Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dan KUH Perdata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

A. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dan KUH Perdata

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 5 Subekti mengatakan bahwa perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. 6 Beberapa aturan syari’at perkawinan Islam yang telah menjadi bagian dari sistem hukum positif Indonesia,antara lain: a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama c. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;dan d. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. 7 5 Ibid , hal 12 6 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Bandung, 1992, hal.11. 7 Abdulkadir Muhammad , Hukum Perdata Indonesia , Bandung , PT . Citra Aditya Bakti , 2010 , hal. 67 Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan merupakan sumber hukum perkawinan yang mengatur secara lengkap dan modern tentang perkawinan dan perceraian.Sebenarnya undang-undang ini jauh lebih sempurna dan lengkap mengenai substansi yang diatur di dalamnya,baik berupa asas-asas maupun norma-norma hukum perkawinan dan perceraian serta kehidupan berkeluarga. Perbuatan tersebut perlu menjadi fokus kajian untuk diketahui motivasi, alasan, dan tujuannya sehingga dapat dicari solusi yang tepat untuk diatasi atau dicegah terjadinya pelanggaran yang berdampak luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.Dampak tersebut, antara lain, berupa pengacauan administrasi kependudukan, status kewarganegaraan, perlindungan istri dan anak, serta harta kekayaan mereka.Hal ini akan menjadi masalah dalam kehidupan rumah tangga dan keluarga,baik selama perkawinan maupun jika terjadi perceraian suami istri. Berdasar pada beberapa kelemahan tersebut di atas, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 mengatur beberapa asas yang dapat berfungsi sebagai penghambat dan mengatur sedemikian rupa dalam pasal-pasalnya guna mencegah terjadinya pelanggaran, baik terhadap asas-asas maupun terhadap norma-norma yang terjelma dalam rumusan pasal-pasal Undang-Undang Perkawinan. Asas-asas dimaksud,antara lain, asas suka rela, asas partisipasi keluarga,asas perceraian dipersulit,asas poligami dibatasi dengan ketat, asas kematangan calon mempelai, Universitas Sumatera Utara asas kebaikan derajat kaum wanita, dan asas keharusan pencatatan perkawinan dan perceraian maupun pejabat pencatat perkawinan dan perceraian. 8 Rumusan perkawinan di atas ini merupakan rumusan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yang dituangkan dalam Pasal 1. Dalam penjelasannya disebutkan: ’’Sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila, dimana Sila yang pertamanya ialah ke-Tuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agamakerohanian,sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahirjasmani,tetapi unsur bathinrohani juga mempunyai peranan yang penting” 9 Rumusan perkawinan menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 di atas ini pada dasarnya mengandung inti dan tujuan yang sama dengan rumusan- rumusan perkawinan dari para ahlisarjana . Menurut Anwar Harjono mengatakan Pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga bahagia.Dari rumusan perkawinan tersebut jelaslah bahwa perkawinan itu tidak hanya merupakan ikatan lahir saja atau ikatan bathin saja , akan tetapi ikatan kedua-duanya . Sebagai ikatan lahir ,perkawinan merupakan hubungan antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami istri.ikatan lahir ini merupakan hubungan formal yang sifatnya nyata, baik bagi yang mengikatkan dirinya maupun bagi orang lain atau masyarakat. Ikatan lahir ini terjadi dengan adanya upacara perkawinan yakni pengucapan akad nikah bagi yang beragama Islam . 8 Ibid , hal. 69 9 Pasal 1 Undang-undang No 1 Tahun 1974 Universitas Sumatera Utara Sebagai ikatan bathin , perkawinan merupakan pertalian jiwa yang terjalin karena adanya kemauan yang sama dan ikhlas antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama sebagai suami istri . Dalam taraf permulaan , ikatan bathin ini diawali dan ditandai dengan adanya persetujuan dari calon mempelai untuk melangsungkan perkawinan . Selanjutnya dalam hidup bersama ikatan bathin ini tercermin dari adanya kerukunan suami istri yang bersangkutan . Terjalinnya ikatan lahir dan ikatan bathin merupakan dasar utama dalam membentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal . Dalam rumusan perkawinan menurut Undang-undang No.1 Tahun 1974 itu tercantum juga tujuan perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal . Ini berarti bahwa perkawinan dilangsungkan bukan untuk sementara atau untuk jangka waktu tertentu yang direncanakan , akan tetapi untuk seumur hidup atau selama-lamanya , dan tidak boleh diputuskan begitu saja .Karenanya tidak diperkenankan perkawinan yang hanya dilangsungkan untuk sementara waktu saja seperti kawin kontrak . Pemutusan perkawinan dengan perceraian hanya diperbolehkan dalam keadaan yang sangat terpaksa . 10

B. Syarat-Syarat Sahnya Perkawinan

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/2007/PN.Mdn)

0 59 130

KONFLIK PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTERI (STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA MEDAN KELAS IA).

0 6 27

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK SETELAH PERCERAIAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 17

SKRIPSI Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

0 2 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak Setelah Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Surakarta).

2 6 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Pengertian Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Dan KUH Perdata - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Meda

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Suami Terhadap Anak Akibat Perceraian Berbeda Agama Dalam Persfektif Hukum Perdata (Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan)

0 2 13

BAB II DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN TANGGUNG JAWAB PENGASUHAN ANAK SETELAH PERCERAIAN A. Perceraian dan Akibat Hukumnya 1. Perceraian - Tanggung Jawab Hukum Suami atau Istri Dalam Perceraian Terhadap Anak (Studi Kasus Putusan No. 209/Pdt.G/20

0 0 41

TANGGUNG JAWAB HUKUM SUAMI ATAU ISTRI DALAM PERCERAIAN TERHADAP ANAK (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR : 209Pdt.G2007PN.Mdn) TESIS

0 0 11

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA TERHADAP ANAK AKIBAT ADANYA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SEMARANG - Unissula Repository

0 1 13