Model Penerimaan Teknologi TAM

17 | 12. Laporan dan Statistik 13. Pengelolaan terbitan berkala 14. Dukungan pengelolaan dokumen multimedia .flv, .mp3 dan dokumen digital. Khusus untuk pdf dalam bentuk streaming. 15. SLiMS mendukung beragam format bahasa termasuk bahasa yang tidak menggunakan penulisan selain latin. 16. Menyediakan berbagai bahasa pengantar Indonesia, Inggris, Spanyol, Arab, Jerman, Bengali, Thailand dan lainnya. Pengguna dapat secara mandiri mengembangkan bahasa pengantar yang diinginkan. 17. Dukungan untuk membentuk katalog induk dan federated search dengan aplikasi UCS dan Nayanes. 18. Counter pengunjung perpustakaan 19. Member Area untuk menuliskan komentar pada koleksi, melihat dan mengunduh koleksi sedang dan pernah dipinjam. 20. Notifikasi keterlambatan dan pemesanan anggota 21. LDAP server 22. Modul sistem dengan fitur: a. Konfigurasi sistem global; b. Manajemen modul; c. Manajemen User Staf Perpustakaan dan grup; d. Pengaturan hari libur; e. Pembuatan barcode otomatis; f. Utilitas untuk backup.

2.2 Model Penerimaan Teknologi TAM

2.2.1 Konsep TAM Konsep TAM pertama kali dikembangkan oleh Davis pada tahun 1986 dengan menawarkan sebuah teori sebagai landasan untuk mempelajari dan memahami perilaku pemakai dalam menerima dan menggunakan sistem informasi Davis, 1986:7; Davis, Bagozzi dan Washaw, 1989. Konsep ini merupakan salah satu teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan sistem teknologi informasi sebagai model penerimaan teknologi Lambertus, 2012:763. Davis dkk. 1989:320 menjelaskan bahwa alasan pertama seseorang berkeinginan untuk mengunakan sebuah teknologi informasi karena dia percaya 18 | bahwa perangkat tersebut dapat meningkatkan kinerjanya, yang selanjutnya disebut variabel kegunaan persepsian perceived usefulness. Alasan yang kedua bahwa selain berguna perangkat tersebut juga harus mudah digunakan. Karena belum tentu orang tersebut mau menggunakan perangkat tersebut dengan alasan tidak mudah menggunakannya. Dengan demikian varibel kedua yang mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap penggunaan sebuah teknologi dipengaruhi juga oleh penerimaan kemudahan penggunaannya perceived ease of use. Model TAM sebenarnya diadopsi dari Theory of Reasonable Actions TRA yaitu teori tindakan yang beralasan dengan premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna teknologi informasi TI akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi. Sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakanperilaku manusia tersebut sebagai tolak ukur dalam penerimaan sebuah teknologi Imam, 2009. Dalam hal ini Davis dkk. 1989:985 menjelaskan bahwa TAM merupakan sebuah model yang diadaptasi dari TRA yang dikhususkan untuk model penerimaan pengguna terhadap sistem informasi. Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan sebuah pijakan untuk menyelidiki pengaruh faktor-faktor kepercayaan internal, sikap dan minat. TAM diformulasikan untuk tujuan tersebut dengan cara mengidentifikasi sejumlah variabel penting yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap terhadap penerimaan komputer, dan dengan menggunakan TRA sebagai teori dasarnya untuk menggambarkan hubungan antar variabel tersebut. Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang dilakukan individu untuk menerima suatu teknologi sistem informasi merupakan tindakan sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA seperti digambarkan di bawah ini. Dua 19 | konstruk utama ini adalah kegunaan persepsian perceived usefulness dan kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use. TAM berargumen bahwa penerimaan individual terhadap sistem teknologi informasi ditentukan oleh dua konstruk tersebut Jogiyanto, 2007:111. Gambar 2.1. Technology Acceptance Model Davis, Bagozzi dan Warshaw,1989:985 Selanjutnya penjelasan kelima konstruk yang sudah terbentuk tersebut dapat digambarkan dalam penjelasan berikut ini Davis dkk., 1989; Yogianto,2007:114- 117: 1. Kegunaan Persepsian Perceived Usefulness Konstruk yang pertama ini didefinisikan sebagai sejauhmana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya “as the extent to which a person believes that using a technology will enhance her or his performance.” Artinya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika merasa percaya bahwa sistem informasi kurang berguna dia tidak akan menggunakannya. Dengan kata lain konstruk ini merupakan suatu kepercayaan belief tentang proses pengambilan keputusan. 2. Kemudahan Penggunaan Persepsian Perceived Ease of Use Konstruk yang kedua dari TAM adalah kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use yang didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan teknologi akan bebas dari usaha “is the extent to which a person beleives that using a technology will be free efort”. Artinya, jika seseorang merasa percaya bahwa bahwa sistem informasi 20 | mudah digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya, jika seseorang merasa percaya bahwa sistem tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya. 3. Sikap terhadap Perilaku Sikap terhadap perilaku attitude toward behavior didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang ditentukan “an individual’s positive or negative feelings about performing the target behavior.” 4. Minat Perilaku Behavioral Intention Minat perilaku behavioral intention adalah suatu keinginan minat seseorang untuk melakukan suatu perilaku yang tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku behavior jika mempunyai keinginan atau minat untuk melakukannya. 5. Perilaku Behavior Perilaku behavior adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks penggunaan sistem teknologi informasi, perilaku adalah penggunaan sesungguhnya actual use dari teknologi. 2.2.2 TAM pada Sistem Otomasi Perpustakaan Selama periode tahun 1990 sampai dengan tahun 1995 banyak penelitian yang mencoba menguji konsistensi, validitas dan reliabilitas pengukuran instrumen-instrumen TAM. Semua peneliti sependapat bahwa tidak ada pengukuran yang secara absolut benar untuk membentuk suatu konstruk. Demikian juga tidak ada pengukuran yang absolut benar untuk konstruk perceived usefulness PU dan perceived ease of use PEOU yang berbeda waktu, kondisi dan teknologi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum, hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa pengukuran instrumen-instrumen TAM cukup kuat, konsisten, valid, dan reliabel Jogiyanto, 2007:123. Lebih jauh lagi Jogianto 2007 menjelaskan bahwa beberapa penelitian tentang TAM mencoba mengembangkan model yang sudah ada dengan menambahkan beberapa variabel eksternal yang menerangkan lebih lanjut atau menjadi penyebab antecedent dari kegunaan persepsian perceived usefulness 21 | atau PU dan kemudahan penggunaan persepsian perceived ease of use atau PEOU di TAM. Beberapa studi yang lebih jauh untuk memperluas TAM dengan menambahkan berbagai macam variabel eksternal, seperti perkembangan diri atas komputer computer self-efficacy dan pelatihan yang dapat mempengaruhi faktor- faktor kepercayaan kegunaan persepsian dan kemudahan kegunaan persepsian masih terus dibutuhkan Davis, Bagozzi dan Warshaw, 1989; Smarkola, 2011:11. Smarkola 2011 menggambarkan bahwa pengembangan model TAM dengan menambahkan variabel eksternal dapat dikategorikan sebagai variabel individual, organisasi, kultur, dan karakteristik-karakteristik tugas. Beberapa penelitian berkenaan dengan variabel individual, khususnya dalam pengembangan kemampuan penggunaan teknologi