Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dilihat bahwa proses penyesuaian diri pada mantan PSK memiliki tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan
masyarakat secara umum. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat dinamika
personal adjustment pada mantan PSK untuk kembali ke dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti adalah : Bagaimana dinamika
personal adjustment yang dijalani mantan PSK untuk kembali ke dalam masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana dinamika proses
personal adjustment yang dijalani mantan PSK untuk kembali ke dalam masyarakat.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah: a.
Memberikan informasi mengenai proses personal adjustment yang dilakukan mantan PSK kepada masyarakat umum. Diharapkan dengan melihat usaha yang
dilakukan, masyarakat dapat mengubah pandangannya terhadap mantan PSK.
Universitas Sumatera Utara
b. Memberikan informasi mengenai proses personal adjustment mantan PSK kepada
pihak-pihak lain seperti LSM, panti sosial, dan pihak yang ingin memberikan bantuan.
c. Memberikan informasi tentang proses personal adjustment yang dapat dilakukan
mantan PSK agar dapat masuk kembali ke dalam masyarakat.
2.
Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis penelitian ini adalah mendapatkan teori baru mengenai personal adjustment yang berguna untuk mengembangkan teori yang sudah ada
sebelumnya
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I Latar Belakang
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan
2. Bab II Landasan Teori
Pada bab ini berisi teori mengenai personal adjustment dan mantan PSK.
3. Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisi tentang pendekatan kualitatif, responden penelitian, teknik pengambilan responden, teknik
pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data serta prosedur penelitian.
Universitas Sumatera Utara
4. Bab IV Analisa dan Pembahasan
Pada bab ini berisi deskripsi data responden, analisa dan pembahasan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan dan pembahasan data data
penelitian sesuai dengan teori yang relevan 5.
Bab V Kesimpulan, Saran, dan Diskusi Pada bab ini berisi kesimpulan, diskusi dan saran mengenai dinamika
personal adjustment pada mantan PSK
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Personal Adjustment
1. Definisi Personal Adjustment
Weiten Lloyd 2006 menyebutkan bahwa personal adjustment adalah
sebuah proses psikologis yang dijalani seseorang yang mengakibatkan orang tersebut berusaha untuk mengatasi
demand dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Proses tersebut berhubungan dengan bagaimana cara seseorang
mengatasi permasalahan dan tekanan dari lingkungan. Sedangkan Arkoff dalam Tuttle, 2004 mengatakan bahwa
personal adjustment adalah sebuah proses dimana seseorang berusaha menyeimbangkan kondisi diri sendiri dengan kondisi
yang diharapkan dari lingkungan. Ketika seseorang mengalami suatu permasalahan di dalam hidupnya, maka orang tersebut harus mencocokkan
kondisi diri sendiri dengan apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Hal ini bertujuan agar seseorang dapat melakukan proses
personal adjustment dengan baik. Ward 2001 bersama rekannya yang lain mendefinisikan
personal adjustment sebagai respon afektif yang memotivasi individu untuk lebih
menyesuaiakan diri terhadap lingkungan dalam upaya untuk mencapai well –
being. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
personal adjustment adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang untuk mengatasi
tuntutan dan tantangan dari lingkungan dengan cara menyeimbangkan kondisi diri
Universitas Sumatera Utara
sendiri dengan kondisi lingkungan tersebut dalam upaya untuk mencapai well- being.
2. Aspek Personal Adjustment
Personal Adjustment merupakan usaha untuk menyeimbangkan kondisi lingkungan dengan kondisi diri sendiri. Proses tersebut bermula dari bagaimana
seorang individu mengidentifikasi diri sendiri, kemudian mengidentifikasi kondisi lingkungan, hingga akhirnya individu tersebut berusaha menyeimbangkan kedua
hal tersebut. Ketiga hal tersebut melibatkan beberapa aspek di dalamnya. Weiten Lloyd 2006 menjelaskan bahwa ada 3 aspek yang terlibat dalam proses
personal adjustment, yaitu : 1.
Stress and Coping Stress 2.
Interpersonal Realm 3.
Developmental Transition Pada dasarnya ketika aspek tersebut saling mempengaruhi antara yang satu
dengan yang lain. Kemunculan salah satu aspek dalam proses personal adjustment
dapat disebabkan oleh aspek yang lain. Artinya, ketiga aspek tersebut saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan ketiga aspek tersebut
yang akhirnya membentuk personal adjustment.
