PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS MELALUI MODIFIKASI ALAT BANTU PELURU KAYU BERWARNA PADA SISWA KELAS VII SMP N 11 MAGELANG TAHUN 2013

(1)

PELURU KAYU BERWARNA PADA SISWA KELAS VII

SMP N 11 MAGELANG TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ariana Eka Puja Rahayu 6101409036

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii ABSTRAK

Ariana Eka Puja Rahayu. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Tolak Peluru Gaya Ortodoks Melalui Modifikasi Alat Bantu Peluru Kayu Berwarna Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Magelang Tahun 2013. Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Cahyo Yuwono, M. Pd., Pembimbing II Agus Pujianto, S. Pd., M. Pd.

Kata Kunci: Tolak Peluru, Model Pembelajaran Tolak Peluru Kayu Berwarna, Pengembangan

Tolak peluru adalah salah satu nomor dari cabang olahraga atletik yang diajarkan pada siswa kelas VII, namun kenyataannya dalam proses pembelajaran belum terlaksana secara optimal. Maka perlu adanya modifikasi dalam proses pembelajaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah model pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks dalam penjasorkes dengan menggunakan peluru kayu berwarna pada siswa kelas VII di SMP Negeri 11 Magelang?”. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan model pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks melalui modifikasi alat bantu peluru kayu berwarna pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Magelang dalam pembelajaran penjasorkes sehingga dapat mengembangkan berbagai aspek pembelajaran dan meningkatkan aktifitas jasmani siswa.

Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Adapun prosedur pengembangan produk meliputi analisis produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk awal, evaluasi ahli dan revisi, uji coba skala kecil dan revisi, uji coba skala besar, dan produk akhir. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase

Dari hasil uji ahli diperoleh persentase rata-rata hasil analisis produk sebesar 87,96% dengan kriteria baik. Oleh karena itu dapat digunakan untuk uji coba skala kecil. Data hasil kuesioner dan pengamatan siswa pada uji coba skala kecil diperoleh jawaban dengan persentase 70,76% dengan kategori baik. Dan data hasil kuesioner dan pengamatan siswa uji coba skala besar diperoleh jawaban dengan persentase 80,3% dengan kategori baik. Siswa sudah tidak merasa kesulitan dan takut lagi ketika mengikuti pembelajaran tolak peluru kayu berwarna. Selain itu setelah melakukan pembelajaran tolak peluru kayu berwarna denyut nadi siswa meningkat.

Berdasarkan data hasil penelitian, disimpulkan bahwa pembelajaran tolak peluru kayu berwarna efektif dan layak digunakan untuk siswa kelas VII SMP.


(3)

(4)

(5)

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

Barang siapa membawa kebaikan, maka dia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya, sedang mereka merasa aman dari kejutan (yang dahsyat) pada hari itu. (Q.S An-Naml:90)

Menanamkan kepedihan di ladang kesabaran, akan memetik buah kebahagiaan. (Kahlil Gibran)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini aku persembahkan untuk :

 Ibu Siti Munawaroh dan Bapak Abdul Wachid tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, serta doanya untukku tetap berjuang meraih cita-cita

 Kembaranku Ariani dan Adikku Agung yang selalu memberikan semangat dan doa

 Om J. Siswanto, Ibu Sugiarti, dan Mas Ris yang selalu mendoakanku


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Pengembangan Model Pembelajaran Tolak Peluru Gaya Ortodoks Melalui Modifikasi Alat Bantu Peluru Kayu Berwarna Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Magelang Tahun 2013“. Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi strata satu untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi, dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh pendidikan di Universitas Negeri Semarang. 2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah membantu menyelesaikan

urusan administrasi.

3. Ketua Jurusan PJKR yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian


(8)

viii

4. Drs. H. Cahyo Yuwono, M. Pd., dan Agus Pujianto, S. Pd, M. Pd., selaku pembimbing yang selalu menyempatkan waktu untuk membimbing dan memotivasi tersusunnya skripsi ini.

5. Agus Widodo S, S. Pd., M. Pd., selaku dosen evaluasi yang telah memberikan bantuan kepada penulis

6. Dosen beserta Staff Tata Usaha Jurusan PJKR FIK UNNES yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya.

7. Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Kota Magelang yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam mempeoleh data untuk penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan baik serta mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Pentingnya Pengembangan ... 5

1.6 Sumber Pemecahan Masalah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ... 7


(10)

x

2.1.1 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 7

2.1.2 Pembelajaran Pendidikan Jasmani ... 8

2.1.3 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 9

2.1.4 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 10

2.1.5 Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ... 11

2.1.6 Model Pembelajaran ... 13

2.1.7 Karakteristik Tolak Peluru ... 14

2.1.8 Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama ... 21

2.1.9 Karakterstik Siswa Kelas VII SMP N 11 Magelang ... 24

2.1.10 Standar Nasional Pendidikan ... 25

2.1.11 Prinsip-prinsip Pengembangan ... 26

2.1.12 Gerak ... 28

2.1.13 Belajar Gerak ... 29

2.1.14 Gerak dasar ... 30

2.1.15 Karakteristik Pembelajaran Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 32

2.2 Kerangka Berfikir ... 36

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 37

3.1 Model Pengembangan ... 37

3.2 Prosedur Pengembangan ... 39

3.2.1 Analisis Kebutuhan ... 40

3.2.2 Pembuatan produk Awal ... 40

3.2.3 Uji Coba Produk ... 50


(11)

xi

3.2.5 Uji Coba Lapangan ... 50

3.2.6 Revisi Produk Akhir ... 51

3.2.7 Hasil Akhir ... 51

3.3 Uji Coba Produk ... 51

3.3.1 Desain Uji Coba ... 51

3.3.2 Subjek Uji Coba ... 53

3.4 Cetak Biru Produk ... 53

3.5 Jenis Data ... 53

3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 53

3.7 Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ... 59

4.1 Penyajian Data Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 59

4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 60

4.1.3 Draf Produk Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 61

4.1.4 Validasi Ahli ... 70

4.2 Data Uji Coba Skala Kecil ... 72

4.3 Analisis Data Uji Coba Skala Kecil ... 73

4.4 Revisi Produk Setelah Uji Coba Skala Kecil ... 78

4.4.1 Permasalahan Pada Skala Kecil ... 78

4.5 Data Uji Coba Skala Besar ... 79

4.6 Analisis Data Uji Coba Skala Besar ... 80


(12)

xii

4.7.1 Peluru ... 85

4.7.2 Lapangan ... 85

4.7.3 Sektor Tolakan ... 86

4.7.4 Bendera Target ... 87

4.7.5 Net ... 88

4.7.6 Meteran ... 88

4.7.7 Stopwatch ... 88

4.8 Peraturan Pembelajaran Tolak Peluru kayu Berwarna ... 92

4.9 Prototipe Produk ... 93

4.9.1 Kelebihan Pembelajaran Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 94

4.9.2 Kelemahan Pembelajaran Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 94

BAB V KAJIAN DAN SARAN ... 95

5.1 Kajian Produk ... 95

5.2 Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Lebih Lanjut ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 98

LAMPIRAN ... 100


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Sarana Dan Prasarana Yang Ada Di SMP Negeri 11 Magelang ... 3

2. Daftar siswa kelas VII SMP N 11 Magelang ... 24

3. Perbedaan Tolak peluru Dengan Tolak Peluru Kayu ... 32

4. Kriteria Peluru Kayu Berwarna ... 35

5. Kriteria Peluru Kayu Berwarna ... 50

6. Rentang Eavaluasi ... 54

7. Faktor, Indikator, Dan Jumlah Butir Kuesioner Ahli ... 55

8. Skor Jawaban kuesioner “Ya” dan “Tidak” ... 55

9. Faktor, Indikator, Dan Jumlah Butir Kuesioner Untuk Siswa Pada Aspek Kognitif ... 56

10. Faktor, Indikator, Dan Cara Penilaian Siswa Pada Aspek Psikomotor .... 56

11. Faktor, Indikator, Dan Cara Penilaian Siswa Pada Aspek Afektif ... 57

12. Klasifikasi Persentase Untuk Memperoleh Kesimpulan Data ... 58

13. Kriteria Peluru Kayu Berwarna ... 70

14. Hasil Jawaban Kuesioner Dan Pengamatan Siswa Pada Uji Coba Skala Kecil ... 73

15. Hasil Jawaban Kuesioner Dan Pengamatan Siswa Pada Uji Coba Skala Besar ... 79


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Lapangan Tolak Peluru ... 15

2. Cara memegang peluru ... 26

3. Meletakkan Peluru Pada Bahu ... 17

4. Sikap Badan Menyamping ... 18

5. Sikap Badan Membelakang ... 19

6. Sikap Badan Sebelum Menolak ... 20

7. Peluru Kayu Untuk Laki-laki ... 34

8. Peluru Kayu Untuk Perempuan ... 35

9. Bola Tenis Untuk Pemanasan Permainan ... 35

10. Prosedur Pengembangan ... 39

11. Formasi Pemanasan ... 41

12. Formasi Permainan ... 41

13. Sektor Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 43

14. Peluru Kayu Untuk Laki-laki ... 44

15. Peluru Kayu Untuk Perempuan ... 44

16. Bola Tenis Untuk Pemanasan Permainan ... 45

17. Bendera Sebagai Batas Target ... 46

18. Ravia Hitam Untuk Batas Lapangan dan Garis Start ... 46

19. Ravia Biru Sebagai Garis Finish ... 47


(15)

xv

21. Formasi pemanasan ... 62

22. Formasi permainan ... 62

23. Bentuk Sektor Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 64

24. Peluru Kayu Untuk Laki-Laki ... 65

25. Peluru Kayu Untuk Perempuan ... 65

26. Bola Tenis Untuk Pemanasan Permainan ... 65

27. Bendera Sebagai Batas Target ... 66

28. Ravia Hitam Untuk Batas Lapangan dan Garis Start ... 67

29. Ravia Biru Sebagai Garis Finish ... 67

30. Formasi Pembelajaran Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 68

31. Peluru Kayu Berwarna ... 85

32. Lapangan Tolak Peluru Kayu Berwarna ... 86

33. Sektor Tolakan ... 87

34. Bendera Target ... 88

35. Formasi pemanasan ... 89

36. Formasi Permainan ... 99


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. SK Dosen Pembimbing ... 101

