupa akses yang dilakukan melalui fasilitas perpustakaan dan jaringan perpustakaan terhadap sistem vendors, far-flung networks, full-content database, dan internet.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem otomasi perpustakaan merupakan serangkaian kegiatan perpustakaan yang saling terintegrasi satu sama lainnya melalui jaringan komputer dengan menggunakan perangkat lunak tertentu untuk membantu pustakawan dalam melakukan tugasnya dan juga membantu pemustaka untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkannya.

2.1.2 Cakupan Sistem Otomasi Perpustakaan

Pada dasarnya cakupan sistem otomasi perpustakaan terdiri dari tiga modul, yaitu: katalog online (OPAC), pengatalogan, dan sirkulasi. OPAC merupakan fasilitas temu kembali informasi yang dapat digunakan melalui pendekatan pengarang, judul, subyek, dan kata kunci dengan menggunakan operator

BOOLEAN (AND, OR, NOT); penelusuran hyperlink (untuk menemukan cantuman dengan kata atau subyek yang muncul pada cantuman tersebut);

penelusuran karakter bebas (seperti word truncation); dan pilihan kombinasi

strategi penelususran (seperti pengarang-judul; pengarang-subyek). Modul pengatalogan merupakan fasilitas yang mempunyai beberapa tugas, seperti pengatalogan menggunakan protokol MARC, pengeditan, penyalinan, perekaman, dan temu kambali cantuman katalog sebelumnya. Kemudian, modul sirkulasi adalah modul untuk melakukan fungsi sirkulasi, seperti peminjaman, pengembalian, inventarisasi, peringatan keterlambatan, data koleksi yang masih tersedia dan masih dipinjam, denda, dan laporan statistik. Dan, untuk selanjutnya cakupan sistem ini dapat ditambah dengan beberapa modul lainnya, seperti modul pengadaan, serial, dan peminjaman antar perpustakaan (Bilal, 2001:2).


(22)

12 |

Dalam hal ini Mishra (2008:36) menjelaskan bahwa perangkat lunak manajemen perpustakaan pada dasarnya dirancang untuk memenuhi beberapa pekerjaan perpustakaan yang meliputi:

1. Pemesanan dan Pengadaan – untuk mengontrol pemesanan dan pengadaan persediaan barang baru.

2. Pengatalogan – untuk menjaga basis data katalog.

3. Kontrol Sirkulasi – untuk mengontrol sirkulasi, seperti persediaan koleksi yang ada, koleksi yang sedang dipinjam, pengembalian, catatan peminjam, pemesanan dan denda.

4. Katalog Terpasang (OPAC) – menyediakan antar muka ke basis data katalog sehingga pengguna dapat menelusur basis data tersebut.

5. Kontrol Serial – untuk mengontrol semua proses yang berhubungan dengan serial seperti pemesanan, pengadaan, pengatalogan, penjilidan dan sirkulasi.

6. Modul-modul tambahan – sarana tambahan untuk mendukung pinjam antar perpustakaan, informasi pihak manajemen dan masyarakat.

Namun, pada perkembangan selanjutnya Grant (2012:5) menjelaskan bahwa saat ini telah banyak perpustakaan yang memulai memikirkan kembali efektivitas perangkat otomasi untuk memberikan layanan perpustakaan baik dari dalam

maupun luar gedung dengan sebuah sistem yang diberi istilah “library services platforms”. Pengembangan sistem ini dilakukan dengan beberapa alasan karena produk sistem perpustakaan terintegrasi sebelumnya belum dapat dikonfigurasi ulang dengan baik dan efesien dalam menangani integritas alur kerja yang berbeda untuk koleksi tercetak dan digitalnya. Kemudian sistem yang lama juga belum dapat mengambil beberapa kelebihan yang ditawarkan dari hasil perkembangan teknologi bidang komputer, khususnya dalam masalah cloud computing.

Untuk itu dalam kesempatan ini Grant (2012:13) memberikan gambaran bahwa cakupan sistem otomasi perpustakaan ke depan meliputi:

1. Ciri-ciri: multi-tenancy, mendukung SaaS/Cloud, kemungkinan installasi secara lokal, bersertifikat SAS 70 atau ISO 27001, mendukung DaaS (shared data service);


(23)

13 | 2. Target jenis pelanggan: perpustakaan umum, akademik, khusus, nasional,

dan konsorsium;

3. Fungsi: seleksi/pengadaan, sirkulasi, pengatalogan, temukembali, Environmental Resources Management (ERM), ILL, pendaftaran, analitis, pelaporan, interface tunggal, knowledgebase, dukungan data terkoneksi, Open APIs dan/atau SOA, manajemen kegiatan, mobile support, dukungan video, multi-lingual subject heading, dukungan Functional Requirements for Bibliographic Records (FRBR), dukungan Resource Description and Access (RDA), kemampuan pemeliharaan, dukungan buku elektronik.

2.1.3 Manfaat dan Kekurangan Sistem Otomasi Perpustakaan

Beberapa manfaat penerapan sistem otomasi perpustakaan yang sudah terbukti selama ini antara lain dapat mengembangkan layanan perpustakaan dan meningkatkan produktivitas, efesiensi, dan akurasi dalam melaksanakan berbagai macam operasional perpustakaan. Selain itu sistem terotomasi juga dapat memberikan manfaat lainnya, yaitu:

a. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan strategi pencarian yang lebih bervariasi dari pada mereka yang menggunakan katalog kartu.

b. OPAC berbasis Windows memungkinkan untuk hyperlink pencarian, yaitu fitur baru yang tidak mungkin dilakukan pada sistem berbasis karakter (seperti, DOS).

c. Memungkinkan pengguna untuk menelusur koleksi perpustakaan dari tanpa harus datang ke perpustakaan secara fisik.

d. Menyediakan pengguna dengan akses yang tepat terhadap bahan pustaka. e. Mendukung sarana baru pencarian informasi dengan memperkenalkan

pengguna untuk informasi global.

f. Mengurangi tugas-tugas rutin atau mengerjakan tugaas tersebut lebih efisien.

g. Mempercepat dan menyederhanakan proses inventarisasi bahan pustaka. h. Mendorong kerjasama pengembangan koleksi dan berbagi sumber daya


(24)

14 | i. Memungkinkan pusat-pusat media dan perpustakaan untuk mengimpor dan

mengekspor cantuman MARC.

j. Memotivasi pengguna, dengan cara melengkapi mereka dengan keterampilan pemecahan masalah dan penelusuran informasi, dan menyediakan mereka dengan pengalaman belajar seumur hidup.

k. Memungkinkan untuk katalogisasi sumber daya Internet dan untuk mengimpornya ke dalam sistem lokal.

l. Dapat digunakan dalam pemetaan koleksi (Bilal, 2001:4).

