10 7.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Advertising terhadap keputusan pembelian produk Luwak White Koffie pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat berguna: 1.
Bagi Perusahaan Diharapkan penelitian ini dapat membantu perusahaan untuk menghadapi
masalah-masalah yang berhubungan dengan keputusan pembelian konsumen. Mengetahui experiential marketing yang dialami oleh
konsumen dengan adanya produk Luwak White Koffie, mengetahui perceived quality yang berada dalam benak konsumen tentang produk
Luwak White Koffie dan mengetahui advertising produk Luwak White Koffie diterima konsumen dengan baik atau tidak.
2. Bagi Peneliti Lain
Sebagai masukan, referensi, dan bahan perbandingan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan dapat menambah wawasan serta memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan
teori yang telah didapat pada bangku kuliah.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Experiential Marketing
Experiential Marketing berasal dari dua kata yaitu Experiential dan Marketing. Sedangkan Experiential sendiri berasal dari kata experience yang
berarti sebuah pengalaman. Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan untuk memberikan informasi yang lebih dari sekedar informasi mengenai sebuah
produk atau jasa.Experiential marketing lahir pada akhir tahun 90-an. Konsep ini digagas pertama kali oleh Schmitt yang memadukan elemen-elemen seperti sense,
feel, think, act dan relate yang kemudian dipadatkan menjadi experiential marketing. Konsep ini tidak saja mengandalkan fitur dan benefit, tapi
menyuguhkan diferensiasi unik berupa pengalaman experience mengesankan dalam ingatan konsumen.
Andreani 2007: 2 menyatakan bahwa Experiential Marketing adalah lebih dari sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk
memperoleh pengalaman atas keuntungan yang didapat dari produk atau jasa itu sendiri tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak terhadap
pemasaran, khususnya penjualan. Sehingga pada ada era saat ini perang pemasaran bukanlah dipasar melainkan dibenak pelanggan, sehingga setiap
kegiatan pemasaran selalu dilakukan untuk merebut hati pelanggan lewat produk dan jasa service atau lazimnya disebut excellence telah menjadi sebuah konsep
dasar yang harus dilakukan seorang pemasar.
12 Kotler 2004: 72 menyatakan bahwa Experiential marketing atau
pengalaman atas pemasaran adalah bagaimana mendesain pengalaman- pengalaman dan menambahkannya di seputar barang-barang dan jasa yang kita
hasilkan sedangkan Thejasukmana dan Sugiharto 2014: 2 menyatakan bahwa fokus utama dari suatu experiential marketing adalah pada tanggapan panca indra,
pengaruh, tindakan serta hubungan. Oleh karena itu suatu badan usaha harus dapat menciptakan experential brands yang dihubungkan dengan kehidupan nyata dari
konsumen. Tujuan dari pemasaran yang menjual pengalaman-pengalaman ini adalah untuk menambahkan drama dan hiburan. Industri dan kondisi pasar yang
semakin berkembang dan bermacam – macam seperti sekarang ini, telah mengubah cara pandang terhadap suatu pemasaran kearah experiential marketing
untuk mengembangkan produknya, berkomunikasi dengan konsumen, membangun hubungan penjualan dan membangun lingkungan pemasaran yang
baik. Farias 2014 : 93”Developing recognition of and purchasing goods or
services from a company or brand after they experience activities and perceive stimulations. Experiential marketing motivates customers to make faster and more
positive purchasing decisions” mengembangkan pengakuan pelanggan atas pembelian barang atau jasa dari sebuah perusahaan atau merek setelah mereka
mengalami kegiatan dan merasakan rangsangan. Pengalaman pemasaran memotivasi pelanggan untuk membuat keputusan pembelian yang lebih cepat dan
lebih positif .
13 Andreani 2007:3 menyatakan bahwa pengalaman merupakan sebuah alat
yang membedakan produk atau jasa sehingga dapat disimpulkan bahwa experiential marketing merupakan kemampuan dari suatu produk dalam
menawarkan pengalaman emosi sehingga menyentuh hati dan perasaan konsumen.