2. Surat Ijin Penelitian ... 102

3. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 103

4. Kuesioner Evaluasi Ahli dan Guru Penjas ... 104

5. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli dan Guru Penjas (Skala Kecil) ... 108

6. Saran Perbaikan Model Pembelajaran (Skala Kecil) ... 109

7. Hasil Pengisian Kuesioner Ahli dan Guru Penjas (Skala Besar) ... 110

8. Saran Perbaikan Model Pembelajaran (Skala Besar) ... 111

9. Kuesioner Evaluasi Siswa Aspek Kognitif ... 112

10. Tabel Pengamatan Aspek Psikomotorik Siswa ... 114

11. Tabel Pengamatan Aspek Afektif Siswa ... 116

12. Hasil Jawaban Kuesioner dan Pengamatan Siswa (Uji Coba Skala Kecil) ... 117

13. Jawaban Kuesioner Siswa Aspek Kognitif (Uji Coba Skala Kecil) ... 118

14. Analisis Data Hasil Aspek Kognitif Siswa (Uji Coba Skala Kecil) ... 119

15. Analisis Data Hasil Aspek Psikomotorik (Uji Coba Skala Kecil) ... 120

16. Analisis Data Hasil Aspek Afektif (Uji Coba Skala Kecil) ... 121


(17)

xvii

18. Hasil Jawaban Kuesioner dan Pengamatan Siswa

(Uji Coba Skala Besar) ... 123

19. Jawaban Kuesioner Siswa Aspek Kognitif (Uji Coba Skala Besar) ... 124

20. Analisis Data Hasil Aspek Kognitif Siswa (Uji Coba Skala Besar) ... 125

21. Analisis Data Hasil Aspek Psikomotorik (Uji Coba Skala Besar) ... 126

22. Analisis Data Hasil Aspek Afektif (Uji Coba Skala Besar) ... 127


(18)

1 1.1 Latar Belakang

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan merupakan alat pendidikan. Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktifitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromoskuler, intelektual, dan sosial. (Depdiknas 2004)

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang dilakukan secara sistematis.

Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak mampu mengetahui bagaimana ketrampilan gerak dipelajari dari tingkatan yang paling mudah ke tingkatan yang lebih sulit. Dengan demikian, seluruh gerakan yang dipelajari tersebut dapat bermakna.

Permainan dan olahraga adalah salah satu pokok bahasan materi penjasorkes yang terdapat dalam standar kompetensi SMP kelas VII, yang salah satu kompetensinya adalah mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar atletik serta nilai toleransi, percaya diri, keberanian, menjaga keselamatan diri dan orang lain, bersedia berbagi tempat dan peralatan.


(19)

Tolak peluru adalah salah satu nomor dari cabang olahraga atletik yang diajarkan pada siswa kelas VII. Sedikit sekali siswa yang bersemangat untuk mengikuti materi ini. Dikarenakan ada beberapa masalah yang mengganggu proses pembelajaran tersebut.

Salah satu permasalahannya adalah kurang berkembangnya proses pembelajaran penjasorkes di sekolah, terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, baik kualitas maupun kuantitasnya. Berdasarkan amatan penulis, siswa kelas VII di SMP Negeri 11 Magelang belum mampu membedakan antara gerakan menolak dengan melempar. Dengan adanya modifikasi alat pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu melakukan gerakan tolak peluru secara benar.

Siswa banyak yang belum mencapai KKM untuk materi tolak peluru tersebut. Dari data yang didapat penulis menyimpulkan bahwa kurang dari 50% siswa yang mampu mencapai KKM, dengan nilai KKM 75. Di sekolah ini juga terdapat kegiatan ekstrakurikuler atletik, tetapi kurang peminatnya, bahkan bisa dikatakan tidak ada peminatnya. Dikarenakan juga tidak ada lapangan, sehingga jika hujan, kondisi lapangan yang digunakan akan tergenangi air. Sehingga tidak memungkinkan untuk kegiatan latihan maupun pembelajaran.

Penulis memilih SMP Negeri 11 Magelang sebagai lokasi untuk penelitian dikarenakan siswa di SMP Negeri 11 memiliki prestasi yang cukup baik di bidang olahraga, selain itu siswanyapun juga menyukai pelajaran olahraga. Sedangkan alasan memilih materi tolak peluru dikarenakan hanya sebagian siswa saja yang bisa melakukan olahraga ini dengan alasan medianya terlalu berat.


(20)

Selain itu sarana dan prasarana yang tidak memadai juga menjadi kendala dalam pembelajaran ini.

Tabel 1.1 Sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri 11 Kota Magelang

Barang Jumlah Keadaan

Peluru 3kg 3 Baik

Peluru 4kg 2 Baik

Meteran 1 Kurang baik

Lapangan Tolak peluru

- -

Bendera 6 Baik

Guru penjasorkes dalam melakukan proses pembelajaran tolak peluru belum menggunakan variasi-variasi permainan, sehingga pembelajaran dirasa apa adanya. Pembelajaran yang diadakan di sekolah ini hanya sesuai dengan materi, tanpa ada pemanasan permainan terlebih dahulu yang membuat siswa merasa tertarik dengan pelajaran ini. Tanpa disadari dampak dari semua itu akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan penguasaan ketrampilan gerak peserta didik yang semestinya dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan gerak sebagaimana mestinya. Dengan demikian, kemampuan peserta didik tidak dapat berkembang secara optimal, dan nantinya tidak akan optimal juga dalam memberikan kontribusi bibit-bibit atlet berprestasi yang dapat dikembangkan pada pembinaan prestasi olahraga untuk kedepannya

Dari permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka dipandang penting adanya pengembangan model pembelajaran penjasorkes dengan


(21)

memanfaatkan sarana baru yang dibuat oleh peneliti, sebagai wahana penciptaan pembelajaran penjasorkes yang inovatif, untuk menjadikan pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan serta hasil yang dicapaipun diharap akan lebih baik daripada pembelajaran sebelumnya, yang sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.

Pengembangan model pembelajaran penjasorkes merupakan salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan dalam penjasorkes yang ada disekolah serta memberikan hal baru untuk para siswa agar mereka merasa tidak bosan. Dari hasil pengamatan selama ini, pengembangan model pembelajaran penjasorkes dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif, terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berpeluang dalam mengeksploitasi gerak secara bebas dan luas, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa.

Berdasarkan uraian diatas membuat peneliti tertarik untuk meneliti “Pengembangan Model Pembelajaran Tolak Peluru Gaya Ortodoks Melalui Modifikasi Alat Bantu Peluru Kayu Berwarna Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Magelang Tahun 2012 / 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut “Bagaimanakah model pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks dalam penjasorkes dengan menggunakan peluru kayu berwarna pada siswa kelas VII di


(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks dengan menggunakan peluru kayu berwarna serta untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal pada siswa kelas VII di SMP Negeri 11 Magelang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai pedoman bagi guru untuk pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam menerapkan modifikasi tolak peluru.

1.4.2 Bagi mahasiswa sebagai bahan informasi untuk kajian dan pembandingan dalam penelitian sejenis

1.5 Pentingnya Pengembangan

1.5.1 Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan hasil penelitian.

1.5.2 Untuk mengembangkan kepustakaan bagi peneliti-peneliti selanjutnya. 1.5.3 Dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa dengan menerapkan model

pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks dalam penjasorkes pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Magelang dapat mempengaruhi semangat belajar peserta didik.


(23)

1.6 Sumber Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks adalah dengan menggunakan peluru kayu dengan berat yang lebih ringan. Untuk peserta didik tingkat SMP ini agar dapat digunakan dan membantu guru penjasorkes dalam memberikan pembelajaran tolak peluru, sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan, selain itu juga bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal.

Sebelum pembelajaran ini dimulai, nantinya siswa akan diberikan permainan terlebih dahulu, agar siswa memiliki keberanian dan tidak merasa tegang saat mengikuti pembelajaran ini. Selain itu, siswa juga akan lebih merasa tenang dengan adanya permainan yang diberikan oleh guru.


(24)

7 2.1 Kajian Pustaka

Sebagai acuan berfikir secara ilmiah dalam rangka untuk pemecahan permasalahan, pada kajian pustaka ini dimuat beberapa pendapat para pakar. Selanjutnya secara gais besar akan diuraikan tentang pengertian penjasorkes, pembelajaran, tujuan, ruang lingkup, hakikat, model pembelajaran, tujuan, karakteristik tolak peluru, karakteristik siswa SMP, prinsip pengembangan, gerak, dan karakteristik tolak peluru kayu berwarna.

2.1.1 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Terdapat dua pandangan tentang pendidikan jasmani, yaitu pandangan secara tradisional dan pandangan secara modern. Selanjutnya dibawah ini akan diuraikan dua pandangan menurut Adang Suherman, 2000: 17

Pandangan tradisional menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rokhani (dikhotomi). Pandangan ini menganggap bahwa pendidikan jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain, pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap saja.

Sedangkan pandangan modern atau sering disebut juga pandangan holistik, menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari


(25)

bagian-bagian yang terpilah-pilah. Manusia adalah kesatuan dari berbagai bagian-bagian yang terpadu. Oleh karena itu, pendidikan jasmani tidak dapat hanya berorientasi pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja.

Sedangkan menurut Samsudin, 2008: 2, pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan ketrampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.

2.1.2 Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Pembelajaran merupakan suatu proses dari pada aktivitas belajar seseorang dengan tujuan untuk menambah pengetahuan melalui pelayanan yang dikenal dengan belajar. Menurut Lutan , 2002: bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. Perubahan yang diharapkan bersifat melekat atau permanen. Proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung, namun kejadiannya hanya dapat ditafsirkan berdasarkan perilaku nyata yang teramati.

Pembelajaran pendidikan jasmani menurut Sukintaka, 2004: 55 mengandung pengertian tentang bagaimana para guru mengajarkan sesuatu baik yang bersifat teori maupun praktek kepada peserta didik, tetapi disamping itu terjadi pula peristiwa bagaimana siswa mempelajari tentang apa yang diajarkan guru itu sendiri. Intinya bahwa didalam suatu peristiwa pembelajaran terjadi dua kejadian secara bersama, yaitu: ada satu pihak yang memberi dan pihak lain yang menerima.


(26)

2.1.3 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Sesuai dengan standar isi SMP/ MTs, mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 2.1.3.1 Mengembangkan ketrampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2.1.3.2 Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih

baik.

