Perumusan Masalah Batasan Penelitian Tinjauan Penelitian Terdahulu

“Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD Terhadap Belanja Langsung di Pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara .”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian yang akan dibahas adalah : “Apakah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh terhadap belanja langsung baik secara simultan maupun parsial di pemerintah Kabupatenkota di Sumatera Utara?”

C. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi cakupan penelitian, yaitu : a. Batasan aspek dalam penelitian ini, hanya mencakup Akuntansi Keuangan Daerah saja dengan melihat PAD pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan belanja langsung sebagai salah satu kriteria kesiapan pemerintah kabupaten kota di Sumatera Utara dalam melaksanakan otonomi daerah. b. Batasan lokasi dalam penelitian ini adalah hanya pada 25 kabupatenkota di Sumatera Utara. c. Batasan waktu penelitian ini adalah hanya meliputi tahun 2005-2007. Universitas Sumatera Utara

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh terhadap belanja langsung di pemerintah KabupatenKota di Sumatera Utara.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja langsung di pemerintah kabupatenkota di Sumatera Utara khususnya tahun 2005-2007. b. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian sejenis. c. Bagi kabupaten dan kota, penelitian ini diharapakan menjadi informasi serta bahan pertimbangan bagi manajemen pemerintah kabupatenkota untuk memberikan perhatian terhadap penggunaan belanja langsung yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD.

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Universitas Sumatera Utara pendapatan asli daerah yang sah serta satu variabel dependen yaitu belanja langsung. Pajak daerah X1, retribusi daerah X2, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan X3, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah X4 merupakan sumber dana yang mencirikan otonomi daerah yang sesungguhnya yang dialokasikan sebagian untuk belanja langsung Y. Rincian PAD Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Pajak Daerah X1 Retribusi Daerah X2 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanX3 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang SAh X4 Belanja Langsung Y Universitas Sumatera Utara

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah PAD yakni pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap belanja langsung di Pemerintah kabupatenkota di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Kebijakan otonomi daerah

Widjaja 2005 : 25 menyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, sedangkan desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah kepada daerah otonom. Pada hakikatnya urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah otonom merupakan urusan pemerintah yang menjadi kompetensi pemerintah. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa pemerintah pusat mempunyai tekad untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri. Sebagaimana tercantum dalam pasal 1 Undang- Undang No. 32 tahun 2004 yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan peraturan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam pasal 18 Undang-Undang 1945 beserta penjelasannya juga menyatakan bahwa negara Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi. Dimana pembangunan daerah sebagai bagian Universitas Sumatera Utara integral dari pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Kebijakan otonomi daerah lahir dengan tujuan untuk menyelamatkan pemerintahan dan keutuhan negara, membebaskan pemerintah pusat dari beban yang tidak perlu, mendorong kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam mengejar kesejahteraan, walau dalam perjalanannya mengalami distorsi pemahaman yang lumayan memprihatinkan. Karena itu dalam rangka otonomi daerah diperlukan kombinasi yang efektif antara visi yang jelas serta kepemimpinan yang kuat dari pemerintah pusat, dengan keleluasaan berprakarsa dan berkreasi dari pemerintah daerah Haris, 2005 : 9. Dengan otonomi ini pemerintah diharapkan bisa meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan pembangunan daerah.

2. Pengelolaan Pemerintah Daerah dalam Desentralisasi Fiskal

Menurut Elmi 2002:26 menyatakan bahwa desentralisasi fiskal adalah pelimpahan kewenangan dibidang penerimaan yang sebelumnya tersentralisasi baik secara admisinstrasi dan pemanfatannya diatur atau dilakukan oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu salah satu makna dari desentralisasi fiskal dalam bentuk pemberian otonomi di bidang keuangan sebagai sumber penerimaan kepada daerah-daerah merupakan suatu proses untuk mengintensifikasikan peranan dan sekaligus pemberdayaan daerah dalam Universitas Sumatera Utara pembangunan. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan yang menyangkut pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transfaran dengan memperhatikan potensi dan kondisi serta pembagian kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan. Soekarwo 2003:31 menyatakan bahwa kebutuhan fiskal adalah kebutuhan pembiayaan daerah, baik yang berifat rutin maupun pembangunan, sedangkan potensi fiskal adalah kemapuan penerimaan daerah yang berasal dari sumber-sumber penerimaan daerah.

