PARTISIPAN II Dinamika Personal Adjustment Pada Mantan PSK

Realm menjadi orang yang tidak mementingkan hubungan dengan orang lain. Interpersonal Relationship - Tetapi, semua berubah ketika ia bertemu dengan seorang pria dan jatuh cinta kepada pria tersebut - Ia memutuskan menjaloin hubungan dengan pria tersebut dan akhirnya menikah Romantic Relationship - Sesudah menikah, ia menjadi orang yang memperdulikan hubungan dengan orang lain

B. PARTISIPAN II

1. ANALISA PARTISIPAN II

1.1. IDENTITAS PARTISIPAN II

Keterangan Partisipan Nama Samaran Novita Usia 45 Tahun Suku Batak Karo Agama Kristen Pendidikan Terakhir SD Pekerjaan Wiraswasta Status Pernikahan Ditinggalkan oleh suami dan tidak menikah lagi Jumlah Anak 5 orang Lama Menjadi PSK 2005-2010 Universitas Sumatera Utara

1.2. OBSERVASI PARTISIPAN II

1.2.1. Observasi Umum

Partisipan II selanjutnya disebut Novita adalah seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun yang pernah berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Novita memiliki tinggi badan lebih kurang 155 cm. Novita memiliki rambut keriting sepanjang bahu dan warna kulit sawo matang. Dalam setiap sesi wawancara, Novita selalu menggunkan pakaian tanpa lengan yang memiliki warna yang cerah, seperti merah dan putih. Dalam berkomunikasi dengan peneliti, logat bahasa yang digunakan oleh Novita adalah logat batak karo. Ia memiliki volume suara yang tinggi dan tempo berbicara yang lumayan cepat. Dalam berbicara dengan peneliti, hanya sesekali ia menggunakan kata “eeee”. Ia juga memberikan jawaban dengan suara yang tegas ketika peneliti memberikan pertanyaan kepada dirinya. Pada saat peneliti mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan suami Novita, ekspresi wajahnya berubah-ubah. Kadang ia terlihat sedih dan kadang ia terlihat marah. Terdapat jeda yang cukup panjang sebelum ia menjawab pertanyaan peneliti tersebut, kira-kira 5 sampai 7 detik. Tetapi, walaupun ia terlihat marah dan sedih, Novita selalu menunjukkan senyum pada peneliti ketika menjawab pertanyaan yang lain. Hal tersebut terjadi di setiap sesi wawancara. Universitas Sumatera Utara

1.2.2. Observasi Saat Pengambilan Data

Seluruh kegiatan wawancara dilakukan di rumah responden penelitian, dimulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan keempat. Wawancara dilakukan diruangan tamu berukuran 5 x 5 m. Di dalam ruangan tersebut terdapat 1 buah sofa disebelah kiri ruangan dan lemari terletak tepat disebelah kiri sofa tersebut. Di sudut kanan ruangan terdapat sebuah televisi dan kipas angin. Tidak ada hiasan dinding di ruangan tersebut. Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 18 April 2014. Peneliti datang ke rumah Novita. Pada saat itu Novita sedang duduk di sebuah tikar di tengah- tengah ruangan tamu. Ia menggunakan kaos tanpa lengan berwarna putih dan celana berwarna hitam. Pada saat yang sama Novita sedang mengkonsumsi sirih. Kegiatan wawancara dilakukan di tikar tersebut dengan posisi peneliti dan Novita duduk saling berhadapan. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan, sesekali Novita mengganti posisi duduk, dari duduk bersila menjadi kedua kaki dijulurkan lurus ke depan dan sebaliknya. Dalam menjawab pertanyaan, wanita selalu memfokuskan pandangan ke arah peneliti walaupun ia sesekali mengalihkan No Jadwal Wawancara Waktu Tempat Kegiatan 1 18 April 2014 19.05 – 19.35 Rumah Responden Wawancara 1 2 1 Mei 2014 16.19 – 16.55 Rumah Responden Wawancara 2 3 8 Juni 2014 12.23 – 12.43 Rumah Responden Wawancara 3 4 9 Juni 2014 12.41 – 13.02 Rumah Responden Wawancara 4 Universitas Sumatera Utara pandangannya ke luar pintu. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan suami, Novita mengarahkan pandangan ke langit-langit ruangan dengan tangan dikepal diletakkan di atas paha. Ada jeda waktu sekitar 3 sampai 5 detik sebelum Novita menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan hal tersebut serta volume suara yang tidak terlalu kuat. Wawancara kedua dilakukan di tempat yang sama. Novita mengenakan kaos tanpa lengan berwarna biru muda dan celana pendek berwarna coklat tua. Pada saat wawancara disekitar Novita terdapat sepiring nasi, satu buah mangkuk berisi sayur, dan segelas air putih. Ketika wawancara dimulai, Novita menyingkirkan semua hal tersebut dan kemudian duduk dihadapan peneliti dengan posisi duduk bersila. Dalam menjawab pertanyaan, Novita tetap memfokuskan pandangan ke arah peneliti dan menjawab semua pertanyaan peneliti sambil tersenyum dan dengan volume suara yang sangat jelas. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan suara peneliti, volume suara Novita meningkat menjadi sangat kuat dan tempo bicara menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Novita sesekali memukul lantai ketika menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan suaminya. Tampak keringat di wajah Novita ketika ia mencoba menjawaba pertanyaan tersebut. Pada wawancara ketiga, masih dilakukan di ruangan yang sama, Novita mengenakan pakaian tanpa lengan berwarna merah dan celana panjang berwarna hitam. Pada wawancara tersebut, hampir sama dengan wawancara sebelumnya. Yang membedakan dengan wawancara sebelumnya, posisi Novita tidak duduk melainkan posisi telungkup. Ketika peneliti mengajukan perntanyaan mengenai Universitas Sumatera Utara hubungan Novita dengan tetangga, terlihat ekspresi sedih pada wajah Novita ketika menjawab pertanyaan tersebut. Sesekali Novita mengecek handphone miliknya serta meminta izin untuk menelpon temannya. Wawancara berikutnya dilakukan sehari berikutnya di ruangan yang sama. Pada wawancara tersebut, Novita mengenakan pakaian yang sama dengan wawancara sebelumnya. Dalam wawancara tersebut, terlihat Novita sangat antusias menjawab pertanyaan peneliti. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan spiritualitas Novita, ia menjawab dengan sangat semangat. Posisi tubuhnya diubah menjadi posisi tegak, volume suara meningkat, serta ia menjawab pertnyaan sambil tersenyum. Selain itu, Novita menjawab dengan lancar semua pertnyaan yang diberikan oleh peneliti. Tidak ada jeda dalam menjawab pertanyaan.