2.1.1.1 Sense Panca Indra
Sense marketing dalam konteks experiential marketing adalah menciptakan pengalaman sensory terhadap suatu objek melalui kelima panca
indra : penglihatan, penciuman, perasa, pendengaran, dan peraba. Sense marketing ini bagi konsumen, berfungsi untuk mendiferensiasikan suatu produk dari produk
yang lain, untuk memotivasi pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk value pada produk atau jasa dalam benak pembeli.
Indera manusia dapat digunakan selama fase pengalaman pra pembelian, pembelian dan sesudah pembelian dalam mengkonsumsi sebuah produk atau
jasa. Perusahaan biasanya menerapkan unsur sense dengan menarik perhatian pelanggan melalui hal-hal yang mencolok, dinamis, dan meninggalkan kesan yang
kuat. Perangsangan melaui kelima panca indra ini bagi masing – masing perusahaan dan produk akan berbeda. Sense yang ditawarkan harus stimulus
dengan benar agar dapat memberikan sesuatu yang mengesankan dan tidak dapat dilupakan. Hasil yang terbaik akan diperoleh apabila perusahaan dapat
memberikan stimulus terhadap pelanggannya secara multisensory dari pada single sensory.
14 Terdapat tiga tujuan dari panca indera senses marketing yaitu:
1. Panca indera sebagai pendiferensiasi
Sebuah organisasi dapat menggunakan sense marketing untuk mendiferensiasikan produk organisasi dengan produk pesaing didalam
pasar, memotivasi pelanggan untuk membeli produknya, dan mendistrisbusikan nilai kepada konsumen.
2. Panca indera sebagai motivator
Penerapan unsur sense dapat memotivasi pelanggan untuk mencoba produk dan membelinya.
3. Panca indera sebagai penyedia nilai
Panca indera juga dapat menyediakan nilai yang unik kepada konsumen.
2.1.1.2 Feel Perasaan
Feel berhubungan dengan suasana hati dan perasaan berhubungan dengan perasaan yang paling dalam dan emosi pelanggan. Feel marketing adalah suatu
strategi dan implementasi untuk memberikan pengaruh kepada perusahaan dan merek melalui pemberian pengalaman untuk menjadi berhasil.
Feel marketing memerlukan pengertian yang jernih tentang bagaimana menciptakan suatu perasaan positif selama pengalaman
mengkonsumsi.Selanjutnya adalah bagaimana mengusahakan pelanggan agar merasakan perasaan yang positif agar dapat menimbulkan pikiran dan opini yang
positif. Feel dalam experiential marketing erat kaitannya dengan pengalaman efektif.
15 Feel marketing inisering digunakan untuk membangun emosi pelanggan
secara perlahan. Ketika pelanggan merasa senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, pelanggan akan menyukai produk dan perusahaan.
Sebaliknya, ketika pelanggan merasa tidak senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, maka konsumen akan meninggalkan produk tersebut dan
beralih kepada produk lain. Jika sebuah strategi pemasaran dapat menciptakan perasaan yang baik
secara konsisten bagi pelanggan, maka perusahaan dapat menciptakan loyalitas merek yang kuat dan bertahan lama. Dalam mengatur feel ini pemasar harus
mempertimbangkan mood dan emosi pelanggan sesuai dengan keingginannya.
2.1.1.3 Think Cara Berpikir
Perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara memberikan problem-solvingexperiences, dan mendorong pelanggan untuk
berinteraksi secara kognitif dan atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk. Objek dari think marketing adalah untuk mendorong pelanggan untuk
menggunakan pemikiran yang kreatif . Intisari dari think marketing adalah untuk menyerukan kepada konsumen
pemikiran yang kreatif tentang suatu perusahaan dan mereknya. Tujuannya adalah mendorong konsumen sehingga tertarik dan berpikir secara kreatif sehingga
mungkin dapat menghasilkan evaluasi kembali mengenai perusahaan dan merek tersebut.
Menurut Schmitt cara yang baik untuk membuat think marketing berhasil adalah dengan cara sebagai berikut yaitu:
16 1.
