Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.7. Pembuatan Model Strut and Tie 28
2.8. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Langsing 29
2.9. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Tinggi 30
2.10. Konsep design Strut and Tie 31
BAB III PERHITUNGAN 32
Model Pertama 32 Model Kedua 43
Model Ketiga 54
BAB IV ANALISA PLANE STRESS 65
4.1 Pengantar 65
4.2 Perhitungan 69
4.2.1. Model Pertama 69
4.2.2. Model Kedua 85
4.2.3. Model Ketiga 100
BAB V PEMBAHASAN 110
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 112
6.1 Kesimpulan 112
6.2 Saran 112
DAFTAR PUSTAKA 113
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
As : Luas tulangan tarik
As’ : Luas tulangan tekan
Aps : Luas tulangan baja pratekan
Ast : Luas baja tulangan biasa
Ac : Luas efektif landasan strut
A : Lebar landasan
Av : Luas tulangan geser dalam jarak s
Ash : Luas total penampang tulangan transversal
B : Lebar balok
C : Compression batang tekan
d : jarak titik tangkap resultante gaya tulangan tarik
S11 : tegangan normal arah sumbu local 1
S22 : tegangan normal arah sumbu local 2
S12 : tegangan geser arah sumbu local 1
M : Momen
D : Beban mati
L : Beban hidup
X,Y,Z : Sistem Koordinat Global
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
1.1 Latar Belakang
Beton sebagai bahan struktur bangunan telah dikenal sejak lama karena mempunyai banyak keuntungan-keuntungan dibanding dengan bahan bangunan yang
lain. Perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja dan masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban dan
tegangan lebih lanjut tanpa mengalami keruntuhan. Timbulnya tegangan-tegangan lentur akibat terjadinya momen karena beban luar dan tegangan tersebut merupakan
factor yang menentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang komponen struktur. Proses perencanaan atau analisis umumnya dimulai dengan
memenuhi persyaratan terhadap lentur, kemudian baru sisi lainnya seperti geser, retak panjang penyaluran dianalisis sehingga seluruhnya memenuhi syarat.
Perencanaan struktur berdasarkan limit analysis telah banyak diselidiki melalui berbagai penelitian selama hampir empat dasawarsa, belakangan ini berbagai
manfaat telah diperoleh melalui penyelidikan dan penelitian tersebut terutama pada kekuatan balok dan pelat yang dibebani geser, torsi dan beban kombinasi.
Berdasarkan pertimbangan bahwa perilaku struktur beton sangat beragam, maka penggunaan metode limit analysis belum meluas dan sebagian masih membutuhkan
penelitian yang mendalam. Walaupun demikian, pada umumnya struktur beton dirancang bertulangan lemah underreinforced dimana kuat strukturnya terutama
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
ditentukan oleh lelehnya tulangan, dan dari berbagai percobaan yang mendalam menunjukkan bahwa pendekatan limit analysis memberikan hasil yang sangat
memuaskan termasuk beton bertulangan kuat overreinforced. Pendekatan melalui limit analysis dapat dinyatakan dalam dua kategori, pertama berdasarkan lower
bound static dan kedua berdasarkan upper bound kinematic. Pendekatan kinematic pada umumnya dipergunakan pada perancangan yang sudah ada existing
design karena keseimbangan dari model yang dipakai hanya berlaku untuk keadaan tertentu, sedangkan pendekatan metode static dapat diterapkan langsung dalam
perencanaan dan detailing karena kekuatan beton dan tulangan yang dibutuhkan dapat diperoleh dari system keseimbangan gaya-gaya dalam dari struktur yang
dibebani sampai beban batas. Berbagai penelitian terus maju dan mengalami perkembangan dan muncullah
berbagai model yang rasional yang dianggap cukup sederhana dan cukup akurat dalam aplikasinya sudah banyak diusulkan. Dan sampai saat ini model yang
dianggap konsisten dan rasional adalah pendekatan melalui “STRUT AND TIE METHOD”
Pengembangan dari Strut and Tie Method membawa pengaruh yang besar dalam peraturan beton di beberapa Negara Eropa, Kanada dan baru akhir-akhir ini di
Amerika. Namun peraturan beton di Indonesia belum mempergunakannya Strut and Tie berawal dari “Truss Analogy Model” yang pertama kali diperkenalkan
oleh Ritter 1899, Morsch 1902. Pada perencanaan bangunan bertingkat, bagian pertemuan antara balok dan kolom
adalah bagian yang sangat penting dalam suatu bangunan. Dalam 2 dasawarsa terakhir, para perencana sangat memberikan perhatian yang besar dalam bagian
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
perencanaan pertemuan balok dan kolom. Beberapa negara telah melakukan penelitian yang mendalam terhadap kelakuan yang terjadi pada bagian joint ini.
Pertemuan balok dan kolom harus memiliki cukup kekuatan untuk menahan beban dari balok dan kolom yang berdekatan dengannya.
Pada saat sekarang ini, sudah menjadi hal yang biasa bahwa dalam perencanaan bangunan, kolom menggunakan mutu beton yang lebih tinggi daripada balok. Ini
dikarenakan kolom dapat menahan beban lebih tinggi dibandingkan dengan balok. Pada kasus kolom external, daerah sambungan terjadi tegangan geser yang
besar yang disebabkan oleh pembebanan pada balok. Pada kasus kolom internal, juga disebabkan oleh balok pada kedua sisi. Kegagalan geser ini dapat menyebabkan retak
diagonal pada daerah joint. Pada daerah non-seismic, struktur dirancang untuk menahan beban gravitasi dengan sedikit pertimbangan akibat yang dihasilkan oleh
gaya lateral. Penggunaan tulangan memanjang dengan mutu yang tinggi atau dengan Namun beton juga merupakan salah satu komponen dasar yang mempunyai prioritas
penggunaan dalam konstruksi yang perlu penanganan dan pengawasan secara teliti.diameter yang lebar di dalam penampang yang relative lebih kecil kadang dapat
menyebabkan tegangan geser yang tinggi pada daerah pertemuan balok dan kolom. Gaya geser external yang bekerja pada muka joint menimbulkan tegangan geser yang
tinggi dalam joint. Tegangan geser dapat menyebabkan tegangan diagonal sehingga menyebabkan tegangan tarik melebihi tegangan tarik beton.
Dalam perencanaan struktur frame portal , jenis-jenis joint dapat diidentifikasikan sebagai joint dalam interior joint , joint luar exterior joint , joint sudut corner
joint . Ketika 4 empat balok bertemu dengan muka vertikal sebuah joint, maka joint ini dapat disebut dengan joint dalam interior joint . Ketika 1 satu balok
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
bertemu dengan muka vertikal dari sebuah kolom dan 2 dua balok lain bertemu di joint dalam arah yang tegak maka joint dapat disebut joint luar exterior joint. Dan
ketika 2 dua balok bertemu pada 2 dua muka vertikal suatu joint yang saling berdekatan maka disebut dengan joint sudut corner joint .
Pola gaya-gaya yang bekerja pada sebuah joint bergantung pada konfigurasidari joint itu sendiri dan jenis beban yang bekerja padanya. Efek dari beban-beban yang
bekerja pada 3 tiga jenis joint akan dibahas sesuai dengan tegangan-tegangan dan pola retak yang timbul padanya.
Gaya-gaya pada joint dalam yang dibebani dengan beban gravitasi dapat dilihat pada
Gambar 1.1.
Gambar 1.1 : Pembebanan Gravitasi
Gaya tarik dan tekan dari ujung balok dan gaya-gaya axial dari kolom dapat disalurkan secara langsung melalui joint. Dalam pembebanan lateral, gaya-gaya
seimbang dari balok dan kolom menyebabkan munculnya tegangan-tegangan tarik dan tegangan-tegangan tekan pada joint. Retak muncul dalam arah tegak terhadap
diagonal tarik A-B pada joint dan pada muka joint dimana balok berpotongan dengan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
joint. Struts tekan ditunjukkan dengan garis putus-putus sementara ties tarik ditunjukkan dengan garis padat. Beton lemah terhadap tarik, sehingga tulangan
melintang tranversal dibutuhkan untuk melewati bidang retak untuk menahan gaya tarik diagonal.
Gaya-gaya yang bekerja pada joint luar dapat diidealisasikan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 : Keseimbangan gaya pada joint luar
Gaya geser pada joint menimbulkan retak diagonal sehingga membutuhkan penulangan pada joint. Pola-pola dari penulangan memanjang secara signifikan
mempengaruhi efisiensi joint. Beberapa pola untuk joint luar ditunjukkan Gmbr 1.3.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 1.3 : Detail Penulangan
Gaya-gaya pada joint sudut dengan kolom yang menerus di atas joint dapat dimengerti seperti halnya pada kolom luar dengan memperhatikan arah dari
pembebanan. Tegangan-tegangan dan retak-retak yang ditimbulkan dapat dilihat
pada Gambar 1.4a dan 1.4b
a. Tegangan
b. retak
Gambar 1.4
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam perencanaan kolom kuat-balok lemah, balok diharapkan terbentuk sendi plastis pada ujung-ujungnya dan membentuk kekuatan flexure yang lebih
daripada kekuatan rencana. Gaya-gaya dalam yang terbentuk pada sendi plastis menyebabkan kondisi lekatan yang kritis pada tulangan memanjang yang melewati
joint dan juga membebankan geser yang tinggi pada inti joint. Perilaku joint menunjukkan sebuah interaksi yang rumit antara joint dan ikatan. Perlakuan lekatan
dari tulangan yang dipasang dalam sebuah joint mempengaruhi mekanisme dalam menahan geser ke tingkat yang lebih signifikan.
Gaya-gaya flexure dari kolom dan balok menyebabkan gaya-gaya tarik dan tekan pada tulangan memanjang yang melalui sebuah joint. Selama formasi sendi plastis,
gaya-gaya yang relative besar disalurkan melalui ikatan. Ketika tulangan-tulangan memanjang di muka joint berada pada tegangan melebihi leleh, retak membelah
mulai terbentuk sepanjang tulangan pada muka joint yang dapat disebut sebagai “ penetrasi leleh “. Panjang penjangkaran yang mencukupi untuk penulangan
memanjang harus dipastikan dalam joint yang mengalami penetrasi leleh sesuai pertimbangan. Oleh karena itu, persyaratan lekatan memiliki maksud yang jelas
dalam dimensi ukuran kolom dan balok pada joint. Gaya geser pada joint dianggap ditahan oleh 2 dua mekanisme yang prinsipil yaitu
mekanisme strut dan mekanisme rangka. Pada bagian sebelumnya, aturan dari mekanisme strut dan rangka dalam menahan geser dengan memperhatikan kondisi
ikatan yang baik sudah dibahas. Untuk merangkum beberapa bagian, mekanisme rangka didukung oleh transfer ikatan yang baik dan penulangan horizontal dan
vertikal yang terdistribusi secara baik dalam inti joint. Mekanisme ini cenderung untuk mengurangi keburukan dari ikatan penulangan tranversal tidak lagi dipakai
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
dalam mengatasi geser joint. Kekuatan tekan dari strut beton diagonal adalah sumber yang dapat dipercaya dalam menahan geser joint. Kekuatan dari strut beton diagonal
pada gilirannya dipengaruhi oleh regangan tarik atau tegangan tarik di dalam beton inti. Pada tingkat ini, penulangan lateral melengkapi pembatasan untuk
meningkatkan efisiensi beton dalam mekanisme strut. Pada pertemuan joint terjadi keseimbangan gaya-gaya geser. Mekanisme
untuk menyalurkan gaya-gaya geser terdiri dari 2 macam yaitu yang pertama gaya geser yang dipikul oleh strut beton dan yang kedua adalah mekanisme panel rangka
yang terdiri dari sengkang horizontal dan strut diagonal beton daerah tarik joint.
Keseimbangan gaya-gaya tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 1.5
Gambar 1.5 : Keseimbangan gaya pada joint
Gaya-gaya yang bekerja pada daerah joint tersebut dapat dijelaskan dengan strut and
tie method seperti pada contoh model yang dapat dilihat pada Gambar 1.6 di bawah
ini.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 1.6 : Truss model pada joint
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini : 1.
Untuk mencari gaya-gaya dalam momen, geser dan normal dengan model strut and tie pada daerah pertemuan balok-kolom
2. Untuk membandingkan hasil momen, geser dan lintang yang didapat
pada Tugas Akhir sebelumnya Sisca Sinaga, Raja,Ari Endra secara plane stress dengan model Strut and Tie
3. Untuk mengetahui hasil analisis sederhana mengenai gaya-gaya yang
bekerja pada daerah joint dan sekitarnya
1.3 Pembatasan Masalah
2. Model yang digunakan adalah model pada Tugas Akhir Sisca 3 bentang
10 tingkat, Raja H 4 bentang 8 tingkat dan Ari Endra 3.
