Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa,
dikenal sebagai membran tektoria Moller, 2006; Gacek 2009.
Di bagian tengah membran tektoria disokong oleh limbus, suatu lempeng sel yang tebal yang terletak pada lamina spiralis oseus. Limbus
ini juga bertindak sebagai tempat perlengkatan membran Reissner. Tepi bebas membran tektoria melekat erat dengan sel-sel Hansen, membentuk
suatu ruang diantara sel-sel rambut dengan membran tektoria yang berisi
silia sel-sel rambut Moller, 2006; Gacek 2009.
Sel-sel rambut menerima beberapa ujung-ujung neuron yang membentuk suatu anyaman disekitar basis. Dijumpai dua tipe ujung saraf,
satu berfungsi eferen dan yang lain aferen. Satu neuron akan membagi diri dan berakhir pada sejumlah sel-sel rambut. Neuron-neuron berjalan
melalui kanalikuli pada lamina spiralis oseus Moller, 2006; Gacek 2009.
Setiap bagian disepanjang koklea memiliki struktur dasar yang sama, namun didapati perbedaan karakter berdasarkan fungsinya yang
berkembang mulai dari basal koklea sampai apeks. Yang pertama, bagian yang kira-kira sepuluh kali lebih lebar pada basal dibandingkan di apeks.
Kedua, bagian yang memiliki massa lebih banyak di basal dibandingkan di apeks dan berfungsi untuk meningkatkan ukuran dan jumlah sel
penunjang diorgan korti. Terakhir, bagian dimana basal lebih kaku dibanding dengan apeks, lebih besar oleh karena sifat yang dimiliki
membran basilaris Moller, 2006; Gacek, 2009.
2.2 Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga, dialirkan ke liang telinga dan mengenai membran timpani
sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan kerangkaian tulang pendengaran ‘ossicle’ yang akan mengamplifikasi getaran tersebut.
Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong foramen ovale yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli. Getaran diteruskan
Universitas Sumatera Utara
melalui membrana Reissner yang mendorong endolimf dan membrana basal ke bawah. Perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga
tingkap bundar foramen Rotundum terdorong kearah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membran
basal sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimfe pada skala timpani. Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok
dan dengan berubahnya membran basal, ujung sel itu menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perubahan ion kalium dan ion
natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang nervus VIII yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik
pendengaran diotak area 39-40 melalui syaraf pusat yang ada di lobus temporalis Gacek, 2009; Dhingra, 2010.
2.3 Gangguan Pendengaran Akibat Bising
Gangguan pendengaran akibat bising GPAB sering dijumpai pada pekerja industri yang belum menerapkan sistem perlindungan
pendengaran dengan baik. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam upaya meningkatkan pembangunan banyak
menggunakan peralatan industri yang dapat membantu dan mempermudah pekerjaan. Sebagai akibatnya, timbul bising lingkungan
kerja yang dapat berdampak buruk terhadap para pekerja. Menurut OSHA Occupational Safety Health Administration batas aman pajanan bising
bergantung pada lama pajanan, frekuensi dan intensitas bising serta kepekaan individu dan beberapa faktor lain. Di Indonesia khususnya dan
negara lain umumnya, pajanan bising yang dianggap cukup aman adalah pajanan rata-rata sehari dengan intensitas bising tidak melebihi 85 dB
selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu Bashiruddin, 2010. GPAB ialah kurang pendengaran atau tuli akibat pajanan bising yang
cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama, biasanya disebabkan oleh bising lingkungan kerja Krishnamurti, 2009; Muyassaroh Habibi,
2011. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural tipe koklea dan
Universitas Sumatera Utara
umumnya terjadi pada kedua telinga Bashiruddin, 2010; Sen, et al, 2010. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah
intensitas bising , frekuensi, lama paparan perhari, lama masa kerja, kerentanan individu, umur dan jenis bising Kujawa Liberman, 2006;
Ologe, et al, 2008; Carmelo, et al, 2010. Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah paparan energi bising yang diterima akan
sebanding dengan kerusakan yang didapat Daniel, 2007; Muyassaroh Habibi, 2011.
GPAB adalah penyakit akibat kerja yang sering dijumpai pada banyak pekerja industri. Gangguan pendengaran ini biasanya bilateral tetapi tidak
jarang yang terjadi unilateral. Gangguan biasanya mengenai nada tinggi dan terdapat takik di frekuensi 4000 Hz pada gambaran audiogramnya
Moller, 2006. Pada tahap awal gangguan ini hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan audiometri. Gejala awal biasanya adanya keluhan
berdenging di telinga, gangguan pendengaran jenis sensorineural ini terjadi akibat kerusakan struktur di koklea yaitu kerusakan pada sel-sel
rambut di alat Korti. GPAB dapat terjadi mulai ringan sampai berat akibat pajanan bising yang berlangsung lama, yang menyebabkan kerusakan
pada sel-sel rambut juga terjadi bertahap, perlahan-lahan sehingga tidak disadari oleh para pekerja Ferrite Santana, 2005; Hong Samo, 2007;
Daniel, 2007. Pada tahap yang berat dapat mengganggu komunikasi, sehingga mempengaruhi kehidupan sosialnya. GPAB ini bersifat menetap
dan tidak dapat disembuhkan, oleh karena itu pencegahan sangat penting Attarchi, et al, 2010; Bashiruddin, 2010.
Kemajuan dalam bidang teknologi sejak tiga dekade terakhir ini menyebabkan peningkatan bahaya bising baik dalam jumlah, intensitas,
kecepatan dan jumlah orang yang terpajan bising, terutama di negara industri dan negara maju Nandi Dhatrak, 2008; Ketabi Barkhordari,
2010. Penelitian-penelitian yang dilakukan secara terpisah-pisah, menunjukkan prevalensi terjadinya gangguan pendengaran akibat bising
di tempat kerja berkisar antara 10-30. Masalah yang dihadapi adalah
Universitas Sumatera Utara
banyak perusahaan sebagai sektor formal yang belum melakukan Program Konservasi Pendengaran, sebagai perlindungan terhadap
pekerjanya, sehingga risiko terjadinya gangguan pendengaran pada pekerja akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala, antara
lain adalah kurangnya kesadaran para pekerja tentang bahaya timbulnya gangguan pendengaran akibat bising di tempat kerja Mallapiang, 2008;
Bashiruddin, 2010.
2.4 Bising