Di lain sisi, ketiga aspek personal adjustment bukanlah sebuah tahapan yang
harus dijalani satu demi satu. Dalam proses personal adjustment, ketiga aspek
tersebut dapat muncul satu demi satu dan dapat juga muncul secara bersamaan dalam waktu yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses
personal
Universitas Sumatera Utara
adjustment tidak memiliki tahapan, melainkan sesuai dengan kondisi atau situasi yang sedang dihadapi.
2.1. Stress dan Coping Stress
Weiten Lloyd 2006 mendefinisikan stress sebagai sebuah suatu hal yang dipersepsikan mengancam
well being seseorang dan mengharuskan seseorang tersebut menggunakan kemampuan mereka dalam mengatasi stress tersebut.
Sedangkan, Sarafino 2011 mendefinisikan stress sebagai suatu hal yang menimbulkan ketidakseimbangan antara
demand dari lingkungan dengan sumber daya atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang.
Weiten Lyod 2006 membagi sumber stress ke dalam 4 bagian utama, yaitu:
a. Frustation
Frustation dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress ketika seseorang tidak mampu mendapatkan apa yang
diinginkan Weiten Lloyd, 2006. Ketika ada sebuah stimulus yang menghambat seseorang mencapai sebuah tujuan, maka pada saat itu seorang
individu akan merasa frustasi. b.
Conflict Konflik merupakan suatu kondisi atau keadaan yang terjadi ketika dua atau
lebih stimulus motivation dan behavior tidak sesuai antara satu dengan yang lain
yang menyebabkan seseorang mengalami hambatan dalam berekspresi atau memilih stimulus tersebut. Semakin besar level konflik yang dihadapi seseorang,
Universitas Sumatera Utara
maka semaking tinggi pula resiko mengalami stress Laura King Robert Emmons, dalam Weiten Lloyd, 2006.
c. Change
Weiten Lloyd 2006 menjelaskan change sebagai segala bentuk perubahan
yang terjadi dalam diri seorang individu yang mengharuskan individu tersebut untuk melakukan penyesuaian diri kembali.
Change dapat bersumber dari lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan masyarakat secara
umum. Perubahan-perubahan yang terjadi pada dasarnya akan menimbulkan stress bagi individu yang menghadapinya.
d. Pressure
Pressure merupakan sebuah kondisi yang meliputi demand terhadap seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pressure dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu pressure to perform dan pressure to conform. Perform dapat diartikan sebagai
adanya tuntutan-tuntutan dari luar untuk melakukan suatu hal dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Conform adalah tekanan yang datang dari
lingkungan sekitar yang mengharuskan seseorang berprilaku sesuai dengan apa yang kebanyakan orang lakukan.
Ketika individu menghadapi sebuah stimulus yang dianggap menimbulkan stress, maka individu tersebut akan berusaha melakukan penilaian terhadap
stimulus tersebut. Penilaian yang dilakukan disebut sebagai appraisal. Appraisal
dibagi menjadi 2, yaitu primary appraisal dan secondary appraisal Lazarus,
1999. Primary Appraisal bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap situasi
atau stimulus yang menimbulkan stress. Secondary Appraisal bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
melihat sumber daya resource yang dimiliki seseorang dalam menghadapi
demand dari situasi atau stimulus yang menimbulkan strees. Ketika individu telah selesai melakukan penilaian terhadap situasi yang
dianggap menimbulkan stress, maka oreng tersebut akan melakukan proses coping. Sarafino 2011 menjelasakan coping stress sebagai sebuah upaya untuk
memanagemen ketidakseimbangan antara demand lingkungan dengan resource
yang dimiliki. Lazarus 1999 membagi coping strategy menjadi dua bagian
utama, yaitu : a.
Problem Focused Constructive Coping Problem focus coping bertujuan untuk mengurangi demand dari lingkungan
atau meningkatkan sumber daya yang dimiliki seseorang untuk menghadapi suatu situasi yang dapat menimbulkan stress Lazarus, 1999. Ada banyak cara yang
dapat dilakukan sesuai dengan stimulus yang dihadapi. Misalnya, ketika seseorang mengalami stress ketika ia tidak memiliki sumber ekonomi yang cukup, maka ia
dapat mengatasi stimulus tersebut dengan cara bekerja. Artinya, cara yang dilakukan untuk mengubah stimulus yang mengakibatkan stress akan berbeda
pada setiap orang tergantung pada sumber stress yang mereka hadapi. b.