Kejutan surprise Kejutan merupakan suatu hal yang penting dalam membangun pelanggan
agar mereka terlibat dalam cara berpikir yang kreatif. Kejutan dihasilkan ketika pemasar memulai dari sebuah harapan. Kejutan harus bersifat
positif, yang berarti pelanggan mendapatkan lebih dari yang mereka minta, lebih menyenangkan dari yang mereka harapkan, atau sesuatu yang sama
sekali lain dari yang mereka harapkan yang pada akhirnya dapat membuat pelanggan merasa senang.
Dalam experiential marketing, unsur surprise menempati hal yang sangat penting karena dengan pengalaman-pengalaman yang mengejutkan dapat
memberikan kesan emosional yang mendalam dan diharapkan dapat terus membekas di benak konsumen dalam waktu yang lama.
2. Memikat intrigue
Jika kejutan berangkat dari sebuah harapan, intrigue campaign mencoba membangkitkan rasa ingin tahu pelanggan, apa saja yang memikat
pelanggan. Namun, daya pikat ini tergantung dari acuan yang dimiliki oleh setiap pelanggan. Terkadang apa yang dapat memikat seseorang dapat
menjadi sesuatu yang membosankan bagi orang lain, tergantung pada tingkat pengetahuan, kesukaan, dan pengalam pelanggan tersebut.
3. Provokasi provocation
17 Provokasi dapat menimbulkan sebuah diskusi, atau menciptakan sebuah
perdebatan. Provokasi dapat beresiko jika dilakukan secara tidak baik dan agresif.
2.1.1.4 Act Tindakan
Act merupakan pengalaman pelanggan yang berhubungan dengan fisik, perilaku jangka panjang dan gaya hidup serta pengalaman yang terjadi sebagai
hasil dari interaksi dengan orang lain. Act berhubungan dengan keseluruhan individu yaitu pikiran dan tubuh untuk meningkatkan hidup dan gaya hidupnya
dimana gaya hidup sendiri merupakan pola perilaku individu dalam hidup yang direfleksikan dalam tindakan, minat dan pendapat.
Pesan-pesan yang memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan dapat menyebabkan pelanggan untuk berbuat hal-hal dengan cara yang berbeda,
mencoba dengan cara yang baru merubah hidup mereka lebih baik. Act experience yang berupa gaya hidup dapat diterapkan dengan menggunakan trend yang sedang
berlangsung atau mendorong terciptanya trend budaya baru. Tujuan dari act marketing adalah untuk memberikan kesan terhadap pola perilaku dan gaya
hidup, serta memperkaya pola interaksi sosial melalui strategi yang dilakukan.
2.1.1.5 Relate Pertalian
Relate marketing berisikan aspek-aspek dari sense, feel, think, act marketing serta menitik beratkan pada penciptaan persepsipositif dimata
pelanggan. Relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan masyarakat, atau budaya. Pada umumnya relate experience menunjukkan hubungan dengan
orang lain, kelompok lain misalnya pekerjaan, gaya hidup atau komunitas sosial
18 yang lebih luas dan abstrak misalnya negara, masyarakat, budaya. Tujuan dari
relate adalah menghubungkan konsumen tersebut dengan budaya dan lingkungan sosial yang dicerminkan oleh merek suatu produk
Perusahaan dapat menciptakan relate antara pelanggannya dengan kontak langsung baik telepon maupun kontak fisik, diterima menjadi salah satu bagian
dalam kelompok atau menjadi member sehingga membuat konsumen menjadi senang atau tidak segan untuk datang kembali Sebaliknya bila hal tersebut tidak
terjadi dalam arti konsumen merasa terabaikan, maka konsumen akan berfikir ulang untuk datang kembali..
2.1.1.6 Karakteristik Experiential Marketing
Experiential marketing memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut:
1. Fokus pada pengalaman konsumen
Experiential marketing berfokus pada pengalaman terjadi sebagai hasil dari interaksi atau suatu peristiwa yang menstimulasi panca indra, hati dan
pikiran. Secara keseluruhan, pengalaman merangsang panca indra, emosi, kognitif, tingkah laku dan nilai hubungan yang mengakibatkan nilai
fungsional. 2.