2.1.3.3 Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan gerak dasar.

2.1.3.4 Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2.1.3.5 Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis.

2.1.3.6 Mengembangkan ketrampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

2.1.3.7 Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.


(27)

2.1.4 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Berdasarkan standar isi SMP/ MTs mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk jenjang SMP/ MTs adalah sebagai berikut:

2.1.4.1 Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

2.1.4.2 Aktivitas pengembangan meliputi; mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. 2.1.4.3 Aktivitas senam meliputi; ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa

alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 2.1.4.4 Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam

aerobic, serta aktivitas lainnya.

2.1.4.5 Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, ketrampilan bergerak di air, dan renang, serta aktivitas lainnya.

2.1.4.6 Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/ karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

2.1.4.7 Kesehatan, meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.


(28)

2.1.5 Hakikat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Berdasarkan Samsudin, 2008: 21 pada dasarnya program jasmani memiliki kepentingan yang relatif sama dengan program pendidikan lainnya dalam hal ranah pembelajaran, yaitu sama-sama mengembangkan tiga ranah utama, yaitu: psikomotor, afektif, dan kognitif. Namun demikian, ada satu kekhasan dan keunikan dari program penjas yang tidak dimiliki oleh program pendidikan yang lain, yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani anak dan pencapaian ketrampilan geraknya.

2.1.5.1 Pengembangan Aspek Psikomotorik 2.1.5.1.1 Ketrampilan Gerak

Ketrampilan menurut para ahli adalah sebuah kecakapan atau tingkat penguasaan terhadap suatu gerak atau pola gerak, yang dicirikan oleh tiga indikator utama yaitu efektif, efisien, dan adaptable.

Kualitas efektivitas merupakan hasil dari tindakan yang berorientasi pada tujuan atau sasaran tertentu. Kualitas efisisensi menggambarkan penampilan atau geraknya itu sendiri. Kualitas adaptasi menggambarkan kemampuan pemain dalam menyesuaikan penampilan pada kondisi sekitarnya.

2.1.5.1.2 Kebugaran Fisik

Menjadi semacam kesepakatan umum bahwa tujuan pembelajaran dalam ranah psikomotor yang harus dikembangkan melalui program pendidikan jasmani harus pula mencakup peningkatan kebugaran jasmani siswa.


(29)

2.1.5.2 Pengembangan Aspek Kognitif

Yang harus disadari oleh kita semua bahwa mengajarkan aspek kognitif dalam penjas tidaklah semudah praktik. Pelaksanaannya perlu dilandaskan pada perencanaan yang sungguh-sungguh, termasuk dalam hal apa yang menjadi isi atau materinya.

2.1.5.3 Konsep Gerak

Pengajaran konsep gerak dalam pengajaran penjas sudah semakin penting dan sudah menjadi tren di negara-negara maju. Tren ini didasari kepercayaan bahwa pengajaran konsep akan membantu siswa dalam pembelajaran.

Terdapat enam kategori konsep gerak yang berguna dalam pendidikan jasmani yang harus tercakup dalam pengajaran konsep yaitu:

2.1.5.3.1 Rangkaian Aksi

Merupakan kategori atau penjenisan gerakan secara luas yang mencakup respons khusus yang beragam. Istilah seperti keseimbangan berpindah tempat, memukul, menerima, atau berputar adalah rangkaian aksi yang bersifat konsep, sebab aksinya dapat dilakukan dalam banyak cara dan dalam situasi yang berbeda.

2.1.5.3.2 Kualitas Gerak

Cara lain untuk melihat respons gerak adalah dengan mengorganisasikannya kedalam kualitas gerak yang ditunjukkan.


(30)

Adalah pengelompokan konsep secara meluas yang memasukkan prinsip-prinsip yang mengatur efisiensi dan efektifitas gerak.

2.1.5.3.4 Strategi Gerak

Adalah konsep yang berhubungan dengan bagaimana gerakan digunakan dalam kaitannya dengan benda atau ke orang lain.

2.1.5.3.5 Pengaruh Gerak

Merupakan konsep yang dikaitkan dengan pengaruh pengalaman gerak pada pelaku. Pengaruh latihan yang keras pada jantung dan tipe latihan yang menghasilkan daya tahan, kekuatan, dan kelentukan merupakan konsep pengaruh gerak.

2.1.5.3.6 Emosi Gerak

Merupakan suatu pengelompokan khusus dari konsep yang berfokus secara khusus pada wilayah afektif dari perkembangan manusia.

2.1.5.4 Pengembangan Aspek Afektif

Strategi afektif yang sudah digunakan dalam program penjas selama ini baru terbatas pada upaya pembangkitan sikap dan minat siswa terhadap pendidikan jasmani, walaupun tanpa pegangan yang jelas.

2.1.6 Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Husdarta&Yudha M. Saputra, 2000: 35 merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Isi yang terkandung didalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran


(31)

yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokan siswa, dan penggunaan alat bantu pengajaran.

2.1.7 Karakteristik Tolak Peluru

Berikut ini akan dijelaskan karakteristik tolak peluru menurut Rif‟iy Qomarullah, dkk, 2012: 106.

Dalam semua perlombaan atletik internasional, peralatan yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi-spesifikasi IAAF/ PASI. Hanya peralatan yang memegang sertifikat IAAF yang sah yang digunakan.

2.1.7.1 Lingkaran Lempar

2.1.7.1.1 Pinggiran lingkaran lempar harus dibuat dari pelat besi, baja, atau bahan lain yang cocok; bagian atasnya harus sedatar permukaan tanah diluarnya. Bagian alas dalam seluruh lingkaran lempar ini dibuat dari beton, sintetik, aspal, kayu, atau bahan lain yang sesuai yang kokoh dan tidak licin. Permukaan bagian dalam ini harus rata dan 1,4-2,6cm lebih rendah dari tepi atas pinggiran lingkaran. Pada tolak peluru, suatu lingkaran yang dapat dikemas dapat digunakan, asal memenuhi persyaratan diatas.

2.1.7.1.2 Diameter bagian dalam lingkaran lempar adalah 2,135m untuk tolak peluru dan lontar martil, serta 2,50m untuk lempar cakram. Pinggiran lingkaran lempar tebalnya minimum 6mm dan harus di cat putih.


(32)

Gambar 2.1. Lapangan Tolak Peluru

(Sumber: Metode Pembelajaran Atletik 2, 2012)

2.1.7.2 Balok Penahan

2.1.7.2.1 Konstruksi. Balok penahan berwarna putih dan dibuat dari kayu atau bahan lain yang cocok, berbentuk busur sehingga sisi dalamnya berimpit dengan tepi dalam lingkaran. Balok ditempatkan pada pertengahan garis sektor, dan dibuat sedemikian rupa sehingga terpasang kokoh pada tanah.

2.1.7.2.2 Ukuran. Balok penahan ini berukuran 11,2cm sampai 30cm panjang dengan penghubung antara kedua titik 1,15m untuk suatu lengkungan yang sama dengan lingkaran dan dengan tinggi 10cm dalam kaitannya dengan dataran lantai bagian dalam lingkaran.

2.1.7.3 Peluru

Konstruksi. Peluru terbuat dari padatan besi, kuningan, atau logam lain yang tidak lebih lunak daripada kuningan, atau logam tersebut yang berongga dan berisi dan timbal atau bahan lain. Peluru berbentuk bola dan permukaannya tidak


(33)

kasar. Agar tidak kasar, tebal rata-rata permukaannya harus kurang dari 1,6 mikrometer, yakni dengan angka kekasaran N7 atau kurang.

2.1.7.4 Teknik Dasar Tolak Peluru 2.1.7.4.1 Cara Memegang Peluru

Peluru dipegang dengan jari-jari tangan dan terletak pada telapak tangan bagian atas, caranya sebagai berikut:

2.1.7.4.1.1 Peluru diletakkan pada telapak tangan bagian atas atau pada ujung telapak tangan, yang dekat dengan jari-jari tangan. Jari-jari tangan direnggangkan atau dibuka, jari manis, jari tengah, dan jari telunjuk, dipergunakan untuk menahan dan memegang peluru bagian belakang. Sedangkan jari kelingking dan ibu jari digunakan untuk memegang/ menahan peluru bagian samping, yaitu agar peluru tidak tergelincir ke dalam atau ke luar. Ke dalam ditahan oleh ibu jari dan keluar ditahan oleh jari kelingking.

Perhaikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.2. Cara memegang peluru


(34)

2.1.7.4.1.2 Setelah peluru tersebut dapat dipegang dengan baik, kemudian letakkan pada bahu dan menempel di leher. Siku diangkat ke samping sedikit agak serong ke depan. Pada waktu memegang dan meletakkan peluru pada bahu, usahakan agar keadaan seluruh badan dan tangan jangan sampai kaku, tetapi haus dalam keadaan lemas. Tangan dan lengan yang lain membantu menjaga keseimbangan.

Perhatikan gambar di bawah ini:

Gambar 2.3. Meletakkan peluru pada bahu

(Sumber: Metode Pembelajaran Atletik Dasar 2, 2012) 2.1.7.4.2 Sikap Badan Pada Waktu Akan Menolak

2.1.7.4.2.1 Sikap Badan Menyamping

Berdiri tegak menyamping ke arah tolakan, kedua kaki dibuka lebar, kaki kiri lurus ke depan, kaki kanan dengan lutut dibengkokkan ke depan sedikit agak serong ke samping kanan. Berat badan berada pada kaki kanan, badn agak condong ke samping kanan.

Tangan kanan memegang peluru pada bahu, tangan kiri dengan sikut diengkokkan berada di depan sedikit agak serong ke atas lemas.


(35)

Tangan kiri berfungsi untuk membantu dan menjaga keseimbangan. Pandangan diarahkan ke arah tolakan.

Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.4. Sikap badan menyamping

(sumber: Metode Pembelajaran Atletik Dasar 2, 2012)

2.1.7.4.2.2 Sikap Badan Membelakang

Sikap permulaannya sama seperti pada sikap menyampimg. Dan sikap menyamping tersebut badan diputar ke samping kanan hingga seluruh badan membelakangi arah tolakan. Kemudian badan dibungkukkan ke depan, lutut kaki kanan dibengkokkan atau ditekuk lurus ke depan, demikian juga ujung kakinya lurus ke depan. Sedangkan keadaan tangan kanan yang memegang peluru dan tangan kirinya sama seperti pada sikap menyamping.

