Hak Dan Kewajiban Anak

KUH Perdata menganut prinsip yang lebih ekstrim bahwa tanpa adanya dipastikan tidak akan memiliki ayah maupun ibu secara yuridis. Seorang anak dilahirkan ke duania melalui proses yang panjang, mulai dari adanya pertemuan biologis antara benih dari seorang laki-laki dan sel telur milik seorang perempuan sampai terjadinya proses kehamilan yang harus dilalui oleh seorang perempuan sebelum kemudian si bayi terlahir ke dunia. Rangkaiantahapan proses tersebut kemudian akan menentukan status dan kedudukan si anak di hadapan hukum. Menurut sudut pandang hukum tahapan proses yang dilalui sampai terjadinya peristiwa kelahiran dapat digolongkan menjadi : 1. Jika proses yang dilalui sah legal, baik menurut hukum agama maupun hukum negara, maka ketika lahir si anak akan menyandang predikat sebagai anak yang sah. 2. Jika proses yang dilalui tidak sah ilegal, baik menurut hukum agama maupun hukum negara, maka ketika lahir si anak akan menyandang predikat sebagai anak tidak sah anak luar kawin.

B. Hak Dan Kewajiban Anak

Secara filosofis,Soemiyati menjelaskan bahwa memperoleh keturunan yang sah adalah tujuan yang pokok dari perkawinan itu sendiri.Memperoleh anak dalam perkawinan bagi penghidupan manusia mengandung dua segi kepentingan, yaitu kepentingan untuk diri pribadi dan kepentingan yang bersifat umum universal. Setiap orang yang melaksanakan perkawinan tentu mempunyai keinginan untuk Universitas Sumatera Utara memperoleh keturunananak. Bisa dirasakan bagaimana perasaan suami istri yang hidup berumah tangga tanpa mempunyai anak, tentu penghidupannya akan terasa sepi dan hampa. Biarpun keadaan rumah tangga mereka serba berkecukupan,harta cukup, kedudukan tinggi dan lain-lain serba cukup, tetapi kalau tidak mempunyai keturunan, kebahagiaan rumah tangga belum sempurna. Biasanya suami istri yang demikian itu akan selalu berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk berobat kepada dokter-dokter dan minta tolong kepada orang-orang yang dianggap mampu untuk menolong mereka dalam usahanya memperoleh keturunan.Anak itu merupakan penolong baik dalam kehidupannya di dunia maupun di akhirat kelak bagi diri ibu bapak yang bersangkutan. Aspek umum atau universal yang berhubungan dengan keturunan atau anak ialah karena anak-anak yang dilahirkan dalam suatu perkawinan yang sah dapat menjadi penyambung keturunan seseorang dan akan selalu berkembang untuk meramaikan dan memakmurkan dunia ini. Kehadiran anak dalam suatu pernikahan, menurut Erna Wahyuningsih dan Patu Samawati, merupakan hal yang diimpikan oleh setiap pasangan, bagi mereka anak merupakan karunia Tuhan yang luar biasa, dia wajib dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya.Persoalan akan muncul dikala pernikahan yang telah terjalin putus dengan berbagai alasan yang pada akhirnya dibenarkan oleh pengadilan dengan membacakan putusan cerai.Pada saat putusnya perkawinan karena bercerainya kedua suami istri mau tidak mau anak akan menjadi korban. Secara yuridis,kedudukan anak dalam perkawinan diatur dalam Pasal 42 UU No. 1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan definitif bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Universitas Sumatera Utara Kemudian, menurut ketentuan limitative dalam Pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974, anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Ini berarti bahwa UU No. 1 Tahun 1974 tidak membenarkan pengakuan terhadap anak di luar perkawinan. Sehubungan dengan kedudukan anak yang dilahirkan di luar perkawinan.yang diatur dalam Pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974, anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Ini berarti bahwa UU No. 1 Tahun 1974 tidak membenarkan pengakuan terhadap anak di luar perkawinan. Sehubungan dengan kedudukan anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang diatur dalam Pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974, relevan diuraikan putusan Mahkamah Konstitusi selanjutnya disingkat MK dalam amar Putusan Nomor 46PUU-VIII2010 sebagai berikut. a. Pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan, ”Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”,bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki- laki yang dapat di buktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya. b. Pasal 43 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatakan, ”Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat Universitas Sumatera Utara dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya. Kemudian Hilman Hadikusuma menjelaskan bahwa kedudukan anak yang ditentukan dalam UU No. 1 Tahun 1974 hanya kedudukan anak sah dan tidak sah dan tidak mengatur tentang kedudukan anak lainnya, seperti kenyataannya di dalam kehidupan keluargarumah tangga dalam masyarakat.Misalnya tentang anak tiri,anak angkat,anak asuh,anak akuan dan sebagainya yang ada kaitannya dengan kedudukan orang tua dan perkawinannya yang berlaku dalam masyarakat adat.Jadi, ada kekosongan hukum dalam UU No. 1 Tahun 1974, karena tidak mengatur kedudukan anak tiri,anak angkat,dan anak akuan yang secara faktual terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Pasal 45 ayat 1 dan ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 memuat ketentuan imperatif bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya.Kewajiban tersebut berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus. Jadi, kewajiban orang tua memelihara dan mendidik anak-anaknya sampai mereka kawin dan dapat berdiri sendiri. Ini juga berarti bahwa meskipun anak sudah kawin, tetapi dalam kenyataannya belum dapat berdiri sendiri, masih tetap merupakan kewajiban orang tua untuk memelihara anak dan cucnya, walaupun terjadi perceraian yang memutuskan ikatan perkawinan kedua orang tuanya. Sebaliknya,Pasal 46 ayat 1 dan 2 UU No. 1 Tahun 1974 memuat ketentuan imperatif bahwa anak wajib menghormati orang tua dan menaati Universitas Sumatera Utara kehendak mereka yang baik.Jika anak sudah dewasa, ia wajib memelihara orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas menurut kemampuannya,bila mereka orang tua memerlukan bantuan anak yang sudah dewasa tersebut.Jadi,kewajiban anak terhadap orang tuanya adalah menghormati orang tua dan menaati kehendak mereka yang baik, meskipun terjadi perceraian yang memutuskan ikatan perkawinan kedua orang tuanya. 