Menguji situasi konsumen Experiential marketing percaya bahwa kesempatan yang paling baik untuk
mempengaruhi suatu merek terjadi pada saat setelah pembelian suatu produk selama masa konsumsi. Pengalaman selama mengkonsumsi suatu
19 produk adalah kunci untuk menumbuhkan kepuasan konsumen dan
loyalitas terhadap suatu merek. 3.
Mengenali aspek rasional dan emosional sebagai pemicu dari konsumsi Bagi para experiential marketing, konsumen adalah sosok emosional
seperti halnya sosok rational, artinya walaupun konsumen pada waktu tertentu membuat keputusan atau pilihan secara rasional tetapi mereka juga
memiliki dorongan dan keinginan secara emosi seperti kepekaan, hasrat, aktualisasi diri, fantasi dan lain – lainnya.
4. Metode dan perangkat bersifat elektrik
Metode yang digunakan dalam experiential marketing adalah electeric tidak semata analitikal kuantitatif tetapi bervariasi dan multiaset. Dengan
kata lain experiential marketing tidak terikat pada ideologi metode tertentu. Experiential marketing dapat bermanfaat untuk digunakan dalam
berbagai situasi termasuk : a.
Meningkatkan kinerja perusahaan b.
Mendiferensiasikan produk dan jasa dari perusahaan pesaing c.
Menciptakan image dan identitas perusahaan d.
Mempromosikan inovasi e.
Membujuk konsumen untuk mencoba, membeli, dan yang paling penting adalah menjadikan mereka loyal.
2.1.1.7 Manfaat Experiential Marketing
Pengalaman konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa erat kaitannya dengan konsep experiential marketing. Hal yang terpenting adalah
20 experiential marketing dapat mencipatkan konsumen yang loyal, konsumen
mencari perusahaan dan merek tertentu untuk dijadikan bagian dari hidup mereka. Experiential marketing dapat dimanfaatkan secara efektif apabila diterapkan pada
beberapa situasi tertentu .
Manfaat lain yang disampaikan oleh Rini 2009: 17 dari jurnalnya yang berjudul Menciptakan Pengalaman Konsumen dengan Experiential Marketing
yaitu: a.
Membuat konsumen puas b.
Meningkatkan merek pada tahap penurunan c.
Mendeferensiasi produk d.
Menciptakan sebuah citra dan image perusahaan e.
Meningkatkan inovasi f.
Membujuk pelanggan agar melakukan pembelian Mencipatakan pelanggan yang loyal
2.1.2 Perceived Quality
Menurut Kotler dan Keller 2008:228 dalam pemasaran persepsi lebih penting daripada realitas, karena persepsi itu yang akan mempengaruhi perilaku
aktual konsumen. Pendapat Kotler dan Keller bahwa persepsi mempengaruhi bagaimana seorang memutuskan untuk menggunakan suatu produk atau jasa yang
ditawarkan oleh perusahaan. Persepsi bukan hanya proses psikologis semata, tetapi diawali dengan proses fisiologis yang dikenal sebagai sensasi.
Persepsi kualitas meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan bagaimana suatu merek dipersepsikan sehingga dengan diketahuinya persepsi
21 pelanggan terhadap kualitas dari merek yang dimiliki maka perusahaan dapat
menentukan langkah-langkah apa yang dapat diambil guna memperkuat persepsi pelanggan terhadap merek yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.
Menurut Aaker dalam Situmorang 2011:201 perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk
atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Persepsi terhadap kualitas produk mengakibatkan seorang niat atau tidak dalam
mengkonsumsi suatu produk karena persepsi kualitas produk merupakan salah satu pertimbangan konsumen dalam menggunakan produk yang nantinya dapat
memberikan manfaat yang diinginkan setiap konsumen. Persepsi seseorang terhadap suatu produk dapat berbeda beda,hal ini
disebabkan oleh adanya proses seleksi terhadap berbagai stimulus yang ada. Pada hakekatnya persepsi akan berhubungan dengan perilaku seseorang dalam
mengambil keputusan terhadap apa yang dikehendaki. Karena persepsi kualitas merupakan persepsi konsumen maka dapat diramalkan jika persepsi kualitas
pelanggan negatif, produk tidak akan disukai dan tidak akan bertahan lama dipasar. Sebaliknya, jika persepsi kualitas positif maka produk akan disukai. Salah
satu cara untuk mengetahui perilaku konsumen adalah dengan menganalisis persepsi konsumen terhadap produk. Dengan persepsi konsumen kita dapat
mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan ataupun ancaman bagi produk kita.