Beban yang bekerja adalah kombinasi beban mati dan hidup. Beban gempa diabaikan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
4. Material yang digunakan adalah beton bertulang
1.4 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah studi literature yang menyangkut mengenai metode Strut and Tie dalam struktur beton
bertulang. Untuk mempermudah perhitungan gaya batang maka dibantu dengan
Program Staad Pro 2004.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Dalam perencanaan suatu portal beton bertulang, analisa dari suatu struktur yang lazim digunakan adalah berdasarkan analisa elastis dengan metode slope
deflection, metode distribusi momen cross , metode elemen hingga finite elemen method , dan lain sebagainya. Dari metode-metode analisa struktur inilah akan
diperoleh nilai gaya-gaya dalam dari portal yang direncanakan. Nilai-nilai gaya inilah nantinya akan digunakan untuk mendimensi balok dan kolom serta tulangan-
tulangan yang diperlukan untuk kekuatan portal tersebut. Metode ini dikembangkan dari truss analogy yang diperkenalkan secara
terpisah oleh Ritter [1899] dan Morch [1902]. Sebuah pendekatan yang rasional dalam memvisualisasikan aliran gaya-gaya yang bekerja dimana gaya-gaya tersebut
dimodelkan ke dalam sebuah bentuk elemen rangka. Dan selanjutnya dari besar gaya-gaya tersebut, dengan perhitungan yang tepat maka akan didapat pula momen,
geser dan normal M,D,N secara bersamaan. Konsepsi truss analogi umumnya dipakai dalam menganalisis atau merencanakan elemen-elemen beton bertulang dan
beton prategang didaerah peralihan gaya yang dikenal sebagai daerah D-region. Berdasarkan teori St.Venant; pola regangan didaerah peralihan ini tidak mengikuti
teori Bernoulli yang menyatakan bahwa regangan akibat pembebanan beralih secara linier sepanjang tinggi potongan penampang yang mengalami deformasi. Pembagian
daerah yang mengalami pola-pola tersebut dapat dilihat pada gambar
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
b b
b h
b Daerah Kaku
Daerah St. Venant Daerah Bernoulli
b : lebar kolom h : tinggi balok
b h
b h
h
Gambar 2.1 : Pembagian Daerah St. Venant dan Bernoulli
Menggunakan Model Strut and Tie dalam menghitung tulangan geser balok merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk merencanakan struktur
konstruksi beton bertulang. Selain cara-cara konvensional yang selama ini diketahui luas oleh para engineer maupun mahasiswa sipil di Indonesia pada umumnya
terdapat cara lain yang mungkin masih belum terlalu memasyarakat sampai saat ini yaitu Strut and Tie.
Pada analisis struktur, biasanya digunakan hypotese Bernoulli yaitu penampang dianggap rata dan tegak lurus dengan garis netral sebelum dan sesudah
lentur. Dalam kenyataannya, pada daerah kerja terpusat, tumpuan dan dimana terdapat konsentrasi tegangan yang besar asumsi kondisi penampang tetap datar pada
saat deformasi ini, umumnya tidak berlaku. Penampang struktur terbagi-bagi atas 2
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
tipe daerah yaitu daerah D dan B. Daerah yang tidak datar disebut daerah D
Disturbed atau Discontinuity, yaitu pada daerah D dapat ditentukan dengan Saint Venant Principle yang menyatakan bahwa gaya-gaya yang bekerja pada bidang dan
dalam keseimbangan akan mempengaruhi daerah sekitarnya sejauh h dengan tegangan f akan mengecil menjadi nol menjauhi pusat gaya-gaya tersebut. Asas Saint
Venant dari penyebaran tegangan yang terlokasikan menyatakan bahwa pengaruh gaya atau tegangan yang bekerja pada suatu luasan yang kecil boleh diperlakukan
sebagai suatu system yang secara statis pada jarak selebar atau setebal benda yang dibebani hingga menyebabkan distribusi tegangan dapat mengikuti hukum yang
sederhana yaitu f = NA. Daerah dimana berlaku hukum Bernoulli, disebut daerah B Bending atau Bernoulli. Pada daerah B ini tegangan dapat dicari dengan
menggunakan momen lentur. Perencanaannya dapat menggunakan model rangka batang atau juga Modified Compression Field MFC.
2.2 Penentuan daerah D dan B Strut and Tie Model
Slaich 1982-1983 telah membangun suatu dasar filosofi perancangan yang konsisten pada struktur yang berada di daerah B dan D yaitu perancangan dengan
Strut and Tie model. Dengan demikian keseluruhan struktur dapat dirancang berdasarkan Strut and Tie model. Tetapi dalam praktek Strut and Tie lebih banyak
diterapkan pada daerah D, sedangkan pada daerah B lebih dikhususkan pada perancangan terhadap pengaruh geser dan torsi. Penerapan Strut and Tie model
dalam perancangan struktur beton diawali dengan penentuan daerah D dan B
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.2 : Penentuan daerah B dan D pada Balok
Gambar 2.3 : Penentuan daerah D dan B pada portal
Prosedur penentuan daerah D dan B lebih dapat dijelaskan sebagai berikut : a
Ganti struktur riil dengan struktur fiktif yang dibebani sedemikian rupa hingga hukum Bernoulli berlaku dan keseimbangan dari semua gaya-gaya terpenuhi
b Tentukan suatu sistem keseimbangan pada suatu system keseimbangan pada
suatu system struktur bila yang disuperposisikan dengan keseimbangan akan memenuhi syarat-syarat batas
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
c Terapkan azas Saint Venant pada system struktur sejarak d=h dari titik
keseimbangan gaya-gaya. d
Pada daerah B tegangan sudah tidak dipengaruhi lagi oleh unsur diskontinuitas, dari penjelasan diatas bahwa penentuan daerah B dan B dipengaruhi oleh
geometri dan jenis dari lokasi beban yang bekerja.
2.3. Asumsi Perancangan Strut and Tie Model
Dasar teori dari strut and tie model adalah teori plastis. Model ini akan memberikan “lower bound solution”. Teori lower bound plasticity menyatakan
bahwa struktur tidak akan berada diambang keruntuhan bila terjadi keseimbangan antara beban dan distribusi tegangan dimana pada setiap titik pada struktur tersebut
mengalami tegangan lelehnya. Dengan demikian perencana perlu meninjau beberapa alternatif model dan paling sedikit ada dari load-path yang memadai dan memastikan
bahwa tidak ada bagian dari load path yang mengalami tegangan yang berlebihan overstressed. Dengan kata lain model dengan load-path yang dipilih memberikan
kapasitas struktur yang terendah model dengan load-path yang lain akan memberikan kapasitas struktur yang lebih besar dibandingkan dengan model load-
path yang dipilih sebelumnya, dengan demikian penggunaan metode ini dianggap konservatif. Pemilihan bentuk arah load-path atau pola distribusi tegangan tidak
boleh berbeda jauh antara sebelum dan sesudah beton mengalami peretakan sehingga keruntuhan lebih awal premature dapat dihindari. Struktur yang ditinjau
diidealisasikan sebagai suatu sistem rangka batang plastis plastic truss analogy yang berada dalam keseimbangan.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Keseimbangan rangka batang terpenuhi jika : a
Beban luar dan reaksi-reaksi tumpuan serta semua titik simpul berada dalam keseimbangan .
b Semua gaya tarik dipikul oleh baja tulangan dengan atau tanpa tendon prategang.
c Titik simpul merupakan titik tangkap dari sumbu-sumbu batang dengan atau
tanpa garis-garis gaya luar termasuk reaksi perletakan. Semua garis-garis gaya tersebut bertemu pada satu titik sehingga titik simpul tersebut tidak timbul
momen d
Kehilangan keseimbangan rangka batang terjadi bila beton akan mengalami kehancuran atau sejumlah batang tarik mengalami pelelehan yang mengakibatkan
rangka batang berada dalam mekanisme labil. e
Strut and Tie merupakan resultante dari berbagai medan tegangan.
2.4. Analisis Penyebaran Tegangan
Konsep tekan dan tarik didasarkan atas pendekatan plastisitas untuk aliran gaya di zona angker dengan menggunakan sejumlah batang-batang lurus tarik dan
tekan yang bertemu di titik-titik diskret yang disebut nodal. Sehingga membentuk rangka batang. Gaya tekan dipikul oleh batang tekan strut dan gaya tarik dipikul
oleh penulangan non prategang dari baja lunak yang berfungsi sebagai tulangan tarik pengekang atau oleh baja prategang. Kuat leleh tulangan pengekang angker
digunakan untuk menentukan luas penulangan total yang dibutuhkan di dalam blok angker sesudah retak signifikan terjadi, trayektori tegangan-tegangan tekan beton
cenderung memusat menjadi garis lurus yang dapat diidealisasikan menjadi batang lurus yang mengalami tekan uniaksial. Batang tekan ini dapat dipandang sebagai
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
bagian dar unit rangka batang dimana tegangan tarik utama diidealisasikan sebagai batang tarik di unit rangka batang dengan lokasi nodal yang ditentukan oleh arah
batang tekan. Suatu benda elastis yang dibebani sebelum retak akan menghasilkan medan tekan compression field dan medan tarik tension field. Garis trayektori
tegangan utama adalah garis “tempat kedudukan” titik-titik dari suatu tegangan utama principal stress yang memiliki nilai aljabar yang sama terdiri dari garis
trayektori tekan dan trayektori tarik. Garis-garis trayektori menunjukkan arah dari tegangan utama pada setiap titik yang ditinjau. Jadi trayektori tegangan merupakan
suatu kumpulan garis-garis kedudukan dari titik-titik yang mempunyai tegangan utama yang mempunyai nilai tertentu. Telah diungkapkan di depan bahwa
penggunaan Strut and Tie model perlu didukung oleh pengertian medan tegangan utama yang kemudian diterapkan pada perancangan model struktur berdasarkan teori
plastisitas. Dari ungkapan tersebut terlihat bahwa adanya hal yang kurang konsisten, yaitu dimana awalnya berorientasi pada distribusi dan trayektori tegangan
berdasarkan teori elastis yang kemudian diterapkan pada perancangan model struktur berdasarkan teori plastis. Selanjutnya diketahui bahwa struktur beton bukan
merupakan bahan yang elastis linear sempurna dan homogen karena struktur beton terdiri dari beton dan berbagai baja tulangan. Pada keadaan retak terjadi redistribusi
tegangan dimana tegangan induk tarik pada beton bervariasi dari nol pada lokasi retak dan mencapai nilai maksimum pada lokasi antar retakan, sehingga pada
struktur beton akan mengalami perubahan kekakuan struktur. Walaupun demikian hasil dari percobaan dan penelitian menunjukkan bahwa perancangan model struktur
beton bertulang berdasarkan teori plastisitas yang berorientasikan trayektori tegangan utama masih cukup konservatif, ini juga dikarenakan kuat tarik beton sangat rendah
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
dibandingkan dengan kuat tekannya. Untuk memperoleh distribusi dan trayektori tegangan yang akurat, Cook dan Mitchell 1988 menyarankan penggunaan metode
finite-element elemen hingga non linear. Kotsovos dan Pavlovic 1995 cukup banyak membahas analisis finite-element elemen hingga untuk perencanan struktur
beton dalam keadaan batas limit-state design, tetapi dalam penggunaan praktis masih banyak berorientasi pada distribusi dan trayektori tegangan utama karena
dianggap lebih praktis dan cukup konservatif disamping perangkat lunak komputer untuk struktur beton yang non linear masih sangat terbatas untuk penggunaan praktis.