2. ANALISA DATA PARTISIPAN II

2.1. Gambaran Kehidupan Novita Sebelum Menjadi PSK

Novita adalah seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana. Ia menikah dengan seorang pria berasal dari suku karo. Ia memiliki lima orang anak dari hasil pernikahannya dengan pria tersebut. Memasuki usia pernikahan yang ke 15 tahun, tepat ketika anak sulung Novita berusia 14 tahun, ia merasakan adanya perubahan prilaku suaminya terhadap dirinya. Suaminya menjadi seseorang yang tidak memperdulikan keluarga dan menjadi seorang lelaki yang mengabaikan Universitas Sumatera Utara kebutuhan keluarga. Hal ini mengakibatkan terjadinya pertengkaran dalam rumah tangga Novita. “Masa… masa… ya memang sempat kami berantem. Rumah tangga … namanya rumah tangga ya adalah dikit-dikit. Nama nya rumah tangga kan. Ga mungkin ga ada cekcok kalo rumah tangga. Orang… orang kayakmana lah, ga peduli dia sama kami. Anak banyak, tapi ngasi uang nggak. Macam.. macam kayakmana lagi lah.. N.W1. b.39-41 Pertengkaran antara Novita dengan suaminya membuat suaminya pergi dari rumah meninggalkan Novita dan kelima orang anaknya. Hal ini membuat Novita mengalami kebingungan dalam memenuhi kebutuhan kelima orang anaknya, ditambah lagi ia sama sekali tidak mempunyai pekerjaan. Hal ini menimbulkan kebencian dalam diri Novita terhadap suaminya karena mengabaikan keluarga dan anak-anaknya. “sampai sekarang kami tidak ada dapat kabar. Tapi ada dengar-dengar dulu dia perginya , ya karena kejumpa sama perempuan gitulah. Istilahnya dia melarikan diri sama perempuan itu gitu. Jadi kami ditinggalin semua disinilah sama anak-anakku” N.W1.b.26-32 “Aku dulu kan cuma di rumah, masak, ngurus anak, bersih-bersih… masak, kayak gitu lah. Jadi waktu pigi suami ku ninggalin aku, mmmm, bngung kali kan… dari mana lah ku dapat uang.” N.W1. b.67-68 Permasalahan yang dihadapi oleh Novita membuat ia merasa stress dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal tersebut membuat dirinya mengambil keputusan untuk mengunjungi keluarganya yang berdomisili di Berastagi. Tetapi, ia tidak mendapatkan dukungan ketika ia mengunjungi keluarganya. Keluarganya justru menyalahkan Novita karena ia menikah dengan laki-laki tersebut dan telah Universitas Sumatera Utara membuat anak-anaknya menderita. Pada saat itu, saudara Novita hanya memberikan uang seadanya untuk menafkahi anak-anaknya. “Sudah.. sudah ga tau lagi aku.. ga tau lagi kyakmana dulu kan, pulang lah aku ke tempat abangku.” N.W2. b.707-708 “Di sana, dimarah-marahin aku, kenapa lah kau dulu mau kawin sama dia.. ku bilang pun dulu apa. Kayak gitu dibilang abangku samaku. Tapi marah pun dia dikasinya juga nya aku uang.” N.W1.b.48-49 Walaupun telah mendapatkan uang dari saudara-saudaranya, uang tersebut tidak cukup untuk menafkahi kelima orang anaknya. Hal ini membuat Novita menjadi semakin stress dan marah kepada suaminya. Ditambah lagi ia mendapat berita bahwa suaminya pergi meninggalkan dirinya bukan karena pertengkaran mereka, melainkan karena suaminya pergi dengan wanita lain. Hal tersebut menimbulkan kebencian di dalam diri Wati. “ada dengar-dengar dulu dia perginya , ya karena kejumpa sama perempuan gitulah. IStilahnya dia melarikan diri sama perempuan itu gitu. Jadi kami ditinggalin semua disinilah sama anak-anakku.” N.W1.b.26-32 Mendapat kabar seperti itu membuat Novita mengambil keputusan melupakan suaminya dan mengasuh kelima orang anaknya sendirian. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan kelima orang anaknya. Akhirnya, dikarenakan tuntutan ekonomi yang begitu berat, Novita memutuskan untuk bekerja sebagai seorang wanita malam karena ia Universitas Sumatera Utara merasa bahwa pekerjaan tersebut adalah satu-satunya pekerjaan yang dapat menghasilkan uang dengan sangat cepat. “Tapi karena anak-anak ku ga mau, ya aku gak peduli lagi lah pada saat itu untuk mikiri itu semua, supaya anak-anakku bisa makan.” N.W1. b.16-23 “Ya namanya, supaya cepat dapat kerjaan ya harus terjun ke situ.” N.W1. b.67-68