Dalam hal ini Bilal (2001:6) juga menjelaskan bahwa selain beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penerapan sistem terotomasi ini, ternyata ada beberapa kekurangan yang biasa muncul, di antaranya:

a. Pelaksanaan sistem terotomasi perpustakaan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Perencanaan, pemilihan, dan penerapan sistem otomasi membutuhkan komitmen jangka panjang yang signifikan dari pengelola. Setelah dipilih dan dilaksanakan, sistem otomasi harus dipelihara secara teratur. Dengan memiliki sistem otomasi yang tergabung dalam jaringan menambahkan tuntutan lebih lanjut tentang waktu untuk ahli media atau profesional informasi.

b. Penerapan sistem terotomasi memerlukan dana yang cukup banyak. Biaya permulaan, perangkat lunak, perangkat keras, jaringan, kabel, dan perangkat lunak; furniture; beban keberlangsungan seperti persediaan untuk printer dan label barcode; pemeliharaan tahunan dan dukungan teknis; dan konversi dari daftar kalalog manual perpustakaan menjadi sebuah format terbacakan mesin (seperti MARC) mungkin lebih banyak dibandingkan dengan pusat-pusat media dan perpustakaan kecil.

c. Tuntutan sistem terotomasi mungkin tidak memberikan waktu yang memadai bagi staf untuk memberikan layanan baru atau untuk bekerja dengan siswa, guru, dan klien lain. Pada satu sisi otomasi mengurangi beberapa tugas, tetapi pada sisi lain menghasilkan tugas yang baru. Pelatihan bagi pengguna akhir, keberlangsungan pemecahan masalah hardware dan software, dan pemeliharaan database menempatkan tuntutan bagi ahli media atau profesional informasi.


(25)

15 | d. Akses ke sistem terotomasi tidak tersedia ketika sistem bermasalah. Hal ini

akan menghambat akses pengguna ke koleksi, terutama jika katalog kartu atau shelflist tidak lagi ada di pusat media atau perpustakaan.

2.1.4 Platform Sistem Otomasi Perpustakaan Senayan (SLiMS)

Salah satu langkah yang sangat penting dalam perencanaan sistem otomasi perpustakaan adalah menentukan perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan fungsi kegiatan perpustakaan. Dari beberapa platform perangkat lunak yang sudah dikenal di kalangan pustakakwan atau perpustakaan di Indonesia di

antaranya: SIP-ISIS, Athenium, Ibra, dan Senayan.

“Senayan” (atau dikenal juga dengan sebutan SLiMS) merupakan salah satu

perangkat lunak yang disediakan oleh Kemendiknas RI yang dapat diunduh secara gratis di situs http://slims.web.id/web/ karena software ini bersifat freeware. Selain itu perangkat lunak ini adalah sebuah open source software yang tentunya bisa dikembangkan dan didalami oleh si pemakai, tetapi tetap dengan harus memperhatikan kaidah dalam memakai karya orang lain dengan tidak mengubah developer ataupun tidak merubah nama yang sudah menjadi hak cipta dari si pemilik software itu sendiri.

SLiMS merupakan perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan berbasis web untuk memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan untuk skala kecil hingga skala besar. Perangkat lunak ini cukup lengkap dan masih terus aktif dikembangkan, sehingga sangat cocok digunakan bagi perpustakaan yang memiliki koleksi, anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu jaringan lokal (intranet) maupun internet. Keunggulan SLiMS lainnya adalah

multi-platform, yang artinya bisa berjalan secara native hampir di semua sistem operasi yang bisa menjalankan bahasa pemograman PHP dan RDBMS MySQL (Ridha, 2014).

Dalam dokumen SLIM (2014) dijelaskan bahwa SLiMS sendiri dikembangkan di atas platform GNU/Linux dan berjalan dengan baik di atas

platform lainnya seperti Unix BSD dan Windows. SLiMS merupakan aplikasi

berbasis web dengan pertimbangan cross-platform. Sepenuhnya dikembangkan


(26)

16 |

(www.php.net) dan MySQL Database Server (www.mysql.com). Untuk meningkatkan interaktifitas agar bisa tampil seperti aplikasi desktop, juga

digunakan teknologi AJAX (Asynchronous Java Script And XML). SLiMS

juga menggunakan open source software untuk menambah fitur seperti

PhpThumb dan Simbio (development platform yang dikembangkan dari proyek Igloo). Untuk itu Senayan dilisensikan dibawah GPLv3 yang menjamin kebebasan dalam mendapatkan, memodifikasi dan mendistribusikan

kembali (rights to use, study, copy, modify, and redistribute computer

programs).

Beberapa fitur yang terdapat dalam SLiMS antara lain:

1. Online Public Access Catalog (OPAC) dengan pembuatan thumbnail yang di-generate on-the-fly. Thumbnail berguna untuk menampilkan sampul buku. Mode penelusuran tersedia untuk yang sederhana (Simple Search) dan tingkat lanjut (Advanced Search). Mendukung Boolean Logic, pencarian menggunakan suara dan keyword suggestions.

2. Detail record juga tersedia format XML (Extensible Markup Language) standar MODS untuk kebutuhan web service.

3. Fitur OAI-PMH sebagai pertukaran data standar. 4. Realy Simple Syndication

5. Fitur Z39.50, p2p service dan SRU untuk copy cataloging dari berbagai Perpustakaan

6. Manajemen data bibliografi yang efisien meminimalisasi pengulangan data.

7. Manajemen master file untuk data referensial seperti GMD (General Material Designation),

8. Tipe Koleksi, Penerbit, Pengarang, Lokasi, Supplier, dan lain-lain. 9. Sirkulasi dengan fitur: a. Transaksi peminjaman dan pengembalian; b.

Reservasi koleksi; c. Aturan peminjaman yang fleksibel; d. Informasi keterlambatan dan denda.