Oleh karenanya, pembahasan selanjutnya masih didasarkan pada distribusi dan trayektori tegangan yang berorientasi pada struktur beton elastis dan diikuti dengan
perancangan pada teori plastisitas. Beberapa karakteristik penting dari trayektori tegangan adalah :
a Di tiap-tiap titik ada trayektori tekan dan trayektori tarik yang saling tegak lurus
b Dalam komponen struktur yang dibebani terdapat suatu kelompok trayektori
tekan dan kelompok trayektori tarik, dan kedua kelompok trayektori adalah orogonal. Ini disebabkan karena tegangan utama tekan dan tegangan utama tarik,
di dalam suatu titik yang arahnya saling tegak lurus sehingga kelompok trayektori tekan dan kelompok trayektori tarik menyatakan suatu sistem yang
orthogonal. c
Trayektori tekan dan trayektori tarik berakhir pada sisi tepi dengan sudut 90°
d Di dalam titik-titik di garis netral arah trayektori-trayektori adalah 45°.
e Lebih dekat jarak trayektori-trayektori, lebih besar nilai tegangan utamanya
f Trayektori tegangan pada daerah B jauh lebih teratur smooth dibandingkan
pada daerah D lihat gambar 2-3 dan 2-4.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.4 : Trayektori tegangan utama akibat beban merata
Gambar 2.5 : Trayektori tegangan utama akibat beban terpusat
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.5. Metode Perambahan Beban Load-Path Method
Trayektori tegangan utama adalah salah satu alat bantu dalam membentuk Strut and Tie model. Di samping pemanfaatan trayektori tegangan utama, Sclaich
1987 memberikan alternatif lain, yaitu penggunaan perambahan beban load-path method. Metode ini dapat dijelaskan seperti pada gambar 2-5 dan 2-6, pada awalnya
harus ditentukan terlebih dahulu keseimbangan luar sehingga beban kerja dan reaksi- reaksi pada D-region tersebut berada dalam keseimbangan. Kemudian diasumsikan
tegangan p berlangsung linear. Pada gambar 2-5, diagram p yang semuanya dalam keadaan tekan dibagi dalam dua bagian sedemikian rupa, sehingga masing-masing
bagian mempunyai resultante sebesar A dan B bekerja pada titik berat masing- masing. Selanjutnya diasumsikan bahwa load-path rekanan A-A tidak berpotongan
dengan load-path rekanan B-B. Load-path dari masing-masing pasangan bermuara dari titik berat masing-masing diagram tegangan dan berakhir pada titik berat
tumpuan masing-masing. Karena masing-masing pasangan melengkung dan selanjutnya load-path A-A harus berkolerasi dengan load-path B-B, ini
dimungkinkan dengan menambah batang-batang horizontal berupa strut and tie sehingga tercapai keseimbangan horizontal. Dengan mengidealisasikan load-path A-
A berupa polygon yang digabungkan dengan batang tarik dan batang tekan, maka terbentuklah strut and tie model.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.6 : Aliran Load-path dengan beban dua reaksi
Gambar 2.7 : Strut and Tie model dengan satu beban terpusat
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.6. Komponen Strut and Tie Model
Strut and Tie adalah suatu bentuk dan model truss rangka batang yang mereduksi suatu struktur kompleks menjadi suatu model truss sederhana yang mudah
dimengerti. Dalam Model Strut and Tie hanya gaya axial tariktekan yang bekerja. Adapun komponen dalam Model Strut and Tie adalah:
2.6.1 Strut
Strut atau batang tekan merupakan batang uniaxial tekan dan tegangannya adalah tegangan tekan efektif beton pada saat beban mencapai batasnya. Strut
tersebut memiliki lebar dan tebal tertentu yang besarannya tergantung pada gaya batang serta tingkat tegangan yang diijinkan. Strut beton dalam keadaan tekan dan tie
beton dalam keadaan tarik yang cenderung menyebar ke titik simpul penyebaran gaya-gaya di dalam medan tekan dapat berbentuk prisma, botol dan kipas
Gambar 2.8 : Gambar dari berbagai bentuk dasar medan tekan Kipas
Botol Prisma
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Kuat tekan dari batang strut tanpa tulangan longitudinal menurut ACI 318- 02M dapat ditulis sebagai berikut :
F
ns
=f
cu
A
c
Dimana : F
ns
= gaya tekan batas terfaktor f
cu
= tegangan tekan efektif beton A
c
= luas efektif landasan strut Dimana : f
c
’ = kuat specifik tekan beton
1 =
s
β untuk penyokong prismatis di daerah tekan utuh undisturb
75 .
=
s
β untuk strut berbentuk botol dengan tulangan retak
4 .
=
s
β untuk strut yang berada di daerah tarik
60 .
=
s
β untuk strut semua kasus
Penulangan tekan harus digunakan untuk menambah kekuatan dari strut, tulangan ini biasanya diangkur paralel dengan sumbu pusat strut, kasus seperti ini adalah kuat
tekan tulangan longitudinal yang ditulis :
F
ns
= f
cu
A
c
+ A
s
’f
s
’
Dimana : A
s
’ = luas tulangan tekan dalam batang tekan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
f
s
’ = tegangan tulangan tekan
2.6.2 Tie
Bagian kedua dari komponen Strut and Tie Model adalah tension tie atau batang tarik. Pada beton struktur batang tarik dapat berupa satu atau kumpulan baja
tulangan biasa atau dapat juga berupa satu atau kumpulan beton prategang yang dijangkar dengan baik. Karena reruntuhan tarik dari baja tulangan lebih daktail
dibandingkan dengan keruntuhan tekan dari strut atau keruntuhan dari node elemen, maka dalam perancangan struktur, keadaan batasnya lebih ditentukan oleh lelehnya
tulangan atau batang tarik tie. Penempatan batang tarik juga harus diperhatikan karena dapat mengakibatkan perubahan dimensi dari node element yang
membahayakan seperti ditunjukkan pada Gambar 2-8 dimana akan meningkatkan tegangan pada strut tekan dan node element. Karena Strut And Tie Model
diberlakukan pada beton struktur dalam keadaan batas, maka pada kondisi layan serviceability limit state lebar retak pada batang tarik perlu diperiksa, yaitu melalui
pembatasan lebar retak atau melalui pembatasan tegangan baja yang lebih rendah. Gaya tarik pada batang tarik tie tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
F
nt
= Astf
y
+A
ps
f
se
+
∆
f
p
Dimana : F
nt
=gaya tarik batas terfaktor Ast=luas baja tulangan biasa
A
ps
=luas baja tendon prategang
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
f
se
=tegangan efektif yang hilang di dalam baja tendon prategang
∆
f
p
=penambahan gaya prategang disamping level load f
se
+
∆
f
p
Gambar 2.9 : menunjukkan titik pertemuan antara strut and tie a selimut beton besar
b selimut beton kecil
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.10 : Gambar plastic truss model dari suatu balok tinggi
2.6.3. Node
Pertemuan dari strut and tie model adalah nodal zones. Tiga atau lebih gaya ini bertemu dalam sebuah node dan harus dalam keadaan seimbang. Titik
simpuljoint ini harus atau nodes membentuk suatu elemen yang dinamakan node – element atau hydrostatic-element. Daerah ini merupakan titik tangkap gaya-gaya
yang bertemu pada 1 titik sehingga tegangan yang terjadi cukup rumit karena daerah ini mengalami tegangan biaxial dan triaxial. Dalam perancangan, node element harus
mendapat perhatian yang baik, khususnya pada pertemuan dengan batang-batang tarik yang harus dijangkar. Penjangkaran batang tarik yang tidak baik akan
mengakibatkan keruntuhan lebih awal. Penjangkaran dapat dilakukan dengan memberikan panjang penjangkaran, panjang penyaluran dan kait yang cukup. Titik
simpulnode merupakan titik tangkap dari tiga batang atau lebih dari strut dan tie dengan berbagai kombinasi yang secara umum dapat dibagi ke dalam empat jenis
sambungan jenis pertemuan, yaitu : a
C-C-C node jika di dalam node terjadi pertemuan tiga gaya tekan lihat Gambar II-10
b C-C-T node yang terdiri dari satu batang tarik lihat Gambar 2-10
c C-T-T node yang terdiri dari dua batang tarik lihat Gambar 2-10
d T-T-T node yang terdiri dari tiga batang tarik lihat Gambar 2-10
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.11 : Jenis sambungan pertemuan node
Kuat tekan dari nodal zone dapat ditulis : F
nn
=f
cu
A
n
Dimana: F
nn
=gaya batas terfaktor bagian depan dari nodal zone A
n
=luas bagian depan dari nodal zone Tegangan transversal menguntungkan bila transversal bekerja dalam dua arah dan
dikekang confined concrete. Pengekangan dapat dilakukan dengan memberi tulangan kekang tranversal tertentu di sekeliling daerah medan tekan. Tulangan
kekang dan efeknya telah dianalisis dan diuji di laboratorium, perhitungan tegangan tekan dari nodal zone dalam Strut and Tie Model adalah :
F
cu
=0,85
n
β f
n
’
Dimana :
n
β =1,0 pada nodal zone yang dibentuk oleh strut-strut tekan dan landasantumpuan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009 n
β =0.8 pada nodal zone yang mengandung satu batang tarik.
n
β =0.6 pada nodal zone yang mengandung satu batang tarik tensiontie lebih dari satu arah.
Gambar 2.12 : Distribusi gaya pada daerah nodal zone Pengendalian retak
i Yi
Y sin
ρ
Σ
003 .
≥ dimana
Yi
ρ Σ rasio tulangan lapisan ke i yang memotong
unsur penyokong yang ditinjau, dan Y
i
adalah sudut antara sumbu penyokong dengan tulangan. Faktor reduksi kekuatan
Φ
senantiasa diambil 0.75 untuk penyokong, penggantung dan simpul.
Critical section adalah daerah kritis atau daerah dimana beton lebih mudah hancur
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
2.7. Pembuatan Model Strut and Tie
Pada suatu struktur, umumnya hanya terdapat beberapa bentuk standar karena itu dapat dibuat analisis yang mendetail untuk menentukan model standar yang dapat
diterapkan pada bentuk yang sama dengan ukuran yang berbeda. Standarisasi ini dapat memudahkan pekerjaan seorang perencana dan menghindari variasi
penggunaan model oleh perencana yang berbeda. Pembuatan model Strut and Tie pada dasarnya merupakan prosedur grafis yang bersifat iterative. Tidak ada prosedur
yang pasti dalam menentukan model Strut and Tie. Konsep dasar dalam pembuatan model Strut and Tie adalah :
1. Model harus dalam keadaan seimbang
2. Batang tarik harus tetap lurus
3. Tulangan geser dapat dimodelkan satu persatu atau ekivalennya
4. Jarak antara batang atas dan batang bawah ditentukan oleh momen ultimate
5. Kemiringan maksimum batang tekan adalah 25°-65° dimana idealnya 45°
2.8. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Langsing
Balok beton bertulang diasumsikan runtuh akibat geser dapat dimodelkan sebagai suatu rangka batang yang sederhana dimana batang tekan diwakili oleh
batang atas beton dengan atau tanpa tulangan tekan, batang tarik diwakili oleh tulangan tarik, dan batang diagonal oleh strut tekan beton, serta sekumpulan tulangan
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
sengkang sejarak jdtan θ diwakili oleh batang tegak dari rangka batang tersebut.
Pada gambar tersebut batang tekan dinyatakan oleh garis putus-putus dan batang tarik dinyatakan oleh garis utuh.
2.9. Batang Tekan dan Tarik pada Balok Tinggi
American Concrete Institute ACI-Code menjelaskan bahwa suatu balok dinyatakan balok tinggi deep beam dalam perencanaan lentur bila rasio bentang
bersih balok dibandingkan dengan tinggi balok lnd ≤1.25 untuk balok atas dua
tumpuan dan lnd ≤2.5 untuk balok di atas beberapa tumpuan. Selanjutnya balok
juga dinyatakan sebagai balok tinggi dalam perencanaan geser bila lnd ≤5.0 dan
balok tersebut dibebani dari permukaan atas serta ditumpu pada sisi bawah balok. Permasalahan muncul bila dihadapi suatu keadaan dimana suatu balok dengan
lnd =6 yang dibebani beban terpusat sejarak d dari salah satu tumpuan. Di sini terlihat pada sisi bentang geser yang pendek sejarak d tadi dinyatakan sebagai balok
tinggi dan pada sisi lainnya dinyatakan sebagai balok biasa bukan sebagai deep beam. Kedua pernyataan tersebut cukup menimbulkan kebimbangan. Untuk
menghindari permasalahan tersebut, MacGregor 1988 mendefinisikan suatu balok dinyatakan sebagai balok tinggi apabila sebagian besar beban yang dipikul dapat
diteruskan atau dihubungkan langsung ke tumpuan-tumpuannya melalui batang tekan compression strut. Sebagai alternative, kadangkala balok tinggi dianalisis
berdasarkan analisa tegangan dengan menggunakan “elastic continuum finite element method”. Pada struktur balok tinggi yang dikategorikan sebagai D-region,
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
balok tinggi diidealisasikan sebagai suatu rangkaian batang-batang tarik tie, batang- batang tekan strut, beban-beban kerja dan tumpuan-tumpuan yang saling
berhubungan melalui titik-titik simpul nodes sehingga terbentuk suatu rangka batang.
2.10. Konsep design Strut and Tie
Untuk mempermudah dalam perhitungan Strut and Tie Model dibutuhkan pengertian yang mendasar dan informasi mengenai “engineering judgement” dan
ilmu ini sesungguhnya adalah suatu seni yang layak dipergunakan untuk perencanaan. Dan Strut and Tie Model ini adalah design praktis dengan prosedur
pelaksanaan dapat dilihat di bawah ini :
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
STM Model Design Flow
Chart Tentukan daerah B dan Dregion
Tentukan daerah B dengan menghitung geser, lentur dan aksial
Buat model STM untuk daerah D 1.
Stress Trayektori 2.
Load Path
Dimensi elemen Gaya dan
tegangan di node Gaya dan tegangan
di batang tekan Detail batang
tarik Analisa Struktur dengan metode biasa
Tentukan reaksi deformasi dan gaya dalam Taksir Dimensi dan Ukuran lainnya
Gambar 2.13 : Bagan alir design strut and tie model
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III PERHITUNGAN MODEL STRUT AND TIE
3.1 Model Pertama :
Pada kesempatan pembuatan Tugas Akhir ini Penulis memakai model yang dipakai pada Tugas Akhir sebelumnya Raja Parmahanan, 2007.