Perlu diketahui bahwa sikap tersebut diatas adalah agar para penolak yang menggunakan tangan kanan, sedangkan para penolak yang


(36)

mempergunakan tangan kiri kebalikannya. Perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu melakukan sikap badan baik menyamping maupun membelakang harus diusahakan tetap dalam keadaan lemas seluruhnya.

Gambar 2.5 sikap badan membelakang

(Sumber: Metode Pembelajaran Atletik Dasar, 2012)

2.1.7.4.3 Cara Menolakkan Peluru

Apabila keadaan sikap badan pada waktu akan menolak tersebut sudah dapat dilakukan dengan baik, artinya berada dalam keadaan seimbang dan siap untuk melakukan tolakan. Kemudian secepatnya peluru itu ditolakkan sekuatkuatnya keatas kedepan ke arah tolakan dengan cara sebagai berikut:

2.1.7.4.3.1 Pada Sikap Badan Menyamping

Bersamaan dengan memutar badan ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang, pinggul dan pinggang serta peluru di dorong ke


(37)

depan agak ke atas hingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat atau agak ditengadahkan, pandangan ke arah tolakan.

Pada saat seluruh badan menghadap ke arah tolakan, secepatnya peluru itu ditolakkan sekuat-kuatnya ke atas depan ke arah tolakan bersamaan dengan bantuan menolakkan kaki kanan dan melonjakkan seluruh badan ke alas serong ke depan.

Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar 2.6 sikap badan sebelum menolak

(Sumber: Metode Pembelajaran Atletik Dasar 2, 2012) 2.1.7.4.3.2 Pada Sikap Badan Membelakang

Bersamaan dengan memutar badan dan belakang ke samping kiri ke arah tolakan, siku ditarik serong ke atas ke belakang, pinggul, pinggang, dan perut dorong ke depan agak ke atas, hingga dada terbuka menghadap ke depan serong ke atas ke arah tolakan. Dagu diangkat, pandangan ke arah tolakan. Sikap dan gerakan selanjutnya, sama seperti pada sikap menyamping.


(38)

2.1.7.4.4 Pemulihan

Setelah penyerahan kita tinggalkan, lalu dilanjutkan dengan pemulihan. Lebih baik diatur oleh suatu pembalikan kaki. Jika kaki atlet telah menjadi baik diperluas oleh sutu pergerakan daya ledak di dalam melakukan tindakan, suatu tahap akan berakibat kurang baik pada kelangsungan kebalikan kaki kanan dan yang kiri dan membiarkan kaki kiri untuk pindah, gerakkan memutar kembali. Setelah turn-jump ini memiliki dampak berat, badan diserap oleh suatu lutut kanan sedikit dibengkokkan.

2.1.8 Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Pertama

Adolesensi atau masa remaja seperti yang dikemukakan oleh Sugiyanto, 2008: 52-58 merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hal ini biasanya dipandang dari segi kematangan seksual dan cepatnya pertumbuhan. Adolesensi dimulai dengan percepatan rata-rata pertumbuhan sebelum mencapai kematangan seksual, kemudian timbul fase perlambatan, dan berhenti setelah tidak terjadi pertumbuhan lagi, yaitu setelah mencapai masa dewasa.

2.1.8.1 Ukuran dan Proporsi Tubuh

Pada awal masa adolesensi anak-anak perempuan lebih tinggi dan lebih berat dari anak laki-laki. Anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan, ukuran-ukuran yang lain, seperti togok, panjang


(39)

tungkai, lebar bahu, lebar lengan, dan sebagainya mengikuti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung dengan cepat.

Dalam perkembangan fisik yang berhubungan dengan kematangan seksual mencapai puncaknya pada periode adolesensi. Peningkatan yang pesat pada anak perempuan berakhir antara usia 11 sampai 13,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 8,25cm setiap tahun, sedangkan pada anak laki-laki antara usia 13-15,5 tahun dengan pertambahan tinggi rata-rata 10,16cm.

Perbedaan antara bentuk tubuh antara laki-laki dan perempuan menjadi tampak jelas sesudah masa pubertas. Kedua jenis kelamin memiliki ukuran skeletal yang berbeda. Anak laki-laki menjadi seorang dewasa dengan tungkai dan lengan yang lebih panjang dan bahunya lebih lebar, sedangkan pada wanita dewasa akan nampak lebih besar pinggulnya.

2.1.8.2 Pertumbuhan Jaringan Tubuh

Perubahan secara proporsional terjadi pada tulang otot dan jaringan lemak pada masa adolesensi. Pertumbuhan tulang dan otot sejalan dengan peningkatan tinggi dan berat badan. Sedangkan penurunan volume jaringan lemak lebih nampak pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Pertumbuhan tulang dan otot sama, tetapi penurunan volume lemak tidak sama lamanya.


(40)

2.1.8.3 Perubahan Fisiologis

Adolesensi ditandai oleh berbagai macam perubahan-perubahan fisiologis yang berhubungan dengan masa pubertas dan berpengaruh terhadap penampilan fisik pada kedua jenis kelamin. Salah satu perubahan adalah denyut nadi basal yang selalu menurun secara berangsur-angsur dan sama untuk kedua jenis kelamin.

Tekanan darah sistolik naik secara ajeg sejak masa kanak-kanak, kemudian meningkat lebih cepat selama masa adolesensi, dan terus meningkat sampai dewasa. Perubahan tersebut untuk anak perempuan terjadi lebih awal, tetapi pada laki-laki bertambahnya lebih besar. Perubahan tekanan darah diastolik hanya kecil, dan antara laki-laki dengan perempuan tidak terjadi perbedaan yang meyakinkan.

2.1.8.4 Peningkatan Kekuatan

Perubahan-perubahan fisiologis dan pertumbuhan yang cepat dimasa adolesensi peningkatan dengan perbedaan peningkatan kekuatan antara kedua jenis kelamin. Perkembangan kekuatan susunan masa adolesensi nampak bahwa pada perempuan tidak dapat melampaui rata-rata perkembangan kekuatan laki-laki bahkan dapat digambarkan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh perempuan yang terkuat dapat disamakan dengan kekuatan laki-laki yang paling lemah.

Kematangan menunjukkan ada hubungan dengan perkembangan kekuatan. Apabila pencapaian kematangan diklasifikasikan menjadi kematangan awal, normal, dan terlambat, maka kurva pertumbuhan kekuatan pada perempuan


(41)

yang berada dalam klasifikasi kematangan terlambat matang selalu berada dibawah rata-rata pada seluruh kelompok umur. Sedangkan bagi mereka yang matang, cenderung lebih cepat perkembangan kekuatannya antara umur 11 sampai 13 tahun, tetapi sesudah pertumbuhannya menjadi berkurang dan mereka mencapai posisi dibawah rata-rata kelompok normal.

2.1.9 Karakteristik Siswa Kelas VII F SMP Negeri 11 Magelang

Pada penelitian ini, penulis menggunakan siswa kelas VII SMP Negeri 11 Magelang sebanyak 30 siswa. Yang terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri.

Tabel 2.1 Daftar Siswa Kelas VII F SMP Negeri 11 Magelang

No. Nama Jenis Kelamin

1 Adam Sulistyo Prayogo L

2 Ade Mala Saputri P

3 Alifaul Prihatini P

4 Anisa Ramadani P

5 Ardo Prassetya L

6 Ayu Kurniawati P

7 Damar Rizky L

8 Dea Puspita Kumala Livia P

9 En Richo Fadhil Lutfi L

10 Febria Zawalda P


(42)

12 Giska Zamrud Pratama L

13 I Made Indra L

14 Indi Pratiwi P

15 Iqbal Farabi L

16 Karmeilia Diah Ayu P

17 Meiriah Rahmawati P

18 Mochammad Jay L

19 Mochamad Arif Prabowo L

20 Mochamad Sadam Majid L

21 Nabila P

22 Nourma Sella Oktalivia P

23 Nur Ramadhan L

24 Refa Radika L

25 Rifky Agustian Nugroho L

26 Rudi Kurniawan L

27 Silviana Rahayu P

28 Yuleta Supriyati P

29 Yulian Ajik Prabowo L

30 Zahra Bezharia P

2.1.10 Standar Nasional Pendidikan SMP

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/ MTs/ Paket B atau bentuk lain yang sederajat dimaksudkan untuk memperoleh


(43)

kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan tehnologi serta membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri. (BSNP, 2006: 68)

2.1.11 Prinsip-prinsip Pengembangan

Apabila permainan dan olahraga kita daftar satu persatu maka akan banyak sekali jumlahnya, dan bahkan mungkin tidak akan bisa masuk dalam daftar kurikulum, apalagi kalau kita analisa macam-macam skill yang terdapat dalam olahraga tersebut. Untuk itu, pengembangan dan modifikasi permainan dan olahraga perlu dilakukan berdasarkan klasifikasinya. Klasifikasi permainan dan olahraga ini merupakan dasar generik untuk dapat melakukan berbagai cabang olahraga resmi yang dipertandingkan. Belka, 1994 dalam Yoyo B & Adang S, 2000: 21-30 mengklasifikasikan perrmainan untuk dapat melakukan olahraga kedalam lima klasifikasi sebagai berikut:

2.1.11.1Permainan Sentuh (Tag Games)

Permainan sentuh merupakan sebuah bentuk permainan strategi yang sederhana namun sangat berguna untuk mengembangkan dasar-dasar strategi. Beberapa strategi yang dapat dikembangkan dalam permainan sentuh adalah sebagai berikut:

2.11.1.1 Berdiri seimbang dan siap bergerak ke berbagai arah

2.11.1.2 Menggunakan variasi pura-pura pada saat menyentuh dan menghindari sentuhan

2.11.1.3 Mengubah arah dan kecepatan dalam gerak mengecoh 2.11.1.4 Menyadari apa yang terjadi di sebelah dan di belakang


(44)

2.1.11.2Permainan Target (Target Games)

Permainan target merupakan sebuah bentuk permainan akurasi penyampaian objek pada sasaran atau target. Tujuan permainan ini adalah akurasi penyampaian objek pada sasaran. Strategi dasar permainan target adalah membuat keputusan apakah memilih kesempurnaan atau memilih cara atau tingkatan yang aman. Secara lebih rinci strategi ini sebagai berikut:

