TANGGUNG JAWAB SUAMI TERHADAP ANAK AKIBAT

BAB IV TANGGUNG JAWAB SUAMI TERHADAP ANAK AKIBAT

PERCERAIAN BERBEDA AGAMA DALAM PERSFEKTIF HUKUM PERDATA BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN No.144Pdt.G2012PN.MDN. A. Perlindungan Terhadap Anak Akibat Perceraian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak, dalam Pasal 1 memberikan definisi, yang dimaksud dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Lebih lanjut, hak-hak anak diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak yaitu dalam Bab II ayat 2 sampai dengan 8 yang dalam penjelasan dari undang- undang tersebut, dijelaskan bahwa oleh karena anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial belum memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, maka kewajiban bagi generasi yang terdahulu untuk menjamin,memelihara dan mengamankan kepentingan anak itu. Keseluruhan pasal dalam Undang-undang Nomor 4 tahun 1979 ini mengatur tentang kesejahteraan Anak sejak dalam kandungan sampai dengan umur 21 duapuluh satu tahun atau sudah kawin. Perlindungan hukum terhadap anak menurut Undang-Undang ini meliputi kesejahteraan terhadap anak dibidang jasmani, rohani, dan sosial. Dalam Penjelasan atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun Universitas Sumatera Utara 1988 tentang Usaha kesejahteraan anak bagi anak yang mempunyai masalah, disebutkan bahwa usaha untuk mewujudkan kesejahteraan anak pertama-tama dan terutama menjadi tanggung jawab orang tua. Anak mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam bangsa, negara, masyarakat, maupun keluarga. Anak merupakan tumpuan harapan masyarakat masa depan bagi bangsa, negara, masyarakat, ataupun keluarga. Oleh karena kondisinya sebagai anak, maka perlu perlakuan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik fisik, mental dan rohaninya. 44 Di Indonesia sendiri ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang anak, misalnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 4 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Berbagai peraturan lain yang berkaitan dengan masalah anak. Sedangkan berdasarkan Pasal 1 ayat 3 UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak juga menjelaskan tentang anak yang berkonflik dengan hukum, yaitu : “Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun yang diduga melakukan tindak pidana.” 44 http:ejournal.unsrat.ac.id di akses pada tanggal 30 januari 2014 Universitas Sumatera Utara Kemudian menurut Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, juga menjelaskan tentang pengertian anak yaitu sebagai berikut: “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya.” Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Anak menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi. Undang-Undang Perlindungan Anak mengatur tentang asas dan tujuan perlindungan anak yakni Pasal 2 dan Pasal 3, sebagai berikut: Pasal 2: penyelenggara perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar konvensi hak anak meliputi: 1. Non diskriminasi 2. Kepentingan yang terbaik bagi anak 3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan 4. Penghargaan terhadap anak. Pasal 3: perlindungan terhadap anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat martabat manusia, serta Universitas Sumatera Utara mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak, mulia dan sejahtera. Pasal 2 huruf c Undang-Undang tentang Perlindungan Anak menegaskan hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah, keluarga, orang tua, sekaligus merupakan hak setiap manusia yang paling asasi. Perlindungan anak diusahakan oleh setiap orang, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah maupun Negara. Pasal 20 Undang-Undang Perlindungan Anak menentukan: “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.” Kewajiban dan tanggung jawab Negara dan Pemerintah dalam usaha perlindungan anak diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak yaitu: 1. Menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,etnik, budaya, dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik danatau mental Pasal 21; 2. Memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak Pasal 22; 3. Menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara umum bertanggung jawab terhadap anak dan mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak Pasal 23; Universitas Sumatera Utara 4. Menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak Pasal 24 Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak Pasal 25 Undang-Undang Perlindungan Anak. Kewajiban tanggungjawab keluarga dan orang tua dalam usaha perlindungan anak diatur dalam Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Anak, yaitu: a. Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; b. Menumbuhkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. 45 B. Status Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Kedudukan anak,berhubungan dengan status yang disandangnya,Istilah status itu hampir sama dengan kedudukan.Secara literial, kata status berarti kedudukan. Namun dalam kamus Bahasa Indonesia,kata status berarti keadaan,tingkatan,organisasi,badan atau negara dan sebagainnya.Maka status anak sah yang dimaksudkan sebagai pandangan hukum terhadap anak sah.Sedangkan kedudukan anak sah menunjukkan hubungan kekerabatan atau kekeluargaan. 46 45 http:lutfichakim.blogspot.com201212perlindungan-terhadap-anak-yang.html di akses pada tanggal 30 Januari 2014 46 HFA. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, terj. IS. Adiwiranta,jil ,cet. Ke IV,Jakarta , Raja Grafindo, 1996 , hal. 60 Universitas Sumatera Utara Dalam hukum perdata, diketahui bahwa manusia memiliki status sebagai subjek hukum sejak ia dilahirkan.Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberi pengecualian bahwa anak yang masih dalam kandungan dapat menjadi subjek hukum apabila ada kepentingan yang menghendaki dan dilahirkan dalam keadaan hidup. 47 Di dalam Undang-undang tidak diatur secara tegas kepada siapa anak tersebut akan diserahkan perwaliannya,hak asuhnya,tetapi di Undang-Undang No 1 Tahin 1974 menyatakan nantinya hakim yang menentukan kepada siapa anak itu diserahkan dan melihat faktor-faktor yang menjadi alasan perceraian.Anak yang sudah bisa dimintai keterangan walaupun secara umur belum dikatakan dewasa, sebab umur itu hanya patokan dewasa.Tetapi dewasa itu bisa dari mental anak itu.Anak yang bisa ditanyai ingin ikut siapa,jadi status anak itu nantinya jelas sebab anak yang masih berada di dalam kekuasaan orang tua, orang tuanya harus sama agamanya sama si anak.Orang tua yang berbeda agama biasanya tidak punya kesempatan walaupun agama hak asasi masing-masing,dan nantinya anak itu tidak terarah hidupnya kalau berada di bawah penguasaan orang tua yang berbeda agama.Di Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tidak ada kepastian kedudukan anak yang lahirnya bukan menurut peraturan undang-undang.Dalam undang-undang tidak ada perkawinan beda agama jadi kedudukan atau status anak tidak ada aturannya.Hanya hakim yang bisa mencari aturan hukum baru sesuai dengan pendapat dan pemikiran hakim tersebut. 47 Sri Susilowati Mahdi, Surini Ahlan Sjarif, dan Akhmad Budi Cahyono, Hukum Perdata: Suatu Pengantar Jakarta: Gitama Jaya Jakarta, 2005 hal.21. Universitas Sumatera Utara C. Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata Pada dasarnya orang tua bertanggung jawab atas pemeliharaan anak- anaknya, baik orang tua dalam keadaan rukun maupun dalam keadaan sudah bercerai.Hal ini dirumuskan garis hukumnya dalam Pasal 41 Undang-Undang Perkawinan sebagai berikut : Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 41 : Akibat putusnya perkawinan karena perceraian maka: 1. Baik ibu atau ayah tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak- anaknya,semata-mata berdasarkan kepentingan anak bila mana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak pengadilan memberi keputusannya. 