informasi, telah dilakukan oleh Agarwal dan Prasad tahun 1999, Gefen dan Straub tahun 1997, dan Karahhanna dkk. tahun 1999. Pada penelitian-penelitian tersebut mengembangkan model TAM dengan menambahkan lima macam variabel individual sebagai variabel-variabel eksternal yang lebih menjelaskan konstruk PU dan PEOU. Hasilnya menemukan bahwa pelatihan training berhubungan positif dengan konstruk PU dan pengalaman masa lalu prior experience, peran pemakai sehubungan dengan teknologi role with regard to technology, masa kerja tenure in workplace, tingkat pendidikan level of education berhubungan dengan PEOU. Perkembangan selanjutnya beberapa penelitian tentang pengembangan TAM diimplementasikan pada perpustakaan digital menghasilkan model pengembangan TAM yang salah satu di antaranya dilakukan oleh J.Y.L. Thong pada tahun 2002, di mana faktor eksternal berupa karakteristik antarmuka, konteks organisasi dan perbedaan individu mampu mempengaruhi persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan atas perpustakaan digital. Kemudian Taha pada tahun 2005 mengusulkan bahwa TAM dari Davis dan Tong, dimodifikasi sehingga menghasilkan model sebagai berikut Imam, 2009:4. 22 | Gambar 2.2. TAM dalam perpustakaan Digital J.Y.L. Thong, 2002 Selanjutnya J.Y.L. Thong dan Taha seperti yang dikutip Imam 2007, menjelaskan ke tiga konstruk yang menjadi variabel tambahan sebagai pengembangan TAM sebagai berikut ini: 1. Desain Portal Perpustakaan Library Portal Design Penelitian sebelumnya atas perpustakaan digital telah mengidentifikasi dua aspek yang berbeda atas nilai guna perpustakaan digital yaitu interface usability dan organizational usability Kling Elliott 1994. Kualitas antarmuka sistem memberikan suatu kontribusi penting pada nilai guna perpustakaan digital dan sering dikutip oleh para peneliti dalam kerangka teorinya. Sebagai media antara sistem dan pemakai, antarmuka bertindak sebagai platform untuk tindakan pemakai. Suatu antarmuka dirancang dengan baik supaya dapat membantu para pemakai dalam menggunakan sistem secara mudah dengan mengurangi usaha dalam mengidentifikasi obyek tertentu pada layar atau penyediaan navigasi yang jelas antara layer satu dengan yang lainnya. Pentingnya sistem antarmuka dalam pencapaian pemakai atas sistem temu kembali informasi telah ditulis oleh para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi Dellon Song., 1995: 490. a. Terminologi terminology Terminologi mengacu pada kata, kalimat dan singkatan yang digunakan oleh suatu sistem Lindgaard, 1994. Variabel istilah dapat dikatakan sebagai bahasa. Karena suatu variabel tertentu, seorang pemakai perlu untuk memahami bahasa tertentu dalam rangka menerima dan menggunakan teknologi tersebut. Keberhasilan suatu perpustakaan digital pada generasi sistem temu kembali 23 | informasi yang baru tergantung pada banyaknya para pemakai yang saling berhubungan dengan sistem melalui query terstruktur yang pada gilirannya tergantung pada pemahaman pemakai atas istilah yang digunakan oleh perpustakaan digital. Sebagai contoh, suatu masalah utama perpustakaan digital adalah tidak sesuainya penggunaan jargon Talja et al. 1998. b. Desain Antarmuka screen design Desain antarmuka adalah suatu cara dimana informasi dipresentasikan pada suatu layar Lindgaard, 1994. Penelitian terdahulu telah menemukan isi yang sama, suatu cara atas informasi yang ditunjukkan pada layar mampu mempengaruhi strategi pencarian informasi pemakai sebagaimana kemampuannya. Dalam konteks perpustakaan digital, tidak hanya “what” yang berh ubungan dengan antarmuka tetapi juga “how”. Sebagai contoh, grafik antarmuka telah ditemukan interaksi yang lebih banyak dengan para pemakai dalam sistem temu kembali informasi dan perpustakaan digital Liu et