Struktur dengan model portal 4 bentang – 8 tingkat. Panjang bentang 7 meter dan tinggi tingkat 4
meter dengan perletakan jepit. Penampang struktur dengan ukuran balok 40 cm X 60 cm dan kolom 100 cm X 100 cm. Beban yang dipakai pada simulasi ini adalah sama
sesuai dengan pembebanan Tugas Akhir sebelumnya yang tersebut di atas Beban beban mati sebesar 2.151 tm untuk atap dan 3.801 tm untuk lantai. Beban hidup
sebesar 1.1 tm. Kombinasi pembebanan yang dipakai adalah kombinasi beban mati dan beban hidup
yaitu 1.2 D + 1.6 L Maka dengan memilih metode perambahan beban
load-path method
,
Penulis mencoba untuk membuat sebuah model strut and tie
Pemodelan strut and tie dapat dilihat pada halaman berikutnya
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.1 : Pemodelan Strut and Tie
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam mencari gaya-gaya dalam pada titik yang ditinjau maka terlebih dahulu dicari gaya-gaya batang yang bekerja dalam model. Setelah didapat gaya- gaya batang
dengan bantuan Program STAAD Pro maka kita dapat mencari gaya-gaya dalam
Momen, Lintang dan Normal dengan Prinsip Ritter yaitu dengan memotong titik
yang ditinjau. Prosedur atau cara untuk mencari gaya dalam tersebut dapat dilihat melalui gambar serta penjelasan di bawah ini
Misalkan diambil sebuah daerah titik perpotongan di bawah ini
b b
x M
F3 F2
a N
F1 a
D
Gambar 3.2 : Pola perubahan dari gaya menjadi momen
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Maka momen dapat diperoleh dari hasil perkalian gaya dan jarak : M = F1a+F2b+F3a
sedangkan untuk Normal dapat diperoleh dengan mencari hasil dari resultante gaya horizontal dari gaya-gaya batang yang dipotong
N = F2cos β + F3 – F1
dan untuk Lintang dapat diperoleh dengan mencari resultante gaya-gaya vertikal dari gaya-gaya batang yang dipotong
D = F2sin β
Titik-titik yang mewakili pada model ini adalah Untuk elemen balok : titik pertemuan balok dan kolom 50 cm dari as
Untuk elemen kolom : titik pertemuan balok dan kolom 30 cm di atas dan di bawah as
Untuk titik-titik dan cara perhitungannya tidak ditampilkan, nilai momen, lintang dan normal ditampilkan dalam tabel rekapitulasi dari semua titik yang ditinjau
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik 45.714
29.74° 36.03°
35.43 6.858
68.265
46 22.677
26.225
Momen = 68.2650.2 + 35.430.2 + 45.7140.12 = 26.225 ton-m Normal = 45.714cos 29.74° + 35.43 – 68.265 = 6.858 ton
Lintang = 45.714sin 29.74° = 22.677 ton
Gambar 3.4 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 46
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 0.1
36.03° 29.74° 12.997
0.4 0.1
0.1 0.8
38.553 90
0.2 46.662
19.125 16.557
0.1
Momen = 46.6620.2 + 12.9970.2 + 38.5530.12 = 16.557 ton-m Normal = 38.553cos 29.74° + 12.997 – 46.662 = 0.2 ton
Lintang = 38.553sin 29.74° = 19.125 ton
Gambar 3.5 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 90
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
0.2
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 0.1
29.74°24.562 0.4
0.1 0.1
0.8
0.501 0.2
40.14 64
59.905 19.912
21.709 0.1
Momen = 59.9050.2 + 24.5620.2 + 40.140.12 = 21.709 ton-m Lintang = 40.14sin 29.74° = 19.912 ton
Normal = 40.14cos 29.74° + 24.562 – 59.905 = 0.501 ton
Gambar 3.6 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 64
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
3.2 Model Kedua :
Pada kesempatan pembuatan Tugas Akhir ini Penulis memakai model yang dipakai pada Tugas Akhir sebelumnya Sisca Sinaga,2007. Struktur yang
dimodelkan adalah portal dengan 3 bentang – 10 tingkat. Panjang bentang 7 meter dan tinggi tingkat 4 meter dengan perletakan jepit. Penampang struktur dengan
ukuran balok 40 cm X 60 cm dan kolom 40 cm X 120 cm . Beban yang dipakai pada simulasi ini adalah sama sesuai dengan pembebanan Tugas Akhir sebelumnya yang
tersebut di atas yaitu beban mati sebesar 3.801 tm untuk lantai dan 2.256 tm untuk atap. Beban hidup sebesar 1.1 tm
Kombinasi pembebanan yang dipakai adalah kombinasi beban mati dan beban hidup yaitu 1.2 D+1.6 L
Maka dengan metode perambatan beban, Penulis mencoba untuk membuat suatu model strut and tie untuk struktur ini
Pemodelan strut and tie dapat dilihat pada halaman berikutnya
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.7 : Pemodelan Strut and Tie
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dalam mencari gaya-gaya dalam pada titik yang ditinjau maka terlebih dahulu dicari gaya-gaya batang yang bekerja dalam model. Setelah didapat gaya- gaya batang
dengan bantuan Program STAAD Pro maka kita dapat mencari gaya-gaya dalam
Momen, Lintang dan Normal dengan Prinsip Ritter yaitu dengan memotong titik
yang ditinjau. Prosedur atau cara untuk mencari gaya dalam tersebut dapat dilihat melalui gambar serta penjelasan di bawah ini
Misalkan diambil sebuah daerah titik perpotongan di bawah ini
b b
x M
F3 F2
a N
F1 a
D
Gambar 3.8 : Pola perubahan dari gaya menjadi momen
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Maka momen dapat diperoleh dari hasil perkalian gaya dan jarak : M = F1a+F2b+F3a
sedangkan untuk Normal dapat diperoleh dengan mencari hasil dari resultante gaya horizontal dari gaya-gaya batang yang dipotong
N = F2cos β + F3 – F1
dan untuk Lintang dapat diperoleh dengan mencari resultante gaya-gaya vertikal dari gaya-gaya batang yang dipotong
D = F2sin β
Titik-titik yang mewakili pada model ini adalah Untuk elemen balok : titik pertemuan balok dan kolom 60 cm dari as
Untuk elemen kolom : titik pertemuan balok dan kolom 30 cm dari as Untuk titik-titik dan cara perhitungannya tidak ditampilkan, nilai momen, lintang dan
normal ditampilkan dalam tabel rekapitulasi dari semua titik yang ditinjau
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik 33.7°
42.3° 34.832
22.207 6.738
61.607
45 40.
377 23.728
Momen = 61.6070.2 + 34.8320.2 + 40.3770.11 = 23.728 ton-m
Lintang = 40.377 sin 33.7° = 22.207 ton Normal = 40.377 cos 33.7° + 34.832 – 61.607 = 6.738 ton
Gambar 3.9 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 45
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
33.7°
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik 1.625
0.1 42.3°
6.761 6.119
16.183 46
29. 423
0.4 16.035
0.1 0.1
0.1 1
Momen = -16.0350.2 – 29.4230.11 + 1.6250.2 = 6.119 ton-m Lintang = 29.423 sin 33.7° = 16.183 ton
Normal = 29.423 cos 33.7° – 16.035 – 1.625 = 6.761 ton
Gambar 3.10 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 46
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
33.7° 18.51
Titik pertemuan balok-kolom Tekan
Tarik 0.1
0.4 0.1
0.1 1
0.1
0.141 75
34. 9
19.195 47.618
17.065
Momen = 47.6180.2 + 18.510.2 + 34.90.11 = 17.065 ton-m Normal = 34.9 cos 33.7° + 18.51 – 47.618 = 0.141 ton
Lintang = 34.9 sin 33.7° = 19.195 ton
Gambar 3.11 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 75
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
3.3 Model Ketiga :
Pada kesempatan pembuatan Tugas Akhir ini Penulis memakai model yang dipakai pada Tugas Akhir sebelumnya Ari Endra, 2005. Struktur dengan model
portal dengan 3 bentang – 3 tingkat. Panjang bentang 7 meter dan tinggi tingkat 4 meter dengan perletakan jepit. Penampang struktur dengan ukuran balok 40 cm X 60
cm dan kolom 80 cm X 80 cm. Beban yang dipakai pada simulasi ini adalah sama sesuai dengan pembebanan Tugas Akhir sebelumnya yang tersebut di atas yaitu
beban mati sebesar 4.35 tonm untuk lantai dan beban hidup sebesar 1.1 tm Kombinasi pembebanan adalah beban mati dan beban hidup yaitu 1.2D + 1.6 L
Maka dengan metode perambatan beban, Penulis mencoba untuk membuat suatu model strut and tie untuk struktur ini
Pemodelan Strut and Tie dapat dilihat pada gambar di halaman berikutnya
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.12 : Pemodelan Strut and Tie
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 17.053
1.379 20.548
7.808 0.1
44.669 0.4
0.1 46.184
18 0.075
30.6° 27.3°
0.65 0.075
Momen = -46.1840.2 - 7.8080.2 – 44.6690.14 = 17.053 ton-m Normal = 44.669cos 27.3° + 7.808 – 46.184 = 1.379 ton
Lintang = 44.669sin 27.3° =20.548 ton
Gambar 3.13 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 18
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik pertemuan balok-kolom Tarik
Tekan 0.1
0.4 0.1
0.075
6.166
27.3° 30.6°
24.39 46.608
59.705 23
21.439 23.344
0.65 0.075
Momen = -59.7050.2 – 24.390.2 – 46.6080.14 = 23.344 ton-m Normal = 46.608cos 27.3° + 24.39 – 59.705 = 6.166 ton
Lintang = 46.608sin 27.3° = 21.439 ton
Gambar 3.14 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 23
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
0.1
62.855 0.4
0.1 Tekan
Titik pertemuan balok-kolom 0.075
Tarik
6.076
146.32 72.652
12.574 52
30.6° 27.3°
0.65 0.075
Momen = 62.8550.325 – 72.6520.325 – 12.5740.23 = 6.076 ton-m Normal = 12.574cos 30.6° + 72.652 + 62.855 = 146.32 ton
Gambar 3.15 : Momen, Normal dan Lintang pada titik 52
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI STRUKTUR BERDASARKAN FINITE
ELEMEN METHOD TUGAS AKHIR TERDAHULU
4.1 Pemodelan Struktur
4.1.1 Pemodelan elemen frame
Pemodelan dengan elemen frame ini mengusahakan agar model yang dibuat dapat dilakukan modifikasi elastis pada daerah pertemuan balok dan kolom
agar nantinya ketika menganalisa portal tersebut, modulus elastis bahan dapat dibedakan antara daerah pertemuan balok dan kolom dengan daerah lainnya
pada portal tersebut. Untuk dapat melakukan hal tersebut, maka bagian- bagian portal dibagi berdasarkan titik-titik yang telah ditentukan. Titik-titik
tersebut diambil berdasarkan pembagian zona atau daerah-daerah yaitu daerah St. Venant dan daerah Bernoulli di bentang balok dan kolom pada
portal tersebut
4.1.2 Pemodelan Plane Stress
Struktur yang dimodelkan dengan plane stress diambil dengan membagi penampang struktur dengan elemen-elemen yang lebih kecil, dimana struktur
yang dimodelkan kondisinya sama dengan kondisi pada elemen frame yang kemudian dibagi atas elemen-elemen dengan ukuran 10 cm X 10 cm dan
dengan ketebalan 1 cm
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
4.2 Pemodelan Finite Element Method
4.2.1 Pemodelan FEM Plane Stress
Matrik kekakuan global
− −
− −
−
− +
=
zx yz
xy z
y x
zx yz
xy z
y x
E
γ γ
γ ε
ε ε
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
υ
υ υ
τ τ
τ σ
σ σ
2 2
1 2
2 1
1 1
1
2 1
1
− −
− −
−
− +
=
zx yz
xy z
y x
xy y
x
E
γ γ
γ ε
ε ε
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
υ
υ υ
τ σ
σ
2 2
1 2
2 1
1 1
1
2 1
1
− −
− −
− −
− −
−
− +
xy y
x xy
y x
E γ
ε ε
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
υ
υ υ
τ σ
σ
2 2
1 1
1 1
1 1
2 1
1
2 2
2
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Yang akhirnya memberikan :
− −
− −
− −
+ =
xy y
x xy
y x
E γ
ε ε
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
υ υ
τ σ
σ
1 2
1 1
1 1
1 1
1
− −
+ =
xy y
x xy
y x
E γ
ε ε
υ υ
υ υ
υ τ
σ σ
2 1
1 1
1 1
[ ]
− +
= 2
1 1
1 1
2
υ υ
υ υ
E D
{ }
[ ]
{ }
ε σ
D =
{ }
[ ]
{ }
d B
= ε
[ ]
=
m m
j j
i i
m j
i m
i i
A B
β γ
β γ
β γ
γ γ
γ β
β β
2 1
m j
i
y y
− =
β
i m
j
y y
− =
β
j i
m
y y
− =
β
j m
i
x x
− =
γ
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
m i
j
x x
− =
γ
i j
m
x x
− =
γ Jadi,
{ }
[ ]
{ }
[ ][ ]
{ }
d B
D D
= =
ε σ
4.2.2 Pemodelan Plane Frame
Pemodelan portal menurut FEM Finite Element Method bentuk plane frame elemen yaitu dapat memikul gaya arah vertical, horizontal dan perputaran rotasi.