10. Manajemen keanggotaan, termasuk capture foto anggota langsung di sistem.


(27)

17 | 12. Laporan dan Statistik

13. Pengelolaan terbitan berkala

14. Dukungan pengelolaan dokumen multimedia (.flv, .mp3) dan dokumen digital. Khusus untuk pdf dalam bentuk streaming.

15. SLiMS mendukung beragam format bahasa termasuk bahasa yang tidak menggunakan penulisan selain latin.

16. Menyediakan berbagai bahasa pengantar (Indonesia, Inggris, Spanyol, Arab, Jerman, Bengali, Thailand dan lainnya). Pengguna dapat secara mandiri mengembangkan bahasa pengantar yang diinginkan.

17. Dukungan untuk membentuk katalog induk dan federated search dengan aplikasi UCS dan Nayanes.

18. Counter pengunjung perpustakaan

19. Member Area untuk menuliskan komentar pada koleksi, melihat dan mengunduh koleksi sedang dan pernah dipinjam.

20. Notifikasi keterlambatan dan pemesanan anggota 21. LDAP server

22. Modul sistem dengan fitur: a. Konfigurasi sistem global; b. Manajemen modul; c. Manajemen User (Staf Perpustakaan) dan grup; d. Pengaturan hari libur; e. Pembuatan barcode otomatis; f. Utilitas untuk backup.

2.2 Model Penerimaan Teknologi (TAM) 2.2.1 Konsep TAM

Konsep TAM pertama kali dikembangkan oleh Davis pada tahun 1986 dengan menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pemakai dalam menerima dan menggunakan sistem informasi (Davis, 1986:7; Davis, Bagozzi dan Washaw, 1989). Konsep ini merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi sebagai model penerimaan teknologi (Lambertus, 2012:763).

Davis dkk. (1989:320) menjelaskan bahwa alasan pertama seseorang berkeinginan untuk mengunakan sebuah teknologi informasi karena dia percaya


(28)

18 | bahwa perangkat tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, yang selanjutnya disebut variabel kegunaan persepsian (perceived usefulness). Alasan yang kedua bahwa selain berguna perangkat tersebut juga harus mudah digunakan. Karena belum tentu orang tersebut mau menggunakan perangkat tersebut dengan alasan tidak mudah menggunakannya. Dengan demikian varibel kedua yang mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap penggunaan sebuah teknologi dipengaruhi juga oleh penerimaan kemudahan penggunaannya (perceived ease of use).

Model TAM sebenarnya diadopsi dari Theory of Reasonable Actions (TRA) yaitu teori tindakan yang beralasan dengan premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna teknologi informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi. Sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku manusia tersebut sebagai tolak ukur dalam penerimaan sebuah teknologi (Imam, 2009).

Dalam hal ini Davis dkk. (1989:985) menjelaskan bahwa TAM merupakan sebuah model yang diadaptasi dari TRA yang dikhususkan untuk model penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan sebuah pijakan untuk menyelidiki pengaruh faktor-faktor kepercayaan internal, sikap dan minat. TAM diformulasikan untuk tujuan tersebut dengan cara mengidentifikasi sejumlah variabel penting yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap terhadap penerimaan komputer, dan dengan menggunakan TRA sebagai teori dasarnya untuk menggambarkan hubungan antar variabel tersebut.

Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan individu untuk menerima suatu teknologi sistem informasi merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA seperti digambarkan di bawah ini. Dua


(29)

19 | konstruk utama ini adalah kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use). TAM berargumen bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut (Jogiyanto, 2007:111).

Gambar 2.1. Technology Acceptance Model (Davis, Bagozzi dan Warshaw,1989:985)

Selanjutnya penjelasan kelima konstruk yang sudah terbentuk tersebut dapat digambarkan dalam penjelasan berikut ini (Davis dkk., 1989; Yogianto,2007:114-117):

1. Kegunaan Persepsian (Perceived Usefulness)

Konstruk yang pertama ini didefinisikan sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja

pekerjaannya (“as the extent to which a person believes that using a technology will enhance her or his performance.”) Artinya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna dia tidak akan menggunakannya. Dengan kata lain konstruk ini merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan.

2. Kemudahan Penggunaan Persepsian (Perceived Ease of Use)

Konstruk yang kedua dari TAM adalah kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) yang didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang

percaya bahwa menggunakan teknologi akan bebas dari usaha (“is the extent to which a person beleives that using a technology will be free efort”). Artinya, jika seseorang merasa percaya bahwa bahwa sistem informasi


(30)

20 | mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya.

3. Sikap terhadap Perilaku

Sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior) didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang ditentukan (“an individual’s positive or negative feelings about performing the target behavior.”)

4. Minat Perilaku (Behavioral Intention)

Minat perilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior) jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya.

5. Perilaku (Behavior)

Perilaku (behavior) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku adalah penggunaan sesungguhnya (actual use) dari teknologi.

2.2.2 TAM pada Sistem Otomasi Perpustakaan

Selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1995 banyak penelitian yang mencoba menguji konsistensi, validitas dan reliabilitas pengukuran instrumen-instrumen TAM. Semua peneliti sependapat bahwa tidak ada pengukuran yang secara absolut benar untuk membentuk suatu konstruk. Demikian juga tidak ada pengukuran yang absolut benar untuk konstruk perceived usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEOU) yang berbeda waktu, kondisi dan teknologi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum, hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa pengukuran instrumen-instrumen TAM cukup kuat, konsisten, valid, dan reliabel (Jogiyanto, 2007:123).

Lebih jauh lagi Jogianto (2007) menjelaskan bahwa beberapa penelitian tentang TAM mencoba mengembangkan model yang sudah ada dengan menambahkan beberapa variabel eksternal yang menerangkan lebih lanjut atau menjadi penyebab (antecedent) dari kegunaan persepsian (perceived usefulness)


(31)

21 | atau PU dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) atau PEOU di TAM.

Beberapa studi yang lebih jauh untuk memperluas TAM dengan menambahkan berbagai macam variabel eksternal, seperti perkembangan diri atas komputer (computer self-efficacy) dan pelatihan yang dapat mempengaruhi faktor-faktor kepercayaan kegunaan persepsian dan kemudahan kegunaan persepsian masih terus dibutuhkan (Davis, Bagozzi dan Warshaw, 1989; Smarkola, 2011:11).

