Revina Febriani : Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan, 2009.
D. Konflik Gajah Dengan Manusia
Penurunan kualitas habitat gajah Sumatera pada umumnya disebabkan oleh semakin menurunnya luasan areal hutan dan telah terfragmentasinya habitat
gajah dan penggunaan lahan yang tidak didasarkan pada keutuhan ekosistem hutan. Penurunan kualitas habitat ini sampai saat ini masih terus berlansung,
terutama pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia yang ditandai dengan semakin meningkatnya penebangan liar Illegal logging, perambahan hutan,
konversi lahan hutan menjadi areal-areal penggunaan lain seperti lahan pertanian, perkebunan, hutan tanaman industri, tambang, pemukiman penduduk, jalan dan
sebagainya. Selain itu, keadaan ini secara lansung maupun tidak lansung akan berpengaruh terhadap kesehatan populasi gajah Sumatera khususnya dan jenis
sumberdaya alam hayati umumnya. Selain itu keadaan ini secara lansung maupun tidak lansung juga akan berimplikasi terhadap meningkatnya konflik antara gajah
dengan manusia dan meningkatnya dampak negatif lainnya akibat ketidakseimbangan ekosistem, sehingga apabila hal ini dibiarkan terus akan
menyebabkan menurunnya kesejahteraaan manusia Arief. H dan Tutut Sunarminto, 2003.
Konflik gajah Elephas maximus sumatranus dan manusia sering terjadi pada sebagian besar wilayah di Sumatera. Sebagai satwa liar yang sedang
mengembara, gajah jarang sekali menetap di suatu tempat yang terbatas. Hidupnya selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya, untuk
mendapatkan tumbuhan sebagai makanannya. Pada saat ini gajah terus menelusuri home range nya untuk mendapatkan makanan, kenyataanya rute yang dilaluinya
Revina Febriani : Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan, 2009.
telah berubah fungsi menjadi daerah pemukiman dan areal perladangan, sehingga
muncul konflik kepentingan antara manusia dan gajah Yusnaningsih, 2004.
Gajah telah mengalami penurunan populasi, hal ini terjadi karena adanya kombinasi konflik antara manusia dengan gajah, hilangnya habitat asli,
fragmentasi, habitat dan faktor-faktor kebijaksanaan untu kepentingan manusia. Dengan adanya penyempitan-penyempitan habitat ini memaksa gajah untuk
masuk ke pemukuman manusia dan areal perladangan untuk memakan tanaman budidaya masyarakat seperti padi, kelapa, pisang dan tebu, sementara itu
masyarakat berusaha untuk bertahan dan melawan. Konflik manusia dan gajah merupakan masalah yang signifikan dan
ancaman yang serius bagi konservasi gajah sumatera dan kalimantan. Akibat konflik dengan manusia, gajah mati diracun, ditangkap dan dipindahkan ke Pusat
Konservasi Gajah yang mengakibatkan terjadinya kepunahan lokal misalnya di provinsi Riau. Di sisi lain, Konflik manusia dan gajah juga mengakibatkan
kerugian yang signifikan bagi manusia. Kerusakan tanaman, terbunuhnya manusia dan kerusakan harta benda sering terjadi akibat konflik dengan gajah. Dari ketiga
jenis Konflik manusia dan gajah Konflik manusia dan gajah tersebut yang paling sering terjadi adalah kerusakan tanaman crop raiding oleh gajah Dirjen
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2007. Permasalahan konflik antara gajah dengan manusia terjadi dikarenakan
adanya persaingan dalam pemanfaatan sumberdaya, terutama pemanfaatan ruang. Seiring dengan semakin meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan krisis
ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan semakin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya, baik sumberdaya lahan maupun hayati, sehingga secara
Revina Febriani : Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan, 2009.
lansung maupun tidak lansung akan menyebabkan menurunnya luasan dan kualitas habitat gajah. Proses ini masih terus berlansung, sehingga permasalahan
konflik antara gajah dan manusia masih terus berlansung. Secara umum konflik yang terjadi antara gajah dengan manusia yaitu:
1. Gangguan gajah liar Gajah memiliki pergerakan yang tetap. Wilayah yang menjadi rute tetap
pergerakan gajah di sebut sebagai wilayah jelajah atau home range. Wilayah jelajah tersebut tidak pernah berubah meskipun kondisinya telah berubah.
Pergerakan gajah pada wilayah jelajahnya akan terus berlansung secara periodik terulang setiap periode tertentu, meskipun sudah terpotong oleh pemukiman,
lokasi transmigrasi maupun areal pertanian dan perkebunan. Proses pergerakan gajah secara periodik pada wilayah jelajahnya telah berubah menjadi areal
pemukiman, lokasi transmigrasi, areal pertanian dan perkebunan yang mengancam jiwa manusia dan mengganggu aktifitas pembangunan.
2. Perubahan total habitat gajah menjadi areal penggunaan lain Perubahan total habitat gajah menjadi areal penggunaan lain terjadi karena
adanya tekanan penduduk terhadap lahan. Hal ini menyebabkan pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan mengenai penggunaan lahan dan peruntukan
lahan yang lainnya. 3. Perusakan habitat gajah
Selain perubahan total fungsi hutan sebagai habitat gajah, gangguan lainnya adalah pengrusakan habitat oleh kegiatan perambahan dan penebangan
liar. Baik didalam kawasan konservasi maupun dikawasan hutan lainnya. Sampai saat ini belum ada data yang memadai mengenai luas kerusakan hutan sebagai
Revina Febriani : Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan, 2009.