2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut,pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut 3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri. Dari ketentuan ini,dapat diketahui bahwa kewajiban suami dan istri tidak pernah putus walaupun perkawinan telah putus dengan perceraian. Kedua suami- istri masih diwajibkan untuk mengurus kepentingan anak-anaknya semata-mata Universitas Sumatera Utara berdasarkan kepentingan anak tersebut.Khusus menyangkut pengadaan material atau biaya, kewajiban suami lebih diprioritaskan. Dalam hal ini, justru sang suamilah yang bertanggung jawab dalam menjalankan rumah tangganya dalam kedudukannya sebagai kepala rumah tangga. Namun apabila pihak suami dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban dimaksud di atas, maka Pengadilan dapat menentukan bahw pihak istri harus turut memikul biaya tersebut. Dengan demikian menurut Undang-Undang Perkawinan walaupun telah putus dengan perceraian namun antara bekas suami istri tersebut masih mempunyai hubungan dengan anak-anaknya seperti hubungan sebelum terjadinya perceraian dan hanya saja suasananya mengalami perubahan. Sebelum terjadinya perceraian, menurut Undang-undang tersebut, kedua orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya dengan cara yang baik.Dan dengan adanya kewajiban dari kedua orang tua tersebut terhadap anaknya, maka dengan sendirinya akan terkait pula konsekuensi moral dan kewajiban dari anak terhadap kedua orang tuanya, yaitu menghormati kedua orang tuanya mantaati perintahnya serta memeliharanya jika diperlukan untuk hal itu. Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa akibat terjadinya perceraian itu bagi anak-anak adalah : a. Orang tua wajib memelihara anak-anaknya hingga anak-anak tersebut dapat berdiri sendiri semata-mata berdasarkan kepentingan anak itu. Universitas Sumatera Utara b. Kedua orang tua bertanggung jawab atas semua biaya memeliharanya dan pendidikan anak-anak yang mana berkewajiban dari bapak lebih diprioritaskan atau lebih diutamakan. Jika tidak dijelaskan putusnya perkawinan itu karena apa. Jadi dala hal ini, putusnya perkawinan itu mungkin karena kematian salah satu pihak, mungkin pula karena adanya perceraian di antara suami istri tersebut. Selanjutnya kalau dikaitkan dengan ketentuan yang termuat dalam Pasal 37 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 , maka putusnya perkawinan karena perceraian membawa konsekuensi hukum, harta bersama di antara suami istri tersebut diatur menurut hukum masing-masing.Yang dimaksud hukum masing-masing dalam Pasal 37 tersebut adalah hukum agama, hukum adat dan hukum lainnya. Dengan demikian,penyelesaian adalah berpegang pada hukum masing- masing tersebut di atas. Untuk itu kearifan Hakim sangat menentukan sekali dalam hal ini. Dalam biaya pemeliharaan itu biasanya ditentukan dengan sejumlah uang yang harus dipenuhi secara teratur untuk tiap-tiap bulan. Ketentuan tentang biaya perbelanjaan dan pendidikan anak-anak sesudah perceraian diatur dalam Pasal 41 huruf b : 1. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak. Universitas Sumatera Utara 2. Akan tetapi bilamana bapak dalam kenyataan tidak sanggup atau tidak dapat memberi atau memenuhi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. Dari bunyi ketentuan tersebut dapat disimpulkan baik anak itu di bawah pemeliharaan bapak atau ibu, maka yang menjamini jumlah biaya pemeliharaan dan pendidikan anak ialah bapak. Hal ini memang patut sebagai lanjutan prinsip, bahwa bapak suami mempunyai kewajiban untuk memenuhi dan memberi segala kepentingan biaya yang diperlukan dalam kehidupan rumah tangga, sebagaimana yang ditentukan Pasal 34 ayat 1. Sebab itu apabila bapak suami ingkar atas tanggung jawabnya, istri yang kebetulan diberikan beban pemeliharaan anak-anak dapat menuntut biaya tersebut kepada Pengadilan, agar menghukum suami melakukan pembayaran biaya yang dianggap patut jumlahnya oleh Pengadilan. 48 Perceraian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan putusnya suatu perkawinan dengan putusan Pengadilan atas tuntutan salah satupihak dalam perkawinan itu berdasarkan alasan-alasan yang sah yang disebut dalam Undang-Undang ini. Dalam hal suami istri tidak dapat hidup bersama lagi, Pasal 233 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata memberi kemungkinan kepada mereka untuk menuntut perpisahan meja dan ranjang scheiding van tavel en bed. 48 M. Yahya Harahap , Hukum Perkawinan Nasional , Medan , C.V. Zahir Trading , 1975 , hal. 167 Universitas Sumatera Utara Perpisahan meja dan ranjang ini mempunyai akibat bahwa suami istri dibebaskan dari kewajiban untuk bertempat tinggal bersama sedangkan perkawinan antara suami dan istri tidak dibubarkan.Kecuali itu mengakibatkan juga perpisahan harta kekayaan antara suami istri, karenanya penguasaan suami atas harta kekayaan istri dipertangguhkan dan istri berkuasa mengurus