Tsiotsou 2005: 8“Perceived product quality could be also used by marketers as a segmentation criterion in order to identify homogeneous groups of
22 consumers.The basis selected for segmenting a market is a key factor in providing
a firm with a strategic advantage over its competitors.” Kualitas produk yang dirasakan dapat juga digunakan oleh pemasar sebagai kriteria segmentasi untuk
mengidentifikasi kelompok homogen konsumen. Dasar yang dipilih untuk segmentasi pasar merupakan faktor kunci dalam memberikan perusahaan
keuntungan dan strategi atas pesaingnya. Aaker dalam Situmorang 2011: 201 membagi persepsi kualitas kedalam enam
dimensi yakni: 1.
Kinerja yaitu melibatkan berbagai karakteristik operasional utama 2.
Pelayanan yaitu mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk tersebut
3. Ketahanan yaitu mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut
4. Kehandalan yaitu konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk
dari suatu pembelian ke pembelian berikutnya 5.
Karakteristik produk yaitu bagian-bagian tambahan dari produk feature,seperti remote control sebuah video ,tape deck,sistem WAP
untuk telepon genggam 6.
Kesesuaian dengan spesifikasi yaitu pandangan mengenai spesifikasi yang telah ditentukan dan teruji
2.1.3 Advertising
Definisi iklan dan periklanan yang dipopulerkan oleh American Marketing Association AMA adalah iklan sebagai semua bentuk bayaranuntuk
23 mengimplementasikan dan mempromosikan ide, barang atau jasasecara non
personal oleh sponsor yang jelas. Kotler dan Armstrong 2008: 117 mengatakan bahwa iklan adalah semua
bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa dengan sponsor tertentu.
Dengan demikian periklanan adalah : 1.
Merupakan alat komunikasi pemasaran produk maupun jasa yang dibayar oleh sponsor khusus dengan cara mempresentasikan dan mempromosikan
ide, barang, jasa secara non personal. 2.
Rancangan pesan khusus dan disampaikan melalui sarana media pers, radio, televisi, dan lain – lain yang bertujuan untuk melakukan tindakan
pembelian suatu produk maupun jasa.
2.1.3.1 Fungsi Periklanan
Fungsi-fungsi periklanan menurut Lee dan Johson, 2007 : 10-11 antara lain: 1.
Periklanan menjalankan sebuah fungsi “informasi” seperti mengomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualannnya.
2. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “ persuasif” seperti mencoba
membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu tau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tertentu.
3. Periklanan menjalankan sebuah fungsi “ pengingat” seperti teurs-menerus
mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan.
24 Setiap iklan dirancang guna mencapai sasaran tertentu. Sasaran periklanan
bisa ditentukan berdasarkan klasifikasi apakah tujuan periklanan bermaksud menginformasikan, membujuk atau hanya mengingatkan saja.
Kotler 2004 : 4-6 terdapat 5 M yang dianut dalam dunia periklanan yaitu: a.
Mission Mission atau misi dari iklan dapt berupa salah satu empat hai yaitu
memberi informasi, mengajak, mengingatkan, atau mendorong terjadinya keputusan untuk membeli suatu produk
b. Message
Message atau pesan yang dibawa oleh iklan itu harus dapat mengkomunikasikan nilai lebih yang dimiliki suatu produk baik dengan
menggunakan kata-kata maupun dengan gambar. c.