41 Menurut Hilman Hadikusuma, sesungguhnya kewajiban anak menghormati orang tua dan kehendaknya bersifat universal, barangkali tidak ada satu bangsa yang tidak menghendaki demikian. Akan tetapi, sebaliknya orang tua harus memberikan contoh teladan yang baik dengan cara yang bijaksana dan tidak bersifat paksaan.Jika orang tua takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan taat beribadah,tentunya anak wajib hormat dan menaatinya,tetapi jika orang tua judi,pemabuk dan penuh maksiat,tidak wajib anak manaatinya. Anak, jika sudah dewasa secara intelektual dan sosial, justru diharapkan mengingatkan menasihatiorang tuanya yang penjudi,pemabuk,dan penuh maksiat tersebut. Anak yang belum mencapai umur 18 delapan belas tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, menurut Pasal 47 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974, anak tersebut ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka orang tua tidak dicabut dari kekuasaannya. Kemudian, menurut ayat 2 dari Pasal 47 UU No. 1 Tahun 1974 itu, orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan.Rasio hukum dari ayat 2 Pasal 47 UU No. 1 Tahun 1974 ini adalah anak yang belum dewasa tidak cakap 41 Hilman Hadikusuma , op.cit , hal. 132 Universitas Sumatera Utara melakukan perbuatan hukum dalam lapangan hukum keperdataan,sehingga perbuatan hukum si anak tersebut diwakili oleh orang tuanya,dalam arti orang tuanya yang melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama anaknya,baik di dalam maupun di luar pengadilan. Hak dan kewajiban Anak berdasarkan UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak: 1. Pasal 4: Setiap anak berhak untuk dapat hidup,tumbuh dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2. Pasal 5: Setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegarannya. 3. Pasal 6: Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya berpikir dan berekspresi sesuai dengan tingakat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua. 4. Pasal 7 : Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri Dalam hal karena suatu sebab orang tua tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak anagkat oleh orang lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Pasal 8 : Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik mental spiritual dan sosial. Universitas Sumatera Utara 6. Pasal 9 : Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan sesuai tingkat kecerdasannya sesuai dengan bakat dan minat, Selain hak anak sebagaimana pada Pasal 1 khusus bagi anak. 7. Pasal 10 : Setiap anak berhak untuk didengar pendapatnya menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai nilai kesusilaan dan kepatutan 8. Pasal 11 : Setiap anak berhak untuk didengar pendapatnya menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai nilai kesusilaan dan kepatutan. 9. Pasal 12 : Setiap anak berhak untuk didengar pendapatnya menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasannya dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai nilai kesusilaan dan kepatutan. 10. Pasal 13 : Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua wali atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi bereksploitasi baik ekonomi maupun seksual penelantaran kejaman kekerasan dan penganiayaan ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya. Hak dan Kewajiban anak menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional Universitas Sumatera Utara 1. Pasal 12 Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak untuk : a Mendapat pendidikan agama sesuai yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik seagama b Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat minat dan kemampuannya c Mendapat beasiswa bagi anak yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. d Membiayai pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya e Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara f Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. 42

C. Makna Kehadiran Anak Dalam Sebuah Keluarga

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/2007/PN.Mdn)

0 59 130

KONFLIK PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTERI (STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA MEDAN KELAS IA).

0 6 27

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK SETELAH PERCERAIAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 17

SKRIPSI Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

2 6 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dan KUH Perdata - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Meda

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

0 2 13

BAB II DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN TANGGUNG JAWAB PENGASUHAN ANAK SETELAH PERCERAIAN A. Perceraian dan Akibat Hukumnya 1. Perceraian - Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/20

0 0 41

TANGGUNG JAWAB HUKUM SUAMI ATAU ISTRI DALAM PERCERAIAN TERHADAP ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR : 209Pdt.G2007PN.Mdn) TESIS

0 0 11

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG - Unissula Repository

0 1 13