Produksi Pisang Belum Memenuhi Kebutuhan Faktor Pendukung Keberhasilan Budidaya Pisang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum

Hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Oleh karena itu, pisang dianggap sebagai komuditas penting sehingga ada lembaga dunia yang mengurusi masalah pisang yaitu International Network for Improvement of Banana and Plantain INIBAB. Lembaga ini didirikan oleh International Plant Genetic Resources Institute IPGRI yang berkedudukan di Montpellier, Perancis. Jaringan kerjasama melalui INIBAP cukup luas, khususnya mengenai penelitian ketahanan penyakit layu fusarium.

2.1.1 Produksi Pisang Belum Memenuhi Kebutuhan

Produksi pisang diIndonesia rata-rata 3,2 juta ton per tahun. Diperkirakan 1,5 juta ton diantaranya merupakan pisang meja untuk konsumsi segar. Bila diasumsikan sekitar 60 120 juta konsumsi pisang hanya 12,5 Kgorangtahun atau 34,2 goranghari. Padahal rata-rata berat pisang ambon kuning saja sekitar 100 g. ini berarti kemampuan penyediaan buah pisang untuk konsumsi buah meja saja sangat kecil karena masih jauh dibawah berat rata-rata buah pisang. Untuk mengetahui produksi pisang di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Produksi pisang di Indonesia

2.1.2 Faktor Pendukung Keberhasilan Budidaya Pisang

Pada umumnya petani diIndonesia belum menuasai sifat usaha tani sehingga penjualan hasil produksi masih dapat dikuasai pedagang atau pengumpul tengkulak. Salah satu penyebabnya ialah petani belum mampu menghasilkan produksi sesuai criteria pasar swalayan atau ekspor. Oleh karena mutu hasil masih rendah, buah Universitas Sumatera Utara pisang yang dihasilkan pun hanya bias terjual pada pedagang atau tengkulak untuk pasar local atau pasar domestic. Dalam budidaya pisang berorientasi pasar swalayan atau ekspor, petani dituntut harus mendalami criteria mutu yang diinginkan konsumen. Tujuannya ialah agar produksinya mampu bersaing. Tentu saja hal ini dapat dicapai dengan cara petani harus serius menangani usaha taninya. Ada banyak kendala yang dapat menghambat keberhasilan usaha lebih banyak diserahkan pada kemurahan alam. Pada budidaya tradisional, mutu buah umumnya kurang diperhatikan, hanya produksi tinggi saja yang diharapkan. Petani berharap tandan buahnya panjang dengan uleran buah besar. Padahal untuk pasar supermarket swalayan dan ekspor, mutu buah sangat diperhatikan sesuai criteria standar tertentu. Dalam pembudidayaan pisang berorientasi pasar dengan cakupan luas tingkat konsumen menengah keatas, ada banyak kendala yang akan dihadapi petani. Salah satunya ialah harga. Harga pisang yang murah ditingkat petani menyebabkan petani enggan merawat tanamannya dengan baik. Petani beranggapan bahwa semua tingkatan mutu buah akan habis dijual. Akibatnya petani akan merugi karena harga jual tidak seimbang dengan biaya produksi.

2.1.3 Aneka produk olahan tepung pisang