Taman Nasional Taman Nasional Gunung Leuser

Revina Febriani : Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan, 2009. TINJAUAN PUSTAKA

A. Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam UU No. 5 Tahun 1990. Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasional kelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Ekonomi Dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara. 2. Ekologi Dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan. 3. Estetika Memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam bahari. Revina Febriani : Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan, 2009. 4. Pendidikan dan Penelitian Merupakan obyek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian. 5. Jaminan Masa Depan Keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang Salah satu alasan perlindungan kawasan konservasi seperti taman nasional adalah keberadaan fenomena alam atau hidupan liar flora dan fauna yang dilindungi karena nilai kelangkaan atau eksistensinya yang terancam punah. Alasan ini menentukan prioritas dalam pengelolaan habitat dan daya dukung terhadap spesies apa yang akan diselamatkan. Hampir di setiap taman nasional terdapat satwa-satwa yang bermigrasi akibat faktor-faktor alam seperti perubahan iklim atau ekosistem maupun tekanan-tekanan manusia seperti perburuan, perladangan, pengembalaan dan perambahan Wiratno dkk, 2004.

B. Taman Nasional Gunung Leuser

Taman Nasional Gunung Leuser TNGL di deklarasikan pada tahun 1980 oleh mentri pertanian yang ketika itu masih membawahi bidang kehutanan. Setahun kemudian TNGL ditetapkan UNESCO sebagai cagar biosfer atas usulan dari pemerintah Indonesia. Pada tahun 1984 TNGL ditetapkan sebagai salah satu dari asean heritage park. Akhirnya pada tahun 2004 TNGL menjadi bagian warisan dunia sebagai salah satu dari tropical rainforest heritage of sumatera. Dengan sederet status regional dan internasional itu, TNGL memang makin Revina Febriani : Pemetaan Daerah Rawan Konflik Gajah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Taman Nasional Gunung Leuser Studi Kasus di Resort Tangkahan, Resort Cinta Raja dan Resort Sei Lepan, 2009. dikenal luas dalam komunitas internasional. Namun ancaman terhadap kawasan juga semakin nyata mulai dari perambahan kawasan, oleh perorangan, kelompik atau perusahaan hingga terjadi penebangan liar dengan berbagai skala Suryadi, S. 2007 Seperempat abad sejak leuser ditunjuk sebagai taman nasional, telah banyak terjadi perubahan-perubahan geopolitik dan tata guna lahan akibat intervensi pembangunan diseluruh kabupaten sekitar leuser. Diwilayah sumatera utara leuser dikepung oleh perkebunan sawit. Peningkatan luas perkebunan sawit tersebut cukup signifikan. Pada tahun 1992, luas perkebunan sawit rakyat, swasta dan milik pemerintah tersebut 513.101 ha dan meningkat pada tahun 1998 menjadi seluas 697.553 ha, dengan demikian peningkatannya rata-rata 30.742 ha pertahun Balai TNGL, 2006. Ekosistem Leuser juga merupakan habitat fauna kunci seperti gajah Sumatera elephas maxsimus sumaterae, badak Sumatera Dicerorhinus sumateraensis, dan orang utan Sumatera Pongo obelii. Selain itu ada owa Hylobateslar, kedih Presbytis thomasi dan fauna lainnya. Selain sebagai rumah fauna, di TNGL juga ada 4.000 species flora dan 3 jenis dari 15 jenis tumbuhan parasit rafflesia serta ada tumbuhan obat.

C. Gajah Biologi dan Ekologi