Media Media harus dipilih berdasarkan kemampuannya menggapai target pasar
yang efektif tanpa mengabaikan segi biayanya. Di samping media-media yang sudah lazim, seperti surat kabar, majalah,
radio, televisi, billboard papan iklan, banyak sekali sumber-sumber media terbaru seperti e-mail, fax, telemarketers, majalah digital, iklan in-
store. d.
Money Money atau pendanaan. Besarnya anggaran iklan ditentukan oleh
keputusan atas harga di tiap-tiap fungsi seperti jangkauan pemasaran, frekuensi, dan dampak yang diinginkan. Anggaran ini harus juga
25 memperhitungkan tagihan yang harus dibayar oleh perusahaan atas ongkos
pembuatan iklan tersebut dan biaya-biaya lain.
e. Measurement
Measurement atau tolok ukur keberhasilan suatu iklan. Kampanye iklan suatu produk membutuhkan premeasurement dan postmeasurement
pengukuran pra dan pasca kampanye. Klasifikasi periklanan menurut Lee dan Johson, 2007 : 4-10 antara lain:
a. Periklanan Produk
Porsi utama pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk produk seperti presentasi dan promosi produk-produk baru, produk-produk yang ada dan
produk-produk hasil revisi. b.
Periklanan Eceran Berlawanan dengan iklan produk, periklanan eceran bersifat lokal dan
berfokus pada toko, tempat dimana bergam produk dapat dibeli atau dimana jasa ditawarkan.
c. Periklanan Korporasi
Fokus periklnana ini adalah membangun identitas korporasi atau untuk mendapatkan dukungan publik terhadap sudut pandang organisasi.
d. Periklanan Bisnis ke Bisnis
Istilah ini berkaitan dengan periklanan yang ditujukan kepada para pelaku industri, para pedagang perantara serta para profesional seperti pengacara
dan akuntan.
26 e.
Periklanan Direktori Orang merujuk periklanan direktori untuk menemukan cara membeli
sebuah produk atau jasa. f.
Periklanan Respon Langsung Periklanan respon langsung melibatkan komunikasi dua-arah di antara
pengiklan dan konsumen. Periklanan tersebut dapat menggunakan sembarang media periklanan pos, televisi, koran atau majalah dan
konsumen dapat menanggapinya ,seringkali lewat pos, telepon, atau faks. g.
Periklanan Pelayanan Masyarakat Periklanan pelayanan masyarakat dirancang untuk beroperasi demi
kepentingan masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyarakat.. h.
Periklanan Advokasi Periklanan advokasi berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan dan
klarifikasi isu sosial yang kontroversial dan menjadi kepentingan masyarakat .
Menurut Kotler dan Amstrong 2004:652, terdapat berbagai media iklan beserta keunggulan dan kelemahan dari masing – masing media tersebut :
Tabel 2.1 Media Iklan
Media Kelebihan
Kelemahan
Surat kabar Fleksibilitas ; ketepatan waktu;
peliputan pasar lokal bagus, penerimaan luas, sangat dipercaya
Umur pendek; mutu reproduksi rendah;
sedikit pembaca selain pembelinya
Televisi Peliputan pasar massal bagus; biaya
rendah pertayangan; kombinasi suara, Biaya absolute tinggi;
kekisruhan tinggi;
27 Sumber: Kotler dan Amstrong 2004:652
2.1.4 Keputusan Pembelian
Pemahaman mengenai keputusan pembelian konsumen meliputi bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan
dan tidak menggunakan barang atau jasa. Memahami konsumen tidaklah mudah karena setiap konsumen memutuskan pembelian tertentu yang berbeda-beda dan
sangat bervariasi. Secara umum, banyak hal yang mempengaruhi keputusan gambar
penayangan terlalu sebentar; selektivitas
pemirsa lebih kecil
Pos Langsung
Selektivitas pemirsa tinggi; fleksibilitas; tidak ada kompetisi
dengan medium yang sama; meungkinkan personalisasi
Harga per paparannya relative mahal
Radio Penerimaan lokal bagus; selektivitas
geografis dan demografis tinggi; biaya rendah
Suara saja; paparan terlalu sebentar;
perhatian rendah
Majalah Selektivitas geografis dan demografis
tinggi; kredibilitas dan presetise; reproduksi bermutu tinggi; umur
panjang dan banyak
pembaca selain pembelinya Tenggang waktu
pembelian iklan lama; harga mahal; tidak ada
jaminan posisi
Alam terbuka
Fleksibilitas; paparan yang kerap berulang; biaya rendah; selektivitas
posisi bagus Selektivitas
audiens kecil; pembatasan
kreatif
Internet Selektivitas tinggi; harga murah;
segera; kemampuan interaktif Pemirsa kecil; secara
demografi terbatas; dampaknya relatif
rendah; pemirsa mengontrol paparan
28 pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Tingkat keterlibatan konsumen dalam
pembelian sangat dipengaruhi oleh kepentingan personal yang ditimbulkan serta dirasakan oleh stimulus. Berbagai upaya dilakukan perusahaan agar bisa memiliki
daya tarik yang kuat tertancap di pikiran konsumen dan pada akhirnya dapat meraih pangsa pasar yang luas sehingga mampu bersaing dengan kompetitor lain.