2.2. Gambaran Kehidupan Novita Selama Menjadi PSK

Ketika pertama sekali bekerja sebagai seorang PSK, perasaan sedih adalah hal yang dirasakan Novita. Ia menyadari bahwa pekerjaan yang dijalaninya adalah sebuah pekerjaan yang hina, tetapi situasi yang dihadapinya memaksa ia harus menjalani pekerjaan seperti itu. “Ya keadaan saya, saya rasakan pun terpaksa gitulah. Kalo sedih ya sedih lah. Sempat pun dulu kadang-kadang menangis pun.” N.W1. b.73-75 Walaupun perasaan sedih dan menyesal adalah hal yang dirasakan Novita ketika bekerja sebagai seorang PSK, ia tetap memilih bertahan dalam pekerjaan tersebut. Hal tersebut karena ia merasa bahwa bekerja sebagai seorang PSK akan lebih mudah mendapatkan uang dalam menafkahi anak-anaknya. Novita berdalih bawha ia bekerja seperti itu semata-mata hanya untuk anaknya. “Tapi karena anak-anak ku ga mau, ya aku gak peduli lagi lah pada saat itu untuk mikiri itu semua, supaya anak-anakku bisa makan.” N.W1. b.16-23 “Dulunya pun aku baru terjadi turun untuk ke dunia wanita malam, namanya aku cari makan, karena ayah anakku ini sampai sekarang kami Universitas Sumatera Utara tidak tau dia dimana berada, namanya dulu dia masi kecil-kecil, aku harus eee kyak gitu lah supaya bisa anak-anak ku makan” N.W1.b.16-23 “Mau tidak mau ya, ee supaya anak-anakku bisa makan aku harus turun ke dunia malam. Kayak gitu.” N.W1.b.26-32 “Ya memang Sedih, sedih ya sedih, tapi lebihlah sedih anak gak makan” N.W1. b.70-71 “ya tau merasa bersalah ya taulah merasa bersalah. Siapa bilang ga bersalah. Tapi, ya demi cari makan kan, kalo kita pikiri merasa bersalah merasa bersalah ya anak-anak ga makan.” N.W1. b.180-183 Semua hal yang dirasakan oleh Novita tidak bertahan lama. Semakin lama ia menjalani pekerjaannya, semakin terikat pula ia di dalam pekerjaan itu. Ia menjadi terbiasa dengan kehidupan malam, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk menjalani semua itu. Perasaan sedih yang ia rasakan selama ini, sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi perasaan bahagia karena memperoleh penghasilan yang sangat besar. “Ya, pertama bekerja pun nangis. Namanya dah sering-sering ya terbiasa. Ujung-ujungnya senang juga nya dapat uang banyak kayak gitu.” N.W1. b.78-79 Melihat prilaku dan pekerjaan Novita yang seperti itu membuat tetangga- tetangganya menjadi resah dan khawaatir berinteraksi dengan dirinya. Ia mulai menjadi bahan pembicaraan di lingkungan tempat ia tinggal, dan sering dianggap menjadi pencuri suami orang lain. Selain itu, orang-orang sekitarnya mulai menjaga jarak dari dirinya. Tetapi, Novita yang pada saat itu sudah memperoleh Universitas Sumatera Utara kebahagiaan di tempatnya bekerja menjadi orang yang tidak peduli dengan pandangan orang lain. Ia menganggap bahwa omongan orang lain tidak berguna dan memutuskan tetap bekerja walaupun ia dipandang buruk oleh lingkungan sekitar. “Dulu, di pikiranku, mampus lah kalian situ semua. Aku kok yang kayak gini. Yang penting makan aku sama anak ku” N.W4. b.1138-1140 “perasaan malu pun aku kayakmana pun aku dah kujalani mana ada lagi perasaan ku malu, cuma.. perasaanku ya benar lah kata-kata dia itu. Kalu malu kayakmana kita bilang malu, orang dia dah jelasnya semuany tau” N.W1. b.145-149 Hal tersebut dirasakan oleh Novita lebih kurang selama 4 tahun, hingga akhirnya informasi bahwa Novita bekerja sebagai seorang PSK sampai kepada saudara-saudaranya. Karena hal tersebut, saudara kandung Novita sendiri mulai menjaga jarak dan melakukan penolakan terhadap dirinya. Ia sempat dikeluarkan dari garis keturunan keluarga karena Novita dianggap melakukan sesuatu yang tidak pantas. “Ga mungkin lah keluarga ku ga tau, kurasa tau nya orang itu. Makanya aku dijauhi. Ga di cakapinya lagi pun aku.” N.W1. b.167-168 “Ya dulu jelas, ada pesta pun saya gak diundang, ada istilahnya pertemuan-pertemuan keluarga poun gitu di rumah orang tuasaya, walaupun abang saya, saya gak dipanggil lagi, gitu.” N.W2. b.669-672 Universitas Sumatera Utara Berawal dari hal tersebut, akhirnya perasaan bersalah tumbuh kembali di dalam diri Novita. Ia merasa bahwa semua yang telah dilakukannya selama ini akan membuat dirinya menderita di masa yang akan datang terutama ketika keluarganya sendiri menolak dirinya. Selain itu, ia merasa bahwa anaknya telah tumbuh dewasa dan pekerjaannya tidak pantas apalagi dimata anak-anaknya. Akhirnya sedikit demi sedikit tumbuh pemikiran dalam diri Novita untuk meninggalkan pekerjaannya. “dulu memang gak diperhatikan keluarga lagi, satu saat pun, keluarga pun, ada pesta itu waktu itu, tiba-tiba saya terkejut diundang gitu. Situlah kesadaran saya mau keluar.” N.W1. b.206-209 “Anak pun dah tambah besar semua. Berpikir pelan-pelan. Ya wajar juga, memang dari kata-kata mereka itu pun masuk juga lah samaku walaupun istilahnya ga secepatnya waktu dulu aku berhenti N.W1. b.137-142 Akhirnya, dengan keinginan untuk kembali diterima keluarga dan tetangga, akhirnya Novita memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya. Awalnya ia merasa berat, tetapi sedikit demi sedikit ia berhasil keluar. Ia mempunyai satu tujuan baru ketika keluar, yaitu membangun kembali hubungan yang baik dengan masyarakat dan tetangga.