2.1.11.1 Berhenti sesaat, relaks, tumbuhkan percaya diri 2.1.11.2 Jangan terburu-buru, tentukan kapan akan mulai

2.1.11.3 Nilailah kemampuan anda dan situasinya, putuskan apakah memilih sempurna atau memilih amannya

2.1.11.4 Konsentrasi dan fokus sebisanya

2.1.11.3Permainan Net dan Dinding (Net and Wall Games)

Permainan net dan dinding merupakan sebuah permainan yang melibatkan kemampuan bergerak dan mengendalikan objek agar susah dimiliki lawan atau susah dikembalikan lawan ke dinding. Terdapat lima strategi dalam permainan net dan dinding:

2.1.11.3.1 Mengirimkan objek ke dinding atau mengirimkan objek melewati net menuju daerah yang kosong

2.1.11.3.2 Memulai dan kembali ke posisi strategis semula pada setiap selesai melakukan

2.1.11.3.3 Memainkan secara bervariasi sehingga lawan tidak dengan mudah mengantisipasi apa yang akan terjadi


(45)

2.1.11.3.5 Komunikasi dengan teman sehingga dapat saling membantu satu sama lain

2.1.11.4Permainan Serangan (Invassion Games)

Permainan ini lebih memfokuskan perhatiannya pada pengendalian objek pada daerah tertentu. Lima strategi dasar dalam permainan serangan adalah: 2.1.11.4.1 Menciptakan agar pertahanan terbuka

2.1.11.4.2 Menjaga wilayah dan reposisi untuk bertahan 2.1.11.4.3 Menjaga dan menghambat gerak lawan

2.1.11.4.4. Memindahkan objek pada daerah yang menguntungkan 2.1.11.4.5 Berkomunikasi dengan teman secara efektif

2.1.11.5Permainan Lapangan (Fielding Games)

Dalam permainan ini biasanya sebuah objek dikirimkan pada sebuah tempat atau daerah tertentu dan pengirim berusaha lari ke tempat tertentu dan bahkan mungkin terus lari sampai kembali lagi ke tempat semula sebelum pemain penangkap bola dapat menangkap bola dan mengirimkannya lagi ke tempat tertentu. Banyak strategi dasar bermain serangan dan net dapat digunakan pada strategi lapangan ini. Beberapa strategi dasar tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

2.1.11.5.1 Mengirimkan objek pada daerah kosong 2.1.11.5.2 Menempatkan diri pada posisi yang strategis


(46)

2.1.12 Gerak

Gerak (motor) sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia, sedangkan psikomotor khusus digunakan pada domain mengenai perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia. Jadi, gerak (motor) ruang lingkupnya lebih luas dari pada psikomotor (Amung Ma‟mun & Yudha M Saputra, 2000: 20)

2.1.13 Belajar Gerak

Menurut Amung Ma‟mun, 2000: 3 belajar gerak merupakan studi tentang

proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan ketrampilan gerak (motor skill). Ketrampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu yang bersangkutan.

Belajar gerak khusus dipengaruhi oleh berbagai bentuk tehnik latihan, pengalaman, atau situasi belajar pada gerak manusia.

Adapun tahapan dalam belajar gerak (motor learning) yang dijelaskan oleh Amung Ma‟mun, 2000 yaitu:

2.1.13.1Tahapan Verbal Kognitif

Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara lengkap mengenai bentuk gerak baru kepada peserta didik. Sebagai pemula, mereka belum memahami mengenai apa, kapan, dan bagaimana gerak itu dilakukan. Oleh karena itu, kemampuan verbal kognitif sangat mendominasi tahapan ini.


(47)

2.1.13.2Tahapan Gerak

Pada tahapan ini, fokusnya adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan gerakan. Biasanya yang harus dikuasai peserta didik pertama kali dalam belajar motorik adalah kontrol dan konsistensi sikap berdiri serta rasa percaya diri.

2.1.13.3Tahapan Otomatisasi

Tahapan ini, setelah peserta didik banyak melakukan latihan, secara berangsur-angsur memasuki tahapan otomatisasi. Disini motor program sudah berkembang dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat. Peserta didik sudah menjadi lebih terampil dan setiap gerakan yang dilakukan lebih efektif dan efisien.

Pembelajaran gerak pada umumnya memiliki harapan dengan munculnya hasil tertentu, hasil tersebut biasanya adalah berupa penguasaan ketrampilan. Ketrampilan siswa yang tergambarkan dalam kemampuannya menyelesaikan tugas gerak tertentu akan terlihat mutunya dari seberapa jauh siswa tersebut mampu menampilkan tugas yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu. Semakin tinggi tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas gerak tersebut maka semakin baik ketrampilan orang tersebut (Amung Ma‟mun, 2000: 57)

2.1.14 Gerak Dasar

Kemampuan gerak dasar menurut Amung Ma‟mun & Yudha M. Saputra, 2000: 20-21 merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna


(48)

meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

2.1.14.1Kemampuan Lokomotor

Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh keatas, seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping, melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari

2.1.14.2Kemampuan Non-lokomotor

Kemampuan non lokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak yang memadai. Kemampuan non lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar, mengocok, melingkar, melambungkan, dan lain-lain.

2.1.14.3Kemampuan Manipulatif

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulasi objek jauh lebih unggul dari pada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item: berjalan (gerakan langkah) dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif tediri dari:

2.1.14.3.1 Gerak mendorong (melempar, memukul, menendang)

2.1.14.3.2 Gerakan menerima (menangkap) obyek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola yang terbuat bantalan karet (bola medisin) atau macam bola yang lain


(49)

2.1.14.3.3 Gerakan memantul-mantulkan bola atau menggiring bola

2.1.15 Karakteristik Pembelajaran Tolak Peluru Kayu Berwarna

Pembelajaran dengan menggunakan peluru kayu berwarna ini dimaksudkan untuk membuat siswa semakin lebih bersemangat dimana penggunaan media ini dengan berbagai warna. Berat pada peluru ini juga disesuaikan dengan kemampuan siswa. Tehnik yang dilakukan dalam pembelajaran ini sama dengan tehnik peluru pada umumnya. Namun dengan menggunakan peluru kayu ini, bisa dilakukan dimana saja, tidak harus pada lapangan tolak peluru.

Berikut ini deskripsi perbedaan antara pembelajaran tolak peluru yang ada di sekolah dengan model pembelajaran tolak peluru yang dimodifikasi.

Tabel 2.2 Perbedaan Tolak Peluru dengan Tolak Peluru Kayu

Pembeda Tolak Peluru Tolak Peluru

Kayu

Peluru Terbuat dari besi Terbuat dari kayu

Warna peluru Hitam Biru dan merah

Lapangan Berbentuk

lingkaran

Berbentuk persegi

Pemanasan Statis dan Dinamis Statis, dinamis, dan permainan

Model pembelajaran

Langsung ke pokok tujuan

Melalui pendekatan bermain


(50)

2.1.15.1Kegiatan Awal

Pertama-tama siswa dibariskan dulu menjadi dua kelompok untuk melakukan pemanasan. Pemanasan dipimpin oleh salah satu siswa dengan bantuan guru. Setelah pemanasan selesai, guru akan memberikan permainan untuk melatih kekuatan otot lengan siswa.

Selanjutnya siswa melakukan gerakan untuk melatih kekuatan otot lengan. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok, berbaris pada lapangan tenis lapangan yang sudah disediakan. Guru membagikan beberapa bola tenis. Bola tenis tersebut dibagi menjadi 2, sebagian untuk kelompok A, sebagian lagi untuk kelompok B. Kemudian guru membunyikan peluit tanda permainan dimulai. Setelah peluit dibunyikan, siwa mengambil bola tenis tersebut untuk ditolakkan di seberang net, begitu juga kelompok yang diseberang. Nanti sampai pada waktunya guru meniup peluit 2x tanda permainan telah selesai. Jika peluit sudah dibunyikan 2x siswa sudah tidak boleh memegang bola. Semua tangan diangkat. Nanti guru akan menghitung jumlah bola yang ada pada setiap kelompok, jika bola yang ada masih banyak, berarti kelompok tersebut kalah dan akan mendapat hukuman dari guru. 2.1.15.2Kegiatan Inti

Setelah pemanasan selesai dilakukan, siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Urut disesuaikan dengan nomor absen. Guru memberikan pengertian terlebih dahulu tentang tolak peluru, setelah itu memberikan contoh cara menolak dengan gaya ortodoks, yaitu menyampingi sektor tolak peluru, kemudian cara melakukannya. Setelah dirasa siswa mampu menangkap apa yang dijelaskan guru, siswa mempraktikkan gerakan tersebut.


(51)

2.1.15.3Fasilitas dan Peralatan 2.1.15.3.1 Lapangan

Lapangan yang digunakan berbeda dengan lapangan tolak peluru pada umumnya, dengan menggunakan peluru kayu ini, pembelajaran bisa dilakukan di tempat yang tidak berumput sekalipun.

2.1.15.3.2 Peluru

Peluru yang digunakan terbuat dari kayu kalimantan. Yang memiliki berat untuk laki-laki sekitar 600-800 gram, sedangkan untuk perempuan sekitar 400-600 gram. Untuk warnanya laki-laki merah, sedangkan perempuan biru. Sedangkan diameternya untuk laki-laki 110-130 mm sedangkan pada perempuan yaitu 95-110 mm.


(52)

Gambar 2.8 Peluru kayu untuk perempuan

Gambar 2.9 Bola tenis untuk pemanasan permainan

2.1.15.3.3 Kriteria Peluru

Peluru kayu ini memiliki kriteria ukuran sebagai berikut: Tabel 2.3 Kriteria Peluru Kayu Berwarna

Kriteria Laki-laki Perempuan

Diameter 110-130 mm 95-110 mm

Berat 600-800 gram 400-600 gram


(53)

2.2 Kerangka Berfikir

Pembelajaran tolak peluru kayu berwarna merupakan terobosan baru dari pembelajaran tolak peluru. Dalam pembelajaran ini, ukuran lapangan dimodifikasi dan diubah bentuknya. Pembelajaran tolak peluru kayu berwarna dibuat berbeda dari pembelajaran tolak peluru., ini sesuai dengan prinsip modifikasi yang dapat dilakukan terhadap bentuk peralatan, ukuran lapangan, dan tujuan dalam pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan dalam pembelajaran tolak peluru kayu berwarna, yaitu meningkatkan gerak atau aktivitas jasmani siswa dapat tercapai.