Smarkola (2011) menggambarkan bahwa pengembangan model TAM dengan menambahkan variabel eksternal dapat dikategorikan sebagai variabel individual, organisasi, kultur, dan karakteristik-karakteristik tugas. Beberapa penelitian berkenaan dengan variabel individual, khususnya dalam pengembangan kemampuan penggunaan teknologi informasi, telah dilakukan oleh Agarwal dan Prasad tahun 1999, Gefen dan Straub tahun 1997, dan Karahhanna dkk. tahun 1999. Pada penelitian-penelitian tersebut mengembangkan model TAM dengan menambahkan lima macam variabel individual sebagai variabel-variabel eksternal yang lebih menjelaskan konstruk PU dan PEOU. Hasilnya menemukan bahwa pelatihan (training) berhubungan positif dengan konstruk PU dan pengalaman masa lalu (prior experience), peran pemakai sehubungan dengan teknologi (role with regard to technology), masa kerja (tenure in workplace), tingkat pendidikan (level of education) berhubungan dengan PEOU.

Perkembangan selanjutnya beberapa penelitian tentang pengembangan TAM diimplementasikan pada perpustakaan digital menghasilkan model pengembangan TAM yang salah satu di antaranya dilakukan oleh J.Y.L. Thong pada tahun 2002, di mana faktor eksternal berupa karakteristik antarmuka, konteks organisasi dan perbedaan individu mampu mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan atas perpustakaan digital. Kemudian Taha pada tahun 2005 mengusulkan bahwa TAM dari Davis dan Tong, dimodifikasi sehingga menghasilkan model sebagai berikut (Imam, 2009:4).


(32)

22 |

Gambar 2.2. TAM dalam perpustakaan Digital (J.Y.L. Thong, 2002)

Selanjutnya J.Y.L. Thong dan Taha seperti yang dikutip Imam (2007), menjelaskan ke tiga konstruk yang menjadi variabel tambahan sebagai pengembangan TAM sebagai berikut ini:

1. Desain Portal Perpustakaan (Library Portal Design)

Penelitian sebelumnya atas perpustakaan digital telah mengidentifikasi dua aspek yang berbeda atas nilai guna perpustakaan digital yaitu interface usability dan organizational usability (Kling & Elliott 1994). Kualitas antarmuka sistem memberikan suatu kontribusi penting pada nilai guna perpustakaan digital dan sering dikutip oleh para peneliti dalam kerangka teorinya. Sebagai media antara sistem dan pemakai, antarmuka bertindak sebagai platform untuk tindakan pemakai. Suatu antarmuka dirancang dengan baik supaya dapat membantu para pemakai dalam menggunakan sistem secara mudah dengan mengurangi usaha dalam mengidentifikasi obyek tertentu pada layar atau penyediaan navigasi yang jelas antara layer satu dengan yang lainnya. Pentingnya sistem antarmuka dalam pencapaian pemakai atas sistem temu kembali informasi telah ditulis oleh para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi (Dellon & Song., 1995: 490).

a. Terminologi (terminology)

Terminologi mengacu pada kata, kalimat dan singkatan yang digunakan oleh suatu sistem (Lindgaard, 1994). Variabel istilah dapat dikatakan sebagai bahasa. Karena suatu variabel tertentu, seorang pemakai perlu untuk memahami bahasa tertentu dalam rangka menerima dan menggunakan teknologi tersebut. Keberhasilan suatu perpustakaan digital pada generasi sistem temu kembali


(33)

23 | informasi yang baru tergantung pada banyaknya para pemakai yang saling berhubungan dengan sistem melalui query terstruktur yang pada gilirannya tergantung pada pemahaman pemakai atas istilah yang digunakan oleh perpustakaan digital. Sebagai contoh, suatu masalah utama perpustakaan digital adalah tidak sesuainya penggunaan jargon (Talja et al. 1998).

b. Desain Antarmuka (screen design)

Desain antarmuka adalah suatu cara dimana informasi dipresentasikan pada suatu layar (Lindgaard, 1994). Penelitian terdahulu telah menemukan isi yang sama, suatu cara atas informasi yang ditunjukkan pada layar mampu mempengaruhi strategi pencarian informasi pemakai sebagaimana

kemampuannya. Dalam konteks perpustakaan digital, tidak hanya “what” yang berhubungan dengan antarmuka tetapi juga “how”. Sebagai contoh, grafik antarmuka telah ditemukan interaksi yang lebih banyak dengan para pemakai dalam sistem temu kembali informasi dan perpustakaan digital (Liu et al., 2000). Suatu metode bahwa informasi diatur pada layar dapat mempengaruhi interaksi pemakai tersebut dengan perpustakaan digital di luar efek isi informasi. Demikian pula, banyaknya poin-poin tertentu akan membuat sulit untuk dibaca, sepanjang tombol yang digambarkan dengan gambar tertentu dapat menciptakan kebingungan dan kesalahpahaman. Secara jelas, antarmuka yang terorganisir dengan baik dan secara hati-hati dirancang dapat membantu para pemakai dalam meneliti antarmuka dan mengidentifikasi informasi yang relevan secara mudah.

c. Navigasi (navigation)

Navigasi adalah kemudahan dimana pemakai dapat berpindah-pindah pada seputar sistem (Lindgaard, 1994). Suatu masalah seringkali didapatkan oleh para pemakai ketika mereka mencoba untuk menempatkan informasi digital pada orientasi yang salah (Dillon, 2000). Sejumlah informasi meningkat dengan cepat, struktur untuk menyimpan informasi menjadi lebih kompleks. Para pemakai seringkali mudah kehilangan sistem informasi yang intensif sepanjang perpustakaan digital berusaha untuk menemukan kembali informasinya.


(34)

24 | 2. Organisasi E-resources (E-resources Organization)

Organisasi e-resources mengacu pada tata cara sistem komputer sehingga dapat secara efektif terintegrasi ke dalam pekerjaan praktis dari suatu organisasi tertentu. Perpustakaan digital mungkin lebih dapat digunakan dalam beberapa organisasi dibandingkan dengan yang lainya. Beberapa karakteristik yang sesuai dengan perpustakaan digital dan organisasinya sulit untuk dipakai dalam mendukung pemakaian fasilitasnya. Empat dimensi usabilitas organisatoris perpustakaan digital meliputi:

o Accessibility Kemudahan seseorang dalam menempatkan sistem komputer secara spesifik, keuntungan dalam mengakses secara fisik dan akses elektronik terhadap jumlah koleksi ektroniknya. Dimensi ini mengacu pada pendekatan secara fisik dan pembatasan adminitratif atas penggunaan sistem tertentu.

o Compatibility -Tingkat kecocokan perpindahan file dari sistem ke sistem. o Integrability into work practices - Bagaimana sistem berhubungan

dengan seseorang atau kelompok kerja dengan baik.

o Social-organizational expertise - Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh pelatihan dan berkonsultasi dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan bantuan (help) atas permasalahan dalam penggunaan sistem (Kling, 1994).