sendiri harta kekayaannya, karena ia telah mempunyai kebebasannya terhadap harta kekayaannya. Setelah terjadinya perceraian menurut Pasal 225 KUH Perdata, apabila pihak suami atau istri atas kemenangan siapa perceraian itu dinyatakan, tidak mempunyai penghasilan yang cukup guna membelanjai nafkahnya, maka Pengadilan Negeri boleh menentukan sejumlah uang tunjangan untuk itu dari harta kekayaan pihak lain. Begitu juga yang terjadi jika hal ini diputuskan oleh Pengadilan Agama. Terhadap anak-anak yang belum dewasa, menurut Pasal 229 KUH Perdata, oleh Pengadilan harus ditentukan sekali, kepada siapa dari bekas suami dan bekas istri anak-anak itu harus turut.Apabila yang diserahi anak itu tidak mampu memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak,maka menurut Pasal 230 KUH Perdata, Hakim dapat mentukan sejumlah uang yang harus diberikan oleh pihak lain untuk turut membayar biaya pemeliharaan dan pendidikan anak-anak tersebut. Dalam hal kekuasaan orang tua terhadap anak setelah terjadinya perceraian dalam Pasal 300 KUH Perdata disebutkan bahwa kecuali jika terjadi pelepasan dan atau berlaku ketentuan-ketentuan mengenai pisah meja dan ranjang, si ayah sendiri Universitas Sumatera Utara yang melakukan kekuasaan itu.Selanjutnya ditentukan bahwa bila si ayah dalam keadaan tidak mungkin untuk melakukan kekuasaan orang tua, kekuasaan itu dilakukan oleh s ibu, kecuali dalam hal adanya pisah meja dan ranjang.Pada ayat 2 KUH Perdata disebutkan pula bila si ibu ini juga tidak dapat atau tidak berwenang.maka oleh Pengadilan Negeri diangkat seorang wali sesuai dengan Pasal 359. Berbeda halnya menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, kekuasaan orang tua dipegang oleh kedua orang tua selama kekuasaan kedua orang tua atau salah satu orang tua tersebut tidak dicabut. Ketentuan Pasal 300 KUH Perdata tersebut diatas dimaksudkan karena ada kekhawatiran bahwa tidak ada persesuaian antara ayah dan ibu dalam hal kekuasaan orang tua, sehingga pihak ketiga,hakimlah yang harus turut campur. 49 Dari ketentuan diatas hanya menjelaskan mengenai tanggung jawab orang tua akibat perceraian,di dalam KUH Perdata tidak ada disebutkan mengenai perceraian berbeda agama,hanya menyangkut secara umum saja,mengenai perbedaan agama terdapat pada Kompilasi Hukum Islam. D. Kasus Posisi Berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri Medan No.144Pdt.GPN.MDN. Dalam pembahasan ini,Di sebuah kasus tentang tanggung jawab suami terhadap anak akibat perceraian berbeda agama yang diputus oleh Pengadilan Negeri Medan dengan Putusan Nomor 144Pdt.G2012PN.MDN antara: 49 http:repository.usu.ac.idbitstream12345678937306Chapter2011.pdf diakses pada tanggal 20 Maret 2014 Universitas Sumatera Utara RASMI BR. SIHOMBING, Bertempat tinggal di Perumahan Citra Wisata Blok 4 No. 11 Jalan Karya Wisata Kelurahan Medan Johor Kota Medan sebagai Penggugat. Lawan : MUHAMMAD HALOMOAN SIAHAAN, Bertempat tinggal di Jalan Sejati Komplek X Kawihan 5 No.144 Kampung Durian Kelurahan Sidorame Barat I Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan sebagai Tergugat. Menimbang bahwa Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 12 Maret 2012 yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan register No. 144Pdt.G2012PN.MDN tanggal 18 Maret 2012 yang pada pokoknya mengemukakan sebagai berikut : 1. Bahwa pada awal mulanya Penggugat dan Tergugat adalah suami-istri yang telah menikah secara resmi di Gereja Kristen di Timor-timor yang hal ini sesuai dengan surat nikah yang dikeluarkan oleh Gereja Kristen Timor-timor dengan Nomor 013SNMJHDVI88, tertanggal 29 Juni 1988, ditandatangani oleh Majelis Gereja Jema’at HOSANA DELI PENDETA N.D.Baria STH Ketua Sekretaris J.J Woang. 2. Bahwa pada awalnya Perkawinan antara Penggugat dan Tergugat hidup rukun dan damai sebagaimana layaknya suami-istri, Hal ini dibuktikan selama Perkawinan antara Penggugat dan Tergugat diberikan tiga orang anak masing- masing bernama : Universitas Sumatera Utara 1 Bernandus Raja Apul Siahaan,lahir di Dili tanggal 20 Februari 1989 2 Indra Daniel Siahaan,lahir di Dili Tanggal 04 Februari 1996 3 Lydiana Riska Siahaan,lahir di Dili Tanggal 04 Februari 1996 Bahwa pada tahun 1999 antara Penggugat dan Tergugat pindah dari Provinsi Timor-timor,Kabupaten Dili Kota Medan Provinsi Sumatera Utara,Hal ini disebabkan Provinsi Timor-timor telah menjadi negara sendiri dengan adanya referendum dengan nama Negara Timor Leste. 3. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat selama tinggal di Provinsi Sumatera Utara,Kota Medan hidup bersama bertempat tinggal di komplek kehutanan Provinsi Sumatera Utara,Jalan Bajak 5 Kota Medan,oleh karena keduanya Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Badan Perpustakaan,Arsip dan dokumentasi Provinsi Sumatera Utara,maka keduanya pada tahun 2002 pindah rumah kejalan pancing rumah Dinas Provinsi Sumatera Utara bagiam Arsip Daerah. 4. Bahwa sekitar pada tahun 2007, dengan kesadaran sendiri niat yang baik tanpa adanya sepengetahuan sipenggugat Rasmi Br Sihombing mantan suaminya beralih keyakinan dengan memeluk Agama Islam, hal ini dibuktikan dengan surat pernyataan memeluk agama lain tertanggal 06 Januari 2007 dan dicatatkan di Departemen Agama Kota Medan, melalui Kantor Urusan Agama Medan Perjuangan terdaftar Reg.No.KK-192782007,tertanggal 08 Juni 2007, diketahui oleh Kepala KUA Medan Perjuangan DR.Saparuddin,MA 5. Bahwa setelah Tergugat Muhammad Halomoan Siahaan memeluk Agama Islam, maka antara Penggugat dan Tergugat telah berbeda keyakinan dan antara Penggugat dan Tergugat tidak lagi hidup bersama,hal ini disebabkan keduanya Universitas Sumatera Utara terus menerus bertengkar,baik sebelum Tergugat memeluk Agama Islam maupun setelah memeluk Agama Islam,dan ternyata memang keduanya tidak lagi kecocokan dalam hidup bersama dalam satu keluarga,bahwa oleh karena itu antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak lagi kecocokan maka pada tanggal 21 November 2007, Tergugat mengajukan permohonan izin melakukan perceraian kepada Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Sumatera Utara Hal ini sesuai dengan aturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Pemerintah 6. Bahwa terhadap pengajuan izin melakukan perceraian tersebut,Tergugat telah diperiksa oleh Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah selaku atasan tempat bekerja Penggugat,oleh karena pemeriksaan tersebut tidak mendapat jawaban yang jelas,maka tanggal 15 Februari 2010,Tergugat mengajukan kembali izin melakukan perceraian terhadap Penggugat kepada atasan Tergugat yaitu Sekretaris pada kantor Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sumatera Utara,dimana si Tergugat ditempatkan. 7. Bahwa atas permohonan Tergugat yang kedua kali tersebut, maka pada tanggal 3 Desember 2010 melalui keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44703Kpts2010 tentang izin perceraian,memutuskan memberikan izin kepada Tergugat untuk melaksanakan perceraian dengan si Penggugat. 8. Bahwa dikarenakan ketidak hadiran diri sipenggugat ke Persidangan akan kasus perceraian yang diajukan sipenggugat yang telah secara patut dipanggil resmi oleh jurusita Pengadilan Negeri Medan makanya mengakibatkan Pengadilan Negeri Kelas I-A Medan memutuskan kasus gugatan perceraian yang diajukan Universitas Sumatera Utara sipenggugat diputus Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kelas I-A dengan putus perceraian secara Verstek yaitu dengan bunyi sebagai berikut: 1 Menyatakan bahwa Tergugat yang telah dipanggil dengan patut untuk datang di persidangan dengan tidak hadir 2 Mengabulkan gugatan untuk sebagian dengan Verstek 3 Menyatakan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat yang terdaftar di Kantor Catatan Sipil Kabupaten Tingkat II Dili Tanggal 20 Juni 1988 sebagaimana tercantum dalam kutipan akta perkawinan NO.96KPSVI1988 putus karena perceraian 4 Memerintahkan kepada Panitera atau pejabat yang ditunjukkan untuk itu agar mendaftarkan putusan perceraian ini pada kantor Catatan Sipil Medan agar dicatat dalam register yang diperuntukkan untuk itu. 5 Menghukum kepada Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp.236.000,dua ratus tiga puluh enam ribu rupiah 6 Menolak gugatan Penggugat untuk selebihnya 7 Bahwa dikarenakan tidak dikabulkannya akan petitum yang mengatakan Tergugat sebagai wali pengasuhpemelihara dari anak-anak hasil perkawinan antara Penggugat dan Tergugat yang bernama: 1. Bernandus raja apul siahaan,lahir di Dili tanggal 20 Februari 1989 2. Indra Daniel siahaan,di Dili tanggal 04 Februari 1996 3. Lydiana riska siahaan,lahir di Dili tanggal 04 Februari 1996 Universitas Sumatera Utara Maka saya selaku kuasa hukum dari si Penggugat melalui perantara isi gugatan ini memohon sama majelis hakim Pengadilan Negeri Medan untuk dapat memutuskan diri sipenggugat adalah merupakan wali pengasuh sah yang resmi yang dimana tidak dikabulkannya akan tuntutan dari permohonan dari Tergugat sebagai wali pengasuh karena tidak sanggupnya dirinya Tergugat untuk menghadirkan ketiga 3 orang anak tersebut sebagai saksi untuk ditanyakan Hakim Pengadilan Negeri Medan diada harus bercerai. 