Emotion Focused Constructive Coping Emotion focus coping bertujuan untuk mengubah respon emosional yang
diberikan seseorang terhadap situasi yang dapat menimbulkan stress. Dalam hal ini, seseorang berusaha mengontrol emosi yang dirasakan dalam menghadapi
suatu permasalahan tertentu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan kognitif dan behavior. Dalam pendekatan kognitif,
Universitas Sumatera Utara
control emosi dapat dilakukan dengan cara berpikir positif mengenai permasalahan yang akan dihadapi. Ketika seseorang mampu berpikir positif, maka
emosi yang dirasakan juga positif. Di dalam pendekatan behavior, seseorang
dapat mengontrol emosi mereka dengan cara melakukan suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat mengalihkan stress atau membantu mengurangi stress seperti
mencari dukungan emosional dari orang lain. Penggunaan
emotion focused coping dapat juga mengarah kepada defense mechanism, yaitu bentuk pola pikir yang salah mengenai realita atau
permasalahan yang dihadapi dalam upaya untuk mengurangi stress yang dihadapi .
Hal ini dapat terjadi ketika seseorang merasa masalah atau stimulus yang dihadapi terlalu berat dan tidak mampu untuk menghadapi permasalahan tersebut. Bentuk
defense mechanism yang sering digunakan adalah denial dan avoidance.
2.2. Interpersonal Realm
Weiten dan Lloyd 2006 mengungkapkan bahwa interpersonal realm
adalah salah satu aspek personal adjustment dimana seseorang dalam proses
penyesuaian dirinya berusaha untuk membangun hubungan social dengan lingkungan sekitar.
Interpesonal realm mengacu pada hubungan yang dimiliki individu dengan individu yang lain. Beberapa hal yang termasuk ke dalam
interpersonal realm diantaranya adalah : a.
Self Perception and Other Perception Self – Perception menjelaskan bagaimana seseorang individu memandang dan
mempersepsikan dirinya sendiri. Pandangan individu terhadap dirinya sendiri
Universitas Sumatera Utara
akan menentukan bagaimana seseorang individu berinteraksi dengan orang lain dan terlebih lagi akan mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan. Ada
4 komponen utama ketika mempersepsikan diri sendiri, diantaranya adalah : • Self – Concept, merupakan gambaran atau keyakinan mengenai diri sendiri.
Hal ini menunjukkan bahwa individu telah memiliki skema mengenai diri sendiri.
• Self- Esteem, merupakan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan individu terhadap dirinya sendiri akan mempengaruhi cara yang dilakukannya
dalam berinteraksi dengan lingkungan. • Self – Regulation, menggambarkan cara yang dilakukan untuk mmengarahkan
dan memanagemen prilaku dan pikiran yang dimiliki. • Self – Presentation, menjelaskan cara yang dilakukan individu untuk
menampilkan dirinya di dalam lingkungan social. Other – Perception lebih mengarah kepada persepsi individu terhadap
pemikiran orang lain mengenai dirinya. Ketika individu tersebut memiliki persepsi bahwa orang lain memandang dia buruk, maka dia akan berusaha
menghindari hubungan social dan sebaliknya. b.
Interpersonal Communication and Friendship Komunikasi personal menjelaskan cara yang dilakukan individu untuk
membangun hubungan dengan orang lain. Kemampuan individu dalam berkomunikasi akan menentukan keberhasilannya dalam berinteraksi dengan
orang lain. Komunikasi personal yang baik mampu mengubah pandangan orang lain terhadap individu tersebut dan sebaliknya. Biasanya, komunikasi
Universitas Sumatera Utara
interpersonal bertujuan untuk membentuk hubungan yang baru dengan orang lain, seperti pertemanan, rekan, dan sebagainya.