(54)

37 3.1 Model Pengembangan

Model pengembangan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah Pengembangan Model Pembelajaran Tolak Peluru Gaya Ortodoks Melalui Modifikasi Alat Bantu Peluru Kayu Berwarna.

Penelitian pengembangan biasanya disebut penelitian berbasis pengembangan yaitu jenis penelitian yang tujuan penggunaannya untuk pemecahan masalah praktis. Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk, dan diharapkan dapat menjembatani kesenjangan penelitian yang lebih banyak menguji teori ke arah menghasilkan produk-produk yang langsung dapat digunakan oleh pengguna.

Menurut Borg and Gall (1983) dalam buku Punaji Setyosari, 2010: 194 penelitian pengembangan adalah suatu proses yang banyak digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran, yang pada dasarnya prosedur penelitian pengembangan terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: mengembangkan produk, dan menguji keefektifan produk untuk mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembangan, sedangkan tujuan kedua disebut validasi.

Dalam hal pengembangan produk salah satunya adalah menghasilkan produk untuk pembelajaran penjasorkes disekolah, adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


(55)

3.1.1 Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi,termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka.

3.1.2 Mengembangkan produk awal (dalam hal ini model pengembangan media peluru).

3.1.3 Evaluasi produk awal yang sudah dibuat oleh para ahli, dengan menggunakan seorang ahi pendidikan jasmani dan olahraga dan dua ahli pembelajaran, serta uji coba kelompok kecil, dengan menggunakan kuesioner dan konsultasi serta evaluasi yang kemudian dianalisis.

3.1.4 Lakukan revisi produk pertama dari hasil evaluasi ahli dan uji coba skala kecil yang dilakukan sebelumnya.

3.1.5 Uji coba skala besar dilapangan dengan menggunakan model pembelajaran yang sudah direvisi atau hasil uji coba skala kecil yang dilakukan sebelumnya.

3.1.6 Revisi produk akhir dilakukan berdasarkan evaluasi dan analisis uji coba lapangan.

3.1.7 Hasil akhir model pembelajaran tolak peluru gaya ortodoks melalui modifikasi alat bantu peluru kayu berwarna pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Magelang.


(56)

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan pada model pembelajaran tolak peluru melalui media tolak peluru kayu berwarna ini, dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap-tahapan tersebut antara lain:

Analisis Kebutuhan

Kajian Pustaka Observasi dan Wawancara

Pembuatan Produk Awal

Tinjauan Ahli Penjas Uji Coba Skala Kecil dan Ahli Pembelajaran 12 siswa Kelas VII SMP N 11 Magelang

Revisi Produk Pertama

Uji Coba Skala Besar

30 Siswa Kelas VII SMP N 11 Magelang

Revisi Produk Akhir

Produk Akhir Pembelajaran Tolak Peluru dengan Peluru Kayu


(57)

3.2.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ini. Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah model pembelajaran tolak peluru dengan menggunakan peluru kayu berwarna ini dibutuhkan atau tidak. Pada tahapan ini peneliti mengadakan observasi ke sekolah tersebut dengan cara pengamatan lapangan tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran tolak peluru.

3.2.2 Pembuatan Produk Awal

Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah membuat produk pembelajaran tolak peluru. Dalam pembuatan produk yang dikembangkan, peneliti membuat produk berdasarkan kajian teori yang kemudian dievaluasi oleh satu ahli penjas dan dua ahli pembelajaran. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Magelang.

DRAF PRODUK AWAL PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS DENGAN

PELURU KAYU BERWARNA

Pembelajaran dengan menggunakan peluru kayu berwarna ini dimaksudkan untuk membuat siswa semakin lebih bersemangat dimana penggunaan media ini dengan berbagai warna. Berat pada peluru ini juga disesuaikan dengan kemampuan siswa. Teknik yang dilakukan dalam pembelajaran ini sama dengan teknik peluru pada umumnya. Namun dengan menggunakan peluru kayu ini, bisa dilakukan dimana saja, tidak harus pada lapangan tolak peluru.


(58)

1,5M 3.2.2.1 Kegiatan Awal

Pertama-tama siswa dibariskan dulu menjadi dua kelompok untuk melakukan pemanasan. Sebelum pemanasan dimulai, guru memerintahkan untuk menghitung denyut nadi sebelum beraktifitas. Pemanasan dipimpin oleh salah satu siswa dengan bantuan guru. Melakukan pemanasan statis, setelah itu dilanjutkan dengan pemanasan dinamis.

X X X X X Keterangan :

0 X = siswa

X X X X X 0 = guru

Gambar 3.2 Formasi Pemanasan

X X X X X X

3m

6m

3m

X X X X X X

10m

Gambar 3.3 Formasi Permainan

Keterangan :


(59)

: arah lempar bola tenis

: net

3.2.2.2 Aturan Permainan

3.2.2.2.1 Satu kelompok siswa dibagi menjadi 2 bagian, 1 kelompok dengan nama A dan 1 kelompok lainnya dengan nama B

3.2.2.2.2 Mereka berada dalam 1 lapangan tenis yang dipisahkan dengan net 3.2.2.2.3 Guru membagikan beberapa bola tenis kepada siswa

3.2.2.2.4 Guru memberikan aba-aba dengan membunyikan 1x peluit tanda permainan dimulai

3.2.2.2.5 Seluruh bola yang ada di dalam daerah kelompok tersebut harus ditolakkan ke kelompok seberang, sehingga dalam daerah tersebut tidak ada bola, begitupun kelompok sebaliknya juga harus menolakkan bola yang ada didaerahnya.

3.2.2.2.6 Nanti guru akan membunyikan peluit 2x tanda permainan tersebut selesai dilakukan.

3.2.2.2.7 Guru akan melihat kelompok mana yang sisa bolanya lebih banyak. 3.2.2.2.8 Kelompok yang sisa bolanya lebih banyak adalah kelompok yang

kalah

3.2.2.2.9 Nantinya kelompok yang kalah akan mendapat hukuman untuk melakukan push-up sebanyak 5x


(60)

3.2.2.3 Kegiatan Inti

Setelah pemanasan selesai dilakukan, siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Urut disesuaikan dengan nomor absen. Guru memberikan pengertian terlebih dahulu tentang tolak peluru, setelah itu memberikan contoh cara menolak dengan gaya ortodoks, yaitu menyampingi sektor tolak peluru, kemudian cara melakukannya. Setelah dirasa siswa mampu menangkap apa yang dijelaskan guru, siswa mempraktikkan gerakan tersebut.

3.2.2.4 Fasilitas dan Peralatan 3.2.2.4.1 Sektor tolakan

Sektor tolakan yang digunakan adalah lahan yang datar dan luas. Bisa berada di tanah yang berumput, maupun di tanah yang sudah di semen. Lapangan ini berbentuk persegi, dengan panjang 1,5 m. Pada garis lapangan yang paling depan diberi tanda tebal sebagai tanda jika melewati garis tersebut akan dinyatakan gugur. Arah lempar sesuai dengan yang ditunjukkan anak panah yang ada. Arah lemparannya sejajar dengan bentuk lapangan yang digunakan.

1,5m


(61)

3.2.2.4.2 Peluru

Peluru yang digunakan terbuat dari kayu kalimantan. Yang memiliki berat untuk laki-laki sekitar 600-800 gram, sedangkan untuk perempuan sekitar 400-600 gram. Untuk warnanya laki-laki merah, sedangkan perempuan biru. Sedangkan diameternya untuk laki-laki 110-130 mm sedangkan pada perempuan yaitu 95-110 mm.

Gambar 3.5 Peluru kayu untuk laki-laki


(62)

Gambar 3.7 Bola tenis untuk pemanasan permainan

3.2.2.4.3 Alat Ukur

Dalam hal ini dapat menggunakan meteran yang biasa terdapat pada setiap sekolah.

3.2.2.4.4 Bendera

Bendera yang digunakan dalam permainan ini adalah bendera yang ditali pada bambu, yang terdiri dari 3 warna.

1. Merah ditancapkan pada batas 5m 2. Kuning ditancapkan pada batas 6m 3. Hijau ditancapkan pada batas 7m


(63)

Gambar 3.8 Bendera sebagai batas target

3.2.2.4.5 Tali Ravia

Tali ravia ini digunakan untuk batas lapangan yang sekaligus digunakan sebagai garis start, serta ravia yang digunakan untuk batas finish.

1. Ravia hitam digunakan sebagai batas lapangan dan garis start 2. Ravia biru digunakan sebagai batas garis finish


(64)

Gambar 3.10 Ravia biru sebagai batas garis finish

3.2.2.4.6 Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mencatat waktu pada saat kompetisi permainan.


(65)

FORMASI PEMBELAJARAN TOLAK PELURU KAYU BERWARNA

15M

START 5M 6M 7M FINISH

5M 1M 1M

4,5M

2M

Gambar 3.11 Formasi pembelajaran 3.2.2.5 Aturan permainan

3.2.2.5.1 Pertama tama siswa dibariskan terlebih dahulu untuk melihat gerakan yang diajarkan oleh guru.

3.2.2.5.2 Guru memberikan contoh gerakan melakukan tolak peluru gaya ortodoks dengan tehnik yang benar


(66)

3.2.2.5.3 Kemudian guru menjelaskan aturan permainan yang harus ditaati oleh para siswa.

3.2.2.5.4 Pertama-tama siswa dibagi ke dalam 3 kelompok.

3.2.2.5.5 Setelah itu mereka akan melakukan kompetensi antar anggota kelompok.

3.2.2.5.6 Kompetensi dimulai dengan adanya tanda peluit berbunyi.

3.2.2.5.7 Setelah peluit dibunyikan, gerakan pertama siswa paling depan melakukan push-up terlebih dahulu sebanyak 5x.

3.2.2.5.8 Setelah itu siswa melakukan gerakan tolak peluru, minimal harus melebihi bendera merah.

3.2.2.5.9 Penggunaan peluru disesuaikan dengan jenis kelamin, yaitu untuk putra menggunakan peluru berwarna merah, sedangkan putri menggunakan peluru berwarna biru.