2.3. Kehidupan Novita Sebagai Mantan PSK

Personal Adjustment Ketika Novita berhasil meninggalkan pekerjaan sebagai seorang PSK, stress adalah hal yang pertama yang ia rasakan. Stress tersebut muncul karena adanya perubahan ketika sudah berhenti sebagai seorang PSK, terlebih pada Universitas Sumatera Utara perubahan ekonomi. Ketika Novita masih bekerja sebagai seorang PSK, ia masih dapat memperoleh uang dalam jumlah yang cukup besar, tetapi ketika sudah berhenti ia mengalami kesulitan dalam memperoleh uang walaupun dalam jumlah yang kecil. Hal ini mengakibatkan awal mula ia berhenti sebagai PSK ia merasa stress. “Pada saat saya kerja situ kadang saya bisa menghasilkan banyak uang gitu. Sekarang kan lagi.. eee, pening lah aku waktu itu. Macam-macam mau stress aku dulu.” N.W1. b.231-234 Pertamanya ya… ekonomi lah.. uang pun ga ada.. anak pun perlu uang, aku pun stress, semuanya dah disitu lah” N.W3.b.892-894 “ya.,. yaa.. sesudah saya rasakan berhenti bekerja memang cari uang sudah semakin sulit gitu…” N.W2. b.394-395 “ya namanya kalo dulu ya stress pun stress, cari makan pun gak ada yang lain, Cuma yang itu Cuma aku bisa gitu, karena modal pun dulu gak ada, yang nolong pun tidak ada, mau gak mau supaya makan anak saya ya saya kerja dulu gitu.” N.W2. b.446-450 Situasi yang dihadapi oleh Novita pada saat itu menumbuhkan kecemasan di dalam dirinya. Ia mulai khawatir tidak dapat menafkahi empat orang anaknya yang pada saat itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab Novita. Ketidakhadiran sosok ayah dalam rumah tangga membuat Novita harus menjalankan peran ibu sekaligus peran ayah di dalam rumah tangganya role change. Hal inilah yang sedikit demi sedikit menimbulkan kecemasan tersebut. Universitas Sumatera Utara “Kami ditinggalin semua disinilah sama anak-anakku. Siapa lagi yang harus ngasi makan anakku kalau ga aku gitu… Aku lah harus. “ N.W1.b.26-32 “Kayakmana bilangnya ya… anak ku pun banyak… tapi kerjaku cuma seberapa aja nya. Mikir aku sempat, bisa nya kuhidupi anak-anak ku ini. Sempat aku khawatir jadinya. N.W2.b.406-408 Situasi yang dihadapinya tidak membuat Novita pasrah menerima keadaan. Walaupun ia kesulitan dalam masalah ekonomi, hal tersebut tidak membuatnya pasrah menerima keadaan. Justru situasi yang dihadapinya tersebut membuat Novita mampu berpikir untuk mencari solusi atas permasalahan yang ia hadapi. Ia melakukan stress appraisal dan ia menyadari bahwa sumber permasalahan tersebut adalah tidak adanya pekerjaan yang dijalaninya. Hal tersebut membuat ia melakukan problem focus coping. Dengan pemikiran seperti itu, Novita memutuskan untuk pergi ke pajak pasar mencari pekerjaan kecil- kecilan untuk menafkahi anak-anaknya. “Ya.. aku kan mikir lagi kan, apalah coba yang bisa kulakukan untuk jalani ini semua. Anakku perlu makan. Mana cukup uang sisa kemaren, gitu. Jadi aku kan harus kerja lagi. Apalah yang paling mudah coba selain itu??? Ya makanya, makanya, kyakmana ya.. saya rasa jualan di pajak itu yang cocok sama saya.” N.W3. b.905-911 Dalam usahanya mencari pekerjaan, ia mengalami social rejection dari masyarakat sekitar, terutama tetangga-tetangga yang mengetahui pekerjaan Novita di masa lalu. Alhasil, Novita sama sekali tidak memperoleh pekerjaan. Masyarakat cenderung menjaga jarak dari Novita, karena mereka menganggap Universitas Sumatera Utara Novita sebagai seorang wanita yang tidak benar, seorang wanita yang tidak memiliki harga diri. “Secara, ya.. ya, aku kan wanita malam, siapa lah yang percaya samaku. Jangankan kerja lah dulu, orang… orang gak ada, gimana bilangnya, dekat pun ga mau. Susahlah cari kerja dulu.” N.W4. b.1149-1151 Kondisi semakin sulit ketika orang-orang sekitarnya memandang ia sebagai seorang wanita pencuri suami orang lain. Novita dianggap sebagai seseorang yang hanya tau menggoda suami orang. Stereotype negatif yang diterima Novita dari masyarakat berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat bahwa Novita telah benar-benar meninggalkan pekerjaannya. “kadang orang itu takut juga pun dia sama kita,, dia kan punya suami juga. Takut dia kucuri sama kugoda-goda suaminya itu. Ada kebencian sama wanita kayak aku gitu.,,” N.W4. b.1142-1146 “Ada juga yang gak percaya. Ga mungkin lah dia berhenti, dulu aja anknya masih kecil dia pergi malam. Ini anaknya sudah bisa ditinggalin kok gak pergi lagi.” N.W1. b.319-327 Mendapat perlakuan seperti itu dari masyarakat tidak membuat Novita menjadi seseorang yang menarik diri dari lingkungan. Dengan adanya perlakuan seperti itu, ia menjadi menyadari bahwa telah terjadi perubahan yang besar dalam hidupnya. Selain perubahana ekonomi, ia juga sadar bahwa hubungan dengan lingkungan social tidak sama seperti dulu. Universitas Sumatera Utara “Kayakmana coba, kita pun kan harus lah sadar diri, Orang itu ngejek saya pun ya wajar juga,,, kadang takut juga pun dia sama kita,, dia kan punya suami juga. Takut dia kucuri sama kugoda-goda suaminya itu. Ada kebencian sama wanita kayak aku gitu” N.W4. b.1142-1146 Pemikiran Novita seperti itu, akhirnya membuat ia benar-benar bisa menerima dirinya apa adanya self – acceptance. Proses penerimaan diri yang ia lakukan membuat ia bisa menerima semua perkataan, ejekan, dan bahkan hinaan dari orang lain. Dia tidak mau membalas perbuatan dan perkataan orang lain, karena ia sendiri menyadari bahwa semua yang dikatakan orang lain adalah suatu hal yang wajar, jika ditinjau dari pekerjaan yang pernah dilakukannya. “Cuma, saya eee, apakan, ya walaupun kau ngomong gitu semua wajar aja lah, memang aku di dunia malam.” N.W1. b.338-340 “Ya saya memang diam, diam saya.. ya memang benar kata-kata dia itu. Tapi, karena kehidupan saya harus begitu ya, saya ga mau istilahnya bicara, ga mau istilahnya ,melawan, ya tinggal diam lah.” N.W1. b.115-119 “memang sebenarnya pekerjaan yang saya kerjakan dulu ya tahu sendiri nya saya pekerjaan jelek, gitu. Tapi demi anak ya saya kerja, gitu. Jadi ya, orang itu walaupun ngejek ya , saya maklum gitu. Saya maklumi lah.” N.W2. b.558-562 “saya menyadari kan dah tau saya.. ooo pantas dia gitu lah, kan saya ini memang dah tua, dah gak bagus lagi pun kayak gini, kerjaan, kan gitu” N.W4. b.1092-1095 “Ya.. iya juga… itu memang saya terima , memang pernah dulu saya kerja seperti itu, ya saya terima lah. Memang benar dulu, istilahnya kau dulu gitu kata orang pun, saya mengaku iya, saya bilang.” N.W2. b.785-788 Universitas