Karo 16997
95477 56,17
Sampel 6 Deli Serdang
80508 446055
55,41 Sampel 7
Langkat 79519
410448 51,62
Sampel 8 Nias Selatan
14698 57712
39,26 -
Humbang Hasundutan 18302
86190 47,09
- Pakpak Bharat
3256 14226
43,69 -
Samosir 8891
44558 50,12
Sampel 9 Serdang Bedagai
68753 373761
54,36 Sampel 10
Batu Bara 36595
176642 48,27
- Padang Lawas Utara
20093 81235
40,43 -
Padang Lawas 16511
65043 39,39
- Labuhanbatu Selatan
621 2828
45,53 -
Labuhanbatu Utara 34849
156403 44,88
- Nias Utara
3481 10433
29,97 -
Nias Barat 3069
10106 32,93
- Sibolga
- Tanjungbalai
241 1040
43,15 -
Pematangsiantar 3896
22037 56,56
Sampel 11 Tebing Tinggi
827 3888
47,01 -
Medan 3540
16199 45,76
- Binjai
4239 20588
48,57 -
Padangsidimpuan 11496
56771 49,38
- Gunungsitoli
2804 8431
30,07 -
Sumatera Utara 714307
3552373 49,73
3.5 Jenis data
Jenis data digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data Kuncoro,2009. Data sekunder ini meliputi jumlah
produksi, jumlah pupuk Urea, pupuk NPK, pupuk ZA, pupuk organik, jumlah tenaga kerja, jumlah benih.
Universitas Sumatera Utara
Data yang digunakan berasal dari sumber data Badan Pusat Statistik BPS dan dari Dinas Pertanian Sumatera Utara. Data ini dikatakan sekunder karena
sumber data penelitian yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung atau melalui perantara.
3.6 Model pengumpulan data
Penelitian ini menggunakan metode studi dokumentasi, dimana peneliti mengumpilkan data, teori, pendapat para pakar dan praktisi, dan berbagai
informasi lainnya yang mendukung dan relevan terhadap permasalahan yang diteliti dari berbagai literatur dan media internet seperti buku-buku ilmiah, jurnal-
jurnal penelitian, penelitian terdahulu, dan data-data lainnya yang diperoleh dari situs resmi Badan Pusat Statistik BPS
www.bps.go.id .
3.7 Teknis Analisis Data 3.7.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian peringkasan berbagai karakteristik data untuk memberikan informasi dan gambaran yang
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.
3.7.2 Data Envelopment Analysis DEA
DEA bekerja dengan langkah mengidentifikasi unit-unit yang akan dievaluasi, input serta output unit tersebut. Selanjutnya, dihitung nilai
produktivitas dan mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input
Universitas Sumatera Utara
secara efisien atau tidak menghasilkan output secara efektif. Produktivitas yang diukur bersifat komparatif atau relatif, karena hanya membandingkan antar unit
pengukuran dari 1 set data yang sama. DEA adalah model analisis faktor produksi untuk mengukur tingkat efisiensi relatif dari set unit kegiatan ekonomi UKE.
Skor efisiensi dari banyak fator input dan output dirumuskan sebagai berikut Talluri, 2000 :
Efisiensi =
Jumlah Output Jumlah Input
DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya maximize total weighted outputtotal
weighted input. Karena setiap UKE menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap UKE akan
memilih seperangkat bobot yang mencerminkan keragaman tersebut. Secara umum UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaanya
sedikit dan untuk output yang dapat diproduksi dengan banyak. Bobot-bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan
sebagai penentu untuk memaksimumkan efisiensi dari suatu UKE. Sebagai gambararan, jika suatu UKE merupakan perusahaan yang berorientasi pada
keuntungan profit-maximizing firm dan setiap input dan outputnya memiliki biaya per unit serta hargajual per unit, maka perusahaan tersebut akan berusaha
menggunakan sesedikit mungkin input yang biaya per unitnya termahal dan berusaha memproduksi sebanyak mungkin output yang harga jualnya tinggi.
DEA memiliki beberapa nilai manajerial. Pertama, DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain di dalam sampel.
