BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Awal Januari 2001 merupakan tekad bersama baik aparat pusat maupun aparat daerah untuk pelaksanaan otonomi daerah di wilayah Nasional Indonesia
yang berasaskan desentralisasi. Rakyat menghendaki keterbukaan dan kemandirian serta pemberian wewenang ataupun tugas dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah untuk menjalankan rumah tangga sendiri. Menunjukkan bahwa tujuan otonomi daerah adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat agar lebih efisien, efektif, dan responsif terhadap kebutuhan
masyarakat, serta mengurangi kesenjangan antar daerah dan pemeliharaan hubungan yang serasi antar pusat dan daerah sesuai dengan kondisi dan potensi
masyarakat. Otonomi yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi yang luas,
nyata dan bertanggung jawab Soekarwo, 2003 : 93. Pelaksanaan otonomi tersebut pemerintah daerah harus memiliki wewenang dan kemampuan menggali
sumber keuangan sendiri, serta didukung oleh perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupatenkota yang merupakan
persyaratan dalam sistem pemerintahan daerah. Tujuan kebijakan desentralisasi otonomi daerah adalah untuk membuat
pemerintah dekat dengan rakyatnya, sehingga pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan efektif, efisien dan responsif, hal ini berdasarkan asumsi bahwa
Universitas Sumatera Utara
pemerintah kabupaten dan kota memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dalam konteks desentralisasi, daerah propinsi
memiliki wewenang sebagaimana pemerintah pusat. Wewenang tersebut antara lain adalah melakukan pengawasan tehadap peraturan daerah kabupatenkota dan
keputusan kepala daerah. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
menempatkan otonomi daerah secara utuh pada daerah kabupaten dan kota. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi. Dalam hal tugas dan wewenang pemerintah daerah memiliki hubungan dengan pemerintah daerah lainnya
berdasarkan asas desentralisasi. Hal yang mendasar dalam Undang-Undang ini adalah untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
Menurut Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimana dijelaskan
bahwa pemerintah daerah berhak dan berkewajiban melaksanakan rumah tangga sendiri sesuai dengan yang dibutuhkan dan juga memperlihatkan keuangan yang
adil proporsial, transparan serta mempertimbangkan keadaan daerah yang tidak lepas dari asas desentralisasi.
Reformasi anggaran dalam konteks otonomi memberikan paradigma baru tehadap anggaran daerah yaitu bahwa anggaran daerah harus bertumpu pada
kepentingan umum, yang dikelola dengan berdaya guna dan behasil guna serta
Universitas Sumatera Utara
mampu memberikan transparasi dan akuntabilitas secara rasional untuk keseluruhan siklus anggaran.
Pendapatan asli daerah PAD merupakan cermin kemandirian suatu daerah dan penerimaan murni daerah yang merupakan modal utama bagi daerah
dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan di daerahnya. Dalam Menjalankan otonomi daerah kabupatenkota di Sumatera Utara dituntut untuk
mampu meningkatkan PAD yang merupakan tolak ukur terpenting bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah.
Tingginya belanja daerah perlu diimbangi dengan penerimaan keuangan daerah termasuk dari pendapatan pajak dan retribusi. Tingginya belanja
pemerintah ini digunakan untuk membiayai pembangunan diberbagai bidang dan sektor, baik pembangunan fisik maupun non fisik. Keberhasilan suatu daerah
dapat dilihat dari PAD dan kemakmuran rakyatnya. Sehingga kemandirian suatu daerah dapat dilihat dari seberapa besar kontribusi PAD terhadap APBD daerah
tersebut. Sehingga pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD terhadap APBD akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah terhadap pusat.
PAD tersebut tidak hanya berasal dari sumber pendapatan dan bantuan tetapi juga harus dari potensi dari daerah itu sendiri sehingga pemerintah daerah dapat secara
leluasa untuk mengakomodasikan kepentingan masyarakatnya tanpa muatan kepentingan pemerintah pusat yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di
daerah. Rendahnya proporsi PAD tidak sebanding dengan subsidi yang diberikan
oleh pusat kepada daerah dikarenakan kemampuan untuk menyelenggarakan
Universitas Sumatera Utara
otonomi daerah berdasarkan indikator desentralisasi fiskal masih sangat kecil. Dapat dilihat dari pembiayaan pembangunan daerah didominasi oleh subsidi pusat
dibandingkan dengan PAD yang diperoleh. Sekalipun PAD diharapkan dijadikan modal utama dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan, namun
kontribusi yang dapat disumbangkan PAD terhadap total penerimaan daerah TPD masih relatif rendah.
Semakin sulitnya keuangan negara dan pelaksanaan otonomi itu sendiri, maka setiap daerah dituntut harus dapat membiayai diri sendiri melalui sumber-
sumber keuangan yang dikuasainya. Peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber
pendapatan akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan, dan penyelenggaraan masyarakat di daerah.
Fenomena utama dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar kontribusi PAD terhadap belanja langsung. Melihat total PAD dan belanja
langsung secara keseluruhan terus meningkat dari tahun 2005-2007. Tahun 2005 total PAD 56,4351,647,000, tahun 2006 total PAD 686,614,275,000 dan tahun
2007 total PAD 743,403,695,547. Tahun 2005 total belanja langsung 2,718,412,431,000, tahun 2006 total belanja langsung 4,788,356,263,000 dan
tahun 2007 total belanja langsung 8,438,205,315,224. Fenomena diatas dalam konteks otonomi daerah dimana PAD sangat
signifikan terhadap APBD dalam membiaya belanja daerahnya. Melihat kontribusi PAD yang sangat minim tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul :
Universitas Sumatera Utara
“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara .”
B. Perumusan Masalah