KESIMPULAN Dinamika Personal Adjustment Pada Mantan PSK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan yang berhubungan dengan jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian, serta saran praktis maupun saran untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan tema personal adjustment atau mantan PSK.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kedua responden, secara umum dapat disimpulkan bahwa proses personal adjusment yang dijalani kedua responden mengarah pada pencapaian perubahan pada kehidupan mereka. Hal ini ditandai dengan mampunya kedua responden mengatasi tuntutan dan tantangan dari lingkungan dengan memanfaatkan resource yang dimiliki. Terdapat kesamaan pada kedua responden dalam proses personal adjustment. Kedua responden sama-sama mengalami keterpurukan dalam proses tersebut. Kedua responden telah pasrah dan menerima apapun yang terjadi dalam kehidupannya. Tetapi, kedua responden dapat bangkit dari keterpurukan berkat adanya social support dari pihak lain. Responden I melakukan vicarious learning, yaitu belajar dari pengalaman orang lain yang mirip dengannya, dan responden II mendapatkan spiritual reinforcement yang mengakibatkan terjadinya spiritual change pada dirinya. Walaupun bentuk dukungan yang didapatkan berebeda, kedua responden sama-sama dapat bangkit dari keterpurukannya. Setelah kedua Universitas Sumatera Utara responden bangkit, terdapat kesamaan pada aspek developmental transition. Kedua responden sama-sama mengalami transisi dalam work change dan role gender change. Pada work change, kedua responden sama-sama berhasil mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Responden I bekerja sebagai buruh pabrik dan responden II bekerja sebagai pedagang. Kedua responden juga telah menyadari bahwa mereka harus berperan sebagai seorang ibu terhadap anak-anaknya. Perbedaan kedua responden dalam menjalani personal adjustment terletak pada kemampuan coping stress dan interpersonal realm. Pada aspek interpersonal realm, responden I tidak dapat menerima dirinya sebagai mantan PSK, sedangkan responden II telah mampu menerima dirinya sebagai mantan PSK. Hal tersebut berdampak pada kemampuan coping stress kedua responden. Responden I cenderung menggunakan negative emotion coping stress atau defense mechanism avoidance dalam menghadapi permasalahan ketika pertama sekali menjalani kehidupan sebagai mantan PSK. Berbeda pada responden II yang cenderung menggunakan problem focus coping stress dalam menghadapi permasalahannya. Ketika kedua responden bangkit dari keterpurukan, kedua responden sama- sama telah menggunakan positive emotion coping stress dan problem focus. Tetapi terdapat perbedaan pada aspek interpersonal realm. Responden I merasa bahwa friendship dan interpersonal relation tidak penting dalam merubah kehidupannya. Responden I menganggap bahwa dengan ia bekerja giat dan sukses, otomatis orang lain akan menerima dan mengakui keberadaannya. Berbeda pada responden II yang merasa bahwa interpersonal relation dan Universitas Sumatera Utara friendship menjadi hal yang penting dalam memperbaiki kehidupannya. Hal ini mengakibatkan responden II berusaha membangun hubungan dengan orang lain walaupun terkadang ia masih mengalami penolakan. Hal lain yang yang membedakan kedua responden adalah Responden II lebih cepat kembali ke masyarakat dibandingkan dengan Responden I. Hal ini terjadi karena responden II sejak awal lebih menerima diri dibandingkan dengan Responden I. Selain itu, Responden II memiliki tingkat spiritual yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden I. Hal ini membuat responden II merasa bahwa ia bisa mengatasi semua permasalahan dengan bantuan Tuhan. Tetapi, pada Responden I, ia merasa bisa mengatasi semuanya sendiri. Keyakinan yang dimiliki Responden II membuat ia lebih cepat mengatasi permaslaahnnya dibandingkan dengan Responden I. Tetapi, walaupun demikian kedua responden pada akhirnya tetap berhasil kembali ke dalam masyarakat.

B. SARAN