2.4.5 Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul dari adanya ketidakpastian karena dilakukannya suatu tindakan hukum atau ketidakpastian dalam penerapan atau
interpretasi suatu perjanjian, peraturan atau ketentuan. Risiko hukum berbeda antara satu negara dengan negara lain dan semakin meningkat sebagai akibat:
a. Penerapan ketentuan know-your-customer KYC yang terutama disebabkan
oleh terorisme b.
Penerapan ketentuan perlindungan data yang terutama disebabkan oleh reaksi terhadap semakin meningkatnya penggunaan informasi nasabah untuk tujuan
pemasaran produk.
2.5 Pengukuran Risiko Operasional
Kerangka Basel II menetapkan tiga metode perhitungan modal untuk risiko operasional. Ketiga metode tersebut menggunakan berbagai indikator eksposur risiko.
Indikator eksposur risiko merupakan faktor yang menunjukkan tingkat risiko yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi nilai indikator semakin tinggi risiko yang
dihadapi. Ketiga model tersebut adalah: a.
Basic Indicator Approach BIA b.
Standardized Approach SA c.
Advanced Measurement Approach AMA Ferry N. Idroes, 2008
2.5.1 Basic Indicator Approach BIA
Basic Indicator Approach merupakan pendekatan yang paling sederhana dan dapat digunakan oleh semua bank untuk menghitung kebutuhan modal risiko operasional.
BIA menggunakan total gross income suatu bank sebagai indikator besaran eksposur. Dalam hal ini, gross income mewakili skala kegiatan usaha dan oleh karena itu dapat
digunakan untuk menunjukkan risiko operasional yang melekat pada bank.
BIA ini diarahkan agar bank secara rata-rata dapat mempertahankan 12 dari jumlah regulator capital-nya untuk menampung kemungkinan kerugian sebagai akibat
dari risiko operasional. Target 12 ini didasarkan pada suatu survei yang mengungkapkan bahwa hal itu telah dilakukan secara internasional oleh bank-bank
besar. Menurut BIS suatu bank yang mempertahankan suatu fraction alpha tertentu dari gross income-nya bagi operational risk capital akan dapat men-generate cukup
modal untuk menampung kerugian akibat risiko operasional. Menurut perhitungan itu, bila alpha diperhitungkan sebesar 15 maka bank akan dapat men-generate cukup
modal bagi risiko operasional hingga sebesar 12 dari jumlah regulatory capital-nya itu. Dengan demikian, atas dasar BIA ini maka = 15.
Masyhud, 2006
Untuk menghitung potensi kerugian operasional dengan pendekatan Basic Indicator Approach digunakan rumus sebagai berikut:
n GI
K
BIA
∑
× =
α
3 ,
2 ,
1
2.1
Keterangan:
BIA
K = modal risiko operasional yang dipersyaratkan berdasarkan BIA
GI = gross income tahunan selama tiga tahun terakhir yang bernilai positif
α = 15
= jumlah tahun dalam tiga tahun terakhir dimana gross income bernilai positif
Untuk contoh simulasi pengukuran risiko operasional dengan pendekatan Basic Indicator Approach BIA diambil contoh suatu bank AA adalah sebuah retail
bank dan memiliki gross income selama tiga tahun terakhir sebagai berikut: Tahun 3 USD 125 juta
Tahun 2 USD 100 juta Tahun 1 USD 150 juta
Berdasarkan persamaan 2.1 besarnya potensi kerugian operasional dengan pendekatan Basic Indicator Approach adalah sebagai berikut:
3
3 1
3 ,
2 ,
1
∑
=
× =
i BIA
GI K
α
{ }
75 ,
18 3
75 ,
18 15
5 ,
22 3
15 125
15 100
15 150
= +
+ =
× +
× +
× =
dengan demikian, rata-rata dari ketiga tahun di atas menghasilkan persyaratan regulatory capital operasional sebesar USD 18,75 juta.
2.5.2 Standardized Approach SA