al., 2000. Suatu metode bahwa informasi diatur pada layar dapat mempengaruhi interaksi pemakai tersebut dengan perpustakaan digital di luar efek isi informasi. Demikian pula, banyaknya poin-poin tertentu akan membuat sulit untuk dibaca, sepanjang tombol yang digambarkan dengan gambar tertentu dapat menciptakan kebingungan dan kesalahpahaman. Secara jelas, antarmuka yang terorganisir dengan baik dan secara hati-hati dirancang dapat membantu para pemakai dalam meneliti antarmuka dan mengidentifikasi informasi yang relevan secara mudah. c. Navigasi navigation Navigasi adalah kemudahan dimana pemakai dapat berpindah-pindah pada seputar sistem Lindgaard, 1994. Suatu masalah seringkali didapatkan oleh para pemakai ketika mereka mencoba untuk menempatkan informasi digital pada orientasi yang salah Dillon, 2000. Sejumlah informasi meningkat dengan cepat, struktur untuk menyimpan informasi menjadi lebih kompleks. Para pemakai seringkali mudah kehilangan sistem informasi yang intensif sepanjang perpustakaan digital berusaha untuk menemukan kembali informasinya. 24 | 2. Organisasi E-resources E-resources Organization Organisasi e-resources mengacu pada tata cara sistem komputer sehingga dapat secara efektif terintegrasi ke dalam pekerjaan praktis dari suatu organisasi tertentu. Perpustakaan digital mungkin lebih dapat digunakan dalam beberapa organisasi dibandingkan dengan yang lainya. Beberapa karakteristik yang sesuai dengan perpustakaan digital dan organisasinya sulit untuk dipakai dalam mendukung pemakaian fasilitasnya. Empat dimensi usabilitas organisatoris perpustakaan digital meliputi: o Accessibility – Kemudahan seseorang dalam menempatkan sistem komputer secara spesifik, keuntungan dalam mengakses secara fisik dan akses elektronik terhadap jumlah koleksi ektroniknya. Dimensi ini mengacu pada pendekatan secara fisik dan pembatasan adminitratif atas penggunaan sistem tertentu. o Compatibility -Tingkat kecocokan perpindahan file dari sistem ke sistem. o Integrability into work practices - Bagaimana sistem berhubungan dengan seseorang atau kelompok kerja dengan baik. o Social-organizational expertise - Fasilitas bagi seseorang untuk dapat memperoleh pelatihan dan berkonsultasi dalam belajar menggunakan sistem dan dapat menemukan bantuan help atas permasalahan dalam penggunaan sistem Kling, 1994. Berdasarkan kegunaan dan klasifikasi oleh Kling Elliott 1994 dan Lindgaard 1994, serta oleh Davies 1997, diusulkan oleh JYL Thong 2002 agar memasukkan tiga variable dalam konteks organisasi yaitu: relevansi, sistem aksesibilitas dan sistem visibilitas. a. Relevansi relevance Salah satu dari dimensi organizational usability yang diusulkan oleh Kling dan Elliott 1994 adalah integrability dari sistem ke dalam pekerjaan secara praktis dimana sistem sesuai secara praktis baik untuk perorangan maupun kelompok. Variabel yang sama diusulkan oleh Lindgaard 1994 sesuai dengan tugas-tugas pemakai, dimana tingkatan sistem sesuai dengan tugas-tugas yang dilakukan pada lingkungan. Kedua variabel menekankan kesesuaian antara sistem dan kemampuan tugas-tugas pemakai. Bila 25 | diimplementasikan pada konteks perpustakaan digital, kesesuaian antara isi sistem dan kebutuhan informasi pemakai secara individu. Literatur ilmu perpustakaan dan informasi menunjukkan bahwa relevansi adalah istilah yang tepat untuk mewakili konsep tersebut. Bahkan, evaluasi sistem temu kembali informasi telah bergulir di sekitar ide tentang relevansi Park, 1994. Konsep relevansi yang melekat pada pemakai dari hasil evaluasi kinerja dalam sistem informasi Schamber, Eisenberg Nilan, 1990. Tujuan dari sistem ini adalah untuk menyediakan dokumen yang relevan kepada pemakai. Gluck 1996 menemukan hubungan yang kuat antara relevansi dan kepuasan