yang besar, tubuh tetap memelihara konsentrasi kalsium serum pada kadar yang tetap. Pengaturan homeostasis kalsium serum dikontrol oleh organ tulang, ginjal dan usus
melalui pengaturan paratiroid hormon PTH, hormon kalsitonin, kalsitriol 1,25OH2 vitamin D dan penurunan fosfat serum. Faktor lain yang berperan adalah hormon tiroid,
glukokortikoid dan insulin, vitamin C dan inhibitor mineralisasi tulang pirofosfat dan pH darah. Pertukaran kalsium sebesar 1.000 mgharinya antara tulang dan cairan
ekstraseluler dapat bersifat kinetik melalui fase formasi dan resorpsi tulang yang lambat. Absorpsi kalsium dari gastrointestinal yang efisien tergantung pada asupan kalsium
harian, status vitamin D dan umur. Didalam darah absorpsi tergantung kadar protein tubuh, yaitu albumin, karena 50 kalsium yang diserap oleh tubuh terikat oleh albumin,
40 dalam bentuk kompleks sitrat dan 10 terikat fosfat.
2.2.4 Klasifikasi Osteoporosis
Secara garis besar ada dua tipe osteoporosis, yaitu tipe primer dan tipe sekunder.
a. Osteoporosis Primer
i. Osteoporosis primer tipe 1 adalah osteoporosis pasca menopause. Pada
masa menopause, fungsi ovarium menurun sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron juga menurun. Estrogen berperan dalam
proses mineralisasi tulang dan menghambat resorbsi tulang serta pembentukan osteoklas melalui produksi sitokin. Ketika kadar hormon
estrogen darah menurun, proses pengeroposan tulang dan pembentukan mengalami ketidakseimbangan. Pengeroposan tulang
menjadilebihdominanWirakusumah, 2007. ii.
Osteoporosis primer tipe II adalah osteoporosis senilis yang biasanya terjadi lebih dari usia 50 tahun. Osteopososis terjadi akibat dari
kekurangan kalsium berhubungan dengan makin bertambahnya usia Hartono, 2001 .
iii. Tipe III adalah osteoporosis idiopatik merupakan osteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui.Osteoporosis ini sering menyerang
Universitas Sumatera Utara
wanita dan pria yang masih dalam usia muda yang relative jauh
lebih muda Hartono, 2001
b. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder terjadi kerana adanya penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi kepadatan massa tulang dan gaya hidup yang tidak sehat. Faktor
pencetus dominan osteoporosis sekunder adalah sepeti di bawa Wirakusumah, 2007 :
i. Penyakit endokrin : tiroid, hiperparatiriod, hipogonadisme
ii. .Penyakit saluran cerna yang memyebabkan absorsi gizi
kalsium.fosfor. vitamin D terganggu. iii.
Penyakit keganasan kanker iv.
Konsumsi obat –obatan seprti kortikosteriod v.
Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kurang olahraga.
2.2.5 Faktor Resiko Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi Fixed
a. Usia
Faktor utama yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor usia. 90 persen fraktur panggul terjadi pada orang berusia 50 tahun dan keatas.
Hal ini disebabkan oleh pengurangan bone mineral density yang menyebabkan senang terjadinya frakur. Ketika oang bertambah tua,
kemampuan mereka untuk menyerap kalsium dari sistem usus menurun. Dikatakan bahawa pada usia 80 tahun, kebanyakkan wanita menyerap
setengah dari kalsium yang terkandung dalam makanan mereka. Selain itu dengan bertambah usia baik pria maupun perempuan akan mengalami
kemerosotan enxim lactose yang diperlukan untuk mencerna susu.
Universitas Sumatera Utara
Akhirnya hanya sedikit kalsium yang diserap Cooper, 2007 Lane, 2001
b. Kelamin
Wanita terutama wanita pascamenopause cenderung mendapat osteoporosis daripada pria kerana produksi estrogen yang berkurang dalam
badan. Estrogen membantu osteoblast dalam proses remodeling tulang. Walaupun perempuan mempunyai resiko tinggi mendapat osteoporosis
tapi pria juga mempunyai resiko terkena osteoporosis. Lebih kurang 20 – 25 persen daripada fraktur tulang pinggul yang terjadi pria mempunyai
fracture – related mortality rate yang lebih tinggi daripada wanita Cooper, 2007.
c. Genetika