Universitas Sumatera Utara
Angka efisiensi ini memungkinkan sesorang analisis untuk mengenali UKE yang paling membutuhkan perhatian dan merencanakan tindakan perbaikan bagi UKE
yang tidakkurang efisien. Kedua, jika suatu UKE kurang efisien efisiensi 100 DEA menunjukkan sejumlah UKE yang memiliki efisiensi sempurna
efficient reference set, efisiensi=100 dan seperangkat angka pengganda multipliers yang dapat digunakan oleh manajer untuk menyusun strategi
perbaikan. Informasi tersebut memungkinkan seseorang analisis membuat UKE hipotetis yang menggunakan input yang lebih sedikit dan menghasilkan output
paling tidak sama atau lebih banyak dibandingkan UKE yang tida efisien, sehingga UKE hipotetis tersebut akan memiliki efisiensi yang sempurna jika
menggunakan bobot input dan bobot output dari UKE yang tidak efisien. Pendekatan tersebut memberi arah strategis bagi manajer untuk meningkatkan
efisiensi suatu UKE yang tidak efisien melalui pengenalan terhadap input yang terlalu banyak digunakan serta output yang produksinya terlalu rendah. Sehingga
seorang manajer tida hanya mengetahui UKE yang tidak efisien, tetapi ia juga mengetahui seberapa tingkat input dan output harus disesuaikan agar dapat
memiliki efisiensi yang tinggi. Metode pengukuran kinerja melalui efisiensi sektor pertanian dengan
menggunakan DEA didefenisikan sebagai rasio dari total output tertimbang dibagi dengan total input tertimbang. Inti dari DEA adalah menentukan bobot atau
timbangan untuk setiap input dan output unit kegiatan ekonomi. Bobot tersebut memiliki sifat; 1 tidak bernilai negatif dan 2 bersifat universal. Artinya setiap
unit kegiatan ekonomi dalam sampel harus dapat menggunakan seperangkat bobot
Universitas Sumatera Utara
yang sama untuk mengevaluasi rasionya dan rasionya tersebut tidak boleh lebih dari 1. Pengukuran efisiensi dengan DEA adalah sebagai berikut Saleh, 2000:
Memaksimumkan
Z
k
= � U
rk
• Y
rk �
�=1
Dengan batasan atau kendala :
��U
rk
• Y
rj
� −
� �=1
���
��
• �
��
� ≤ 0
� �=1
j = 1, 2, 3,..... n
��
��
• �
��
= 1
� �=1
U
rk
≥ 0 ; r = 1, 2, 3, ...., s
V
ik
≥ 0 ; r = 1, 2, 3, ...., m
Y
rk
: jumlah output r yang dihasilkan oleh UKE k X
ij
: jumlah input i yang digunakan subUKE j Y
rj
: jumlah output r yang dihasilkan oleh UKE j X
ik
: jumlah input i yang digunakan oleh UKE k s : jumlah UKE yang dianalisis
m : jumlah input yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
U
rk
: bobot tertimbang dari output r yang dihasilkan tiap UKE k V
ik
: bobot tertimbang dari input i yng digunakan untuk UKE k Z
k
: nilai optimal sebagai indikator efisiensi relatif dari subUKE k
DEA berasumsi bahwa setiap UKE akan memilih bobot yang memaksimumkan rasio efisiensinya. Karena setiap UKE menggunakan
kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi output yang berbeda pula, maka setiap UKE akan memilih seperangkat bobot yang
mencerminkan keragaman tersebut. Secara umum UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input yang penggunaannya sedikit dan untuk output
yang dapat diproduksi dengan banyak. Bobot- bobot tersebut bukan merupakan nilai ekonomis dari input dan outputnya, melainkan sebagai penentu untuk
memaksimumkan efisiensi dari suatu UKE. DEA untuk suatu UKE dapat diformulasikan sebagai program linear fraksional yang solusinya dapat
diperoleh jika model tersebut ditransformasikan ke dalam program linear dengan bobot dari input dan output UKE tersebut sebagai variabel keputusan.
DEA memiliki beberapa nilai manajerial. Pertama, DEA menghasilkan efisiensi untuk setiap UKE, relatif terhadap UKE yang lain dalam sampel. Angka
efisiensi ini memungkinkan seorang analis untuk mengenali UKE yang paling membutuhkan perhatian dan merencanakan tindakan perbaikan bagi UKE yang
kurang efisien. Kedua, jika suatu UKE kurang efisien, DEA menunjukan sejumlah UKE yang memiliki efisiensi sempurna dan seperangkat angka
pengganda yang dapat digunakan oleh pengambil kebijakan untuk menyusun
Universitas Sumatera Utara
strategi perbaikan, sehingga seorang pengambil kebijakan tidak hanya mengetahui UKE yang tidak efisien, tetapi juga mengetahui seberapa besar input
dan output yang harus disesuaikan agar dapat memiliki efisiensi yang tinggi. Ketiga, DEA menyediakan matriks efisiensi silang. Efisiensi silang UKE A
terhadap UKE B merupakan rasio dari output tertimbang dibagi input tertimbang yang dihitung dengan menggunakan tingkat input dan output UKE A dan bobot
input dan output UKE B. Analisis efisiensi silang dapat membantu seorang pengambil kebijakan untuk mengenali UKE yang efisien tetapi menggunakan
kombinasi input dan menghasilkan kombinasi output yang sangat berbeda dengan UKE yang lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Deskriptif Penelitian