pengguna dengan sistem informasi, sedangkan Yao 1995 mencatat bahwa pengguna cenderung untuk mencari dokumen yang berguna agar relevan. Karena itu, diusulkan oleh JYL Thong dkk 2002 bahwa relevansi dari sebuah perpustakaan digital untuk pengguna informasi akan meningkatkan kebutuhan pengguna persepsi dari kegunaan. b. Aksesibilitas Sistem system accessibility. Accessibility didefinisikan sebagai kemudahan dimana seseorang dapat mencari atau mendapatkan secara spesifik pada suatu sistem komputer Kling Elliott, 1994. Secara tradisional aksesibilitas dari data dan informasi bukan sistem komputer telah menjadi fokus dari penelitian IS. Persepsi aksesibilitas dapat ditemukan menjadi salah satu yang penting dalam menentukan frekuensi penggunaan sumber informasi dan pemilihan saluran informasi. Aksesibilitas yang rendah dapat berpengaruh secara negatif terhadap penggunaan sumberdaya elektronik, khususnya sumber daya on-line yang disediakan oleh perpustakaan digital Zhang Estabrook, 1998. Secara khusus, Kraemer dkk. 1993 menemukan bahwa akses yang lebih besar dari informasi berbasis komputer memiliki kontribusi informasi yang besar atas manfaatnya pada manajer. c. Visibilitas Sistem system visibility Visibilitas sistem berasal dari konsep sistem observability yang merupakan salah satu kunci karakteristik dari inovasi teknologi yang diidentifikasi oleh Rogers 1995. Observability didefinisikan sebagai tingkatan dimana hasil dari suatu inovasi terlihat dan dapat dikomunikasikan dengan yang 26 | lainnya Rogers, 1995. Hampir sama dengan situasi dengan inovasi teknologi lainnya, manfaat menggunakan perpustakaan digital dan bahkan keberadaan sistem itu sendiri tidak dapat diketahui untuk pemakai potensial. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan visibilitas atas perpustakaan digital. Menurut Moore dan Benbasat 1991, hal 20 3, ‘‘it appears that the more a potential adopter can see an innovation, the more likely he is to adopt it’’. Dasar secara psikologis, fenomena ini disebut seabagai efek eksposur yang berarti independen dari pertimbangan dasar, eksposur tersebut pada obyek yang mampu mengubah secara positif atas sikap individu terhadap objek yang dimaksud. Walaupun sistem visibilitas tidak akan menambah nilai yang sebenarnya dari fungsi perpustakaan digital dengan pengguna tetapi dapat membantu pemakai dalam mengetahui fungsi-fungsinya lebih bermanfaat kemudian meningkatkan niat untuk menggunakan sistem. 3. Kemampuan dan Keahlian Pengguna User Abilities Skills Hubungan antara kemampuan pengguna dan keberhasilan sistem informasi dideskripsikan dalam kerangka teori yang diusulkan oleh Zmud 1979. Suksesnya inovasi teknologi informasi tergantung sebanyak atas individu terhadap teknologinya. Pare dan Elam 1995 menemukan bahwa ketika perilaku adopsi adalah sukarela, pengaruh faktor pribadi atas pemakaian komputer bisa jadi lebih kuat dari faktor sosial atau faktor lingkungan. Perbedaan individu terutama dalam kemampuan dan keahliannya juga berperan penting dalam menentukan pencapaian pemakaian atas sistem temu kembali informasi Borgman, 1997. Penelitian sebelumnya menguji pengaruh faktor individu atas perilaku adopsi sistem informasi Agarwal Prasad, 1999. Bagaimanapun juga, kemajuan dalam lingkungan virtual, terutama melalu teknologi yang berjangkau luas seperti World Wide Web, pengaruh dari perbedaan individu atas penggunaan teknologi yang lebih baru tidak mungkin secara keseluruhan diterangkan oleh teori dan metode yang dikembangkan untuk generasi sistem informasi yang lebih awal Chen et al., 2000. Oleh karena itu, suatu kebutuhan penelitian empiris untuk menguji pengaruh perbedaan individu dalam lingkungan teknologi baru. 27 | a. Perkembangan diri atas komputer computer