Berdasarkan kegunaan dan klasifikasi oleh Kling Elliott (1994) dan Lindgaard (1994), serta oleh Davies (1997), diusulkan oleh JYL Thong (2002) agar memasukkan tiga variable dalam konteks organisasi yaitu: relevansi, sistem aksesibilitas dan sistem visibilitas.

a. Relevansi (relevance)

Salah satu dari dimensi organizational usability yang diusulkan oleh Kling dan Elliott (1994) adalah integrability dari sistem ke dalam pekerjaan secara praktis dimana sistem sesuai secara praktis baik untuk perorangan maupun kelompok. Variabel yang sama diusulkan oleh Lindgaard (1994) sesuai dengan tugas-tugas pemakai, dimana tingkatan sistem sesuai dengan tugas-tugas yang dilakukan pada lingkungan. Kedua variabel menekankan kesesuaian antara sistem dan kemampuan tugas-tugas pemakai. Bila


(35)

25 | diimplementasikan pada konteks perpustakaan digital, kesesuaian antara isi sistem dan kebutuhan informasi pemakai secara individu. Literatur ilmu perpustakaan dan informasi menunjukkan bahwa relevansi adalah istilah yang tepat untuk mewakili konsep tersebut.

Bahkan, evaluasi sistem temu kembali informasi telah bergulir di sekitar ide tentang relevansi (Park, 1994). Konsep relevansi yang melekat pada pemakai dari hasil evaluasi kinerja dalam sistem informasi (Schamber, Eisenberg& Nilan, 1990). Tujuan dari sistem ini adalah untuk menyediakan dokumen yang relevan kepada pemakai. Gluck (1996) menemukan hubungan yang kuat antara relevansi dan kepuasan pengguna dengan sistem informasi, sedangkan Yao (1995) mencatat bahwa pengguna cenderung untuk mencari dokumen yang berguna agar relevan. Karena itu, diusulkan oleh JYL Thong dkk (2002) bahwa relevansi dari sebuah perpustakaan digital untuk pengguna informasi akan meningkatkan kebutuhan pengguna persepsi dari kegunaan.

b. Aksesibilitas Sistem (system accessibility).

Accessibility didefinisikan sebagai kemudahan dimana seseorang dapat mencari atau mendapatkan secara spesifik pada suatu sistem komputer (Kling & Elliott, 1994). Secara tradisional aksesibilitas dari data dan informasi (bukan sistem komputer) telah menjadi fokus dari penelitian IS. Persepsi aksesibilitas dapat ditemukan menjadi salah satu yang penting dalam menentukan frekuensi penggunaan sumber informasi dan pemilihan saluran informasi. Aksesibilitas yang rendah dapat berpengaruh secara negatif terhadap penggunaan sumberdaya elektronik, khususnya sumber daya on-line yang disediakan oleh perpustakaan digital (Zhang & Estabrook, 1998). Secara khusus, Kraemer dkk. (1993) menemukan bahwa akses yang lebih besar dari informasi berbasis komputer memiliki kontribusi informasi yang besar atas manfaatnya pada manajer.

c. Visibilitas Sistem (system visibility)

Visibilitas sistem berasal dari konsep sistem observability yang merupakan salah satu kunci karakteristik dari inovasi teknologi yang diidentifikasi oleh Rogers (1995). Observability didefinisikan sebagai tingkatan dimana hasil dari suatu inovasi terlihat dan dapat dikomunikasikan dengan yang


(36)

26 | lainnya (Rogers, 1995). Hampir sama dengan situasi dengan inovasi teknologi lainnya, manfaat menggunakan perpustakaan digital dan bahkan keberadaan sistem itu sendiri tidak dapat diketahui untuk pemakai potensial. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan visibilitas atas perpustakaan digital. Menurut Moore dan Benbasat (1991, hal 203), ‘‘it appears that the more a potential adopter can see an innovation, the more likely he is to adopt it’’. Dasar secara psikologis, fenomena ini disebut seabagai efek eksposur yang berarti independen dari pertimbangan dasar, eksposur tersebut pada obyek yang mampu mengubah secara positif atas sikap individu terhadap objek yang dimaksud. Walaupun sistem visibilitas tidak akan menambah nilai yang sebenarnya dari fungsi perpustakaan digital dengan pengguna tetapi dapat membantu pemakai dalam mengetahui fungsi-fungsinya lebih bermanfaat kemudian meningkatkan niat untuk menggunakan sistem.

3. Kemampuan dan Keahlian Pengguna (User Abilities & Skills)

Hubungan antara kemampuan pengguna dan keberhasilan sistem informasi dideskripsikan dalam kerangka teori yang diusulkan oleh Zmud (1979). Suksesnya inovasi teknologi informasi tergantung sebanyak atas individu terhadap teknologinya. Pare dan Elam (1995) menemukan bahwa ketika perilaku adopsi adalah sukarela, pengaruh faktor pribadi atas pemakaian komputer bisa jadi lebih kuat dari faktor sosial atau faktor lingkungan.

Perbedaan individu terutama dalam kemampuan dan keahliannya juga berperan penting dalam menentukan pencapaian pemakaian atas sistem temu kembali informasi (Borgman, 1997). Penelitian sebelumnya menguji pengaruh faktor individu atas perilaku adopsi sistem informasi (Agarwal& Prasad, 1999). Bagaimanapun juga, kemajuan dalam lingkungan virtual, terutama melalu teknologi yang berjangkau luas seperti World Wide Web, pengaruh dari perbedaan individu atas penggunaan teknologi yang lebih baru tidak mungkin secara keseluruhan diterangkan oleh teori dan metode yang dikembangkan untuk generasi sistem informasi yang lebih awal (Chen et al., 2000). Oleh karena itu, suatu kebutuhan penelitian empiris untuk menguji pengaruh perbedaan individu dalam lingkungan teknologi baru.


