mendapatkan persetujuan dari pengawas. Fungsi AMA adalah sebagai terstandardisasi dasar yang mengizinkan suatu bank untuk menggunakan model internal yang dimiliki.
Dibandingkan dengan model standar, pendekatan AMA lebih menekankan pada analisis kerugian operasional. Karena itu, bagi perusahaan yang ingin menerapkan
model AMA dalam pengukuran risiko operasional harus mempunyai database kerugian operasional sekurang-kurangnya dua hingga lima tahun ke belakang. Model
ini juga mempunyai teknologi yang tinggi sehingga dapat menangkap, menyeleksi, dan melaporkan informasi risiko operasional.
Dalam penelitian ini, akan diperkenalkan suatu metode dalam perhitungan OpVar yaitu Extreme Value Theory EVT-Generalized Pareto Distribution. EVT
menggunakan parameter ξ, ψ , μ, dan σ sebagai parameter bentuk, lokasi dan skala
sehingga langsung dapat dihitung nilai OpVar-nya. Selain itu metode ini menggunakan data kerugian yang pernah dialami atau potensi kerugian yang akan
dialami sebagai variabel perhitungan sehingga nilai risiko yang didapat menggambarkan potensi kerugian yang dialami oleh industri. Kerugian maksimal
ditentukan dengan mempergunakan besaran yang disebut threshold.
1.2 Perumusan Masalah
Pada penelitian ini rumusan masalah yang dibahas adalah bagaimanakah bank mengukur potensi kerugian risiko operasional OpVar dengan menggunakan model
Peak Over Threshold – Generalized Pareto Distribution.
1.3 Tinjauan Pustaka
Basel II memberikan metode standar untuk pengukuran besarnya modal untuk meng- cover risiko operasional yang dihadapi oleh suatu lembaga, yaitu metode Pendekatan
Indikator Dasar PID, pendekatan standar yang penggunaannya diwajibkan bagi semua bank namun tidak dapat diaplikasikan ke dalam industri selain perbankan
karena parameter yang digunakan disesuaikan dengan business line perbankan.
Metode pertama, PID adalah metode yang paling sederhana, menggunakan gross income rata-rata tahunan selama tiga tahun terakhir Muslich, 2007.
Perhitungan VaR yang menggunakan pendekatan central atau normal tradisional, dipikirkan tidak tepat. Pengamatan terkini menunjukkan bahwa selalu
ada potensi kejadian-kejadian yang bersifat ekstrim, dimana frekuensi terjadinya memang sangat rendah, jika terjadi akan menimbulkan dampak kerugian yang sangat
besar. Fenomena ekstrim ini tidak tercakup dalam penghitungan VaR secara tradisional dimana menggunakan pendekatan dengan distribusi normal. Dibutuhkan
suatu model distribusi yang bisa mengakomodasi faktor ekstrim Gilli And Kellezi, 2003.
Suatu pendekatan alternatif untuk mengukur potensi kerugian operasional Value at Risk OpVar dengan Extreme Value Theory EVT adalah dengan
menggunakan model peak over threshold POT. Distribusi kerugian operasional yang diperoleh dengan POT adalah distribusi Generalized Pareto Distribution GPD.
Distribusi GPD didasarkan pada teori yang dibangun oleh Picklands, Dalkema-de Hann yang menunjukkan bahwa jika
F
μ
adalah fungsi distribusi dari kerugian di atas threshold dengan diberikan oleh:
F r
x y
X y
X P
F ≤
≤ 〉
≤ −
= ,
µ µ
µ
maka
F
μ
didistribusikan secara GPD dengan fungsi probabilitas kumulatif sebagai berikut:
Fx =
ξ
ψ ξ
1
1 1
−
+
− jika
≠ 0 1.1
Fx =
−
− ψ
x exp
1
jika = 0 1.2
Dengan distribusi kerugian operasional yang didistribusi GPD tersebut, estimasi parameter skala dan bentuk ditentukan sebagai berikut:
2 1
2 1
2 2
m m
m m
− =
ψ 1.3
1.4
Sedangkan untuk menghitung besarnya potensi kerugian operasional Value at Risk
dengan distribusi GPD digunakan rumus sebagai berikut:
−
−
+ =
−
1 1
1 ξ
ξ ψ
µ p
M n
OpsVaR 1.5
Keterangan: OpsVar = operasional value at risk
= parameter location = parameter scale
= parameter shape P = selang kepercayaan
Muslich, 2007
1.4 Tujuan Penelitian