Pengertian Anak Menurut Undang-Undang.

BAB III KEDUDUKAN ANAK DALAM PERKAWINAN BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG Menurut KUH Perdata anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan, memperoleh suami sebagai ayahnya Pasal 250. Sahnya anak yang dilahirkan sebelum hari keseratus delapan puluh 6 bulan dari perkawinan.Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dikatakan, anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah Pasal 42. Menurut KUH Perdata anak yang lahir atau dibesarkan selama perkawinan, walaupun anak itu benih orang lain adalah anak dari suami ibunya yang terikat dalam perkawinan. Sedangkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 anak yang sah adalah anak yang lahir dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. 36

A. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang.

Anak mengandung banyak arti apalagi bila kata anak diikuti dengan kata lain misalnya anak turunan, anak kecil, anak sungai, anak negeri, dan sebagainya. 37 Anak adalah putra putri kehidupan memerlukan pembinaan agar dapat berkembang mental dan spiritualnya secara maksimal. 38 Berdasarkan beberapa aturan perundang-undangan anak sah diberikan definisi antara lain sebagai berikut: 36 Hilman Hadikusuma , op. cit , hal. 124 37 Ibid, hal.83 38 Darwan Prints dalam Imam Jauhari 1, Hak-Hak Anak dalam Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press, Jakarta,2003,hal.80 Universitas Sumatera Utara 1 Pasal 42 Undang-undang Perkawinan menyebutkan bahwa ”Anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari perkawinan sah.” 2 Pasal 250 KUH Perdata menyebutkan bahwa ”Anak yang dilahirkan atau dibesarkan selama perkawinan memperoleh si suami sebagai ayahnya”. 3 Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa anak sah adalah: - Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah - Hasil perbuatan suami istri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut. Menurut BW, dengan perkawinan suami isteri memperoleh keturunan. Yang dimaksudkan dengan keturunan disini adalah hubungan darah antara bapak,ibu dan anak-anaknya. Jadi antara bapak dan ibu serta anak ada hubungan biologis.Anak-anak yang dilahirkan dari hubungan biologis ini dan ditumbuhkan sepanjang perkawinan adalah anak-anak yang sah wettige of echte kinderen. Undang-undang memberikan beberapa pandangan tentang terminologi anak berdasarkan fungsi dan kedudukannya antara lain sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak- hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi Universitas Sumatera Utara penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. 2. Undang-Undang Nomo 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak: Anak adalah potensi serta penerus cita-cita bangsa yang dasar-dasarnya telah di letakan oleh generasi sebelumnya. 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak: Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai cirri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan social secara utuh,serasi,selaras dan seimbang 4. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Anak: Anak merupakan bagian dari generasi muda, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. 39 5. Undang-undang Pengadilan Anak Undang-undang Pengadilan Anak Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Pasal 1 2 merumuskan, bahwa anak adalah orang dalam perkara Anak Nakal yang telah mencapai umur 8 delapan tahun,tetapi belum mencapai umur 18 39 D.Y. Witanto , Hukum Keluarga , Jakarta , Prestasi Pustakaraya , 2012 , hal. 5 Universitas Sumatera Utara delapan belas tahun dan belum pernah menikah. Jadi anak dibatasi dengan umur antara 8 delapan tahun sampai berumur 18 delapan belas tahun. 6. Anak dalam Hukum Perburuhan Pasal 1 1 Undang-undang Pokok Perburuhan Undang-undang No. 12 Tahun 1948 mendefenisikan, anak adalah orang laki-laki atau perempuan berumur 14 ke bawah. 7. Anak menurut KUHP Pasal 45 KUHP, mendefenisikan anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 enam belas tahun. Oleh karena itu, apabila ia tersangkut dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya.walinya atau pemeliharaannya dengan tidak dikenakan suatu hukuman. Atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman. Ketentuan Pasal 35, 46 dan 47 KUHP ini sudah dihapuskan dengan lahirnya Undang-undang No. 3 Tahun 1997. 8. Anak menurut Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara Pasal 330 KUH Perdata mengatakan, orang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. 