8 Bahwa dikarenakan telah ditolaknya diri si Tergugat menjadi wali pengasuh 3 orang anak tersebut dan majelis hakim Pengadilan Negeri Medan seperti di dalam isi putusannya pada hari Rabu tanggal 13 April 2011 maka di dalam isi gugatan si Penggugat ini dimohonkan agar diri si Penggugat yang merupakan ibu kandung dari ketiga 3 orang anak- anaknya tersebut adalah merupakan sebagai wali pengasuh yang juga masih ada 2 orang anak si Penggugat di bawah umur sekarang ini. 9 Bahwa dikarenakan tidak adanya anak-anak si Penggugat tersebut yang mau tinggal sama bapaknya si Tergugat yang sudah pindah Agama ke Islam tersebut maka sudah selayaknya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili berkas gugatan isi si Penggugat dapat memutuskan hak mengasuh anak yang 3 orang tersebut diberikan suatu penetapan sama si Penggugat Si Rasmi br sihombing 10 Bahwa dan juga di dalam isi gugatan ini saya pelaku pengacara si Penggugat sangat mengharapkan sama majelis Hakim Pengadilan Universitas Sumatera Utara Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili akan gugatan ini untuk supaya memerintahkan diri si Tergugat untuk supaya memberikan biaya nafkah hidup ketiga orang anak si Penggugat yaitu untuk satu orang anak supaya diberikan nafkah hidup sebanyak Rp.3.000.000,- tiga juta rupiah setiap bulannya kepada diri si Penggugat yang merupakan ibu kandung dari ketiga 3 orang anak tersebut dan untuk anak yang masih duduk di bangku kelas II SMU haruslah diberikan si Tergugat setiap bulan sebanyak Rp.2.000.000,-dua juta rupiah yang juga harus diberikan sama si Penggugat yang merupakan ibu kandung ketiga 3 orang anak tersebut dan sementara untuk anak yang ketiga dimana masih duduk di bangku kelas II SMU adalah sebesar Rp.2.000.000,- dua juta rupiah yang harus diberikan setiap bulannya oleh si Tergugat selaku bapaknya dari ketiga orang anaknya tersebut sama diri si Penggugat selaku ibu kandung ketiga orang anaknya tersebut. 11 Bahwa dikarenakan diri si Penggugat adalah pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil pada kantor Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Sumatera Utara yang beralamatkan di jalan Adinegoro No. 7 Medan makanya tidak salah kiranya saya selaku kuasa hukum si Penggugat itu untuk agar dapat berkenaan mau memutuskan supaya diri si Tergugat untuk dapat dengan secepatnya mau terpenuhi mengenai nafkah kebutuhan hidup ketiga 3 orang anaknya tersebut yang memang merupakan suatu keluarga ibu bagi bapak untuk tidak dengan seenaknya untuk dapat menanggung biaya hidup ketiga orang anak Universitas Sumatera Utara tersebut karena itu adalah sudah sebagai kewajiban yang harus dipenuhi diri si Tergugat agar nantinya diri ketiga orang anak tersebut dapat lebih memenuhi akan kebutuhan hidupnya sehari-hari yang juga diri ketiga anak tersebut lebih dapat menyelesaikan anak ke dunia pendidikannya sampai ke jenjang yang lebih tinggi lagi yang apalagi diri anak yang pertama sudah duduk di bangku kuliah di daerah Kalimantan yang sangat membutuhkan suntikan dana dalam hal membayar uang kuliahnya yang selama ini ditanggung sendiri oleh diri si Penggugat selaku ibu kandung ketiga orang anak tersebut. 