self-efficacy Berdasarkan teori kognitif sosial Bandura, 1977, bahwa computer self- efficacy dapat mempengaruhi penggunaan sistem melalui niat untuk memiliki. Hal tersebut telah didokumentasikan dalam berbagai studi. Computer self- efficacy didefinisikan sebagai suatu keputusan individu atas kemampuannya untuk menggunakan komputer Compeau Higgins, 1995, hal 192. Penelitian sebelum telah menemukan bahwa computer self-efficacy memiliki pengaruh positif pada kemauan untuk menggunakan komputer secara umum. Venkatesh Davis, 2003. Mekanisme melalui computer self-efficacy yang akan mempengaruhi perilaku penggunaan melalui TAM dapat lebih dipahami dengan argument. Dia mencatat bahwa ada dua jenis kontrol faktor-faktor yang diusulkan oleh Ajzen 1985 dalam model intention-behaviour. Salah satunya adalah faktor internal yang meliputi keterampilan skill dan kontrol diri will power . Hal lainnya adalah faktor kontrol eksternal external control factors, yang meliputi waktu, kesempatan, dan kerjasama dengan yang lain. Sedangkan faktor kontrol eksternal tidak dipertimbangkan secara eksplisit dalam TAM, akibat faktor internal, seperti keterampilan computer didapatkan dari variabel persepsi kemudahan penggunaan. Diharapkan computer self-efficacy akan mempengaruhi niat melalui persepsi kemudahan penggunaan. Para peneliti ilmu perpustakaan dan informasi juga mengakui kemungkinan pengaruh kemampuan komputer computer literacy pada peningkatan penggunaan sistem temu kembali informasi Davies, 1997, tetapi dalam penelitian empiris yang terbatas. b. Pengalaman atas penggunaan komputer Computer experience Pengalaman atas penggunaan komputer secara umum dapat mempengaruhi keberhasilan interaksi dengan personal computers, World Wide Web dan sistem temu kembali informasi Igbaria dkk., 1995. Berbagai kriteria telah diadopsi dalam berbagai kajian sebagai indikator atas pengalaman atas komputer. Thompson et al. 1994 berpendapat bahwa dalam kontek teknologi informasi, keterampilan komputer dan lamanya penggunaan harus dihitung karena mereka mewakili dimensi berbeda dari pengalaman umum atas komputer. 28 | Sebagai refleksi bahwa self-reported computer skill dan computer self- efficacy mengukur tingkat keyakinan bahwa bila seorang pengguna telah bekerja dengan paket perangkat lunak baru. Di sisi lain, banyaknya pengalaman atas komputer adalah ukuran yang objektif atas pengalaman pengguna komputer. Semakin banyak pengalaman komputernya berarti lebih besar eksposur ke berbagai jenis aplikasi dan tingginya tingkat keakraban dengan berbagai paket perangkat lunak. Meskipun pengalaman ini mungkin tidak terhubung langsung dengan perpustakaan digital, mereka dapat membantu pengguna dalam mempelajari cara baru untuk menggunakan sistem dengan lebih mudah. c. Domain knowledge Pengetahuan pemakai atas domain subyek adalah faktor kontrol internal yang dapat mempengaruhi kinerja pencarian informasi pada perpustakaan digital. Dalam penelitian perilaku pencarian informasi di lingkungan hypertext, domain ahli melakukan lebih cepat dan lebih fokus melakukan pencarian dari pada yang bukan ahlinya novice Marchionini, Lin Dwiggins, 1998. Kemungkinan alasannya mencakup 1 domain pengetahuan dapat membantu pengguna untuk terpisah dari informasi yang relevan dan tidak relevan sehingga tanggapan efektif mampu meningkatkan pencarian Meadow et al., 1995; 2 pengetahuan isi informasi sebelumnya dapat memfasilitasi pembelajaran atas prinsip pencarian Linde Bergstrom, 1988; dan 3 domain ahli dapat menggunakan istilah-istilah teknis untuk merumuskan permintaan, membuatnya relatif cepat atas keputusan apakah ada relevansinya atau tidak dan ada yang lebih tinggi tingkat kepercayaan mereka atas keputusannya Marchionini dkk.,1998.

2.3 Hipotesis Penelitian