Sumatera Utara Self acceptance yang dilakukan oleh Novita membuat ia merasa lebih tenang dalam menjalani kehidupannya. Tetapi, meskipun demikian, hal tersebut tidak mempengaruhi keberhasilannya dalam memperoleh pekerjaan. “Saya terus spontan tak malu, lebih tenang karena saya terus ada berniat ya memang pun dulunya saya karena keadaan terpaksa nya saya baru bekerja gitu. Memang benar kan, gitu nya aku dulu. Mau.. ya... mau gimana pun bilang, gak masalahnya orang tau. Itu lah aku. Lebih bagusnya orang tau,supaya... ya... gimana... tau mereka.. aku ya benar sudah berubah” N.W2. b.571-579 Akhirnya, Novita memutuskan untuk menemui keluarganya untuk meminta bantuan, terutama bantuan ekonomi. Tetapi, hal yang dirasakan oleh Novita ketika bertemu dengan keluarganya adalah ia mengalami social rejection. Keluarganya sendiri telah menolak keberadaan Novita sama seperti tetangga- tetangga yang lain. Novita dianggap sebagai orang yang telah merusak nama baik keluarga. Hal ini mengakibatkan Novita tidak memiliki tempat di dalam keluarganya sendiri. “Keluarga pun agak menghindar,bahkan mereka nolak aku, ga dikasi aku pun ke rumah mereka.” N.W1. b.197-207 “selagi saya kerja malam dulu ya keluarga pun gak mau dekat sama saya” N.W2.b.662-666 Universitas Sumatera Utara Penolakan tersebut membuat Novita merasa sakit hati kepada keluarganya. Akhirnya, ia merasa stress karena ia sama sekali tidak merasakan adanya dukungan termasuk dari keluarganya sendiri. “Sama keluarga pun sakit hati karena digituin aku. Padahal adeknya nya aku. Coba lah… gitu” N.W2. b.714-715 “ya stress juga lah, orang keluarga pun menghindar. Siapa lah ga stress… kalo… kalo ya.. terhitung ga ada keluarga kan jadinya dulu. Macam ga ada lagi mamak bapakku, abangku pun gitu, ntah ya kayak gitu lah.” N.W3. b.914 Walaupun Novita merasa bahwa hal tersebut telah membuatnya menjadi stress, ia berusaha untuk tetap bersabar dan berusaha mengontrol perasaannya. Ia menyadari bahwa semua yang terjadi pada dirinya adalah efek dari masa lalunya, yaitu pernah bekerja sebagai seorang PSK. Pola pikir seperti itu akhirnya membuat Novita memutuskan untuk berusaha sendiri memperbaiki kehidupannya tanpa mengandalkan bantuan orang lain termasuk keluarganya. Ia mengambil keputusan untuk membuka usaha sendiri, yaitu jualan di pajak pasar. Novita melakukan problem focus coping stress. “Terakhir saya buka jualan sendiri. Ga laku, ya laku kalilah jualan ku. Cuma mending daripada nyari gak dapat-dapat kan. Ku pake lah sisa uang ku kemaren” N.W1.b.259-260 “Mudah-mudahan ini nanti apa pun saya yang lakukan kerja saya, asalkan gak kerja haram lagi. dikit pun dapat saya sudah pasrah. Ke pajak jadinya saya jualan saya.” N.W1.308-311 Universitas Sumatera Utara Keputusan untuk membuka usaha sendiri dipajak memberikan tekanan yang jauh lebih besar terhadap diri Novita. Ia mendapatkan perlakuan jauh lebih parah dari sebelumnya. Tidak ada seorangpun yang mau membeli dagangan Novita. Bahkan, untuk beberapa orang tetangganya menghasut orang lain untuk tidak berbelanja di tempat Novita, karena ia adalah bekas seorang wanita malam. “ga mau orang beli, gitu. Ya, memang maklum juga lah mereka gak mau dekat-dekat aku. Itu dulu, sampai ada pun orang yang nyuruh mereka supaya gak beli di tempatku.” N.W1. b.262-264 Hal tersebut membuat Novita benar-benar merasa stress berat.Ia tidak lagi dapat berpikir positif dan ia tidak mampu mengontrol perasaannya lagi. Ia tidak tahan menerima perlakuan dari lingkungan dan dari tetangga-tetangganya. Akhirnya, hal tesebut membuat Novita tidak lagi mau berinteraksi dengan orang lain dan akhirnya ia menarik diri dari lingkungan. Ia merasa sangat tertekan jika ia terus berhubungan dengan orang-orang yang mengetahui masa lalunya. “Dulu agak tertekan…Dah mau jadi orang baik-baik pun aku ditolak, masa orang ga mau menerima aku jadi perempuan benar. Itu dulu” N.W4. b.1129-1132 “Ya, saya pun dah sempat dulu mikir ga usah lagi aku jumpa sama mereka, ga peduli lagi aku kata orang itu kayakmana. Ga penting kali jadinya rasanya buat baik, buat mereka percaya sama kita.” N.W4. b.1089-1090 Universitas Sumatera Utara Tekanan yang dirasakan oleh Novita membuat ia sempat berpikir untuk melakukan avoidance yaitu pindah ke daerah lain dan membuka usaha yang baru. Ia merasa di daerah lain orang tidak akan mengetahui masa lalunya sehingga ia bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. “sempat mau niat pindah pun aku dulu, ntah kemana-mana situ, supaya makin tenang kurasa” N.W4. b.1129-1132 Keinginan Novita untuk pindah meninggalkan daerahnya tersebut dibatalkan karena ia tidak memiliki modal. Akhirnya ia memutuskan untuk tetap bertahan di daerahnya tersebut. “ga jadi pindah saya… namanya an pindah ini harus ada uang keluar..Kadang… aku mikir mau pindah kadang ya biarin aja di sini, biarin kau situ mampus kau situ…” N.W4.b.1135-1136 Keputusan Novita untuk tetap bertahan di daerahnya menjadi awal mula perubahan kehidupannya. Beberapa hari sesudah itu, ia melihat sekelompok orang yang tergabung ke dalam suatu perkumpulan gereja. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari kelompok tersebut. Novita memiliki persepsi bahwa orang yang mau masuk ke dalam gereja, mengakui perbuatannya, dan bertobat akan memiliki kehidupan yang lebih baik dan tidak akan mengalami penolakan sama sekali. Ditambah lagi ia memiliki persepsi bahwa orang yang masuk ke dalam gereja memiliki ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya. Akhirnya, Universitas Sumatera Utara berlandaskan persepsi tersebut Novita memutuskan untuk pergi ke gereja. Itu adalah pertama kalinya Novita beribadah didalam gereja. “Saya… memandang orang semua, saya pandang pun orang yang rajin gereja, berdoa, pembawaannya pun dah beda kali sama seperti aku waktu aku masih kerja ga bagus gitu.” N.W3. b.977-980 “Orang itu taulah semua adat, tau untuk memperhatikan anak, tau semuanya kayakmana memeprhatikan anak, apa semua gitu, itu aja dah beda Itu makanya saya belajar ke gereja, apa gitu, karena indahnya saya lihat pun mereka indah. Saya melihat kedamaian di dalam diri orang gereja.” N.W3. b.982-986 “Dulu kali adanya yang ngajak, tapi saya gak mau. Sempat memang aku gak mau. Orang kayakmana lah, aku ngerasa kok gak penting nya gereja tu, Cuma kok waktu aku kyak kemaren, macam terketuk kali hatiku ini. Kayak pengen kali lah aku masuk ke dalam. Damai kali bawaannya