12 Bahwa dikarenakan menurut Pasal 7 ayat 1 akankah di isi Undang- Undang No.23 Tahun 2002 yaitu akan Undang-Undang Perlindungan Anak dikatakan setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya,dibesarkan dan diasuh orang tuanya sendiri dan oleh karena itu sudah selayaknya dan sudah sepantasnya Pengadilan Negeri Kelas I-A Medan dapat berkenan memutuskan dan membuat suatu penetapan akan hak mengasuh anak sama si Pengugat yang masih seagama dengan diri ketiga orang anaknya yaitu Agama Kristen dan hal ini telah sesuai dengan isi Pasal 31 ayat 1 dimana disebutkan perseorangan yang melaksanakan pengasuhan anak sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 3 harus seagama yang dianut anak yang diasuhnya. Bahwa juga seperti yang telah diatur di dalam isi Pasal 26 ayat 1 a,b,c Undang- Undang Perlindungan Anak No.232002 dikatakan Universitas Sumatera Utara a. Bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh,memelihara,mendidik dan melindungi anak. b. Bahwa orang tua berkewajiban menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan,bakat dan minatnya dan c. Bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Berdasarkan uraian-uraian di atas dengan hormat Penggugat ataupun mantan istrinya si Tergugat memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan Kelas I-A Medan yang terhormat,yang mengadili perkara ini untuk dapat memanggil pihak-pihak yang bersangkutan agar dapat hadir pada hari yang telah ditetapkan guna memeriksa dan mengadili perkara ini dan selanjutnya berkenan pula mngambil putusan yang amarnya sebagai berikut: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya 2. Menetapkan si Penggugatmantan istri si Tergugat untuk menjadi wali pengasuh dari ketiga orang anak kandungnya 3. Memerintahkan si Tergugat untuk memberikan nafkah selama kebutuhan hidup bagi ketiga orang anak Penggugat yaitu: 1. Bahwa untuk anak yang bernama Bernandus raja ipul siahaan yang sekarang lagi duduk di bangku kuliah di salah satu Universitas Negerin Kalimantan akan biaya hidupnya sebesar Rp.3.000.000,- setiap bulannya. 2. Bahwa untuk anak kedua yaitu Indra Daniel siahaan yang masih duduk di bangku sekolah tingkat atas SMA kelas II yaitu sebesar Rp.2.000.000,- setiap bulannya. Universitas Sumatera Utara 3. Bahwa untuk anak ketiga yaitu Lydiana risma siahaan yang masih duduk di bangku sekolah tingkat atas SMA kelas II yang merupakan anak kembaran dari Indra Daniel siahaan yang sebesar Rp2.000.000,-di tiap bulan harus dibayarkan oleh si Tergugat selaku bapak ketiga orang anak kandung si Penggugat pada diri Penggugatlah harus diberikan si Tergugat yang mantan suaminya setiap bulannya untuk kebuuhan hidup ketiga orang anak-anak tersebut. 4. Menyatakan bahwa apabila si Tergugat tidak mau membayar setiap bulannya akan biaya kebutuhan hidup ketiga orang anak tersebut maka diri si Tergugat selaku bapaknya ketiga orang anak tersebut akan siap dilaporkan ke pihak Kepolisian dan juga akan besiap untuk dipenjarakan dengan kasus tindak Pidana menelantarkan kehidupan anak kandungnya. 5. Menyatakan tindakan yang dilakukan oleh tergugat dalam hal ini tidak memberikan nafkah kebutuhan hidup ketiga orang anak kandung si Penggugat setiap bulannya seperti yang dimohonkan oleh si Penggugat adalah perbuatan menelantarkan kehidupan ketiga orang anak kandung si Penggugat sehingga itu adalah perbuatan melanggar hukum,sehingga sudah selayaknya dan sudah sepantasnya si Tergugat dapat dilaporkan ke pihak kepolisian. 6. Menghukum si Tergugat untuk supaya secepatnya segera membayar dan memberikan akan kebutuhan hidup ketiga orang anak kandung si Penggugat secara penuh di dalam isi gugatannya tersebut dan juga harus membayar biaya yang tidak dalam perkara ini : Universitas Sumatera Utara Atau: Jika Majelis hakim Pengadilan Negeri Medan Kelas I-A Medan yang terhormat yang memeriksa dan mengadili perkara ini.Berpendapat lain,maka di mohonkan Putusan yang seadil-adilnya. Menimbang bahwa atas gugatan Penggugat tersebut pihak Tergugat telah mengakujan jawabannya yang pada pokoknya sebagai berikut: 1. Bahwa Penggugat adalah istri saya yang telah diputus cerai oleh Pengadilan Negeri Medan, sebagaimana putusan perkara Reg. No.58Pdt.GPN.MDN tertanggal 13 April 2011. 2. Bahwa tindakan Pengugat tersebut menyebutkan Penggugat telah dipanggil dengan patut untuk datang dipersidangan tetapi tidak hadir,dengan demikian oleh Majelis Hakim diputus secara Verstek. 3. Bahwa tindakan Penggugat yang tidak berkenan datang ke Pengadilan Negeri Medan pada saat gugatan perceraian antara Penggugat dan saya tentunya sangat disayangkan dan terkesan tidak peduli, padahal salah satu point dari gugatan tersebut,menyangkut hak wali pengasuhpemeliharaan anak-anak dari hasil perkawinan saya dan Penggugat. 