(37)

27 | a. Perkembangan diri atas komputer (computer self-efficacy)

Berdasarkan teori kognitif sosial (Bandura, 1977), bahwa computer self-efficacy dapat mempengaruhi penggunaan sistem melalui niat untuk memiliki. Hal tersebut telah didokumentasikan dalam berbagai studi. Computer self-efficacy didefinisikan sebagai suatu keputusan individu atas kemampuannya untuk menggunakan komputer (Compeau & Higgins, 1995, hal 192). Penelitian sebelum telah menemukan bahwa computer self-efficacy memiliki pengaruh positif pada kemauan untuk menggunakan komputer secara umum. (Venkatesh & Davis, 2003). Mekanisme melalui computer self-efficacy yang akan mempengaruhi perilaku penggunaan melalui TAM dapat lebih dipahami dengan argument. Dia mencatat bahwa ada dua jenis kontrol faktor-faktor yang diusulkan oleh Ajzen (1985) dalam model intention-behaviour. Salah satunya adalah faktor internal yang meliputi keterampilan (skill) dan kontrol diri (will power) . Hal lainnya adalah faktor kontrol eksternal (external control factors), yang meliputi waktu, kesempatan, dan kerjasama dengan yang lain.

Sedangkan faktor kontrol eksternal tidak dipertimbangkan secara eksplisit dalam TAM, akibat faktor internal, seperti keterampilan computer didapatkan dari variabel persepsi kemudahan penggunaan. Diharapkan computer self-efficacy akan mempengaruhi niat melalui persepsi kemudahan penggunaan. Para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi juga mengakui kemungkinan pengaruh kemampuan komputer (computer literacy) pada peningkatan penggunaan sistem temu kembali informasi (Davies, 1997), tetapi dalam penelitian empiris yang terbatas.

b. Pengalaman atas penggunaan komputer (Computer experience)

Pengalaman atas penggunaan komputer secara umum dapat mempengaruhi keberhasilan interaksi dengan personal computers, World Wide Web dan sistem temu kembali informasi (Igbaria dkk., 1995). Berbagai kriteria telah diadopsi dalam berbagai kajian sebagai indikator atas pengalaman atas komputer. Thompson et al. (1994) berpendapat bahwa dalam kontek teknologi informasi, keterampilan komputer dan lamanya penggunaan harus dihitung karena mereka mewakili dimensi berbeda dari pengalaman umum atas komputer.


(38)

28 | Sebagai refleksi bahwa self-reported computer skill dan computer self-efficacy mengukur tingkat keyakinan bahwa bila seorang pengguna telah bekerja dengan paket perangkat lunak baru. Di sisi lain, banyaknya pengalaman atas komputer adalah ukuran yang objektif atas pengalaman pengguna komputer. Semakin banyak pengalaman komputernya berarti lebih besar eksposur ke berbagai jenis aplikasi dan tingginya tingkat keakraban dengan berbagai paket perangkat lunak. Meskipun pengalaman ini mungkin tidak terhubung langsung dengan perpustakaan digital, mereka dapat membantu pengguna dalam mempelajari cara baru untuk menggunakan sistem dengan lebih mudah.

c. Domain knowledge

Pengetahuan pemakai atas domain subyek adalah faktor kontrol internal yang dapat mempengaruhi kinerja pencarian informasi pada perpustakaan digital. Dalam penelitian perilaku pencarian informasi di lingkungan hypertext, domain ahli melakukan lebih cepat dan lebih fokus melakukan pencarian dari pada yang bukan ahlinya (novice) (Marchionini, Lin & Dwiggins, 1998). Kemungkinan alasannya mencakup (1) domain pengetahuan dapat membantu pengguna untuk terpisah dari informasi yang relevan dan tidak relevan sehingga tanggapan efektif mampu meningkatkan pencarian (Meadow et al., 1995); (2) pengetahuan isi informasi sebelumnya dapat memfasilitasi pembelajaran atas prinsip pencarian (Linde & Bergstrom, 1988); dan (3) domain ahli dapat menggunakan istilah-istilah teknis untuk merumuskan permintaan, membuatnya relatif cepat atas keputusan apakah ada relevansinya atau tidak dan ada yang lebih tinggi tingkat kepercayaan mereka atas keputusannya (Marchionini dkk.,1998).

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian sesuai dengan model penelitian dalam gambar 2.4. sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Artinya, suatu pernyataan yang bersifat hipotesis belum tentu benar. Oleh sebab itu, pernyataan tersebut harus dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian sampai benar-benar terbukti secara sah dan meyakinkan (Sugiyono, 2007: 64).


(39)

29 |

Gambar 2.3. Model Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah sebelumnya, maka dalam model penelitian ini penulis menentukan hipotesis sebagai berikut ini:

H1: Pengetahuan dan keterampilan berpengaruh terhadap kemudahan penggunaan persepsian pada program sistem otomasi perpustakaan

“Senayan” di perpustakaan madrasah.

H2: Pengetahuan dan keterampilan berpengaruh terhadap kegunaan persepsian pada program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan madrasah.

H3: Kemudahan penggunaan persepsian berpengaruh terhadap kegunaan

persepsian pada program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di

perpustakaan madrasah.

H4: Kemudahan penggunaan persepsian berpengaruh terhadap sikap ke arah

penggunaan program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di

perpustakaan madrasah.

H5: Kegunaan persepsian berpengaruh terhadap sikap ke arah penggunaan

program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan

madrasah.

H6: Kegunaan persepsian berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan

program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan


(40)

30 | H7: Sikap ke arah penggunaan berpengaruh terhadap niat untuk menggunakan

program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di perpustakaan

madrasah.

H8: Niat untuk menggunakan berpengaruh terhadap penggunaan nyata dan

penerimaan program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” di


(41)

31 |

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai salah satu penelitian empiris yang menguji hipotesis dengan menggunakan metode kausalitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel pengaruh atau variabel dependen (pengetahuan dan keterampilan pengguna setelah pelatihan) terhadap variabel independen kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap, niat, dan penggunaan nyata untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan

berbasis “Senayan”.

Objek analisis untuk penelitian ini adalah penerimaan para pengelola perpustakaan terhadap program sistem otomasi perpustakaan “Senayan” pada perpustakaan madrasah di wilayah propinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan dengan menggunakan metode Technology Acceptance Model (TAM). Berdasarkan definisi tersebut, maka ditetapkan populasi dari penelitian ini adalah para tenaga perpustakaan madrasah yang telah mengikuti

materi otomasi perpustakaan pada “Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Perpustakaan Madrasah” sebanyak 750 orang yang diselenggarakan oleh

Direktorat Jendral Pendidikan Madrasah Kementrian Agama Republik Indonesia tahun 2013 bekerja sama dengan Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan UIN Sultan Alauddin Makasar.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Probability, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011:63). Metode yang digunakan adalah Cluster Sampling yaitu

Bab 3


(42)

32 | teknik sampling dimana sampel-sampel dikelompokan menurut petak-petak daerah (Area 1: DKI Jakarta dan Banten, Area 2: Yogyakarta, dan Area 3: Makasar).