Proses pengambilan keputusan sebagai aktivitas penting dalam perilaku konsumen perlu dipahami untuk merumuskan strategi pemasaran yang tepat yang
mampu memperngaruhi setiap tahapan proses pengambilan keputusan yang berlangsung. Keputusan pembelian barang atau jasa seringkali melibatkan dua
pihak atau lebih . Menurut Suryani 2008: 13 umumnya ada lima peran yang terlibat antara lain:
1. Pemrakarsa yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk
membeli suatu barang atau jasa 2.
Pembawa pengaruh yaitu orang yang memiliki pandangan atau nasehat yang mempengaruhi keputusan pembelian
3. Pengambil keputusan yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian
4. Pembeli yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata
5. Pemakai yaitu orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang atau
jasa yang dibeli Supranto 2007: 3 menyatakan bahwa karakteristik dan proses keputusan
pembeli mengarah ke keputusan pembelian yang pasti, dimana tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi pada kesadaran pembeli, antara datangnya
rangsangan dari luar dan keputusan pembelian.
29
2.1.4.1 Tahap Pengambilan Keputusan Pembelian
Sumber : Kotler dan Keller 2009:185
Gambar 2.1 Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap – tahap pengambilan keputusan pembelian tersebut menurut Kotler dan Keller, 2009: 185-190 sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah
Proses pembelian dimulai pada saat pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Pengenalan kebutuhan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi dan terpuaskan. Pemasar perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu.
Kotler 2009:235 mengatakan bahwa dengan mengumpulkan informasi sejumlah konsumen pemasar dapat mengidentifikasi rangsangan yang
paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen akan segera dipenuhi atau
masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Melalui pengumpulan informasi, konsumen
mengetahui tentang merek- merek yang ada dan keistimewaan dari setiap merek tersebut.
Pengenalan masalah
Perilaku Pasca
pembelian Keputusan
Pembelian Evaluasi
Alternatif Pencarian
Informasi
30 3.
Evaluasi alternatif Beberapa konsep dasar akan membantu dalam memahami proses evaluasi
konsumen. Kotler 2009 : 237 menyatakan evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilhan disesuaikan dan dipilih untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Kotler 2009 : 238 evaluasi sering mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak dan belajar, orang
mendapatkan keyakinan dan sikap. Keyakinan relief adalah gambaran pemikiran yang dianut seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan
orang tentang produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka. Sedangkan yang tak kalah pentingnya adalah sikap. Sikap
attitude adalah evaluasi, perasaan emosi dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada
seseorang terhadap objek atau gagasan tertentu. 4.
Keputusan pembelian Pada saat hendak memutuskan pilhan pembeliannya, terdapat dua faktor
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu: intensitas
sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen untuk motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Faktor kedua
ialah faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.
Kotler 2009:240 dalam melaksanakan maksud pembelian konsumen dapat mengambil lima sub-keputusan: merek, dealer, kuantitas, waktu dan
31 metode pembayaran. Dalam pembelian produk seharihari keputusannya
lebih kecil dan kebebasannya juga lebih kecil . 5.