Matriks kekakuan global dengan transformasi system koordinat sesuai dengan koordinat setiap batang adalah seperti berikut :
[ ]
− −
− +
− −
− −
+ −
− +
+ −
− −
− −
− −
+ −
+ −
− +
− −
− −
− +
=
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
3
4 6
6 2
6 6
6 12
12 6
12 12
6 12
12 6
12 12
2 6
6 4
6 6
6 12
12 4
12 12
6 12
12 6
12 12
l lC
lS l
lS lS
lC C
KS CS
K lC
C KS
CS K
lS CS
K S
KC lS
CS K
S KC
l lC
lS l
lC lS
lC C
KS CS
K l
C KS
CS K
lS CS
K S
KC lS
CS K
S KC
l EI
K
z
Dimana : E = Modulus Elastisitas
I
z
= Inersia Tampang L = Panjang bentang
C = Cosinus sudut S = Sinus sudut
z
I Al
K
2
=
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk mencari mencari besarnya gaya-gaya batang yang terjadi maka digunakan persamaan :
[ ] [ ][ ]
d k
f =
dengan
[ ]
f adalah gaya-gaya batang,
[ ]
k adalah kekakuan batang dan
[ ]
d adalah displacement yang terjadi pada batang tersebut. Pada plane frame, gaya-gaya batang yang terjadi adalah gaya arah vertical V,
horizontalH, dan rotasi M. Boundary condition yang terjadi antara lain adalah pada tumpuan jepit
besarnya displacement yang terjadi adalah nol u = v = x = 0. Sedangkan untuk batang yang runtuh dan pada perletakan sendi dilepaskan sehingga perletakan bebas
berputar maka pada ujung batang yang dilepas tersebut besarnya M = 0, sedangkan untuk H dan V memiliki suatu besaran. Hal ini dapat dimodelkan pada saat akan
mencari besarnya gaya dalam batang dimana matriks kekakuan individu untuk batang yang dilepas akan berubah dengan salah satu ujungnya menjadi sendi.
Sebagai contoh untuk portal sederhana seperti pada Gambar 3.6 maka akan diperoleh matriks
[ ] [ ][ ]
d k
f =
adalah :
Gambar 4.1 Pemodelan Elemen Frame
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
=
4 4
4 3
3 3
2 2
2 1
1 1
4 4
4 3
3 3
2 2
2 1
1 1
x v
u x
v u
x v
u x
v u
M V
H M
V H
M V
H M
V H
Sehingga didapat displacement sebagai berikut :
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
=
3 3
3 2
2 2
3 3
3 2
2 2
M V
H M
V H
x v
u x
v u
Untuk mencari gaya dalam batang digunakan persamaan [f] = [k] [d] Dimana :
[f] = gaya dalam batang [k] = matriks kekakuan local
[d] = displacement local Displacement local dapat diperoleh dengan persamaan [d] = [T]
[ ]
d
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Dimana : [T] =
− −
1 1
C S
S C
C S
S C
Maka diperoleh masing-masing gaya dalam batang [f] = [k] [d]. Sebagai contoh untuk batang 2-3 dapat diperoleh dengan matriks berikut :
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
− −
=
3 3
3 2
2 2
3 3
3 2
2 2
x v
u x
v u
M V
H M
V H
4.3 Simulasi
Tujuan dari simulasi ini adalah untuk mendapatkan besarnya elastisitas pada pertemuan balok dan kolom sehingga menghasilkan momen pada pertemuan
tersebut mendekati dengan momen yang dihasilkan pada analisa plane stress. Dengan adanya simulasi ini, maka dapat dilakukan cara coba-coba trial and
error dengan mengganti besarnya modulus elastis pada daerah pertemuan balok dan kolom tersebut.
Langkah-langkah untuk melakukan simulasi ini adalah sebagai berikut : 1.
Masukkan beban-beban yang akan bekerja yaitu beban mati termasuk berat sendiri, dan beban hidup pada portal dengan analisa plane stress.
2. Analisa struktur portal plane stress tersebut dan diperoleh besarnya tegangan
tiap-tiap elemen di titik-titik yang telah ditentukan.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
3. Nyatakan tegangan di tiap-tiap titik tersebut dalam bentuk grafik tegangan
dan kemudian ubah menjadi momen yang bekerja di titik tersebut 4.
Elemen frame yang telah dimodelkan diberi pembebanan sesuai pembebanan pada pemodelan plane stress di atas
5. Analisa struktur elemen frame tersebut dengan memasukkan modulus
elastisitas dasar yang sama besarnya di semua elemen frame 6.
Ubah besarnya modulus elastisitas pada elemen-elemen yang berada pada pertemuan balok dan kolom dari besarnya elastisitas dasar 23500 Mpa
7. Dalam proses simulasi, besarnya modulus elastisitas pada elemen-elemen di
satu titik pertemuan balok dan kolom adalah sama namun tidak mesti sama di titik pertemuan lainnya
8. Dengan trial and error, lakukan simulasi dengan mengganti terus-menerus
besarnya modulus elastisitas tersebut sehingga didapat momen yang terjadi pada titik pertemuan balok dan kolom mendekati dengan momen yang
didapat dari analisa plane stress 9.
Batas toleransi perbandingan yang ditentukan antara momen plane frame terhadap momen plane stress adalah
5 ±
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V ANALISA HASIL PLANE STRESS
TUGAS AKHIR TERDAHULU
5.1 Pengantar
Untuk mendapatkan ketelitian yang cukup besar dalam perencanaan suatu struktur, perhitungan yang dilakukan adalah dengan membagi elemen-elemen
struktur tersebut menjadi elemen-elemen yang lebih kecil dapat dilakukan dengan elemen solid, plane stress ataupun plane strain dan perhitungan ini dapat dianalisa
dengan elemen hingga Elemen solid adalah termasuk elemen struktur yang berupa benda padat solid.
Elemen solid ini mempunyai dimensi yang berarti dalam ketiga arahnya X,Y,Z. Keistimewaan dari elemen solid ini adalah adanya suatu kondisi yang dapat
menyederhanakan analisis sehingga elemen ini dianalisis menjadi 2 dimensi. Kondisi ini dalam teori elastisitas dikenal salah satunya dengan kondisi tegangan bidang
plane-stress. Kondisi tegangan-bidang akan terjadi pada salah satu arah dimana kondisi tegangan
sama dengan atau mendekati nol. Kondisi seperti ini biasanya terjadi jika kita membatasi arah pembebanan dalam analisis kita.
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
L P
Z
xx = 0
X Y
Dari contoh gambar di atas dapat kita pastikan tidak akan ada tegangan dalam arah X-X
2
1
Sistem Koordinat
Sistem Koordinat lokal yang digunakan dalam perhitungan plane stress yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini
Gambar 5.1 : Kondisi keadaan plane stress
Gambar 5.2 : Sistem Koordinat local pada 1 elemen plane stress
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Sedangkan Sistem Koordinat sumbu globalnya yang sesuai dengan system Koordinat global pada portal
1 2
Gambar 5.3 : Sistem Koordinat global pada elemen plane stress
Hasil Keluaran Tegangan Elemen
Tegangan elemen yang merupakan output dari perhitungan plane stress menggunakan SAP 2000 adalah merupakan tegangan yang terjadi pada titik sudut
dari tiap-tiap elemen. Arah tegangan pada suatu elemen plane stress digambarkan sebagai berikut
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
S11 S12
S22 S12
1 2
S22
S11 S12
S11 = tegangan normal arah sumbu lokal 1 S22 = tegangan normal arah sumbu lokal 2
S12 = tegangan geser arah sumbu lokal 1
Adapun Langkah-langkah dalam menjalankan simulasi : •
Masukkan beban – beban yang bekerja pada portal analisa plane stress •
Analisa struktur portal plane stress dan diperoleh besarnya tegangan •
Nyatakan tegangan dalam bentuk grafik tegangan dan kemudian ubah menjadi momen
Gambar 5.4 : Arah tegangan pada 1 elemen plane stress
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
5.2 Perhitungan
5.2.1 Model Pertama :
Dengan struktur yang sama yaitu portal dengan 4 bentang – 8 tingkat. Panjang bentang 7 m dan tinggi tingkat 4 m dengan perletakan jepit. Ukuran balok 40 cm X
60 cm dan kolom 100 cm X 100 cm memiliki spesifikasi beton f
c
’=25 MPa dimodelkan dengan membagi elemen-elemen yang lebih kecil dengan ukuran 10 cm
X 10 cm. Dengan pembebanan yang sama yaitu Beban mati D = 2.151 tonm untuk atap dan
3.801 tm untuk lantai dan beban hidup L = 1.1 tm dengan jalan perhitungan beban- beban hidup dan mati adalah sebagai berikut :
Beban mati :
Pada distribusi beban sesuai dengan metode amplop seperti Gambar 5.5 pada balok maka akan diperoleh :
M° = M
eq
2 .
5 96
. Q
1
. L
2
=
1 12
. Q
eq
. L
2
2 . 596 . 3.5 .7
2
=
1 12
. Q
eq
. 7
2
Q
eq
= 4.375
7 m 7 m
7 m 3.5 m
3.5 m
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Qeq
3.5 m
Gambar 5.5 : Distribusi beban pada balok
Direncanakan : Tebal Plat Lantai
= 15 cm Tebal Plat atap
= 12 cm Balok
= 40 x 60 cm Kolom
= 100 cm x 100 cm Maka untuk berat sendiri plat pada masing-masing lantai per meter panjang dapat
dihitung sebagai berikut : 1.
Pelat atap a.
pelat = 0.12 m x 1m x 2400 kgm
3
= 288 kgm b.
spesi = 0.02 m x 1m x 2100 kgm
3
= 42 kgm c.
plafon = = 30 kgm
Qtotal = 360 kgm
Q
atap ekivalen
= 360 kgm x 4.375 2. Pelat lantai
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
a. pelat = 0.15 m x 1m x 2400 kgm
3
= 360 kgm b.spesi = 0.02m x 1m x 2100 kgm
3
= 42 kgm c. plafon =
= 30 kgm d. tegel =
= 72 kgm Q total
= 504 kgm Q
lantai ekivalen
= 504 kgm x 4.375 = 2205 kgm
3. Balok Q
Balok
= 0.4 m x 0.6 m x 2400 kgm
3
= 576 kgm 4. Dinding
Q
dinding
= 0.15 m x 4m x 1700 kgm
3
= 1020 kgm Beban mati untuk pelat atap = Q
atap ekivalen
+ Q
balok
= 1575 kgm + 576 kgm = 2151 kgm
Beban mati untuk pelat lantai = Q
lantai
+ Q
balok
= 2205 kgm + 576 kgm + 1020 kgm = 3801 kgm
Beban hidup :
Direncanakan struktur adalah untuk gedung perkantoran, dari peraturan beban diperoleh beban hidup adalah sebesar 250 kgm
2
. Maka diperoleh beban hidup yang bekerja per meter panjang adalah :
Q
hidup
= 250 kgm
2
x 1m x 4.375 = 1093.75 kgm
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Maka, untuk beban hidup pada lantai diambil sebesar = 1.1 tonm Kombinasi pembebanan yaitu 1.2 D + 1.6 L
Pemodelan plane stress dapat dilihat pada halaman berikutnya
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
D lantai = 3.801 tonm D atap = 2.151 tonm
L = 1.1 tonm
Gambar 5.6 : Pemodelan plane stress
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Output yang didapat dari perhitungan plane stress menggunakan SAP 2000 adalah berupa tegangan lentur S
11
, S
22
, dan S
12
. Pada elemen balok, tegangan yang diubah menjadi momen adalah tegangan searah sumbu X atau S
11
. Sedangkan untuk elemen kolom adalah tegangan searah sumbu Y atau S
22
Misalkan grafik tegangan yang didapat seperti pada gambar , maka perhitungan dari tegangan menjadi momen adalah :
P
2
s
2
II M
2
d
1
P
1
d
2
I M
1
s
1
P
1
= j
1
x luas segitiga I x tebal plane stress P
2
= j
2
x luas segitiga II x tebal plane stress M
1
= P
1
x d
1
M
1
= P
1
x d
1
Momen yang terjadi = M = M
1
+ M
2
Titik-titik yang mewakili pada model adalah
Untuk elemen balok : titik pertemuan balok dan kolom 50 cm dari as
Untuk elemen kolom : titik pertemuan balok dan kolom 30 cm dari as Untuk titik – titik dan cara perhitungannya tidak ditampilkan , nilai momen yang
Gambar 5.7 : Pola perubahan dari grafik tegangan menjadi momen
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
didapat dari perhitungan plane stress langsung ditampilkan dalam table rekapitulasi momen semua titik yang ditinjau
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan Lentur Titik 46
-4199.98 -1534.29
-737.86 30.915
778.76 1561.485
3741.37 -40
-30 -20
-10 10
20 30
40
-25000 25000
Tegangan kgcm2
T inggi
B al
ok cm
Tabel 5.1 : Momen dan normal di titik 46
Momen dan Normal Titik 46 Jarak
cm Tegangan
kgcm2 Normal
kg Lengan
cm Momen
kg.cm -4199.98
30 -28671.35
25.37265 -727468.13
1 10
-1534.29 20
-11360.75 15.182
-172479.63 2
20 -737.86
10 -3540.941
6.398 -22656.986
3 30
30.915 6.2159
0.268 1.66643
4 40
778.76 -10
4048.375 6.941
-28101.903 5
50 1561.485
-20 11701.225
15.959 -186746.54
6 60
3741.37 -30
26514.275 26.087
-691684.86 Titik
Potong 29.597 -1302.95
-1829136.4
Sumber : Tugas Akhir Raja
Gambar 5.8: Tegangan Lentur titik 46
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan Lentur Titik 90
-3962.79 -1538.99
-756.515 -2.085
753.205 1531.04
1948.26 -40
-30 -20
-10 10
20 30
40
-25000 25000
Tegangan kgcm2
Tinggi B a
lok c
m
Gambar 5.9 : Tegangan Lentur titik 90
Tabel 5.2 : Momen dan normal di titik 90
Momen dan Normal Titik 90 Jarak
cm Tegangan
kgcm2 Normal kg
Lengan cm
Momen kg.cm
-3962.79 30
-27508.9 25.734
-707920.83 1
10 -1538.99
20 -11477.525
15.568 -178683.5
2 20
-756.515 10
-3793 6.657
-25251.917 3
30 -2.085
-0.02877 -0.0092
0.0002648 4
40 753.205
-10 3755.6288
6.6758 -25072.084
5 50
1531.04 -20
11421.225 15.567
-177800.33 6
60 1948.26
-30 17396.5
25.199 -438389.33
Titik Potong
30.027 -10206.1
-1553118
Sumber : Tugas Akhir Raja
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan Lentur Titik 109
-3517.88 -1301.915
-647.13 -19.34
555.98 1192.22
1948.26 -40
-30 -20
-10 10
20 30
40
-25000 25000
Tegangan kgcm2
Ti nggi
B a
lok c
m
Tabel 5.3 : Momen dan normal di titik 109
Momen dan Normal Titik 109 Jarak
cm Tegangan
kgcm2 Normal kg
Lengan cm
Momen kg.cm
-3517.88 30
-24098.975 25.7662
-620940.75 1
10 -1301.915
20 -9745.225
15.559 -151634.92
2 20
-647.13 10
-3332.35 6.569
-21893.333 3
30 -19.34
-3.2506 -0.112
0.364 4
40 555.98
-10 2686.4507
6.778 -18210.698
5 50
1192.22 -20
8741 15.606
-136417 6
60 1948.26
-30 15702.4
25.401 -398860.33
Titik Potong 30.336
-10049.95 -1347956.7
Gambar 5.10: Tegangan Lentur di titik 109
Sumber : Tugas Akhir Raja
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Sebagai analisa data tambahan, tegangan geser yang terjadi diubah menjadi gaya lintang adalah untuk titik-titik pertemuan balok dan kolom yang terdapat pada balok
saja.