Pada penelitian ini digunakan rumus Slovin untuk menentukan jumlah sampel minimal (Husein, 2003:64).

Rumus Slovin : n = N

1 + N(d2) Keterangan:

n = sampel N = populasi

d = standar error (10%) n = 750 1 + 750 (10%)2 n = 750

1 + 750 (0,01) n = 88,2

Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka setelah dibulatkan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 89 orang tenaga perpustakaan di lingkungan madrasah yang telah menjadi peserta aktif dalam peningkatan kompetensi tenaga perpustakaan di Williayah 1 (31 orang), Wilayah 2 (29 orang), dan Wiliyah 3 (29 orang).

Pada proses pengambilan data sampling dengan teknik Cluster Sampling seperti dijelaskan di atas, peneliti juga tetap mempertimbangan teknik lainnya sebagai antisipasi keterbatasan data penunjang (seperti ketidaktersediaan no. hp dan e-mail peserta ), lokasi dan dana yang tersedia, yaitu dengan mengkombinasikan dengan teknik convenience sampling.Convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.


(1)

87 | stone; GDL, Imelda, dll.).

Hal ini menunjukan bahwa para staf perpustakaan madrasah ini masih menyikapi kemungkinan-kemungkinan adanya software lain yang lebih mudah digunakan walaupun mereka sudah merasakan tentang cepatnya pelayanan informasi dengan menggunakan software “senayan” ini.

Pada konstruk niat untuk menggunakan angka rata-rata tertinggi ada pada pernyataan tentang niat untuk menggunakan program sistem otomasi perpustakaan dalam pelaksanaan tugas-tugas di perpustakaan walaupun belum bisa menggunakannya. Sedangkan angka rata-rata terendah ada pada pernyataan niat untuk menggunakan program tersebut setelah belajar dalam pelaksanaan tugas-tugas perpustakaan.

Kenyataan ini menunjukan bahwa para staf perpustakaan madrasah belum menerapkan program senayan di tempat tugasnya. Terlihat dari gambaran konstruk terakhir, yaitu pada perilaku nyata (AU) penggunaan sistem otomasi perpustakaan “senayan” di tempat tugas dengan nilai rata-rata 2,4 (rendah). Namun, kalau dilihat dari segi pengaruh antara BI dan AU terlihat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara niat untuk menggunakan dengan perilaku nyata penggunaan sistem otomasi “senayan”.

Beberapa kendala yang melatarbelakangi rendahnya diskripsi perilaku nyata penggunaan sistem otomasi perpustakaan senayan oleh para staf perpustakaan madrasah ini dapat dilihat dari beberapa saran yang masuk pada lembar kuesioner yang di antaranya disebabkan oleh masih belum tersedianya sarana komputer di masing-masing madrasah, bahkan masih banyak madrasah yang sama sekali belum memiliki ruang perpustakaan.


(2)

88 | Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi dan mengalisis hubungan dan pengaruh konstruk pengetahuan & keterampilan, kemudahan penggunaan persepsian, kegunaan persepsian, sikap ke arah penggunaan, niat untuk menggunakan, dan penggunaan nyata program sistem otomasi perpustakaan berbasis “Senayan” oleh para pengelola perpustakaan madrasah. Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

1. Gambaran dari masing-masing konstruk penerimaan terhadap penggunaan sistem otomasi perpustakaan berbasis “senayan” menunjukan rata-rata di atas 3,00 (tinggi), hanya satu konstruk yang masih rendah yaitu pada penggunaan nyata dengan angka rata-rata 2,39 (rendah).

2. Hubungan antar konstruk sesuai dengan model TAM yang telah dibangun dalam penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara satu konstruk dengan konstruk lainnya. Di mana angka sig. (2-tailed) masing-masing konstruk yang ada memiliki nilai kurang dari 0,05 , sehingga cukup bukti untuk menolak Ho; p = 0 dan menerima Ha; p ≠ 0.

3. Pengaruh antara satu konstruk dengan konstruk lainnya hampir semuanya menunjukan angka yang signifikan, di mana nilai t penelitian masing-masing konstruk terhadap konstruk lainnya menunjukan lebih besar dari t tabel. Hanya konstruk penggunuaan persepsian (PU) terhadap sikap ke arah penggunaan (BA) yang tidak menunjukan pengaruh yang signifikan dengan nilai t penelitian (1,304) lebih kecil dari t tabel (1,663). Sebaliknya, pengaruh yang paling besar terjadi pada antara konstruk kemudahan

Bab 5


(3)

89 | nilai t penelitian sebesar 7,929 dan nilai pengaruh sebesar 64,3%.

1.2 Saran

1. Pelaksanaan pelatihan otomasi perpustakaan berbasis “senayan” bagi staf pengelola perpustakaan madrasah perlu lebih memperhatikan aspek persepsi kemudahan penggunaan dari pada kegunaan atau kebermanfaatan fungsi-fungsi menu yang tersedia dari perangkat lunak tersebut. Persepsi kemudahan ini dapat dibangun dengan memberikan materi dan metode pelatihan yang dapat menggambarkan kesederhanaan kegunaan atau kebermanfaatan dari penggunaan sistem yang telah dibangun tersebut. Sehingga secara tidak langsung penerapan materi dan metode tersebut akan membangun persepsi kemudahan dan kegunaan dari program “senayan” ini. Dengan demikian, sikap ke arah penggunaan dan niat untuk menggunakan secara otomatis akan terbangun dan mempengaruhi penggunaan nyata penerapan program otomasi perpustakaan berbasis “senayan” ini.

2. Penggunaan nyata sistem otomasi perpustakaan berbasis “senayan” di lingkungan madrasah perlu memperhatikan kesiapan sarana komputer dan perangkat teknologi informasi pendukung lainnya, sehingga hasil pelatihan yang telah dilakukan dapat betul-betul dimanfaatkan segera mungkin. Semakin baik dukungan terhadap penyediaan sarana tekologi untuk kebutuhan otomasi perpustakaan di lingkungan madarasah ini, maka akan semakin tinggi penerimaan terhadap penggunaan nyata penerapan program otomasi perpustakaan berbasis “senayan” ini.


