Manfaat Standarisasi Obat Tradisional Penetapan Standarisasi Obat Tradisional

Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair, ekstrak kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang, biasanaya kadar air lebih dari 30. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-30. Ekstrak kering memungkinkan langsung dilakukan penyerbukan dan lebih mudah memperhitungkan kadar serta melakukan formulasi. Untuk industri yang tidak mampu membuat serbuk sebaiknya kadar air dibuat antara 10-30 dan tidak terlalu kental. Dengan konsistensi terlalu kental justru sangat sulit diserbukkan.

2.3.1. Manfaat Standarisasi Obat Tradisional

Tanaman obat dan rempah Indonesia mempunyai potensi besar sebagai produk unggulan. Belum tingginya upaya lintas sektoral dan terpadu antara swasta- pemerintah-perguruan tinggi untuk mengangkat secara sistematis natural product Indonesia mengakibatkan banyak produk ekspor herbal yang berdaya tawar rendah. Hingga kini Cina dan India adalah raja produk herbal di dunia, bahkan Singapura yang merupakan Negara mungil adalah salah satu pengolah dan penjual produk alam yang cukup besar dan Negara inilah yang menerapkan standar bagi eksportir sehingga banyak sekali bahan mentah Indonesia yang diekspor dengan harga cukup murah namun melalui pabrikasi dan proses di Negara bersangkutan tersebut dijual dengan nilai yang jauh lebih tinggi. Standardisasi adalah upaya penting untuk menaikkan nilai ekonomi produk alam Indonesia. Dampak positif standardisasi sebenarnya menguntungkan semua pihak yakni konsumen, pemerintah bahkan produsen sendiri. Agar bisa diaplikasikan secara klinik, menjaga konsistensi khasiat atau menaikkan efikasi Universitas Sumatera Utara produk dan jika digunakan sebagai bahan baku industri maka ekstrak tanaman harus memiliki zat aktif atau senyawa marker pada kadar tertentu. Selain itu untuk memastikan keamanan, ekstrak tidak boleh mengandung zat-zat yang berbahaya. Bagi produsen akan menguntungkan dari aspek stabilitas produk, karena zat-zat tertentu bisa mempercepat kerusakan produk yang beredar di pasaran, misalnya kadar air yang terlalu tinggi 10 akan menurunkan stabilitas ekstrak. Produk yang bermutu dengan khasiat yang konsisten dan aman akan menaikkan kepercayaan konsumen dan klien.

2.3.2. Penetapan Standarisasi Obat Tradisional

Pemerintah adalah pemegang mandat politik untuk menjamin mutu pelayanan dan barang yang beredar di masyarakat serta mencegah bahaya apapun terhadap bahan yang dikonsumsi publik. Pemerintah melalui Departemen Kesehatan dan Badan POM menetapkan standar dan parameter mutu dan keamanan bahan apapun termasuk bahan obat herbal yang dikonsumsi oleh masyarakat. Standar itu merupakan acuan yang digunakan oleh institusi di luar pemerintah yang memiliki kepentingan dengan obat herbal: produsen, industry, eksportir, lembaga penelitian, dan lain-lain. Mereka harus menepati mutu produk yang telah ditetapkan. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM yang bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Standardisasi, sedangkan evaluasi dan penilaian produk, baik jamu, Obat Herbal Terstandar OHT, maupun Fitofarmaka menjadi tugas dan tanggungjawab Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik. Produsen, supplier, agen, pengimpor dan Universitas Sumatera Utara pengekspor berbahan baku ekstrak wajib menaati ketentuan pengujian, parameter hasil dan metode yang digunakan termasuk instrumentasi terutama sekali parameter keamanan. Untuk itu mereka harus melakukan proses standardisasi ekstrak jika produk herbal beredar di masyarakat sebagai obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Perlu dikemukakan di sini bahwa ada 3 kategori obat herbal yang beredar di Indonesia yakni: jamu, suatu bahan pengobatan tradisional namun sudah terdaftar di institusi pemerintah yang tanpa dilakukan standardisasi dan belum diteliti khasiat atau farmakologinya, baik secara pra klinik maupun klinik. Obat herbal terstandar, jika bahan baku telah distandardisasi dan khasiatnya telah dibuktikan secara klinik pada pasien manusia. Direktorat penilaian pada Badan POM yang akan memeriksa kesesuaian hasil ajuan dari subjek standardisasi diatas. Idealnya ekstrak yang ditetapkan parameter mutu dan keamanannya adalah ekstrak yang berasal tanaman yang telah diteliti dan ditetapkan efek farmakologis dan toksisitas kliniknya baik akut, subkronis, maupun kronis, yakni telah teruji pada pasien sehingga output yang dihasilkan adalah produk dengan nilai ekonomi dan berdaya guna tinggi. Namun untuk mendapatkan ekstrak tanaman yang teruji secara klinik sudah merupakan problem besar tersendiri terkait dengan besarnya dana yang harus diinvestasikan. Universitas Sumatera Utara Di sisi lain masyarakat turun temurun atau mengikuti tren atau mengadsorpsi kebiasaan baru mengonsumsi obat herbal tertentu yang notabene banyak diantaranya belum mengalami penelitian farmakologi maupun toksikologinya. Demikian jamu yang beredar di pasaran, hendaknya minimal bahan baku ekstraknya telah ditetapkan aspek parameter non spesifiknya. Sudah menjadi tugas pemerintah untuk menetapkan parameter mutu dan menjaga keamanan masyarakat pemakai obat herbal sehingga dengan sendirinya bahan obat herbal apapun yang telah dikonsumsi public secara missal tetap pada batas-batas aman meskipun bahan atau produk terkonsumsi belum mengalami uji farmakologi praklinik maupun klinik.

2.3.3. Acuan Standarisasi Obat Tradisional