12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan merupakan rating yang diturunkan dari teori ekonomi neoklasik Adam Smith dalam Hadiprajitno 2013. Smith 1776 menjelaskan
bahwa manajer perusahaan yang bukan pemilik sepenuhnya perusahaan, tidak dapat diharapkan berkinerja baik sesuai tujuan pemilik lainnya. Hubungan
keagenan merupakan hubungan antara dua pihak dimana salah satu pihak menjadi agent
dan pihak yang lain bertindak sebagai principal Hendriksen dan Van Breda, 2000. Menurut Anthony dan Govindarajan 2005, teori agensi adalah
hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori keagenan memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya
sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Eisenhard 1989 dikutip dalam Isnanta 2008 menggunakan tiga asumsi
sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori keagenan yaitu: 1.
Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri self interst 2.
Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang bounded rationality
Universitas Sumatera Utara
13
3. Manusia selalu menghindari resiko risk averse.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia kemungkinan besar akan bertindak berdasarkan sifat opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya. Teori keagenan menunjukkan bahwa perusahaan dapat dilihat sebagai suatu hubungan kontrak loosely defined antara
pemegang sumber daya. Suatu hubungan kagenan muncul ketika satu atau lebih individu, yang disebut pelaku principals, mempekerjakan satu atau lebih
individu lain, yang disebut agent, untuk melakukan layanan tertentu dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent.
Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling 1976, Weston dan Brigham 1994, bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu hubungan
antara pemegang saham dan manajer ; dan hubungan antara pemegang saham dan kreditor.
Hubungan ini tidak selalu harmonis, sehingga teori keagenan akan selalu berkaitan dengan konflik agency atau konflik kepentingan antara agen dan pelaku.
Hal ini memiliki implikasi untuk tata kelola perusahaan dan etika bisnis. Ketika keagenan terjadi cenderung menimbulkan biaya keagenan agency cost, yaitu
biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mempertahankan hubungan keagenan yang efektif misalnya, menawarkan bonus kinerja manajemen untuk mendorong
manajer bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, teori keagenan telah muncul sebagai model yang dominan dalam literatur ekonomi
keuangan, dan secara luas dibahas dalam konteks etika bisnis. Biaya keagenan didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk
Universitas Sumatera Utara
14
mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada berperilaku mementingkan diri sendiri. Gagasan biaya agen mungkin
dihubungkan dengan makalah Jensen dan Meckling 1976 di Journal of Finance, yang menyarankan bahwa tingkat utang perusahaan dan tingkat manajemen
ekuitas baik dipengaruhi oleh keinginan untuk mengendalikan biaya kantor. Ada tiga jenis utama dari biaya agen:
1. Pengeluaran untuk memantau kegiatan manajerial, seperti biaya audit. 2. Pengeluaran untuk struktur organisasi dengan cara yang membatasi perilaku
manajerial yang tidak diinginkan, seperti menunjuk anggota luar dewan direksi atau restrukturisasi bisnis perusahaan unit dan hirarki manajemen.
3. Biaya kesempatan yang dapat terjadi ketika pemegang saham-dikenakan pembatasan, seperti persyaratan untuk suara pemegang saham pada
permasalahan tertentu, membatasi kemampuan manajer untuk mengambil tindakan yang meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Dengan tidak adanya upaya pemegang saham untuk mengubah perilaku manajerial, biasanya akan ada kehilangan sebagian kekayaan pemegang saham
karena tindakan manajerial tidak pantas. Di sisi lain, biaya agen akan berlebihan jika pemegang saham berusaha untuk memastikan bahwa setiap tindakan
manajerial sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, jumlah optimal biaya agen yang harus ditanggung oleh pemegang saham ditentukan
dalam konteks biaya biaya-manfaat agen” harus ditingkatkan selama setiap dolar
Universitas Sumatera Utara
15
yang dihabiskan meningkatkan hasil setidaknya kenaikan dolar dalam kekayaan pemegang saham.
Prinsipal menginginkan return yang besar dan cepat atas investasi mereka dan menilai prestasi manajer berdasarkan kemampuannya untuk memperbesar
laba yang akan dialokasikan pada pembagian dividen. Untuk memenuhi tuntutan prinsipal dan mendapat insentif yang tinggi, manajer akan memainkan beberapa
kondisi perusahaan sedemikian rupa agar seolah-olah target tercapai bila tidak ada pengawasan yang memadai dalam kinerja manajer.
2.1.2 Manajemen Laba