Gaya geserLintang = S
12
x T
1
x t
Dimana S
12
= tegangan geser kgcm
2
T
1
= tinggi 1 elemen plane stress = 10 cm t = ketebalan thickness plane stress = 1 cm
Tabel 5.4 : Tegangan geser titik 46
Elemen teg geser
kgcm2 1
-628.511 2
-224.33 3
-117.85 4
-64.87 5
-154.875 6
-246.81 7
-518.445 Jumlah
-1955.68
Sumber : Tugas Akhir Raja
Perhitungan gaya lintang pada balok untuk titik 46 adalah :
Gaya geserLintang = S
12
x T
1
x t = -1955.68 x 10 x 1
= -19.5568 ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Secara keseluruhan, nilai-nilai momen, lintang dan normal pada balok dan kolom
yang didapat dari perhitungan strut and tie model ditampilkan dalam Tabel 5.5, 5.6 dan 5.7 sebagai berikut :
Tabel 5.5 : Perbandingan antara momen secara plane stress dan strut and tie model
Titik Momen Ton.m
Titik Momen Ton.m
Plane Stress STM
Plane Stress STM
46 -18.2914
-26.225 100
-12.93 -9.323
110 11.873
19.592 162
-1.222 -6.813
115 -11.206
-11.542 163
1.592 3.992
47 -15.134
-6.347 101
-18.131 -23.627
62 -15.731
-23.617 176
-11.962 -16.015
111 0.841
12.571 177
12.305 14.272
129 0.11
0.579 54
-18.364 -25.479
63 -15.782
-19.134 122
12.343 17.865
78 -15.639
-10.421 123
-12.793 -14.227
112 2.80E-12
7.167 55
-12.449 -7.656
143 4.79E-12
1.148 70
-15.836 -19.781
79 -15.905
-24.478 136
1.517 8.1289
94 -14.933
-10.325 137
-1.756 -3.578
113 -0.837
-10.228 71
-15.769 -17.496
157 -0.111
-1.526 86
-15.583 -14.687
95 -16.439
-22.073 150
-2.40E-12 -2.711
114 -11.677
-16.712 151
6.83E-13 0.137
171 11.403
11.489 87
-15.943 -19.624
48 -16.973
-25.219 102
-12.483 -8.959
116 11.57
-19.288 164
-1.477 -6.623
117 -12.074
-12.782 165
1.733 3.848
49 -14.319
-7.517 103
-18.533 -24.167
64 -15.703
-21.709 178
-12.217 -16.279
130 0.662
10.102 179
12.797 14.521
131 -0.897
-3.768 56
-18.725 -25.23
65 -15.567
-18.382 124
12.946 17.869
80 -15.85
-12.456 125
-11.893 -13.791
144 -6.90E-13
-4.599 57
-12.364 -8.055
145 2.68E-12
1.114 72
-16.116 -19.173
81 -15.819
-22.077 138
-2.456 -7.714
96 -14.196
-10.434 139
-1.161 -2.945
158 -0.657
-8.394 73
-15.719 -20.142
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
159 -0.352
-3.233 88
-15.88 -15.337
97 -16.78
-22.218 152
-2.90E-12 -2.196
172 -11.324
-16.653 153
-8.10E-13 -0.643
173 11.852
12.384 105
-18.4777 -24.449
50 -17.587
-25.276 180
-13.084 -16.485
118 11.907
17.878 181
12.1 14.471
119 -12.099
-14.138 58
-18.357 -24.049
51 -13.697
-7.519 126
15.87 19.727
66 -15.691
-20.976 127
-8.843 -10.551
132 0.913
8.744 59
-12.332 -9.336
133 -1.315
-4.176 74
-15.573 -18.386
67 -15.658
-18.119 140
3.574 8.67
82 -15.774
-13.299 141
0.45 0.149
146 -2.20E-12
-3.657 75
-15.849 -16.612
147 2.16E-12
0.783 90
-15.531 -16.557
83 -16.018
-21.041 154
-1.70E-12 -3.721
98 -13.516
-9.907 155
-2.40E-13 -3.581
160 -0.927
-7.003 107
-18.554 -24.136
161 1.298
4.007 182
-15.739 -17.819
99 -17.578
-22.864 183
8.847 12.456
174 -11.739
-15.784 60
-12.361 -15.981
175 -10.439
-13.843 128
17.759 21.437
52 -17.844
-25.487 61
-8.356 -5.964
120 12.18
17.879 76
-10.543 -11.808
121 -12.518
-14.245 142
2.257 6.181
53 -13.073
-7.478 77
-10.764 -11.067
68 -15.939
-20.376 92
-10.943 -12.137
134 1.235
8.455 156
6.70E-12 0.804
135 -1.596
-3.943 93
-10.425 -11.319
69 -15.729
-17.806 108
-8.308 -5.265
84 -15.478
-14 170
-2.299 -6.194
148 -2.40E-12
-3.184 109
-13.479 -16.608
149 1.14E-12
0.3049 184
-17.734 -21.955
85 -15.781
-20.328
Tabel 5.6 : Perbandingan gaya lintang dlm ton
Titik Plane Stress
STM Titik
Plane Stress STM
56 -20.133
-22.223 91
19.078 19.587
57 17.977
16.486 92
-13.144 -13.429
58 -20.364
-21.812 93
13.261 13.157
59 18.137
16.897 75
19.138 19.059
60 -13.92
-14.965 76
-13.044 -13.417
61 12.605
11.617 77
13.4 13.169
62 -19.102
-20.105 94
-19.129 -17.393
63 19.025
18.607 95
19.333 21.319
Tabel 5.5 : Perbandingan antara momen secara plane stress dan strut and tie model
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
64 -19.422
-19.912 96
-18.915 -17.387
65 19.331
18.799 97
19.891 21.325
66 -19.175
-19.833 98
-18.583 -17.191
67 19.359
18.878 99
20.409 21.521
68 -19.512
-19.785 100
-18.331 -16.965
69 19.246
18.926 101
19.926 21.746
70 -19.818
-19.737 102
-18.428 -16.815
71 19.173
18.973 103
20.208 21.897
72 -19.178
-19.683 104
-18.014 -16.751
73 19.439
19.029 105
20.093 21.961
74 -19.271
-19.653 106
-18.354 -16.863
78 -19.167
-17.007 107
20.124 21.849
79 19.501
21.705 108
-12.652 -11.398
80 -19.012
-17.748 109
13.704 15.189
81 19.363
20.963 49
18.603 16.528
82 -19.528
-18.057 48
-19.7574 -22.314
83 19.368
20.655 47
18.99245 16.161
84 -19.121
-18.298 50
-19.6245 -22.499
85 19.414
20.413 51
18.633 16.519
86 -19.436
-18.531 52
-20.2972 -22.542
87 19.321
20.181 53
18.25 16.476
88 -19.109
-18.755 54
-20.2629 -22.511
89 19.066
19.957 55
18.238 16.508
90 -19.42
-19.125
Tabel 5.7 : Perbandingan gaya normal dlm ton
Titik Plane Stress
STM Titik
Plane Stress STM
60 -7.891
-9.454 81
0.723 0.111
128 -16.032
-16.869 96
0.352 0.015
109 -10.049
-10.17 158
-294.792 -285.298
184 -15.913
-17.089 159
-248.561 -241.411
61 -7.769
-9.447 83
0.368 0.682
76 -8.435
-11.316 98
0.157 0.508
142 -30.444
-28.838 160
-250.93 -241.411
46 1.302
6.858 161
-203.77 -198.028
110 -177.128
-192.283 85
0.317 0.1548
115 -154.317
-166.857 100
0.152 0.212
48 0.317
0.051 162
-207.381 -198.028
116 -153.909
-166.857 163
-161.02 -155.114
117 -133.83
-141.762 87
0.58 0.058
50 0.136
0.411 102
0.308 0.143
118 -132.062
-141.763 164
-161.177 -155.114
119 -110.07
-116.671 165
-116.677 -112.582
52 0.128
0.039 101
0.128 0.215
120 -108.715
-116.671 176
-108.715 -115.607
121 -87.427
-91.537 177
-85.466 -91.091
54 0.277
0.007 103
0.279 0.145
Tabel 5.6 : Perbandingan gaya lintang dlm ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
122 -85.907
-91.536 178
-86.816 -91.091
123 -63.762
-66.434 179
-62.698 -66.426
56 0.57
0.431 105
0.573 0.39
124 -62.624
-66.433 180
-63.762 -66.426
125 -39.222
-41.438 181
-39.605 -41.695
58 -0.251
-0.441 107
-0.256 -0.637
126 -39.409
-41.438 182
-39.475 -41.695
127 -16.34
-16.856 183
-16.051 -17.077
95 1.245
2.232 47
1.221 6.847
114 -179.169
-188.075 62
0.815 20.63
171 -158.019
-163.991 111
-336.976 -321.208
97 0.322
0.017 129
-291.939 -279.549
172 -154.814
-163.991 49
0.35 0.04
173 -133.633
-139.897 64
0.715 0.501
99 0.137
0.51 130
-297.939 -279.549
174 -132.924
-139.897 131
-246.943 -237.703
175 -93.585
-115.606 51
0.159 0.407
65 0.724
0.501 66
0.369 0.449
80 0.713
0.109 132
-247.184 -237.703
144 -303.763
-287.8 133
-207.353 -195.944
145 -255.758
-245.714 53
0.154 0.035
67 0.373
0.444 68
0.313 0.128
82 0.37
0.681 134
-207.048 -195.944
146 -256.593
-245.715 135
-163.498 -154.276
147 -211.252
-203.244 55
0.308 0.003
69 0.317
0.127 70
0.569 0.224
84 0.311
0.153 136
-162.235 -154.276
148 -210.367
-203.244 137
-118.45 -112.625
149 -166.97
-160.483 57
0.585 0.428
71 0.576
0.226 72
0.801 0.525
86 0.576
0.056 138
-52.395 -112.625
150 -166.228
-160.483 139
-83.274 -70.92
151 -121.775
-117.441 59
-0.367 -0.444
73 0.799
0.524 74
-1.1219 -2.004
88 0.803
0.223 140
-73.797 -70.919
152 -122.231
-117.442 141
-30.214 -28.835
153 -76.031
-74.12 63
0.817 20.631
75 -1.141
-2.005 78
0.809 11.28
90 -1.02
-0.2 112
-347.455 -328.937
154 -76.845
-74.121 143
-303.779 -287.8
155 -30.622
-30.399 77
-8.371 -11.324
79 0.818
11.277 92
-8.432 -12.612
94 1.225
2.233 156
-31.244 -30.4
113 -340.768
-329.921 93
-8.328 -12.621
157 -292.88
-285.298 108
-7.781 -10.164
170 -30.417
-28.356
Tabel 5.7 : Perbandingan gaya normal dlm ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
5.2.2 Model Kedua :
Dengan struktur yang sama yaitu portal dengan 3 bentang – 10 tingkat. Panjang bentang 7 m dan tinggi tingkat 4 m dengan perletakan jepit. Ukuran balok 40 cm X
60 cm dan kolom 40 cm X 120 cm memiliki spesifikasi f
c
’=25 MPa dimodelkan dengan membagi elemen-elemen yang lebih kecil dengan ukuran 10 cm X 10 cm.
