Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya GPAB dan hubungan
intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah pada karyawan yang bekerja di pabrik kelapa sawit tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi terjadinya GPAB dan apakah ada hubungan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah pada karyawan
yang bekerja di Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya GPAB dan untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah pada karyawan
yang bekerja di Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum.
1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui hubungan usia terhadap terjadinya GPAB pada
karyawan Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum. 2. Mengetahui hubungan masa kerja terhadap terjadinya GPAB pada
karyawan Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum. 3. Mengetahui hubungan intensitas kebisingan terhadap terjadinya
GPAB pada karyawan Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum.
4. Mengetahui hubungan pemakaian APD Alat Pelindung Diri Pendengaran terhadap terjadinya GPAB pada karyawan Pabrik
Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah pada karyawan Pabrik Kelapa Sawit
Begerpang PT. PP. Lonsum.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya GPAB
dan hubungan intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah pada karyawan Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT PP. Lonsum.
b. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan data dan
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pustaka guna pengembangan ilmu Neurotologi dan THT Komunitas.
c. Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
berarti tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya GPAB pada karyawan Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum, sehingga
dapat direncanakan langkah-langkah konservasi pendengaran.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga Dalam
Telinga dalam berada pada bagian petrosus tulang temporal yang bertanggung jawab pada proses pendengaran dan keseimbangan. Telinga
dalam atau labirin terdiri dari bagian membran dan bagian tulang. Labirin bagian membran berisi cairan endolimfe yang tinggi kalium dan rendah
natrium, sedang labirin bagian tulang berisi cairan perilimfe yang tinggi
natrium dan rendah kalium Moller, 2006. 2.1.1 Koklea
Koklea merupakan struktur tulang yang berbentuk spiral menyerupai rumah siput dengan 2,5 sampai 2,75 kali putaran. Aksis dari spiral
tersebut dikenal sebagai modiolus. Dasar dari modiolus secara langsung menuju telinga bagian dalam dan terdapat pembuluh darah dan saraf.
Bagian atas adalah skala vestibuli berisi cairan perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membran Reissner yang tipis.
Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung cairan perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis oseus dan membran
basilaris. Cairan perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu
celah yang dikenal sebagai helikotrema. Rongga koklea dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi
cairan endolimfe Moller, 2006; Gacek 2009.
Serabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik alat Korti Gacek
2009.
Terletak di atas membran basilaris dari basis ke apeks adalah alat Korti, yang mengandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf
perifer pendengaran. Alat Korti terdiri dari satu baris sel rambut dalam 3000 sampai 3500, tiga baris sel rambut luar 12000 dan sel penunjang.
Universitas Sumatera Utara
Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa,
dikenal sebagai membran tektoria Moller, 2006; Gacek 2009.
Di bagian tengah membran tektoria disokong oleh limbus, suatu lempeng sel yang tebal yang terletak pada lamina spiralis oseus. Limbus
ini juga bertindak sebagai tempat perlengkatan membran Reissner. Tepi bebas membran tektoria melekat erat dengan sel-sel Hansen, membentuk
suatu ruang diantara sel-sel rambut dengan membran tektoria yang berisi
silia sel-sel rambut Moller, 2006; Gacek 2009.
Sel-sel rambut menerima beberapa ujung-ujung neuron yang membentuk suatu anyaman disekitar basis. Dijumpai dua tipe ujung saraf,
satu berfungsi eferen dan yang lain aferen. Satu neuron akan membagi diri dan berakhir pada sejumlah sel-sel rambut. Neuron-neuron berjalan
melalui kanalikuli pada lamina spiralis oseus Moller, 2006; Gacek 2009.
Setiap bagian disepanjang koklea memiliki struktur dasar yang sama, namun didapati perbedaan karakter berdasarkan fungsinya yang
berkembang mulai dari basal koklea sampai apeks. Yang pertama, bagian yang kira-kira sepuluh kali lebih lebar pada basal dibandingkan di apeks.
Kedua, bagian yang memiliki massa lebih banyak di basal dibandingkan di apeks dan berfungsi untuk meningkatkan ukuran dan jumlah sel
penunjang diorgan korti. Terakhir, bagian dimana basal lebih kaku dibanding dengan apeks, lebih besar oleh karena sifat yang dimiliki
membran basilaris Moller, 2006; Gacek, 2009.
2.2 Fisiologi Pendengaran