penelitian di Canada, U.S.A., Eropa, Australia dan Jepang membuktikan resiko meningkat sehubungan dengan IMT yang kurang dari 22
dikalangan pria dan juga wanita Cooper, 2007.
e. Nutrisi
Nutrisi yang kurang menyebabkan IMT yang rendah, tapi secara independen nutrisi juga mempengaruhi kekuatan tulang terutama sekali
jika berlaku insufiensi dalam kalsium. Kalsium merupakan komponen atau mineral yang penting untuk tulang tapi ia juga penting untuk saraf dan
otot. Sekiranya kurang kalsium dalam sumber makanan, maka badan akan memproduksi hormon paratiriod yang akan meningkatkan proses
remodeling tulang. Pemecahan tulang berlaku untuk mendapatkan kalsium untuk disuplaikan kepada saraf dan otot. Vitamin D juga penting kerana ia
membantu dalam adsorpsi kalsium dari usus ke dalam darah Cooper, 2007 WHO 2006.
2.2.6 Diagnosa osteoporosis
Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut
mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi Wachjudi.
a. Anamnesis
Penderita osteoporosis pada umumnya tidak mempunyai keluhan sama sekali. Dalam anamnesis akan ditanyakan riwayat pengunaan obat kemudian
riwayat menstruasi. Pertanyaan yang timbul adalah usia menarche, menopause, keteraturan haid, riwayat kehamilan. Kemudian akan dilakukan anamnesis gizi
untuk menilai asupan kalsium dan riwayat kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menjadi faktor risiko osteoporosis, seperti merokok, minum alkohol, dan kurang berolahraga Wachjudi.
b. Pemeriksaan Jasmani
Pemeriksaan jasmani yang dapat dilakukan hanyalah pemeriksaan terhadap tinggi badan, untuk mengetahui apakah terjadi penurunan tinggi badan
Wachjudi.
c. Manfaat dan Indikasi Screnning Osteoporosis
Test Bone Mineral Density BMD merupakan teknik yang digunakan untuk mengukur massa tulang. Hanya melalui test ini densitas tulang yang rendah
dapat ditentukan dan osteoporosis dapat didiagnosa. Test BMD dapat digunakan untuk mengukur National Osteoporosis Foundation Harvard Pilgrim Health
Care: i.
mendektasi densitas sebelum seseorang mengalami fraktur ii.
mempredeksi seseorang mempunyai resiko menderita iii.
osteoporosis pada masa datang. iv.
menegakkan diagnosa seorang menderita osteoporosis v.
memonitor respon pasien terhadap pengobatan yang sedang diberikan.
Test BMD digalakan untuk NOF, 2008: i.
wanita yang mengalami post menopause ii.
pria yang berumur 50 -70 tahun yang mempunyai satu atau lebih faktor resiko
iii. wanita yang berumur lebih dari 65 tahun walaupun tidak
mempunyai faktor resiko.
Universitas Sumatera Utara
iv. Pria yang berumur lebih dari 70 tahun walaupun tiada
faktor resiko. v.
Pria atau wanita yang berumur lebih dari 50 tahun dengan riwayat fraktur tulang.
vi. Wanita yang menjalani histerektomi sebelum menopause
tanpa terapi estrogen.
Teknik –Teknik Screnning a. Absorptiometri X – ray Energi Ganda Dual – enery Xray Absorptiometry,
DXA.
National Osteoporosis Foundation NOF dan WHO merekomendasikan pengukuran densitas tulang adalah dengan mengunakan DXA. Bagian tulang seperti
tulang pungung dan pinggul di kelilingi oleh banyak lemak dengan berbagai jaringan halus, termasuk lemak, otot, pembuluh darah, dan organ –organ perut. Melalui DXA
bagian ini dapat diukur dengan baik. Keseluruhan pinggul termasuk atau bagian tersendiri dari pinggul, termasuk bagian leher paha femoral neck Ward’s tringle, trochanter dan
bagian pungung lumbar L 1 – L 4 umumnya diukur dalam DXA. Lane, 2001, NOF, 2005 Raisz, 2005.
Tetapi kebanyakkan mesin DXA tidak dapat mengukur bagian tulang panggul
dan tulang vertebra orang yang beratnya lebih dari 300 pound. Sekiranya begitu, maka akan dilakukan pengukuran densitas massa tulang pada bagian tulang radius di
forearm Raisz, 2005.
b. Tomografi Komputasi Kuantitatif Ouantitative Computed Tomography