4. Bahwa selanjutnya Penggugat melalui kuasanya mendaftarkan gugatan ke Pengadilan Negeri Medan untuk menetapkan hak wali pengasuh kepada ketiga anaknya dan biaya hidup ketiga anak Penggugat dan saya,tentunya saya heran dan terkesan mengada-ada, kenapa baru Universitas Sumatera Utara sekarang Penggugat persoalkan perihal biaya hidup ketiga anaknya dan hak wali pengasuh. 5. Bahwa tidak benar gugatan saya menyangkut hak wali pengasuh bagi ketiga anak saya ditolak oleh Pengadilan Negeri Medan, karena apa yang menjadi pokok permohonan dari saya telah berbeda agama dengan Penggugat. 6. Bahwa menyangkut posita gugatan Penggugat yang menyatakan tidak adanya anak-anak saya yang mau tinggal dengan saya adalah bohong dan fitnah karena terhadap ketiga anak-anak saya dan Penggugat belum didengar keterangannya,perihal keinginan masing-masing anak tersebut untuk tinggal bersama saya atau Penggugat. 7. Bahwa kesaksian ketiga anak saya dan Penggugat menjadi penting, perihal pilihan dari anak tersebut untuk memilih tinggal dengan saya atau Penggugat,karena usia ketiga anak tersebut telah dianggap bisa menentukan pilihannya. 8. Bahwa Penggugat mendalilikan perbedaan agama antara ketiga anak saya dan Penggugat untuk tinggal bersama dengan saya, adalah keliru dan tidak berdasarkan hukum, karena tidak ada dasar pertimbangan hukum untuk melarang anak saya dan Penggugat tinggal bersama dengan saya,karena aga merupakan hak asasi manusia yang tidak bisa dilarang-larang atau dibatasi. Universitas Sumatera Utara 9. Bahwa hak saya untuk dapat meminta kepada anak-anak untuk tinggal bersama saya walaupun antara anak-anak saya dan Penggugat berbeda agama dengan saya 10. Bahwa menyangkut posita gugatan yang menyatakan bahwa saya tidak pernah memberikan nafkah kepada ketiga anak-anak saya dan Penggugat adalah tidak benar,Penggugat mempunyai maksud yang tidak baik terhadap saya. 11. Bahwa untuk nafkah ketiga anak-anak saya dan penggugat teteap di penuhi oleh saya sampai dengan saat ini,tanpa adanya gugatan ini pun saya tetap memenuhi kewajiban selaku bapak dari ketiga anak-anak yang masih membutukan bimbingan serta arahan. 12. Bahwa bukti saya menjalankan kewajiban yaitu dengan tetap menjalin komunikasi yang baik dan memenuhi kebutuhan ketiga anak-anak setiap bulannya serta membelikan kebutuhan anak-anak saya dan Penggugat. 13. Bahwa benar saya Pegawai Negeri Sipil pada Sekretariat Penyiaran Indonesia Daerah Sumatera Utara dengan jabatan staf,untuk menjalankan kewajiban saya dengan memberikan biaya kepada anak saya dan Penggugat dengan didasardisesuaikan dengan jumlah gaji yang diterima. 14. Bahwa selain dari itu, saya menolak posita dan petitum gugatan Penggugat karena sesungguhnya saya telah memenuhi kewajiban terhadap ketiga anak saya dan Penggugat,dengan membiayai nafkah Universitas Sumatera Utara anak memberikan biaya keperluan dan pendidikan ketiga anak saya dan Penggugat. 15. Bahwa oleh karena itu,cukup beralasan gugatan Penggugat tidak berdasar hukum dan terkesan mengada-ada dan oleh karenanya harus ditolak, karena apa yang dikatakan oleh Penggugat dengan kaidah hukum dimana antara saya dan Penggugat mempunyai tanggung jawab yang sama dalam membesarkan dan mendidik ketiga anak-anak saya dan Penggugat tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/2007/PN.Mdn)

0 59 130

KONFLIK PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTERI (STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA MEDAN KELAS IA).

0 6 27

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK SETELAH PERCERAIAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 17

SKRIPSI Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

2 6 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dan KUH Perdata - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Meda

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

0 2 13

BAB II DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN TANGGUNG JAWAB PENGASUHAN ANAK SETELAH PERCERAIAN A. Perceraian dan Akibat Hukumnya 1. Perceraian - Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/20

0 0 41

TANGGUNG JAWAB HUKUM SUAMI ATAU ISTRI DALAM PERCERAIAN TERHADAP ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR : 209Pdt.G2007PN.Mdn) TESIS

0 0 11

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG - Unissula Repository

0 1 13