kuliat.” N.W3. b.994-998 Pada saat ia masuk ke dalam gereja, ia mendapatkan hal yang selama ini tidak ia dapatkan. Seluruh orang di dalam gereja tersebut menerima Novita dan sama sekali tidak memberikan penolakan. Hal ini membuat Novita merasakan perbedaan yang sangat besar ketika ia berada diluar dan di dalam gereja. “Mereka bagus semua kok, kasih salaman apa semuanya gitu…ku ceritakan masalahku, mereka ga ada yang menolakku. Justru mereka ngajak aku doa minta pengampunan. N.W3. b.1001-1002 “Mereka mendukung,,, mendukung Mereka semua mau bantu aku, diterima mereka aku walaupun mereka tau aku kyak gini.” N.W3. b.1003-1004 Universitas Sumatera Utara Mendapatkan perkuan yang berbeda di dalam gereja tersebut, sedikit demi sedikit Novita mulai berubah. Awalnya ia tidak mau percaya kepada Tuhan, akhirnya ia menyerahkan semua hidupnya ke tangan Tuhan. Ia memiliki belief bahwa kepercayaannya kepada Tuhan akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Hal itu jugalah yang diberikan oleh kelompok gereja tersebut kepada Novita. Itulah yang ditanamkan pada diri Novita ketika ia masuk ke dalam gereja. “aku tak ada lagi pikir-pikir itu apa-apa semua semenjak masuk ke gereja, cuma saya ya saya tekankan saja saya untuk bersandar sama Tuhan, gitu.” N.W3. b.1053-1060 “saya ini sekarang saya sudah bertobat, saya memang benar-benar mau bertobat, saya memang benar-benar mau dekat samamu Tuhan, itu ajalah dalam hatiku, aku mau jadi pribadimu Tuhan” N.W2. b.590-594 Semenjak Novita bergabung dengan perkumpulan gereja, ia merasa bahwa stress dan tekanan yang ia rasakan selama ini sedikit demi sedikit berkurang. Dukungan dan bantuan dari orang gereja membuat ia merasakan bahwa kehidupannya jauh menjadi lebih baik. Hingga akhirnya, ia benar-benar bisa menghilangkan stressnya tersebut, dan ketika ia mengalami sebuah masalah, ia mempunyai belief bahwa Tuhan akan membantunya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. “walaupun dulu aku stress, apa segala yang kujalankan yang tidak benar, ya sudahlah…. Berhenti lah saya. Jadi ya bersandar lah saya sama Tuhan, stress dan masalah ku macam hilang semua memang niat hati saya dah bersandar sama Tuhan, gitu.” N.W2. b.629-633 Universitas Sumatera Utara “saya bertekad, udah gak mungkin nanti saya kecewa dibuat Tuhan, saya lanjut aja lah ke pajak. Saya tetap bertahan gitu. Saya lawan lah istilahnya, kestressan ku itu ku lawan. Akhirnya sedikit demi sedikit dalam nama Tuhan stress ku hilang.” N.W2. b.640-643 “lama-kelamaan baru terjadi lah.. ketenangan saya pun dah mulai ada semnejak saya mendekatkan diri sama Tuhan… rumah tangga pun sekarang saya rasa sudah tenang” N.W2. b.871-879 “Sekarang stress gak lagi, dah hilang.. itu tuntunan dari gereja lah, dari Tuhan lah saya rasa.. situlah saya rasakan sekarang ini yang bisa menuntunku, mengurangi stress, tau jalan yang bagus” N.W3. b.1011-1014 “Lega, enak lah gitu, tenang, walaupun susah hidupku jadi tenang aku. Istilahnya, ga banyak problem lagi saya jeluhin gitu. Karena saya sudah tahu, sama Tuhan saja lah saya bawa…” N.W3. b.1053-1060 Selain itu, Novita setiap harinya mendapatkan reinforncement dari orang- orang gereja terlebih dalam hal spiritualitas. Novita diajarkan untuk semakin sering beribadah, mengikuti kegiatan gereja, dan membaca firman Tuhan. “Saya kan dah masuk gereja, mereka bilang apa semua, walaupun gak ada giliran perkumpulan di rumah ku, orang orang gereja itu sengaja datang ke rumah ku, untuk mendatangi saya, supaya saya lebih kuat, menguatklan saya lah. Orang-orang gereja pub bagus semua, dituntun lah aku.” N.W3. b.1039-1044 “Dibawanya lah apa Tuhan, dibawanya ajaran Tuhan. Aku kena siraman Firman. Sering kali itu sampai berubah hati ku ini.” N.W3. b.1050-1051 Universitas Sumatera Utara Perlakuan seperti itu membuat Novita benar-benar merasakan bahwa ia benar-benar menjadi kuat setelah mendengarkan ajaran Tuhan. Ia merasa bahwa dirinya menjadi berbeda setiap kali ia membaca firman Tuhan. Konsep spiritual Novita menjadi sangat tinggi, hingga akhirnya hal tersebut dirasakan membuat kehidupannya menjadi lebih baik. “Itulah, setiap aku dengar, aku baca, aku liat Firman Tuhan itu.. aku ngerasa semakin kuat. Seakan-akan hati ku ini dikuatkan kalo aku liat yang kayak gitu.” N.W3.1062-1064 “ada sih ada, cuma masih bisa kuat kalo aku gereja, dengar firman. Firman Tuhan, ajaran Tuhan itu benar-benar bikin, gimana ya, ya bikin kita kuat gitu.” N.W4.1178-1190 Setelah sekian lama bergabung dengan kelompok gereja, mendapatkan dukungan, mendapatkan penguatan, akhirnya tumbuh kepercayaan dalam diri Novita untuk kembali ke dalam masyarakat. Ia sudah tidak takut dan malu lagi untuk berinteraksi dengan orang banyak. Belief yang ia punya, membuat dirinya menjadi yakin bahwa kali ini ia akan diterima di dalam masyarakat. “saya dalam hatiku pun gitu, ya memang kalo pertama kali ya wajar lah orang itu belum percaya saya eee mau berhenti, jadi datanglah niat saya, saya tunjukkan lah kebenaran saya” N.W2. b.598-609 “Lama-lama kalo memang dari hatiku aku memang sudah mau bersandar sama Tuhan, ya namanya dia pun bersandar juga sama Tuhan, lama-lama kan dia pun gak juga nya menghindar-menghindar lagi samaku gitu. N.W2. b.590-594 Universitas Sumatera Utara Konsep berpikir Novita pada saat itu menimbulkan perubahan pada kehidupannya, terkhusus pada aspek spiritualnya. Kehidupannya di dalam gereja membuat pola pikirnya menjadi berubah dan berkembang. Hal tersebut adalah perubahan yang paling nyata yang ia rasakan semenjak ia bergabung dengan gereja. Hal tersebut yang menjadi dasar bagi Novita untuk kembali ke dalam masyarakat. “yang paling jelas ya gitu, aku ngerasa aku ini makin punya agama yang kuat, Di situ nya terasa kali aku berubahnya. Makin bagus aku mikir, hatiku ini sudah dilandasi firman. Karena inilah berani aku bicara sama orang lain. Perubahan ku ini lah..” N.W3.b.1061-1064 Hal pertama yang dilakukan oleh Novita ketika ia terjun kembali ke dalam masyarakat umum adalah ia kembali ke rumah keluarganya. Ia berusaha menunjukkan pada keluarganya bahwa ia telah benar-benar bertobat. Novita meminta maaf kepada semua anggota keluarga akan apa yang telah dilakukannya selama ini. Pada awalnya keluarga Novita sama sekali tidak ada yang percaya, tetapi karena usaha Novita yang tetap mendatangi keluarganya walaupun telah diusir berulang kali, akhirnya ia bisa mendapatkan kepercayaan dari