Diagnosis GPAB Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising dan Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Peningkatan Tekanan Darah (Penelitian pada Karyawan Pabrik Kelapa Sawit Begerpang PT. PP. Lonsum Kabupaten Deli Serdang Sumate

semakin berkurang dan akhirnya menghasilkan peningkatan tekanan pada pembuluh darah secara permanen Shinghal, et al, 2009.

2.8 Diagnosis GPAB

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat pekerjaan, pemeriksaan fisik dan otoskopi serta pemeriksaan penunjang untuk pendengaran seperti audiometri Bashiruddin Soetirto, 2007. Anamnesis pernah atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama biasanya lima tahun atau lebih.pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai adanya kelainan. Pada pemeriksaan audiologi, tes penala didapatkan hasil rinne tes positif, weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan tes schwabah memendek. Kesan jenis ketuliannya tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat takik Bashiruddin Soetirto, 2007; Nandi Dhatrak, 2008.

2.8.1 Audiometri nada murni

Audiometri nada murni merupakan suatu pemeriksaan sensitivitas ketajaman pendengaran seseorang dengan menggunakan stimulus nada murni bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi. Secara umum ada 3 metode yang digunakan yaitu a manual audiometry conventional audiometry; b automatic audiometry Bekesy audiometry; dan c computerized audiometry ASHA, 2005; Margolis Morgan, 2008. Prinsip dari suatu audiometer memberikan signal bunyi pada intensitas yang bervariasi dengan frekuensi yang berbeda 250Hz, 500Hz, 1000Hz, 2000Hz, 4000Hz, dan 8000Hz ke dalam headphones yang digunakan untuk pemeriksaan pendengaran HSA,2007. Hal yang harus diperhatikan antara lain kalibrasi peralatan, dan digunakan pada ruangan yang sesuai sehingga didapat hasil tes yang akurat ASHA, 2005. Universitas Sumatera Utara

2.8.2 Penentuan ambang dengar

Persiapan Karyawan perlu diberitahu akan rencana pemeriksaan audiometri, sehingga mereka dapat memiliki waktu istirahat untuk menghindari lingkungan bising kelab malam, konser musik dan lain-lain minimal 16 jam sebelum pemeriksaan. Namun pada kenyataannya hal ini akan sulit. Sebelum melakukan tes audiometri secara umum dilakukan wawancara ada tidaknya riwayat kelainan pada telinga, kemudian pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan dimulai pada telinga yang lebih baik pendengarannya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terhadap penilaian ambang dengar manual antara lain a instruksi kepada karyawan, b respon terhadap arahan, dan c interpretasi audiologis terhadap sikap respon karyawan selama pemeriksaan. Prosedur dasar untuk menentukan ambang dengar terdiri dari: a Familiarisasi membiasakan diri terhadap signal pemeriksaan. Hal ini bertujuan untuk memastikan audiologis bahwa pasien mengerti dan dapat merespon arahan yang diberikan dengan cara memberikan signal dengan intensitas yang cukup menimbulkan respon yang jelas. b Penentuan ambang dengar. Prosedur standar yang direkomendasikan pada pemeriksaan dengan menggunakan audiometri nada murni secara bertahap yang dimulai dengan signal yang tidak dapat didengar. Stimulis nada murni diberikan selama 1 – 2 detik. Ambang dengar didapat dengan menentukan bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga pasien.

2.8.3 Karakteristik audiometri pada tuli akibat bising

Pada pemeriksaan audiometri seperti pada gambar 2.5., GPAB memberikan gambaran yang khas yaitu notch takik berbentuk ‘V’ atau ‘U’ Universitas Sumatera Utara sering diawali pada frekuensi 4000 Hz, tapi kadang-kadang 6000 Hz, yang kemudian secara bertahap semakin dalam dan selanjutnya akan menyebar ke frekuensi didekatnya, dimana khasnya didapati perbaikan pada 8000 Hz. Hal inilah yang membedakannya dari prebiaskusis HSA, 2007. Gambar 2.5. Audiogram GPAB menunjukkan takik di frekuensi 4000 Hz Vinodh Vaeranna, 2010

2.9 Penatalaksanaan dan Pencegahan