3.2.2.5.10 Setelah selesai menolak, siswa berlari menuju ke garis finish.

3.2.2.5.11 Nanti jika dalam 1 kelompok sudah selesai, dilihat kelompok mana yang anggotanya paling banyak mencapai atau bahkan melewati bendera merah.

3.2.2.5.12 Jika hasilnya sama, kelompok yang dinyatakan menang adalah kelompok yang lebih dahulu mencapai garis finish.

3.2.2.5.13 Setelah melewati bendera merah, kegiatan yang sama dilakukan dengan mencapai sasaran bendera kuning dan hijau.


(67)

Peluru kayu ini memiliki kriteria ukuran sebagai berikut: Tabel 3.1 Kriteria Peluru Kayu Berwarna

Laki-laki Perempuan

Diamet

er 110-130 mm 95-110 mm

Berat 600-800 gram 400-600 gram

Warna Merah Biru

3.2.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk ini bertujuan untuk memperoleh evektifitas, efisien, dan kebermanfaatan dari produk. Langkah- langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba produk yaitu desain uji coba, menentukan subjek uji coba, menyusun instrumen pengumpulan data, dan menetapkan tehnik analisis data.

3.2.4 Revisi Produk Pertama

Hasil data dari evaluasi satu ahli penjas, serta uji coba kelompok kecil tersebut dianalisis. Selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk yang telah dibuat.

3.2.5 Uji Coba Lapangan

Hasil analisis uji coba skala kecil serta revisi produk pertama, selanjutnya dilakukan uji coba lapangan. Uji coba lapangan ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Magelang.


(68)

3.2.6 Revisi Produk Akhir

Revisi produk dari hasil uji coba skala besar yang telah diujicobakan pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Magelang yang berjumlah 30 siswa

3.2.7 Hasil Akhir

Hasil akhir produk pengembangan dari uji coba skala besar yang berupa model pembelajaran tolak peluru dengan menggunakan peluru kayu.

3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk penelitian ini bertujuan untuk memperoleh efektivitas, efisiensi dan kebermanfaatan dari produk. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba produk adalah sebagai berikut:

3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan dan segi pemanfaatan produk yang dikembangkan. Desain uji coba yang dilaksanakan terdiri dari:

3.3.1.1 Evaluasi Ahli

Sebelum produk pembelajaran yang dikembangkan diujicobakan kepada subjek, produk yang dibuat dievaluasi terlebih dahulu oleh satu ahli penjas (Agus Widodo S, S. Pd., M. Pd.) dan dua ahli pembelajaran (Budi Priyatno, S. Pd. dan Drs. Agus Ginardi) dengan kualifikasi: 1) Agus Widodo S, S. Pd., M. Pd. adalah dosen mata kuliah atletik di FIK UNNES, 2) Budi Priyatno, S.Pd., adalah Guru


(69)

pendidikan jasmani kelas VII di SMP Negeri 11 Kota Magelang, 3) Drs. Agus Ginardi, adalah Guru pendidikan jasmani kelas VIII dan IX SMP Negeri 11 Kota Magelang

Variabel yang dievaluasi oleh ahli meliputi aspek psikomotorik, aspek kognitif, dan aspek afektif. Untuk menghimpun data dari para ahli, dilakukan dengan cara memberikan draf awal disertai dengan lembar evaluasi kepada para ahli penjas dan ahli pembelajaran. Hasil evaluasi dari para ahli yang berupa penilaian dan saran terhadap produk yang telah dibuat, dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk.

3.3.1.2 Uji Coba Kelompok Kecil

Pada tahapan ini produk yang telah direvisi dari hasil evaluasi ahli kemudian diujicobakan kepada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Magelang. Pada uji skala kecil ini menggunakan 12 siswa sebagai subjeknya.

3.3.1.3 Revisi Produk Pertama

Hasil data dari evaluasi satu ahli penjas dan dua ahli pembelajaran, serta uji coba skala kecil tersebut dianalisis. Selanjutnya dijadikan acuan untuk merevisi produk yang telah dibuat.

3.3.1.4 Uji Coba Skala Besar

Hasil analisis uji coba skala kecil serta revisi produk pertama, selanjutnya dilakukan uji coba skala besar. Uji coba skala besar ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Magelang sebanyak 30 siswa.


(70)

3.3.2 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.2.1 Evaluasi ahli yang terdiri dari satu ahli penjas dan dua ahli pembelajaran 3.3.2.2 Uji coba kelompok kecil yang terdiri dari 12 siswa kelas VII SMP Negeri

11 Magelang, yang diambil berdasarkan jenis kelamin

3.3.2.3 Uji coba lapangan yang terdiri dari 30 siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Magelang.

3.4 Cetak Biru Produk

Merupakan rencana keseluruhan dari model pembelajaran tolak pelru dengan menggunakan peluru kayu. Adapun bentuk produk yang dikembangkan sebagai kajian penelitian.

3.5 Jenis data

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang berupa alasan dalam memilih jawaban dan saran-saran.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau failita yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah berbentuk lembar evaluasi, kuesioner, dokumentasi, dan pengamatan lapangan. Lembar


(71)

evaluasi digunakan untuk menghimpun data dari para ahli penjas dan ahli pembelajaran. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data evaluasi ahli dan uji coba. Alasan memilih kuesioner adalah jumlah subjek yang relatif banyak sehingga data dapat diambil secara serentak dan waktu yang singkat. Kepada ahli dan siswa diberikan kuesioner yang berbeda. Kuesioner ahli dititikberatkan pada produk pertama yang dibuat, sedangkan kuesioner siswa dititikberatkan pada kenyamanan produk.

Kuesioner yang digunakan oleh ahli berupa sejumlah aspek yang harus dinilai kelayakannya. Faktor yang digunakan dalam kuesioner berupa kualitas model pembelajaran tolak peluru. Serta komentar dan saran umum jika ada. Rentang evaluasi dimulai dari “Tidak Baik” sampai “Sangat Baik” dengan cara memberi tanda “√” pada kolom tersedia.

Tabel 3.2 Rentang Evaluasi

No Skor Kriteria

1 1 Tidak baik

2 2 Kurang

3 3 Cukup

4 4 Baik

5 5 Sangat Baik

Berikut ini adalah faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada kuesioner ahli


(72)

Tabel 3.3 Faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner Ahli

No. Faktor Indikator Jum

lah

1 Kualitas

Model

Kualitas produk terhadap standar kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SMP

15

Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dengan alternatif jawaban “Ya” atau “Tidak”. Faktor yang digunakan dalam kuesioner adalah aspek kognitif. Cara pemberian skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Skor Jawaban Kuesioner „Ya” dan “Tidak”

No. Alternatif

Jawaban

Positif Negatif

1 Ya 1 0

2 Tidak 0 1

Berikut ini dalah faktor-faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada siswa


(73)

Tabel 3.5 Faktor, Indikator, Dan Jumlah Butir Kuesioner Siswa (Aspek Kognitif)

No. Faktor Indikator Jumlah

1 Kognitif Kemampuan siswa memahami

tentang model pembelajaran tolak peluru kayu

7

Sedangkan untuk aspek psikomotor dan afektif digunakan tabel pengamatan siswa.

Berikut ini faktor indikator dan cara penilaian siswa pada aspek psikomotor.

Tabel 3.6 Faktor, Indikator, Dan Jumlah Butir Pengamatan Siswa (Aspek Psikomotorik)

No. Faktor Indikator Jumlah

1 Psikomotrik Kemampuan siswa mempraktekkan gerakan tolak peluru kayu

7

Rentang penilaian dimulai dari angka 1-4, dengan keterangan sebagai berikut:

1 = jika siswa hanya melakukan 1 indikator saja 2= jika siswa melakukan 2 indikator

3= jika siswa melakukan 3 indikator

4= jika siswa melakukan semua indikator yang ada.


(74)

NP=n

N x

Tabel 3.7 Faktor, Indikator, Dan Jumlah Butir Pengamatan (Aspek Afektif)

No. Faktor Indikator Jumlah

1 Afektif Menampilkan sikap dalam model tolak peluru kayu

5

Rentang penilaian dimulai dari angka 1 - 5, dengan keterangan sebagai berikut:

1 = jika siswa melakukan 1 indikator saja 2= jika siswa melakukan 2 indikator 3= jika siswa melakukan 3 indikator 4= jika siswa melakukan 4 indikator

5= jika siswa melakukan semua indikator yang ada.

3.7 Analisis Data

Untuk menganalisis data diperlukan suatu teknik analisis yang sesuai dengan bentuk data yang terkumpul. Data yang terkumpul dalam penelitian berupa data angka (numeric) maka menggunakan teknik statistik deskriptif dengan analisis deskriptif prosentase.

Dalam pengolahan data, persentase diperoleh dengan rumus dari Muhammad Ali (1987:184) pada Sarwo Adhi Laksono, 2013: 53 yaitu:


(75)

Keterangan:

NP = nilai dalam % n = nilai yang diperoleh

N = jumlah seluruh nilai / jumlah seluruh data.

Tabel 3.8 Klasifikasi Persentase Untuk Memperoleh Kesimpulan Data

No. Persentase Klasifikasi Makna

1 0 - 20% Tidak Baik Dibuang

2 20,1 - 40% Kurang Diperbaiki

3 40,1 -70% Cukup Digunakan

4 70,1 - 90% Baik Digunakan


(76)

59 4.1 Penyajian Data Hasil Penelitian

Hasil yang disajikan dalam penelitian pengembangan ini meliputi data analisis kebutuhan, deskripsi draft produk awal, draft produk awal, validasi ahli, data uji coba kelompok kecil, draft setelah uji coba kelompok kecil, data uji coba kelompok besar, analisis data, dan pembahasan.

4.1.1 Data Analisis Kebutuhan

Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di lapangan terutama berkaitan dengan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, serta bentuk pemecahan dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis proses pembelajaran yang terjadi sesungguhnya di lapangan, melakukan observasi pembelajaran dan melakukan studi pustaka / kajian teori.

Sesuai dengan kompetensi dasar pada materi pembelajaran atletik SMP, disebutkan mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar atletik serta nilai toleransi, percaya diri, keberanian, menjaga keselamatan diri dan orang lain, bersedia berbagi tempat dan peralatan. Kenyataan yang ada dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru kurang memberikan vaiasi model pembelajaran yang menarik bagi siswa, sehingga siswa cenderung bosan dan kurang aktif bergerak dalam pembelajaran penjas.