Dengan pembebanan yang sama yaitu Beban mati D = 2.256 tonm untuk atap dan 3.801 tm untuk lantai dan beban hidup L = 1.1 tm dengan jalan perhitungan beban
mati dan beban hidup sebagai berikut :
Beban mati :
Pada distribusi beban sesuai dengan metode amplop pada balok maka akan diperoleh:
M° = Meq 2 .
5 96
. Q
1
. L
2
=
1 12
. Q
eq
. L
2
2 .
5 96
. 3.5 . 7
2
=
1 12
. Q
eq
. 7
2
Q
eq
= 4.375
7 m 7 m
7 m 3.5 m
3.5 m
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Qeq
3.5 m
Gambar 5.11 Distribusi beban pada balok
Direncanakan : Tebal Pelat Lantai
= 15 cm Tebal Pelat atap
= 13 cm Dimensi Balok
= 40 cm x 60 cm Maka untuk berat sendiri pelat pada masing-masing lantai per meter panjang dapat
dihitung sebagai berikut : 1.
Pelat atap a. pelat : 0.13 x 1m x 2400 kgm
3
= 312 kgm b. spesi : 0.02 x 1m x 2100 kgm
3
= 42 kgm c. plafond
= 30 kgm Q total
= 384 kgm Q
atap ekivalen
= 384 kgm x 4375 = 1680 kgm
2. Pelat lantai
a. pelat : 0.15 m x 1m x 2400 kgm
3
= 360 kgm
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
b. spesi : 0.02 m x 1m x 2100 kgm
3
= 42 kgm c. plafond :
= 30 kgm d. tegel : 0.03 m x 1m x 2400 kgm
3
= 72 kgm Q total
= 504 kgm Q
lantai ekivalen
= 504 kgm x 4375 = 2205 kgm
3. Balok
Q
balok
=0.4 m x 0.6 m x 2400 kgm
3
= 576 kgm
4. Dinding
Q
dinding
= 0.15 m x 4m x 1700 kgm
3
= 1020 kgm Beban mati untuk pelat atap adalah Q
atap ekivalen
+ Q
balok
= 1680 + 576 = 2256 kgm = 2.256 tm
Beban mati untuk pelat lantai adalah Q
lantai ekivalen
+ Q
balok
= 2205 + 576 + 1020 = 3801 kgm = 3.801 tm
Beban Hidup :
Direncanakan struktur adalah untuk gedung perkantoran, dari peraturan beban diperoleh beban hidup adalah sebesar 250 kgm
2
. Maka diperoleh beban hidup yang bekerja per meter panjang adalah :
Q
hidup
= 250 kgm
2
x 1m x 4.375 kgm Maka, untuk beban hidup pada lantai diambil sebesar = 1.1 tm
Kombinasi pembebanan yaitu 1.2 D + 1.6 L Pemodelan plane stress dapat dilihat pada halaman berikutnya
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
D atap = 2.256 tonm L = 1.1 tonm
D lantai = 3.801 tonm
Gambar 5.12 : Pemodelan plane stress
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Output yang didapat dari perhitungan plane stress menggunakan SAP 2000 adalah berupa tegangan lentur S
11
, S
22
, dan S
12
. Pada elemen balok, tegangan yang diubah menjadi momen adalah tegangan searah sumbu X atau S
11
. Sedangkan untuk elemen kolom adalah tegangan searah sumbu Y atau S
22
Misalkan grafik tegangan yang didapat seperti pada gambar , maka perhitungan dari tegangan menjadi momen adalah :
P
2
s
2
II M
2
d
1
P
1
d
2
I M
1
s
1
P
1
= j
1
x luas segitiga I x tebal plane stress P
2
= j
2
x luas segitiga II x tebal plane stress M
1
= P
1
x d
1
M
1
= P
1
x d
1
Momen yang terjadi = M = M
1
+ M
2
Titik-titik yang mewakili pada model adalah
Untuk elemen balok : titik pertemuan balok dan kolom 60 cm dari as
Untuk elemen kolom : titik pertemuan balok dan kolom 30 cm dari as Untuk titik – titik dan cara perhitungannya tidak ditampilkan , nilai momen yang
Gambar 5.13 : Pola perubahan dari grafik tegangan menjadi momen
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
didapat dari perhitungan plane stress langsung ditampilkan dalam table rekapitulasi momen semua titik yang ditinjau
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan Lentur Titik 45
-43994.8 -13464.9
-6939.55 -206.9
6117.7 12161.05
37763.5 -0.4
-0.3 -0.2
-0.1 0.1
0.2 0.3
0.4
-50000 -25000
25000 50000
Tegangan tm2
T inggi
B al
ok m
Tabel 5.8 : Momen dan normal di titik 45
Momen dan Normal di Titik 45 Jarak
m
Tegangan tm
2
Normal ton
Lengan m
Momenton.m
-43994.8 0.3
-28.73 0.259
-7.437 1
0.1
-13464.9 0.2
-10.202 0.155
-1.585 2
0.2
-6939.55 0.1
-3.573 0.066
-0.235 3
0.3
-206.9
-0.003 -0.099
4 0.4
6117.7 -0.1
2.959 0.032
-0.095 5
0.5
12161.05 -0.2
9.139 0.156
-1.421 6
0.6
37763.5 -0.3
24.962 0.259
-6.454 Titik
Potong 0.303 -5.448
-17.227
Gambar 5.14 : Tegangan Lentur di titik 45
Sumber : Tugas Akhir Sisca
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan Lentur di Titik 46
-40482.3 -12134.25
-6377.25 -391.1
4952.7 9946.75
30039.6 -0.4
-0.3 -0.2
-0.1 0.1
0.2 0.3
0.4
-50000 -25000
25000 50000
Tegangan tm2 T
inggi B
al ok
m
Tabel 5.9 : Momen dan normal titik 46
Momen dan Normal di titik 46 Jarak
m
Tegangan tm
2
Normal ton
Lengan m
Momenton.m
-40482.3 0.3
-26.308 0.259
-6.813 1
0.1
-12134.25 0.2
-9.256 0.155
-1.436 2
0.2
-6377.25 0.1
-3.384 0.065
-0.219 3
0.3
-391.1
-0.014 -0.099
-0.001 4
0.4
4952.7 -0.1
2.295 0.031
-0.071 5
0.5
9946.75 -0.2
7.45 0.156
-1.159 6
0.6
30039.6 -0.3
19.993 0.258
-5.166 0.307
-9.225 -14.866
Gambar 5.15 : Tegangan Lentur titik 46
Sumber : Tugas Akhir Sisca
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan Lentur Titik 65
-43815.1 -13234.9
-6966.35 -436.75
5392.35 10839.15
32307.4 -0.4
-0.3 -0.2
-0.1 0.1
0.2 0.3
0.4
-50000 -25000
25000 50000
Tegangan tm2
T inggi
B al
ok m
Tabel 5.10 : Momen dan normal di titik 65
Momen dan Normal Titik 65 Jarak
m
Tegangan tm
2
Normal ton
Lengan m
Momen ton.m
-43815.1 0.3
-28.525 0.259
-7.386 1
0.1
-13234.9 0.2
-10.101 0.155
-1.567 2
0.2
-6966.35 0.1
-3.702 0.065
-0.239 3
0.3
-436.75
-0.016 -0.099
-0.002 4
0.4
5392.35 -0.1
2.494 0.031
-0.007 5
0.5
10839.15 -0.2
8.116 0.156
-1.263 6
0.6
32307.4 -0.3
21.573 0.258
-5.572 Titik
Potong 0.307
-10.16 -16.106
Gambar 5.16 : Tegangan Lentur titik 65
Sumber : Tugas Akhir Sisca
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Sebagai analisa tambahan, tegangan geser yang terjadi diubah menjadi gaya lintang adalah untuk titik-titik pertemuan balok dan kolom yang terdapat pada balok saja.
Gaya Geser Lintang = S
12
x T
1
x t
Elemen Teg Geser
tm2 0.3
-13016.6 0.2
-5913.25 0.1
-1735.75 -295.35
-0.1 1236.9
-0.2 -119.45
-0.3 -2754.8
Jumlah -22598.3
Sumber : Tugas Akhir Sisca
Gaya Geser Lintang = S
12
x T
1
x t = -22598.3 x 0.1 x 0.01
= -22.5983 ton
Tabel 5.11 : Tegangan Geser
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Jadi, secara keseluruhan perbandingan antara momen, lintang yang didapat dari perhitungan secara strut and tie model dan secara plane stress ditampilkan dalam
Tabel 5.11, dan Tabel 5.12 sebagai berikut : Tabel 5.11 : Perbandingan momen ton-m
Titik Plane Stress
STM Titik
Plane Stress STM
45 -17.227
-23.728 144
6.14 10.097
105 15.623
18.725 86
-17.227 -23.728
109 -12.207
-12.053 108
-15.623 -18.725
47 -18.34
-23.88 163
12.207 12.053
110 15.042
19.943 88
-18.34 -23.88
111 -13.911
-13.097 164
-15.042 -19.943
49 -19.525
-24.677 165
13.911 13.097
112 15.533
18.81 90
-19.525 -24.677
113 -14.686
-15.002 166
-15.533 -18.81
51 -20.533
-25.586 167
14.686 15.002
114 16.091
19.066 92
-20.533 -25.586
115 -15.276
-15.549 168
-16.091 -19.066
53 -21.368
-26.286 169
15.276 15.549
116 16.505
19.481 94
-21.368 -26.286
117 -15.822
-15.833 170
-16.505 -19.481
55 -22.047
-26.775 171
15.822 15.833
118 16.821
19.747 96
-22.047 -26.775
119 -16.287
-16.069 172
-16.821 -19.747
57 -22.586
-27.086 173
16.287 16.069
120 16.991
19.807 98
-22.586 -27.086
121 -16.753
-16.311 174
-16.991 -19.807
59 -23.034
-27.219 175
16.753 16.311
122 16.936
19.943 100
-23.034 -27.219
123 -17.203
-16.025 176
-16.936 -19.943
61 -23.034
-26.589 177
17.203 16.025
124 18.154
23.162 102
-23.134 -26.589
125 -15.496
-13.371 178
-18.154 -23.162
63 -16.073
-21.578 179
15.496 13.371
126 23.986
30.373 104
-16.073 -21.578
46 -14.864
-6.119 180
-23.986 -30.373
65 -16.105
-20.026 66
-16.105 -20.026
106 -1.634
-9.454 85
-14.864 -6.119
127 0.072
0.017 107
1.634 9.454
48 -13.795
-5.989 145
-0.072 -0.017
67 -15.986
-18.713 68
-15.986 -18.713
128 -1.251
-9.617 87
-13.795 -5.989
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
129 -1.632
-3.053 146
1.251 9.617
50 -12.627
-5.237 147
1.632 3.053
69 -15.967
-18.234 70
-15.967 -18.234
130 1.869
8.635 89
-12.627 -5.237
131 -2.229
-4.174 148
-1.869 -8.635
52 -11.629
-4.461 149
2.229 4.174
71 -15.949
-17.837 72
-15.949 -17.837
132 2.464
8.764 91
-11.629 -4.461
133 -2.756
-4.447 150
-2.464 -8.764
54 -10.794
-3.888 151
2.756 4.447
73 -15.935
-17.448 74
-15.935 -17.448
134 2.956
8.921 93
-10.794 -3.888
135 -3.202
-4.555 152
-2.956 -8.921
56 -10.113
-3.518 153
3.202 4.555
75 -15.925
-17.065 76
-15.925 -17.065
136 3.361
8.959 95
-10.113 -3.518
137 -3.565
-4.584 154
-3.361 -8.959
58 -9.572
-3.331 155
3.565 4.584
77 -15.92
-16.693 78
-15.92 -16.693
138 3.656
8.869 97
-9.572 -3.331
139 -3.889
-4.556 156
-3.656 -8.869
60 -9.13
-3.321 157
3.889 4.556
79 -15.926
-16.33 80
-15.926 -16.33
140 3.82
8.786 99
-9.13 -3.321
141 -4.185
-4.253 158
-3.82 -8.786
62 -8.985
-3.918 159
4.185 4.253
81 -15.903
-15.865 82
-15.903 -15.865
142 4.553
9.734 101
-8.985 -3.918
143 -3.427
-2.21 160
-4.553 -9.734
64 -5.208
-3.413 161
3.427 2.21
83 -10.569
-12.727 84
-10.569 -12.727
103 -5.208
-3.413 162
-6.14 -10.097
Tabel 5.12 : Perbandingan Lintang ton
Titik Plane Stress
STM Titik
Plane Stress STM
45 -22.598
-22.207 79
-22.102 -19.195
46 21.595
16.183 80
22.102 19.195
47 -23.149
-22.255 85
-21.595 -16.183
48 21.047
16.135 86
22.598 22.207
49 -23.752
-22.52 87
-20.047 -16.135
50 20.444
15.869 88
23.149 22.255
51 -24.267
-22.808 89
-20.444 -15.869
52 19.929
15.582 90
23.752 22.52
53 -24.697
-23.026 91
-19.929 -15.582
Tabel 5.11 : Perbandingan momen ton-m
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
54 19.499
15.364 92
24.267 22.808
55 -25.047
-23.173 93
-19.499 -15.364
56 19.148
15.217 94
24.697 23.026
57 -25.326
-23.258 95
-19.148 -15.217
58 18.869
15.132 96
25.326 23.173
59 -25.56
-23.283 97
-18.869 -15.132
60 18.638
15.107 98
25.326 23.258
65 -22.18
-19.195 99
-18.638 -15.107
66 22.18
19.195 100
25.56 23.283
67 -22.145
-19.195 61
-25.636 -23.073
68 22.145
19.195 62
18.565 15.317
69 -22.131
-19.195 81
-22.102 -19.195
70 22.131
19.195 82
22.102 19.195
71 -22.12
-19.195 101
-18.565 -15.317
72 22.12
19.195 102
25.636 23.073
73 -22.12
-19.195 63
-17.367 -19.344
74 22.12
19.195 64
12.513 13.13
75 -22.106
-19.195 83
-14.949 -16.237
76 22.106
19.195 84
14.949 16.237
77 -22.101
-19.195 103
-12.513 -13.13
78 22.101
19.195 104
17.367 19.344
Tabel 5.12 : Perbandingan Lintang ton
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
5.2.3 Model Ketiga :
Dengan struktur yang sama yaitu portal dengan 3 bentang – 10 tingkat. Panjang bentang 7 m dan tinggi tingkat 4 m dengan perletakan jepit. Ukuran balok 40 cm X
60 cm dan kolom 80 cm X 80 cm dimodelkan dengan membagi elemen-elemen yang lebih kecil dengan ukuran 10 cm X 10 cm.