Perilaku pasca pembelian Setelah membeli produk, konsumen mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu. Para pemasar harus memantu kepuasan pasca pembelian, tindakan pasca pembelian dan pemakaian produk pasca
pembelian. Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mengalami perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan
menunjukan loyalitas produk tersebut lebih tinggi. Para pelanggan yang tidak puas akan beraksi sebaliknya. Kepuasan
pembelian adalah fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut .
Kotler 2009: 243 menyatakan konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan
berikutnya. Konsumen yang merasa puasa akan cenderung mengatakan sesuatu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang lain.
32
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Teknis
Analisis Hasil Penelitian
Raissa Andrawina
2013 Analisis Pengaruh
Experiential Marketing, Perceived
Quality
dan Advertising Terhadap
Keputusan Pembelian Pada ProdukLuwak
White KoffieStudi Kasus Pada Komunitas
Pecinta Kopi Noesantara
Experiential Marketing
�
1
, Perceived
Quality �
2
, Advertising
�
3
Keputusan Pembelian
Y Analisis
Deksriptif dan
Analisis Regresi
Linier Berganda
Variabel experiential
marketing, dan advertising berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian
sedangkan variabel perceived quality secara
parsial tidak signifikan terhadap keputusan
pembelian
Fidiah Ramadhani
2012 Pengaruh Variabel
Harga, Iklan dan KualitasTerhadap
Keputusan Pembelian Minuman Kemasan
Merek Teh Botol Sosro di Desa
Somoroto Kecamatan Kauman Kabupaten
Ponorogo Harga
�
1
, Iklan
�
2
, Kualitas
�
3
Keputusan Pembelian
Y Analisis
Deksriptif dan
Analisis Regresi
Linier Berganda
Dari hasil penelitian diketahui bahwa variabel
harga X1, Iklan X2, dan kualitas X3 mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian minuman kemasan merek teh botol
sosro pada masyarakat desa Somoroto
Darma Kusuma
2012 Analisis Pengaruh
Ekuitas Merek Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen
Minuman Isotonik Pocari Sweat Studi
pada Mahasiswa Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Diponegoro
Semarang Kesadaran
Merek �
1
,A sosiasi
Merek �
2
, Persepsi
Kualitas �
3
Loyalita s Merek
�
4
Keputus an
Pembelian Y
Analisis Deksriptif
dan Analisis
Regresi Linier
Berganda Hasil uji F dan uji-t
menunjukan bahwa keempat variable independen yaitu
Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas,
dan Loyalitas Merek berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian
33 Almira
Yusrina 2012
Analisis Pengaruh Harga dan
Experiential Marketing terhadap
Keputusan Pembelian dan
dampaknya terhadap Loyalitas Pelanggan
pada PT.Danapaint Jakarta Studi Kasus
di Mitra 10 Jakarta Harga
�
1
Experiential Marketing
�
2
Keputusan Pembelian Y
Analisis Deksriptif
dan Analisis
Regresi Linier
Berganda Dalam penelitiannya
Variabel Harga �
1
dan Experiential Marketing
�
2
menunjukan adanya kontribusi yang
signifikan tehadap Keputusan Pembelian
secara simultan.
Secara Parsial,
Variable Experiential Marketing
tidak menunjukan adanya
kontribusi yang signifikan terhadap
Keputusan Pembelian
Yusuf Kurniawan
2010 Analisis Pengaruh
Ekuitas Merek terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Studi
pada Konsumen Minuman Isotonik
Fatigon Hydro di Purwokerto
Kesadaran Merek
�
1
,Asosiasi Merek
�
2
,Persepsi Kualitas
�
3
Loyalitas Merek
�
4
Keputusan Pembelian Y
Analisis Deksriptif
dan Analisis
Regresi Linier
Berganda Hasil uji F dan uji-t
menunjukan bahwa keempat variable
independen yaitu Kesadaran Merek,
Asosiasi Merek, Persepsi Kualitas, dan
Loyalitas Merek berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian
2.3 Kerangka Konseptual