(77)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berusaha mengembangkan model pembelajaran gerak tolak peluru melalui modifikasi peluru kayu berwarna bagi siswa kelas VII. Peneliti mengharapkan produk yang dihasilkan nanti dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif, dengan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan serta dapat memotivasi siswa lebih berpeluang mengeksploitasi gerak secara luas dan bebas sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Produk yang dihasilkan juga diharapkan dapat membantu guru penjasorkes dalam memberikan pembelajaran gerak ke dalam pembelajaran tolak peluru yang lebih bervariasi dengan menggunakan produk yang dihasilkan ini.

4.1.2 Deskripsi Produk Awal

Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan yang sesuai dengan kemampuan siswa SMP, tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah dengan melakukan langkah-lagkah sebagai berikut:

4.1.2.1 Analisis karakteristik pembelajaran tolak peluru kayu berwarna 4.1.2.2 Analisis karakteristik siswa SMP

4.1.2.3 Mengkaji literatur tentang prinsip-prinsip atau cara membuat atau mengembangkan pembelajaran tolak peluru

4.1.2.4 Menetapkan prinsip-prinsip untuk mengembangkan model pembelajaran tolak peluru

4.1.2.5 Pengembangan prosedur penelitian hasil pengembangan


(78)

Setelah melalui proses desain dan produksi maka dihasilkan produk awal model pembelajaran tolak peluru kayu berwarna bagi siswa SMP. Berikut ini adalah draft produk awal pembelajaran tolak peluru kayu berwarna bagi siswa SMP sebelum di evaluasi oleh ahli penjas dan guru SMP:

4.1.3 Draf Produk Tolak Peluru kayu Berwarna

Pembelajaran dengan menggunakan peluru kayu berwarna ini dimaksudkan untuk membuat siswa semakin lebih bersemangat dimana penggunaan media ini dengan berbagai warna. Berat pada peluru ini juga disesuaikan dengan kemampuan siswa. Teknik yang dilakukan dalam pembelajaran ini sama dengan teknik peluru pada umumnya. Namun dengan menggunakan peluru kayu berwarna ini, bisa dilakukan dimana saja, tidak harus pada lapangan tolak peluru.

4.1.3.1 Kegiatan Awal

Pertama-tama siswa dibariskan dulu menjadi dua kelompok untuk melakukan pemanasan. Sebelum pemanasan dimulai, guru memerintahkan untuk menghitung denyut nadi sebelum beraktifitas. Pemanasan dipimpin oleh salah satu siswa dengan bantuan guru. Melakukan pemanasan statis, setelah itu dilanjutkan dengan pemanasan dinamis.


(79)

1,5M

X X X X X Keterangan :

0 X = siswa

X X X X X 0 = guru

Gambar 4.1 Formasi pemanasan

X X X X X X

3m

6m

3m

X X X X X X

10m

Gambar 4.2 Formasi Permainan Keterangan :


(80)

: arah lempar bola tenis

: net

4.1.3.2 Aturan Permainan

4.1.3.2.1 Satu kelompok siswa dibagi menjadi 2 bagian, 1 kelompok dengan nama A dan 1 kelompok lainnya dengan nama B

4.1.3.2.2 Mereka berada dalam 1 lapangan tenis yang dipisahkan dengan net 4.1.3.2.3 Guru membagikan beberapa bola tenis kepada siswa

4.1.3.2.4 Guru memberikan aba-aba dengan membunyikan 1x peluit tanda permainan dimulai

4.1.3.2.5 Seluruh bola yang ada di dalam daerah kelompok tersebut harus ditolakkan ke kelompok seberang, sehingga dalam daerah tersebut tidak ada bola, begitupun kelompok sebaliknya juga harus melemparkan bola yang ada didaerahnya.

4.1.3.2.6 Nanti guru akan membunyikan peluit 2x tanda permainan tersebut selesai dilakukan.

4.1.3.2.7 Guru akan melihat kelompok mana yang sisa bolanya lebih banyak. 4.1.3.2.8 Kelompok yang sisa bolanya lebih banyak adalah kelompok yang

kalah

4.1.3.2.9 Nantinya kelompok yang kalah akan mendapat hukuman untuk melakukan push-up sebanyak 5x.


(81)

4.1.3.3 Kegiatan Inti

Setelah pemanasan selesai dilakukan, siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Urut disesuaikan dengan nomor absen. Guru memberikan pengertian terlebih dahulu tentang tolak peluru, setelah itu memberikan contoh cara menolak dengan gaya ortodoks, yaitu menyampingi sektor tolak peluru, kemudian cara melakukannya. Setelah dirasa siswa mampu menangkap apa yang dijelaskan guru, siswa mempraktikkan gerakan tersebut.

4.1.3.4 Fasilitas dan peralatan 4.1.3.4.1 Sektor Tolakan

Sektor tolakan yang digunakan adalah lahan yang datar dan luas. Bisa berada di tanah yang berumput, maupun di tanah yang sudah di semen. Lapangan ini berbentuk persegi, dengan panjang 1,5 m. Pada garis lapangan yang paling depan diberi tanda tebal sebagai tanda jika melewati garis tersebut akan dinyatakan gugur. Arah lempar sesuai dengan yang ditunjukkan anak panah yang ada. Arah lemparannya sejajar dengan bentuk lapangan yang digunakan.

1,5m


(1)

Aspek afektif

No Nama Jumlah Presentase

1 Adam Sulistyo Prayogo 4 80%

2 Ade Mala Saputri 4 80%

3 Alifatul Prihatini 3 60%

4 Anisa Ramadhani 3 60%

5 Ardo Prassetya 4 80%

6 Ayu Kurniawati 4 80%

7 Damar Rizky 4 80%

8 Dea Puspita Kumala Livia 4 80%

9 En Richo Fadil Lutfi 4 80%

10 Febria Zawalda 5 100%

11 Galih Putra Sadewa 5 100%

12 Giska Zamrud Pratama 5 100%

13 I Made Indra 5 100%

14 Indi Pratiwi 4 80%

15 Iqbal Farabi 4 80%

16 Karmeilia Diah Ayu Fatimah 5 100%

17 Meiriah Rahmawati 4 80%

18 Mochammad Jay Dzikrullah. A 3 60%

19 Mohamad Arief Prabowo 3 60%

20 Muchamad Sadam Madjid 5 100%

21 Nabila 3 60%

22 Nourma Shella oktalivia 3 60%

23 Nur Ramadhan 4 80%

24 Refa Radika 4 80%

25 Rifky Agustian Nugroho 3 60%

26 Rudi Kurniawan 4 80%

27 Silviana Rahayu 4 80%

28 Yuleta Supriyati 4 80%

29 Yulian Ajik Prabowo 5 100%

30 Zahra Bezharia 4 80%


(2)

Data Pengukuran Denyut Nadi Skala Besar Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Magelang

No Nama Sebelum aktivitas

(kali/menit)

Setelah aktivitas (kali/menit)

1 Adam Sulistyo Prayogo 96 110

2 Ade Mala Saputri 96 154

3 Alifatul Prihatini 120 152

4 Anisa Ramadhani 104 162

5 Ardo Prassetya 103 160

6 Ayu Kurniawati 105 158

7 Damar Rizky 120 160

8 Dea Puspita Kumala Livia 118 148

9 En Richo Fadil Lutfi 112 183

10 Febria Zawalda 110 160

11 Galih Putra Sadewa 118 166

12 Giska Zamrud Pratama 104 176

13 I Made Indra 112 184

14 Indi Pratiwi 98 160

15 Iqbal Farabi 108 180

16 Karmeilia Diah Ayu Fatimah 100 166

17 Meiriah Rahmawati 112 154

18 Mochammad Jay Dzikrullah. A 104 160

19 Mohamad Arief Prabowo 100 160

20 Muchamad Sadam Madjid 96 168

21 Nabila 98 152

22 Nourma Shella Oktalivia 98 148

23 Nur Ramadhan 100 180

24 Refa Radika 92 174

25 Rifky Agustian Nugroho 120 166

26 Rudi Kurniawan 96 174

27 Silviana Rahayu 96 168

28 Yuleta Supriyati 120 166

29 Yulian Ajik Prabowo 122 182

30 Zahra Bezharia 105 172


(3)

Gambar.1 Pengukuran Denyut Nadi Siswa Pada Uji Coba Skala Besar

Sumber: Penelitian 2013


(4)

Sumber: Penelitan 2013

Gambar 3. Siswa Melakukan Pemanasan Permainan

Sumber: Penelitian 2013


(5)

Sumber: Penelitian 2013

Gambar 5. Dosen Pembimbing Memberikan Arahan

Sumber: Penelitian 2013


(6)

Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN GERAK DASAR TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS VII.A SMP NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN 2011/2012

3 24 55

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS MELALUI MODIFIKASI PELURU PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN AJARAN 2016/2017.

1 18 23

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS MELALUI MODIFIKASI ALAT MENGGUNAKAN BOLA KASTI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 30 MEDAN KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN AJARAN 2015/1016.

0 5 22

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS MELALUI MODIFIKASI PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS VIII TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 19

PENERAPAN MODEL PENDEKATAN BERMAIN DENGAN ALAT MODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS PADA SISWA KELAS XI-IS 3 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN 2015 /2016.

0 0 18

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TOLAK PELURU MENGGUNAKAN PELURU SESUNGGUHNYA DAN MODIFIKASI ALAT TERHADAP HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOX PADA SISWA KELAS XI USAHA PERJALANAN WISATA 2 SMK NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN 2013/2014.

0 0 18

EFEK APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOOPERATIF TIPE TGT DALAM PENJASORKES TERHADAP HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 20

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS MELALUI MODIFIKASI MEDIA PELURU PLASTIK PADA SISWA KELAS VII B SMP N 1 PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 16

PENGEMBANGAN MODIFIKASI PELURU BERBAHAN DASAR SERBUK GERGAJI UNTUK PEMBELAJARAN TOLAK PELURU DI SEKOLAH DASAR.

0 2 91

PERBANDINGAN HASIL PEMBELAJARAN DENGAN ALAT KONVENSIONAL DAN MODIFIKASI TERHADAP HASIL TOLAK PELURU GAYA ORTODOKS PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP PGRI KEDOKANBUNDER INDRAMAYU

0 0 16