Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi ISPA

dan lebih dari 90 kematian karena pneumonia komplikasi dengan pertusis Kartasasmita, 1994. 5. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi keluarga meliputi unsur pendidikan, pengetahuan, pekerjaan orang tua serta penghasilan kelaurga. Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah menyebabkan hasil yang diperoleh juga rendah. Tingkat penghasilan keluarga yang rendah menyebabkan orang tua sulit menyediakan fasilitas perumahan yang baik, perawatan kesehatan dan gizi anak yang memadai. Keadaan ini menyebabkan daya tahan tubuh berkurang dan mudah terkena penyakit infeksi Sarimawar, 1999.

2.7. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi ISPA

Penyakit gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan : 1. Ventilasi Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Udara yang dikeluarkan waktu ekspirasi, dengan cepat akan berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar, sehingga perubahan komposisi dengan cepat berdifusi dengan udara luar Lubis, 1985. Ventilasi ada 2 dua, yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Secara alamiah berarti terjadinya pertukaran udara dari luar ke dalam ruangan dan sebaliknya dengan Universitas Sumatera Utara pemasangan jendela, pintu atau lubang penghawaan sebagai ventilasi sedangkan secara mekanis berarti pertukaran udara dengan adanya alat-alat bantu. Tujuan dari pengadaan lubang ventilasi diantaranya yaitu : a. Menyediakan udara segar b. Membersihkan udara kotor c. Menghilangkan bau-bauan yang kurang sedap. d. Membuang debu dan gas Luas ventilasi untuk semua ruangan dalam rumah harus cukup luas sehingga dapat terjadi pertukaran udara dengan baik dan tidak menimbulkan udara berhenti. Menurut Kepmenkes No. 829 tahun 1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10 dari luas lantai. 2. Kelembaban Kelembaban sangat penting untuk pertumbuhan kuman penyakit. Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya penularan penyakit. Kelembaban di dalam rumah disebabkan oleh 3 tiga faktor Lubis, 1985. a. Kelembaban yang naik dari tanah b. Merembes melalui dinding c. Bocor melalui atap Universitas Sumatera Utara Usaha–usaha untuk mencegah terjadinya hal ini adalah drainage yang baik, di sekitar rumah, lantai kedap air dan membuat lapisan yang menahan lembab damp proof courses. Kelembaban di dalam rumah harus lebih rendah atau sama dengan kelembaban di luar rumah. Kelembaban relatif yang lokal untuk dalam rumah adalah 40 – 50. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan selalu basah. Air tanah ini bisa merembes ke lantai atau dinding melalui daya tarik kapiler dari pori-pori yang ada di lantai dan di dinding. Oleh karena itu lantai dan dinding bagian bawah perlu dibnuat dari bahan yang kedap air Lubis, 1985. 3. Kepadatan Hunian Over Crowding Over crowding menimbulkan efek-efek negatif terhadap kesehatan fisik dan mental maupun moral. Penyebaran penyakit-penyakit menular di rumah yang padat penghuninya cepat terjadi. Rumah tinggal dinyatakan over crowding bila jumlah yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut : a. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan bermur di atas 10 tahun dan bukan berstatus sebagai suami isteri, tidur di dalam satu kamar. b. Jumlah orang di dalam rumah dibanding dengan luas lantai telah melebihi ketentuan yang telah ditetapkan, misalnya luas lantai kurang dari 8 m 2 digunakan lebih dari 2 orang Lubis, 1985. Universitas Sumatera Utara

2.8. Kerangka Konsep