keluarganya sendiri. “Sesudah itu ya kalo sudah lah kurasakan dekat itu sama Tuhan, malu kita kan gak ada lagi sitilahnya gitu kita mendekat sama keluarga. Walaupun istilahnya keluarga itu belum mau kali dekat sama saya, saya berusaha aja mendekati dia gitu” N.W2. b.689-695 “Sering kudatangin, dulunya kan sering, eee,gak dibilangnya aku gak mau datang, ada merasa malu, ada kadang karena gini lah aku, aku gak Universitas Sumatera Utara dipanggil pesta ini, ada merasa sakit hati dulu gitu lah. Sekarang ya gak lagi lah. Ditolak pun aku kudatangi aja tersu. Lama-lama percaya mereka jadinya.” N.W2. b.697-701 “Saya tetap bertahan, datangi aja datangi aja, walaupun mereka ga suka.. lama-lama mereka maklum kalo didatangi terus. Namanya pun keluarga kan, pasti gak nya selamanya mereka menolak kita.” N.W2. b.939-941 Sesudah mendapatkan kepercayaan dari keluarga, Novita memutuskan untuk kembali berjualan di pasar seperti yang ia lakukan ketika ia belum gabung dengan orang gereja. Pada saat itu ia berpikir bahwa berjualan adalah usaha yang disiapkan Tuhan untuk mengubah kehidupannya. Memang, ia masih mendaptkan perlakuan sama seperti sebelumnya, ia diejek dan dihina. Tapi, Novita yang saat itu telah benar-benar dapat mengontrol emosinya, sehingga ia benar-benar bisa menerima semua perkataan orang lain tentang dirinya. “Tapi saya bertekad, udah gak mungkin nanti saya kecewa dibuat Tuhan, saya lanjut aja lah ke pajak. Saya tetap bertahan gitu” N.W2. b.635-639 “saya memang mau berhenti benar-benar, ya memang sekarang dia masih meragukan semua, belum pala mau mendekati kali semua, gitulah dulu dalam hatiku. Lama-lama kalo memang dari hatiku aku memang sudah mau bersandar sama Tuhan, ya namanya dia pun bersandar juga sama Tuhan, lama-lama kan dia pun gak juga nya menghindar-menghindar lagi samaku gitu. N.W2. b.598-609 “lama kelamaan ya berniat dalam hatiku walaupun aku , kamu tak percaya aku peduli, memang dah niat ku sama Tuhan aja lah. Kalau di dalam nama Tuhan, suatu saat kau terima nya aku., Itu dipikiranku.” N.W2. b.622-627 Universitas Sumatera Utara Pada saat yang yang sama ia juga berusaha membangun kepercayaan masyarakat umum terhadap dirinya. Ia berusaha mengubah pandangan orang banyak pada dirinya, bahwa ia telah benar-benar bertobat dan tidak mau kembali ke dunia malam tersebut. Ia mempunyai tujuan baru, yaitu ia ingin kembali berteman dengan tetangga-tetangganya. Banyak cara yang dilakukan oleh Novita, dimulai dari menegur walaupun tidak dijawab, menunjukkan kalau dia rajin mengikuti gereja dan perkumpulan, dan menceritakan pertobatannya kepada orang lain. Novita tidak merasa malu lagi berinteraksi dengan orang banyak. “itulah niat saya. Saya pun itu nya usaha saya makanya saya sungguh- sungguh berhenti. Walaupun mereka masih belum percaya, tapi niat saya ya kembali berteman lah seperti dulu” N.W1. b.359-362 “Saya bertahan tetap, saya negor dia, kalo ketemu menegor, kalo ketemu di kede pun saya tegor. Kalupun dia kurang bagus nyahutnya” N.W4. b.1160-1162 “Saya ga malu lagi, karean ga malu, saya udah bertahan, sudah saya tekankan ajaran Tuhan itu sama saya gitu. Gitulah saya buat mereka percaya sama saya.” N.W4.b.1164-1166 “saya bilang lah, kayakmana tentang saya, kayakmana sesudah memberhentikan pekrjaan seperti dulu, kayakmana saya sudah ke pajak, mendekat sama Tuhan, saya jelasin lah semua, gitu.” N.W4. b.1182-1186 “sekarang saya ya sudah sungguh-sungguh. ke gereja, ada perpulungan saya ikuti, ada pesta saya hadiri, pekerjaan saya pun sudah saya lihatkan jelas-jelas saya ke pajak. Itu semua kan bisa bikin orang percaya kalo dah tobat.” N.W1. b.374-378 Universitas Sumatera Utara Dengan bantuan dari pihak gereja, akhirnya Novita bisa diterima kembali ke dalam masyarakat, walaupun tidak semua orang mau menerimanya. Tetapi, dengan hasil yang seperti itu, Novita merasa bersyukur bahwa ia ternyata bisa mengembalikan kepercayaan orang terhadap dirinya. Hal tersebut membuat ia semakin tenang dan permasalahnya karena status sebagai mantan PSK mulai berkurang. “Sesudah berhenti kadang sebagian ada yang negor, kadang sebagian masih ada juganya istilahnya buang ludah, gitu. Di depan aku, gitu. Tappi itu pun dah syukur kali” N.W2. b.617-620 Akhirnya, dengan semua usaha dan permasalahan yang dijalanina selama ini, Novita benar-benar dapat menyesuiakan diri di lingkungannya pada saat itu. Ia merasa bahwa ia telah merasakan perubahan yang sangat besar dalam dirinya semenjak ia benar-benar bertobat. Sesudah ia berhasil masuk kembali ke dalam masyarakat, ia membuat keputusan bahwa ia harus bisa juga mengajak kawan- kawan yang lain untuk meninggalkan dunia malam dan bertobat sama seperti dirinya. “melihat kawan-kawan semua pun aku masih stress, kawan-kawan satu kerjaan dulu, Ya stress nya kayakmana ya?? Aku melihat itu semua… maunya… berhenti seperti aku lah.. stress kali liat mereka semua lah sekarang” N.W3. b.943-946 “saya kan sudah menyadari, sudah menyadari kayakmana dulu waktu saya melakukan seperti itu, kayakmna saya sekarang sesudah ke pajak walaupun sedikit hasilnya. Aku pengen kali mereka kayak aku.” N.W3. b.953-956 Universitas Sumatera Utara “dulu pun kita sama dia, eee, satu kerjaan, satu perjalanan,, terus saya sudah resapin ini kayakmana kasih Tuhan, kayakmana tuntunan Tuhan, ya saya pun kan pengen juga buat kawan kawan dulu kayak gitu. Untungnya kan ada kyak gitu sama kita, kenapa gak.” N.W4. b.1197-1202 Iya lah… saya kan sudah meresapi kayakmana firman Tuhan, apa semua, kan saya juga pengen tarik juga kawan-kawan yang dulu supaya bisa seperti saya. N.W4. b.1205-1208 Banyak upaya yang dilakukan Novita untuk mengajak teman-temannya tersebut berhenti, dimulai dari memberikan nasihat, hingga menceritakan mengenai pertobatannya. “Iya, saya berusaha lah, supaya teman-teman saya juga bertobat, kan kasihan.” N.W4. b.1194-1195 “Saya kasih nasihat juga kalo sekarang ini,,, saya bilang lah, kayakmana tentang saya, kayakmana sesudah memberhentikan pekrjaan seperti dulu, kayakmana saya sudah ke pajak, mendekat sama Tuhan, saya jelasin lah semua, gitu.” N.W4. b.1182-1186 Kehidupan Novita yang sudah membaik akhirnya membuat ia berusaha membantu orang lain yang memiliki pengalaman yang sama dengan dirinya. Ia tidak menginginkan kawan-kawannya bernasib sama dengan dirinya, hingga akhirnya ia memutsukan menolong mereka untuk keluar, sampai sekarang. Universitas Sumatera Utara