(4)

90 |

Daftar Pustaka

Adamson, Veronica, dkk. 2008. “An Evaluation and horizon scan of the current library management systems and related systems landscape for UK higher education,” Laporan JISC & SCONUL LMS Study, London.

Aji Supriyanto. 2005. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Salemba Infotek. Bilal, Dania. 2001. Automating media centers and small libraries: a

microcomputer-based approach. Englewood: Libraries Unlimited.

Cohn, John M. dkk. 2001. Planning for Integrated Systems and Technologies: a how-to-do-it manual for librarians. New York: Neal-Schuman Publishers, Inc. Devi, Ni Luh Nyoman Sherina dan I Wayan Suartana. 2014. “Analisis

Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Pengguna Sistem Informasi di

Nusa Dua Beach Hotel dan Spa”. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 6, No.1 (Bali: Unud, 2014). Hal. 169.

Dhanavandan, S. dan M. Tamizhchelvan. 2012. “An Evaluative of Automation Software Application and Database Management Systems in Academic Libraries”. Journal of Emerging Trends in Computing and Information Sciences. Vol. 3, No.5, May 2012. Hal. 677

Faisal, S.L. dan B. Surendran. Report on Automation of Library at Kendriya Vidyalaya Patton Thiruvananthapuram. Artikel diakses tanggal 21 April 2014 dari http://id.scribd.com/doc /192266006/Library-Automation.

Farhansyah, Widya Cholil dan Hutrianto. 2012. Analisis Sistem Informasi Perpustakaan pada Badan Perpustakaan Daerah Palembang dengan Menggunakan Metode Technology Acceptance Models (TAM). (Palembang:

Universitas Bina Dharma, 2012) Diakses di

http://digilib.binadarma.ac.id/gdl.php?mod =browse&op=read&id=123-123-farhansyah-4723

Fred D. Davis. “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology”. MIS Quarterly, Vol. 13, No. 3 (Sep., 1989), hal. 319-340. Diakses di http://www.jstor.org/stable/249008 tanggal 13/2/2014.

Grant, Carl. 2012. “The Future of Library System: Library Service Flatforms”. Information Standards Quarterly. Vol. 24 (Fall 2012), hal. 5

Husein Umar. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003). Hal. 64.

Imam Yuadi. 2009. Analisis Technology Acceptance Model terhadap Perpustakaan Digital dengan Structural Equation Modeling. Departemen Ilmu

Informasi dan Perpustakaan. Diakses di

http://palimpsest.fisip.unair.ac.id/images/pdf/imam.pdf tanggal 27/02/2014. Hal. 3

Indonesia. Kemendiknas RI. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. (Jakarta: Kemendiknas RI, 2008). Hal.1


(5)

91 | 2011). Hal. 1

Indonesia. Presiden RI. Undang-undang No. 20 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). (Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2005). Hal. 2

Indonesia. Presiden RI. Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. (Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 2007). Hal. 12 Jogiyanto, Sistem Informasi Keperilakuan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), hal.

111-112.

Kochtanek, Thomas R. dan Joseph R. Matthews. 2002. Library Information System: from library automation to distributed information access solutions. Westport, Connecticut: Libraries Unlimited,

Lakshmikan Mishra. 2008. Automating and Networking of Libraries. Delhi: New Age International.

Lambertus P. Wairisal dan Nur Khusniyah I. “Analisis Perilaku Penggunaan Teknologi Informasi (Studi pada Dosen Universitas Pattimura Ambon)”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 10, No. 4 (Ambon: universitas Pattimura Ambon, 2012). Hal. 763.

Neelakandan. 2010. “Implementation of Automated Library Management System in the School of Chemistry Bharathidasan University using Koha Open Source Software”, International Journal of Applied Engineering Research, Dindigu, Vol. 1, No. 1, , 2010 Hal. 149. Dapat diakses di http://www.ipublishing.co.in/jarvol1no12010/EIJAER1014.pdf.

Rasyid Ridho, M. 2009. Panduan Penggunaan Aplikasi Software Senayan. Hal. 5. Dokumen dapat diakses tanggal 28/02/2012 di

http://perpustakaan.kemdiknas.go.id/rido_files/ penggunaan_slims_perpus.pdf Schultz-Jones, Barbara. 2006. An automation primer for school library media

centers and small libraries. Worthington, OH: Linworth Books.

SLiMS, “Dokumentasi SLiMS Berdasar SLiMS-7 (CENDANA) v.1.7” diakses pada 29 Juli 2014 dari http://slims.web.id/web/ documentation.

Smarkola, Claudia. A Mixed-methodological technology adoption study. Dalam Timothy Teo. Technology Acceptance in Education: Research and Issues. (Rotterdam: Sense Publishers, 2011). Hal. 11.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfa Bank, 2007). Hal. 64

Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2011). Hal. 63

Davis, F.D. "A Technology Acceptance Model for Empirically Testing New End-User Information Systems: Theory and Results," doctoral dissertation, MIT Sloan School of Management, Cambridge, MA, 1986. http://dspace.mit.edu/handle/1721.1/15192

Taylor, Shirley dan Peter A. Todd. 1995. “Understanding Information Technology Usage: A Test of Competing ModelsAuthor(s)”. Information Systems Research, Vol. 6, No. 2 (JUNE 1995), hal. 144-176. Diakses di http://www.jstor.org /stable/23011007 tanggal 20/02/2014.

Tiwari. 2002. Evaluation of Electronic Libraries. New Delhi: Efficient Offset Printers.


(6)

92 | Tony Wijaya. 2012. Praktis dan Simpel Cepat Menguasai SPSS 20 untuk Olah

dan Interpretasi Data. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Vaughan, Jason dan Kristen Costello. 2011, “Management and Support of Shared Intergrated Library Systems,” Vol. 30 , no 2 (Juni 2011) : Hal. 62

Vita Risma Yunita. 2013. Analisis Tingkat Kepuasan Pemustaka Terhadap Sistem Otomasi Perpustakaan dengan Pendekatan Technology Acceptance Model di Perpustakaan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UKDWY.

Webber, Desiree dan Andrew Peters. 2010. Integrated library systems : planning, selecting, and implementing. Kalifornia: ABC-CLIO, LLC.