Pertanyaannya yang kemudian muncul, kepentingan apa yang berada dibalik kebijakan pelarangan buku tersebut? Pertanyaan ini berusaha keluar
dan mendedah lebih dalam penjelasan yuridis dalam produk hukum kebijakan pelarangan buku. Dimana kebijakan tersebut menyatakan bahwa
pelarangan buku dibentuk untuk melindungi kepentingan umum atau demi menjaga stabilitas nasional.
Dengan adanya permasalahan seperti di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang Politik Kebijakan Pelarangan Buku Era Reformasi di
Indonesia dengan mengambil studi kasus atas pelarangan buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-
1965 karya Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan. Hal tersebut dengan harapan agar dapat ditangkap konteks atas perlindungan hak politik
warga negara pascatumbangnya rezim Orde Baru.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pelarangan buku di Indonesia dilakukan oleh rezim penguasa melalui
institusi negara yang seharusnya melaksanakan dan menjaga konstitusi yang melindungi hak politik warga negara.
2. Kebijakan pelarangan buku bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 28,
UU Pers No. 441999, dan kovenan hak sipil dan politik serta kovenan hak ekonomi, sosial, dan budaya yang telah diratifikasi pemerintah
Indonesia.
3. Pelarangan buku secara massal terjadi di era Orde Baru melaui
Instruksi Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan No. 13811965 yang di tandatangani oleh Pembantu Menteri Bidang Teknis
Pendidikan, Kol. Inf Drs. M. Setiadi Kartohadikusumo dimana
menyebabkan dalam waktu yang singkat angka buku yang dilarang
terus bertambah, sehingga diperkirakan mencapai 2000 judul. 4.
Kebijakan Pelarangan buku di Indonesia sering bukan sekedar karena isinya akan tetapi karena alasan politis yang ditujukan kepada penulis,
penerbit, dan bahkan editornya. 5.
Pelarangan terhadap beberapa buku di era reformasi juga menggunakan dalil lama menggangu stabilitas dan ketertiban umum.
6. Penulis buku sebagai warga negara tidak mendapatkan surat
pemberitahuan resmi dan alasan mengenai pelarangan buku yang mereka tulis.
C. Batasan Masalah
Melihat banyaknya permasalahan yang kompleks dalam penerapan kebijakan pelarangan buku di Indonesia khususnya era reformasi maka
peneliti perlu melakukan pembatasan masalah. Hal tersebut diperlukan untuk memperjelas fokus penelitian. Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti
selanjutnya membatasi kajian penelitian menjadi dua permasalahan pokok, yaitu:.
1. Praktik kebijakan pelarangan buku di Indonesia era reformasi atas
pelarangan Buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965.
2. Bentuk perlawanan yang dilakukan terhadap kebijakan pelarangan
buku atas Buku Lekra Tak Membakar Buku: Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakyat 1950-1965.
D. Rumusan Masalah