3. Dinamika

Personal Adjustment Pada Novita Mantan PSK Stress and Coping Stress • Merasa stress terhadap perubahan yang dialami khusunya perubahan ekonomi Change • Merasa khawatir tidak memiliki uang yang cukup untuk menafkahi 5 org anak Frustrattion • Ia merasa untuk mengatasi stress ia harus mendapatkan pekerjaan Appraisal Stress • Novita memutuskan pergi ke pajak untuk mencari kerja kecil-kecilan CS – Problem Focused Interpersonal Realm : • Dalam mencari pekerjaan Novita mengalami penolakan dari masyarakat Soc – Rejection dan masayrakat cenderung menjaga jarak dan tidak mau berinteraksi dengna Novita Interpersonal Communication • Novita dianggap sebagai seorang yang hina dan pencuri suami Soc, Pressure and Prejudice • Hal tersebut membuat Novita merasa sedih • Ia akhirnya memutuskan untuk menerima semuanya Developmental Transition : • Penerimaan yang dilakukan Novita membuat ia menjadi Self acceptance • Tetapi meskipun demikian ia tetap tidak dapat mengatasi permasalahan ekonominya • Ia mulai merasa stress dan mencari jalan keluar lain Interpersonal Realm • Memutuskan meminta bantuan dari saudaranya • Saudara-saudaranya menolajk keberadaan Novita Social Rejection • Novita dianggap sebagai perusak nama keluarga Stress and Coping Stress • Penolakan membuat ia stress, dan sangat sedih • Berusaha mengontrol perasaannya pada saat itu CS – Emotion Focus • Membuat keputusan kalau keluarga tidak penting bagi dirinya IR and CS • Akhirnya ia membuka usahan sendiri • Dagangan sama sekali tidak laku dan ia mengalami diskriminasi • Ia merasa stress • Novita mengalami keterpurukan • Berpikir untuk pindah Avoidance Niat untuk pindah batal karena tidak ada modal. kemudian ia melihat sekumpulan kelompok anggota gereja. Ia merasa akan ada perbedaan jika ia pergi ke gereja. Akhirnya ia memutuskan untuk bertahan dan mulai pergi ke beribadah ke gereja • Tidak ada penolakan yang diterima Novita di dalam gereja • Ia mendapatkan dukungan dari pihak gereja dalam menjalani kehidupannya • Hal ini membuat ia merasa senang dan tenang bergabung dengna orang tersebut Spiritual Reinforcement • Orang gereja mengarjakan Wati mengenai firman Tuhan untku menguatkan dirinya • Tumbuh kepercayaan bahwa Tuhan sudah memiliki rencana yang indah bagi dirinya Coping Stress • Kpercayaannya pada Tuhan membuat ia memutuskan kembali menjumpai keluargnya dan meminta maaf. • Keluarga yang melihat pertibatan Novita mulai menerimanya • Sesudah itu Wati memutuskan bekerja kembali karena percaya Tuhan membimbing Problem – Foc Interpersonal Realm • Dalam bekerja ia masih dihina • Tetapi ia tidak lagi stress dan berusaha menjelaskan situasinya • Ia menjadi orang yang berusaha menumbuhkan kepercayaan orang lain bagi dirinya • Dengan bantuan pihak gereja, akhirnya sedikit demi sedikit ia mulai diterima oleh masyarakat Developmental Transition • Perubahan prilaku Novita semenjak bergabung denganpihak gereja membawa perubahan positif dalam hidupnya • Perubahan pola pikir membuat Novita berusaha mengajak kawan PSK yang lain utk berhenti Universitas Sumatera Utara Keterangan : : Stress and Coping Stress : Interpersonal Realm : Developmental Transition : Stress and Coping Stress + Interpersonal Realm : Temuan Baru : Alur Personal Adjsutment pada Novita

4. Rekapitulasi Dinamika

Personal Adjustment Pada Novita Aspek Keterangan Sebelum Menjadi PSK - Rumah tangga Novita mengalami perbuhaan ketika suami Novita menjadi orang yang tidak memperdulikan kehidupan keluarga. - Hal tersebut membuat Novita bertengkar dengan suaminya. - Pertengkaran yang terjadi membuat suami Novita pergi meninggalkan dirinya dan 5 orang anaknya. - Hal tersebut menimbulkan kebingungan dalam diri Novita, karena ia tidak memiliki pekerjaan untuk menafkahi kelima orang anaknya. - Tuntutan ekonomi yang berat membuat Novita mengambil keputusan untuk bekerja sebagai PSK. Saat menjadi PSK - Novita merasa sedih dan bersalah ketika pertama sekali bekerja sebagai seorang PSK - Ia merasa bahwa ia terpaksa bekerja demi Universitas Sumatera Utara menafkahi anak-anaknya - Semakin lama belkerja perasaan sedih mulai menghilang dan ia merasa bahagia karena mendapatkan penghasilan yang besar. - Setelah beberapa tahun, tetangga mengetahui pekerjaan Novita dan merasa risih serta membatasi hubungan dengan Novita. - Berita pekerjaan Novita tersebut akhirnya sampai kepada keluarganya. Hal tersebut membuat keluarga Novita menolak kehadiran Novita. - Hal tersebut menumbuhkan perasaan bersalah pada diri Novita dan akhirnya ia memutuskan meninggalkan pekerjaan tersebut. Mantan PSK Stress and Coping Stress - Ketika keluar dari prostitusi Novita telah menerima dirinya sebagai mantan PSK. Self Acceptance - Walaupun demikian, ia tetap merasa stress terlebih karena ekonomi yang berubah. Stress Change - Ia merasa untuk mengatasi stress dan permasalahannya, ia harus mendapatkan pekerjaan. Appraisal Stress - Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke pajak mencari pekerjaan. Problem Focus Interpersonal Realm - Dalam mencari pekerjaan, Novita mengalami penolakan dari masyarakat Social Rejection - Ia dianggap sebagai seseorang yang hina dan pencuri suami orang Social Prejudice - Tidak ada orang yang percaya bahwa Novita Universitas Sumatera Utara telah meninggalkan pekerjaan sebagai PSK - Keluarga Novita sendiri juga memberikan penolakan terhadap dirinya. Developmental Transition - Novita menyadari bahwa telah terjadi perubahan yang sangat besar dalam hidupnya terlebih pekerjaan dan hubungan sosial Work and Social Relation Change - Menyadari situasinya pada saat itu, akhirnya Novita memutuskan untuk membuka usaha sendiri yaitu berdagang. - Tetapi, usahanya sia-sia karena tidak ada yang mau membeli dagangannya. - Akhirnya ia merasa stress dan mulai mengalami keterpurukan. Social Support and Spiritual Reinforcement - Ketika ia merasa terpuruk, ia melihat sekelompok jemaat gereja. - Ia merasa bahwa dengan bergabung dengan kelompok tersebut ia dapat merubah kehidupannya. - Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke gereja. - Ternyata, ia tidak mengalami penolakan sama sekali, justru pihak gereja bersedia membantunya menghadapi permasalahannya. - Pihak gereja mengajarkan Novita untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. - Pihak gereja juga memberikan penguatan pada Novita terkhusus pada penguatan spiritual, untuk memperkuat keyakinan Novita terhadap Tuhan, sehingga ia mampu menghadapi masalahnya di dalam nama Tuhan. Spiritual Universitas Sumatera Utara Reinformcement - Akhirnya Novita merasa bahwa ia memiliki harapan hidup dan berusaha mengubah kehidupannya. - Novita menjadi seseorang yang memiliki tingkat spiritual yang tinggi Spiritual Change Stress and Coping Stress - Sesudah mendapatkan penguatan dari pihak gereja, ia memiliki keberanian untuk kembali kepada keluarganya dan meminta maaf. - Hal tersebut dilakukan berkali-kali hingga akhirnya keluarga Novita menerima ia kembali. - Sesudah itu, Ia berusaha kembali membuka usaha, karena ia merasa hal tersebut akan mengurangi stress yang dirasakannya. Problem Focused - Ia juga telah mampu mengontrol perasaan negatif . Emotion Focus Interpersonal Realm - Sesudah ia membuka usaha kembali, masih banyak orang yang menghina Novita. - Hinaan yang diterima tidak membuat Novita jatuh kembali, melainkan tumbuh perasaan semagat untuk menjelaskan dirinya dan bersaksi di hadapan orang banyak mengenai pertobatannya. Interpersonal Relationship - Dengan bantuan pihak gereja, akhirnya tetangganya menerima Novita kembali Developmental Transition - Sesudah berhasil kembali ke masyarakat ia menyadari bahwa ia harus melakukan sesuatu bagi orang yang memiliki pengalaman sama dengan dirinya. Role and Behavior Change Universitas Sumatera Utara - Ia memutuskan untuk mengajak PSK yang lain keluar dari pekerjaannya dan bertobat seperti dirinya.

C. ANALISA BANDING PARTISIPAN I DAN II