9. Anak menurut Undang-undang Perkawinan Pasal 7 1 Undang-undang Pokok Perkawinan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 mengatakan, seorang pria hanya diizinkan kawin apabila telah mencapai usia 19 aembilan belas tahun dan pihak wanita telah mencapai umur 16 enam belas tahun. Penyimpangan atas hal tersebut hanya dapat dimintakan dispensasi kepada Pengadilan Negeri. 40 Dalam praktek terdapat kesulitan menentukan usia ini, karena tidak semua orang mempunyai Akta Kelahiran atau Surat Kenal Lahir, Akibatnya adakalanya menentukan usia ini dipergunakan Rapor, Surat Babtis atau Surat Keterangan dari Kepala DesaLurah saja.Karenanya kadang kala terdapat kejanggalan,anak berbadan besar lengkap dengan kumis dan jenggotnya tapi menurut keterangan usia masih muda. Malahan adakalanya orang yang terlibat kasus pidana membuat keterangan dia masih anak-anak sementara usia sudah dewasa dan sudah kawin. Dari pandangan sosial, Harditono berpendapat bahwa anak merupakan makhluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama. Dari beberapa 40 Darwan Prinst , Op.cit , hal. 2-3 Universitas Sumatera Utara terminologi di atas pada prinsipnya mengandung persamaan persepsi bahwa anak adalah pribadi yang memiliki peranan penting dan strategis dalam memikul tanggung jawab masa depan bangsa.Anak mempunyai ciri dalam dimensi kehidupan yang khusus sehingga tidak bisa dilepaskan dari peranan orang tua dalam memelihara dan mendidiknya hingga ia mencapai masa kedewasaannya. Idealnya, seorang anak yang dilahirkan ke dunia secara otomatis akan mendapatkan seorang laki-laki sebagai ayahnya dan seorang perempuan sebagai ibunya, baik secara biologis maupun hukum yuridis,karena dengan memiliki orang tua yang lengkap akan mendukung kesempurnaan bagi si anak di dalam menjalani masa pertumbuhannya. Secara biologis anak merupakan hasil dari pertemuan antara sel telur seorang perempuan yang disebut ovum dengan benih dari seorang laki-laki yang disebut spermatozoa, yang kemudian menyatu menjadi zygot, lalu tumbuh menjadi janin dan pada akhirnya terlahir ke dunia sebagai seorang manusia bayi yang utuh. Tidaklah mungkin seorang anak terlahir kedunia tanpa ada peran dari seorang laki-laki yang telah menanamkan benih keturunan di rahim si perempuan, sehingga secara alami anak terlahir atas perantaraan ayah dan ibu kandungnya. Namun tidak demikian dalam pandangan hukum, bisa saja terjadi seorang anak yang lahir tanpa keberadaan ayah secara yuridis, bahkan tanpa kedua orang tua sama sekali. Keadaan tersebut bisa kita temukan dalam ketentuan UU Perkawinan, dimana suatu kelahiran tanpa disertai dengan adanya perkawinan yang sah anak luar kawin, maka si anak hanya akan memiliki ibu sebagai orang tuanya, sedangkan Universitas Sumatera Utara KUH Perdata menganut prinsip yang lebih ekstrim bahwa tanpa adanya dipastikan tidak akan memiliki ayah maupun ibu secara yuridis. Seorang anak dilahirkan ke duania melalui proses yang panjang, mulai dari adanya pertemuan biologis antara benih dari seorang laki-laki dan sel telur milik seorang perempuan sampai terjadinya proses kehamilan yang harus dilalui oleh seorang perempuan sebelum kemudian si bayi terlahir ke dunia. Rangkaiantahapan proses tersebut kemudian akan menentukan status dan kedudukan si anak di hadapan hukum. Menurut sudut pandang hukum tahapan proses yang dilalui sampai terjadinya peristiwa kelahiran dapat digolongkan menjadi : 1. Jika proses yang dilalui sah legal, baik menurut hukum agama maupun hukum negara, maka ketika lahir si anak akan menyandang predikat sebagai anak yang sah. 2. Jika proses yang dilalui tidak sah ilegal, baik menurut hukum agama maupun hukum negara, maka ketika lahir si anak akan menyandang predikat sebagai anak tidak sah anak luar kawin.

B. Hak Dan Kewajiban Anak

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/2007/PN.Mdn)

0 59 130

KONFLIK PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTERI (STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA MEDAN KELAS IA).

0 6 27

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK SETELAH PERCERAIAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 17

SKRIPSI Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

2 6 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dan KUH Perdata - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Meda

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

0 2 13

BAB II DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN TANGGUNG JAWAB PENGASUHAN ANAK SETELAH PERCERAIAN A. Perceraian dan Akibat Hukumnya 1. Perceraian - Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/20

0 0 41

TANGGUNG JAWAB HUKUM SUAMI ATAU ISTRI DALAM PERCERAIAN TERHADAP ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR : 209Pdt.G2007PN.Mdn) TESIS

0 0 11

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG - Unissula Repository

0 1 13