Friendship lebih mengarah kepada hubungan perteman antara satu orang dengan orang lain. Hubungan pertemanan sangat mempengaruhi hubungan social
seorang individu serta sangat mempengaruhi proses personal adjustment. Dalam
hal ini, individu yang melakukan proses penyesuaian diri sudah memiliki pihak yang dapat membantu mereka dalam upaya melakukan proses tersebut.
c. Social Pressure and Prejudice
Prejudice merupakan sikap negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu. Seseorang yang yang menjadi target prejudice biasanya akan
mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti ejekan, cemooh, bahkan beresiko didiskriminasi oleh orang lain. Orang yang terkena
prejudice tidak mengalami penolakan dari masyarakat. Seseorang yang terkena stigma
tersebut cenderung akan menerima tekanan secara social dari lingkungan tempat ia berada.
d. Love and Marriage
Bagian lain dari interpersonal realm adalah membangun hubungan intim atau
hubungan romantis. Hal ini mencerminkan bahwa proses personal adjustment
yang dilakukan seseorang sudah sampai ke tahap yang lebih tinggi.
2.3. Developmental Transition
Developmental Transition merupakan perubahan yang terjadi selama seorang individu melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan tersebut terjadi ketika seorang individu berhasil menyeimbangkan Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada beberapa hal, diantaranya
adalah: a.
Perubahan dalam peran gender dan prilaku. Dalam proses personal adjustment, perubahan akan jelas tampak pada prilaku serta peran yang
dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Akan ada perbedaan pada peran dan prilaku yang ditunjukkan sebelum dan sesudah seseorang berhasil melakukan
proses penyesuaian diri tersebut. b.
Transisi dalam dunia pekerjaan, dimana akan ada perbedaan dalam menentukan pekerjaan sebelum dan sesudah seseorang dalam memlih
pekerjaan. Transisi dalam perkerjaan mencerminkan apakah seseorang sudah berhasil melakukan
personal adjustment atau tidak. Semakin baik pekerjaan yang berhasil diperoleh, maka semakin berhasil proses
personal adjustment dan sebaliknya.
c. Perubahan dalam kehidupan seksual. Kehidupan seksual seseorang ditentukan
pada upaya yang dilakukan individu tersebut selama melakukan penyesuaian diri. Kehidupan seksual yang baik mencerminkan
personal adjustment yang baik, dan sebaliknya.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Personal Adjustment
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi personal adjustment, baik itu
memberikan pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Ward 2001 membagi faktor tersebut ke dalam tiga bagian besar, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Perubahan kehidupan
Perubahan kehidupan meliputi lingkungan yang baru, budaya yang baru, kondisi yang baru termasuk ekonomi dan sosial. Ketika seseorang berada dalam
satu lingkungan yang baru, maka proses adjustment akan menjadi lebih susah. Hal
ini dikarenakan stimulus yang diterima oleh seseorang individu pada dasarnya berbeda antara satu lingkungan dengan lingkungan yang lain. Artinya, butuh
kontribusi lebih sampai seseorang mampu menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungannya. b.
Faktor kepribadian
Karakteristik individu menjadi faktor yang membedakan kemampuan penyesuaian diri antara individu. Tipe kepribadian seseorang sangat menentukan
bagaimana cara yang mereka lakukan dalam melakukan penyesuaian diri. c.
Dukungan sosial
Dukungan sosial menjadi salah satu faktor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan penyesuaian diri. Individu dengan individu yang tidak
mendapatkan dukungan sosial. Individu tersebut tidak akan mampu untuk menyesuiakan diri dan membutuhkan waktu yang lebih lama jika dibandingkan
dengan individu yang mendapatkan dukungan sosial. Dukungan sosial yang tinggi memiliki tingkat keberhasilan yang besar dalam proses penyesuaian diri. Hal ini
sesuai jika dibandingkan dengan Faktor lain yang mempengaruhi
personal adjustment menurut Weiten Lloyd 2006 adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Culture and Religion, dimana perbedaan budaya akan menentukan cara orang
melakukan suatu hal, termasuk dalam melakukan penyesuaian diri. b.
Self – Esteem, semakin tinggi self – esteem seseorang, maka semakin besar kemungkinan dia berhasil dalam proses penyesuaian dirinya, dan sebaliknya.
Self Esteem sangat mempengaruhi aspek Interpersonal Realm. c.
Social Activity, keterlibatan dalam aktivitas social akan mempengaruhi cara seseorang dalam melakukan penyesuian diri. Semakin sering seseorang
terlibat dalam satu aktivitas social, maka semakin besar kemungkinan keberhasilan dalam proses penyesuaian diri.
Selain itu, kesehatan, pernikahan, pekerjaan, dan kepribadian juga mempengaruhi tercapainya tujuan dari penyesuaian diri tersebut.
B. Pekerja Seks Komersial PSK