V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian
Produktivitas jagung adalah produksi jagung ton yang dihasilkan pada setiap 1ha luas tanam jagung. Besarnya produksi jagung di daerah penelitian adalah 307.994 kg atau
sekitar 308 ton dengan luas tanam sebesar 45,1 ha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian adalah 6,9 tonha. Untuk mengetahui apakah produktivitas jagung di daerah
penelitian tergolong tinggi, maka dibandingkan dengan produktivitas jagung di Kecamatan Sunggal, produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang, produktivitas
jagung di Sumatera Utara dan produktivitas jagung menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 11. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding No
Tempat Produktivitas TonHa
1 Kecamatan Sunggal
6,2 2
Kabupaten Deli Serdang 3,68
3 Sumatera Utara
5 4
Pusat Penelitan dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan, RI 2010
8,6 Sumber : Kecamatan Sunggal Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi
2011 Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, Badanusat Statistik Kabupaten Dairi
2011 Sumatera Utara Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI 2010
Dari tabel 11, dilihat bahwa produktivitas jagung di Kecamatan Sunggal tonha,
produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang 3,68 tonha dan produktivitas jagung di Sumatera Utara sebesar 5 tonha, dibandingkan dengan produktivitas jagung di daerah
penelitian sebesar 6,9 tonha, dengan demikian produktivitas di daerah penelitian lebih
Universitas Sumatera Utara
tinggi dari pada produktivitas Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dan Sumatera Utara.
Jika produktivitas jagung daerah penelitian dibandingkan dengan produktivitas jagung hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yaitu sebesar
8,56tonha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian relatif lebih rendah dengan produktivitas menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha tani jagung di daerah penelitian relatif tinggi di bandingkan dengan daerah lain sehingga hipotesis 1 yang menyatakan
produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi adalah benar dan dapat diterima.
5.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani di Daerah Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian adalah luas
lahan x1, bibit x2, pupuk ureax3, pupuk SP36x4, pupuk Zax5, pupuk NPKx6, obat-obatan x7 dan tenaga kerja x8. Berikut ini diuraikan luas lahan x1, bibit x2,
pupuk ureax3, pupuk SP36x4, pupuk Zax5, pupuk NPKx6, obat-obatan x7 dan tenaga kerja x8 pada produksi jagung dalam tabel mengenai Regresi Linier Berganda
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian:
Tabel 12. Data Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani Per Periode 4 Bulan di Daerah Penelitian
Keterangan Luas
Lahan Bibit
Pupuk Urea
Pupuk SP36
Pupuk Za
Pupuk NPK
Obat Gramoxon
Tenaga Kerja
Ha Kg
Zak Zak
Zak Zak
liter HKO
Jumlah 45,1
10.440 272
113 83
93 174,5
1918
Rataan 0,7
163,125 4,25
1,8 1,3
1,45 2,7
29,9 Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 8
Setelah diperoleh data mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian, maka data tersebut dianalisis dengan metode analisis regresi linier berganda.
Universitas Sumatera Utara
Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model, perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi model linier produksi jagung yang
dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi jagung disajikan sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model yakni uji F test dan t test, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi
dalam model regresi linier produksi jagung yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.
Uji asumsi multikolinieritas
Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini
adalah dengan pendekatan Tollerance Value dan Variance Inflaction Factor VIF. Jika nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas
multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance di bawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data faktor-faktor produksi luas
lahan x1, bibit x2, pupuk ureax3, pupuk SP36x4, pupuk Zax5, pupuk NPKx6,
obat-obatan x7 dan tenaga kerja x8, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 13. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani
Per Periode 4 Bulan Menggunakan Statistik Kolinieritas No.
Variabel Bebas Colliniarity Statistics
Tolerrance VIF
1. Luas Lahan
.009 110.838
2. Bibit
.044 22.908
3. Pupuk Urea
.026 38.272
4. Pupuk SP36
.325 3.075
5. Pupuk Za
.432 2.316
6. Pupuk NPK
.259 3.866
7. Obat Gromoxone
.030 32.933
8. Tenaga Kerja
.042 23.852
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 15
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa pada variabel bebas pupuk SP36, pupuk Za, pupuk NPK memiliki nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil
dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Akan tetapi pada variable bebas lainnya, nilai toleransi tolerance nya lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF
lebih besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi jagung dengan variabel bebas lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk Za, pupuk
NPK, obat-obatan dan tenaga kerja mengalami gejala multikolinieritas, yaitu antara variable bebas terdapat saling keterkaitan sehingga untuk hal seperti ini, jika terjadi
gejala multikolinieritas maka dapat diatasi dengan mengeluarkan salah satu variabel atau lebih. Dalam hal ini yang dikeluarkan adalah variabel lahan, pupuk urea, obat
gromoxone dan tenaga kerja. Hasil uji asumsi multikolinieritas setelah dikeluarkan variabel tersebut di sajikan pada tabel berikut :
Tabel 14. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode 4 Bulan Menggunakan Statistik Kolinieritas
No. Variabel Bebas
Colliniarity Statistics Tolerrance
VIF
1. Bibit
.201 4.966
2. Pupuk SP36
.362 2.764
3. Pupuk Za
.464 2.156
4. Pupuk NPK
.339 2.946
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16 Dari Tabel 14, menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas memiliki nilai
toleransi tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi linier produksi jagung dengan variabel bebas bibit, pupuk SP36, pupuk Za dan pupuk NPK terbebas dari masalah multikolinieritas.
Uji Asumsi Heterokedastisitas
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi ternak kelinci disajikan pada gambar berikut:
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16
Gambar 3. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung
Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model regresi linier produksi ternak kelinci pada gambar, menunjukkan bahwa penyebaran
titik-titik varian residual adalah sebagai berikut:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0. b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
Universitas Sumatera Utara
d. Penyebaran titik-titik tidak berpola.