Hubungan Kelembaban dengan Kejadian ISPA Hubungan Konstruksi Dinding dengan Kejadian ISPA

Rumah yang tidak mempunyai jendela atau mempunyai jendela tetapi tidak pernah dibuka menyebabkan udara yang tercemar tidak dapat keluar. Pencemaran udara yang diduga banyak timbul adalah karbon monoksida, apabila dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan Achmadi, 1989.

5.4.2. Hubungan Kelembaban dengan Kejadian ISPA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembaban mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. Kelembaban rumah penduduk di Kelurahan Mabar dikategorikan tidak memenuhi syarat kesehatan yang mana masih banyak rumah penduduk mempunyai kelembaban 40 dan 70. Hal ini disebabkan karena kondisi lantai rumah penduduk tidak kedap air, dinding rumah penduduk masih banyak yang terbuat dari kayu atau papan, dan ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga cahaya atau sinar matahari tidak bebas masuk ke dalam ruangan rumah. Keadaan seperti ini mengakibatkan kondisi dalam ruangan lembab dan akan menimbulkan gangguan kesehatan penghuninya terutama timbulnya penyakit ISPA. Persentase kelembaban udara yang baik dan sehat untuk rumah tinggal antara 40-70. Keadaan yang lembab merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya bakteri atau kuman penyakit dan mendukung terjadinya penyakit dan penularan penyakit. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Sukma 1993 di Kabupaten Dolok Masihul yang menemukan ada hubungan bermakna antara kelembaban dengan penyakit pneumonia pada anak. Universitas Sumatera Utara Kelembaban yang tidak baik secara langsung mempengaruhi tingkat spora jamur dan kemungkinan terjadi peningkatan pertumbuhan pada permukaan penyerapan air Pudjiastuti, 1998.

5.4.3. Hubungan Konstruksi Dinding dengan Kejadian ISPA

Berdasarkan penelitian dinding rumah penduduk mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian ISPA. Dimana berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, masih banyak dinding rumah penduduk Kelurahan Mabar yang menggunakan kayu atau papan. Ini terjadi karena pendapatan penduduk yang tidak mencukupi dan masih rendahnya pengetahuan masyarakat. Dinding rumah berfungsi untuk melindungi penghuni dari panas matahari, angin, hujan dari luar lingkungan dan juga sebagai penyangga atap. Hal ini didukung oleh penelitian Masyhuda 2003 yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara konstruksi dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Penggunaan dinding yang tidak baik akan berakibat buruk terhadap kesehatan penghuninya. Dinding rumah sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, kedap air dan tahan terhadap api seperti pasangan batu bata dan tembok dinding yang terbuat dari bahan kayu atau bambu cukup baik karena tahan terhadap segala cuaca namun bila konstruksinya tidak bagus dapat menimbulkan penyakit Sanropie, 1986. Universitas Sumatera Utara

5.4.4. Hubungan Kepadatan Hunian Kamar Tidur dengan Kejadian ISPA