Dengan pembebanan yang sama yaitu Beban mati D = 4.35 tonm dan beban hidup L = 1.1 tm
Kombinasi pembebanan yaitu 1.2 D + 1.6 L Pemodelan plane stress dapat dilihat pada halaman berikutnya
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
D = 4.35 tonm L = 1.1 tonm
Gambar 5.17 : Pemodelan plane stress
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Output yang didapat dari perhitungan plane stress menggunakan SAP 2000 adalah berupa tegangan lentur S
11
, S
22
, dan S
12
. Pada elemen balok, tegangan yang diubah menjadi momen adalah tegangan searah sumbu X atau S
11
. Sedangkan untuk elemen kolom adalah tegangan searah sumbu Y atau S
22
Misalkan grafik tegangan yang didapat seperti pada gambar , maka perhitungan dari tegangan menjadi momen adalah :
P
2
s
2
II M
2
d
1
P
1
d
2
I M
1
s
1
P
1
= j
1
x luas segitiga I x tebal plane stress P
2
= j
2
x luas segitiga II x tebal plane stress M
1
= P
1
x d
1
M
1
= P
1
x d
1
Momen yang terjadi = M = M
1
+ M
2
Titik-titik yang mewakili pada model adalah
Untuk elemen balok : titik pertemuan balok dan kolom 60 cm dari as
Gambar 5.18 : Pola perubahan dari grafik tegangan menjadi momen
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk elemen kolom : titik pertemuan balok dan kolom 30 cm dari as
Untuk titik – titik dan cara perhitungannya tidak ditampilkan , nilai momen yang didapat dari perhitungan plane stress langsung ditampilkan dalam table rekapitulasi
momen semua titik yang ditinjau
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tegangan Lentur Titik 17
-4197.11 -1522.21
-726.14 68.33
851.49 1635.73
4246.74 -0.4
-0.3 -0.2
-0.1 0.1
0.2 0.3
0.4
-6000 -4000
-2000 2000
4000 6000
Tegangan tm2
T inggi
B al
ok m
Gambar 5.19 : Tegangan Lentur di titik 27
Tabel 5.13 : Momen dan normal di titik 17
Momen dan Normal di titik 17 Jarak
m
Tegangan tm
2
Normal ton
Lengan m
Momenton.m
-4197.11 0.3
-28.5966 0.259
-6.813 1
0.1
-1522.21 0.2
-11.2418 0.155
-1.436 2
0.2
-726.14 0.1
-3.3766 0.065
-0.219 3
0.3
68.33
0.0239 -0.099
-0.001 4
0.4
851.49 -0.1
4.5991 0.031
-0.071 5
0.5
1635.73 -0.2
12.4361 0.156
-1.159 6
0.6
4246.74 -0.3
29.4124 0.258
-5.166 0.293
3.2566 -19.6334
Sumber : Tugas Akhir Ari Endra
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 5.14 : Momen dan normal 35
Momen dan Normal di titik 35 Jarak
m
Tegangan tm
2
Normal ton
Lengan m
Momenton.m
2408.99 0.4
14.6943 0.3607
-5.2996 1
0.1
529.87 0.3
3.2697 0.2603
-0.8512 2
0.2
124.06 0.2
0.2295 0.1877
-0.0431 3
0.3
-166.07 0.1
-0.5231 0.121
0.0633 4
0.4
-340.91
-2.5349 0.0443
0.1122 5
0.5
-492.85 -0.1
-4.1688 0.053
-0.2211 6
0.6
-655.82 -0.2
-5.7434 0.1524
-0.8751 7
0.7 -869.37
-0.3 -7.626
0.2523 -1.9243
8 0.8
-1183.4 -0.4
-10.2639 0.3525
-3.6185 Titik
0.237 -13.1255
-13.3281
Gambar 5.20 : Tegangan Lentur di titik 35 Tegangan lentur titik 35
2408.99 529.87
124.06 -166.07
-340.91 -492.85
-655.82 -869.37
-1183.4 -0.5
-0.4 -0.3
-0.2 -0.1
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
-2000 -1000
1000 2000
3000
Tegangan tm2 T
inggi K
ol om
m
Sumber : Tugas Akhir Ari Endra
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Potong
Tegangan Lentur titik 52
-2865.81 -1139.28
-924.43 -791.66
-775.08 -805.93
-951.14 -1151.82
-2865.81 -0.5
-0.4 -0.3
-0.2 -0.1
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
-3000 -2500
-2000 -1500
-1000 -500
Tegangan tm2
T inggi
K ol
om m
Tabel 5.15 : Momen dan normal di titik 52
Momen dan Normal di titik 52 Jarak
m
Tegangan tm
2
Normal ton
Lengan m
Momenton.m
-2865.81 0.4
-20.0255 0.3572
-7.1528 1
0.1
-1139.28 0.3
-10.3186 0.2517
-2.5975 2
0.2
-924.43 0.2
-8.5805 0.1513
-1.2981 3
0.3
-791.66 0.1
-7.8337 0.0502
-0.3931 4
0.4
-775.08
-7.9051 0.0503
0.3978 5
0.5
-805.93 -0.1
-8.7854 0.1514
1.3299 6
0.6
-951.14 -0.2
-10.5148 0.2516
2.6454 7
0.7 -1151.82
-0.3 -20.0882
0.3517 7.1737
8 0.8
-2865.81
-0.4
Gambar 5.21 : Tegangan Lentur titik 52
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Titik Potong 0.4
-94.0515 -0.0426
Tabel 5.16 : Perbandingan momen ton-m
Titik Momen
Plane Stress STM
17 -19.6334
-22.552 35
-13.3281 -11.142
51 11.9356
16.629 19
-20.3342 -21.163
36 11.7401
14.284 37
-12.4112 -11.394
21 -17.5372
-17.091 38
23.771 23.395
18 -20.8459
-17.053 23
-20.6944 -23.344
52 -0.0426
-6.076 39
0.1912 1.808
20 -20.5251
-19.839 25
-20.559 -21.305
40 0.8852
7.296 41
0.9327 5.593
22 -21.2895
-22.388 27
-20.2921 -20.501
42 -1.0191
-1.606 24
-20.6944 -23.344
29 -20.8459
-17.053 53
0.1992 6.076
43 -0.0439
-1.808 26
-20.559 -21.305
31 -20.5251
-19.839 44
-1.0198 -7.296
45 -0.0651
-5.593 28
-20.2995 -20.501
33 -21.2895
-22.388 46
0.6984 1.606
30 -19.6334
-22.552 54
-11.8188 -16.629
47 13.2847
11.142 32
-20.3342 -21.163
48 -11.5744
-14.284 49
12.3041 11.394
34 -17.5372
-17.091 50
-23.6559 -23.395
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 5.17 : Perbandingan gaya lintang ton
Titik Lintang
Plane Stress STM
17 -20.9405
-22.331 18
21.3285 20.548
19 -21.1054
-21.654 20
21.1636 21.225
21 -20.5238
20.58 22
21.7452 22.298
23 -21.1345
-21.439 24
21.1345 21.439
25 -21.1345
-21.439 26
21.1345 21.439
27 -21.1345
-21.439 28
21.1345 21.439
29 -21.3285
-20.547 30
20.9405 22.331
31 -21.1636
-21.225 32
21.1054 21.654
33 -21.7452
-22.298 34
20.5238 20.58
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB VI MODIFIKASI MODULUS ELASTISITAS
TUGAS AKHIR TERDAHULU
Pada pemodelan plane frame, agar dapat dilakukan modifikasi elastisitas maka elemen-elemen frame dibagi-bagi sesuai dengan jarak titik pertemuan antara
balok dan kolom. Pada elemen balok diambil sejarak setengah dari lebar kolom dan untuk kolom diambil sejarak setengah dari tinggi balok.
Dengan modulus
elastisitas dasar E = 23500 MPa, elemen-elemen yang dituju secara trial and error terus menerus diganti nilai modulus elastisitasnya dan dianalisis kembali. Simulasi
yang dilakukan adalah dengan mencoba modulus elastisitas berbeda di semua elemen di dalam persegi.
Sebahagian nilai momen, normal, dan lintang plane frame yang telah dimodifikasi modulus elastisitasnya adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil data Tugas Akhir Raja :
Tabel 6.1 : Perbandingan momen plane frame dan plane stress pada portal dengan modifikasi modulus elastisitas pada pertemuan balok dan kolom
Titik Modulus ElastisitasMpa
Momen Frame ton.m Perbandingan
60 37000
-12.3016 99.518
128 37000
17.35749 97.738
109 37000
-12.3016 99.185
184 37000
-17.3575 97.875
61 40750
-8.25198 98.744
76 40750
-10.3345 98.014
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
142 40750
2.24605 99.484
77 40750
-10.7359 99.734
92 40750
-10.7359 98.101
51 45600
-13.3807 97.689
93 40750
-10.3345 99.124
108 40750
-8.25198 99.325
47 45600
-14.7846 97.691
62 45600
-15.5936 99.125
111 45600
0.8193 97.359
129 45600
0.10878 98.341
51 45600
-13.3807 97.689
66 45600
-15.5903 99.357
132 45600
0.90001 98.547
2. Dari hasil data Tugas Akhir Sisca :
Tabel 6.2 : Perbandingan momen plane frame dan plane stress pada portal dengan modifikasi modulus elastisitas pada pertemuan balok dan kolom
Titik Modulus Elastisitas
Momen Frame Momen Stress
63 70500
-15.517 -16.073
126 70500
23.435 23.986
104 70500
-15.517 -16.073
180 70500
23.435 -23.986
105 35250
15.498 15.623
109 35250
-12.697 -12.207
45 35250
-16.518 -17.227
110 35250
15.895 15.042
111 35250
-13.835 -13.911
47 35250
-17.615 -18.340
112 35250
15.155 15.533
113 35250
-14.482 -14.686
106 30000
-0.321 -1.634
127 30000
0.376 0.072
46 30000
-15.511 -14.864
65 30000
-15.360 -16.105
128 30000
0.025 -1.251
129 30000
-0.514 -1.632
48 30000
-14.23 -13.795
Daniel Pasaribu : Analisa Gaya Dalam Pada Rigid Zone Pertemuan Balok Dan Kolom Portal Beton Bertulang Dengan Menggunakan Model Strut And Tie, 2009.
USU Repository © 2009
BAB VII PEMBAHASAN