3. Pengelolaan keuangan daerah

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Menurut peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005, pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perncanaan, peleksanaan, penata usahaan, pelaporan pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah. Terwujudnya pelaksanaan desentralisasi fiskal secara efektif dan efisien salah satunya tergantung pada pengelolaan keuangan daerah. Universitas Sumatera Utara Pamudji 1980 dalam Kaho 2007:138 menyatakan bahwa pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan ini salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Syamsi dalam Kaho 2007:139 menyatakan bahwa keuangan daerah adalah sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri Terciptanya sistem pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan efektif merupakan kebutuhan setiap pemerintah daerah untuk dapat mencapa kinerja yang optimal dalam pengelolaan sumber- sumber ekonomis, efisiensi, dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan mekanisme yang bertumpu pada dua dimensi yaitu perencanaan dan pengendalian. Asas umum pengelolaan keuangan daerah : a. Keuangan daerah dikelola secara efektif dan taat pada peraturan perundang- undangan , efisien, ekonomis, efektif, transfaran dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan, dan manfaat untuk masyarakat. b. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Universitas Sumatera Utara

4. Belanja Daerah

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan propinsi dan kabupatenkota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Bastian 2001: 144 “Biaya dapat dikategorikan sebagai belanja dan beban. Belanja adalah jenis biaya yang timbul berdampak langsung kepada berkurangnya saldo kas maupun uang entitas yang berada di bank.” Belanja operasi meliputi pengeluaran barang dan jasa, pembayaran cicilan bunga utang, subsidi, anggaran pengeluaran sektoral Current Transfer, sumbangan dan bantuan. Berdasarkan Kepmendagri No. 29 tahun 2002, “Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi bebean daerah.” Pengelompokan belanja daerah menurut kepmendagri No. 29 ini terdiri dari: a. Belanja Aparatur Daerah, terdiri dari : 1 Belanja Administrasi Umum 2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 3 Belanja Modal b. Belanja Pelayanan Publik, terdiri dari: 1 Belanja Administrasi Umum 2 Belanja Operasi dan Pemeliharaan Universitas Sumatera Utara 3 Belanja Modal c. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan yang dianggarkan untuk pengeluaran dengan kriteria sebagai berikut: 1 Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan; 2 Tidak mengharapkan akan diterima kembali dimasa yang akan datang seperti lazimnya suatu piutang; 3 Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya suatu penyertaan modal atau investasi. d. Belanja Tidak Tersangka dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial atau pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah. Perubahan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD di pemerintah daerah yang awalnya disusun dengan berpedoman pada Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 kini berubah dengan berpedoman pada Permendagri No. 13 Tahun 2006, yang mengakibatkan defenisi dan pengelompokan belanja daerah di pemerintahan juga turut berubah. Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 “Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah pengurang nilai kekayaan bersih”. Belanja daerah terbagi dua yaitu: Belanja Langsung Yaitu belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program kegiatan. Belanja langsung terdiri dari: Universitas Sumatera Utara 1 Belanja pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil PNS, dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dimana pekerjaan tersebut yang berkaitan dengan pembentukan modal. 2 Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran untu menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memprodiksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang dimaksud untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini digunakan untuk pengeluaran pembelianpenadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 duabelas bulan danatau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. PembelianPengadaan barang danatau pemakaian jasa tersebut mencakup belanja barang pakai habis, bahanmaterial, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetakpenggandaan, sewa rumahgedunggudangparkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian dians dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai. 3 Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetapinventaris yang Universitas Sumatera Utara memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Belanja modal dapat dikategorikan dalam 5 lima kategori utama:  Belanja Modal Tanah  Belanja Modal Peralatan dan Mesin  Belanja Modal Gedung dan Bangunan  Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan  Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Tidak Langsung Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung meliputi : belanja pegawai, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.

5. Pendapatan Asli Daerah PAD

PAD menurut Halim 2004 : 67 merupakan “ semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Upaya peningkatan PAD secara positif dalam pengertian bahwa keleluasaan oleh daerah harus dapat dimanfaatkan untuk dapat meningkatkan PAD untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru tanpa membebani masyarakat dan tanpa menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Universitas Sumatera Utara Upaya peningkatan PAD tersebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah daerah meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang untuk menetapkan peraturan dearah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya yang tinggi dan menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah kegiatan ekspor atau impor. IASC dalam Halim 2004:67 pendapatan asli daerah merupakan sumber murni daerah yang terdiri dari: a. Pajak Dearah b. Retribusi Daerah c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh Halim 2004:67 adalah sesuai dengan klasifikasi PAD berdasarkan permendagri Nomor 13 Tahun 2006. Pajak Daerah Berdasarkan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang N0. 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, yang dimaksud dengan “pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.” Universitas Sumatera Utara Pajak Daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pajak. Penerimaan ini meliputi: a Pajak Kendaraan Bermotor b Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d Pajak Kendaraan di Atas Air e Pajak Air di Bawah Tanah f Pajak Air Permukaan. Jenis pajak kabupatenkota menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang perubahan Undang-Undang No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah terdiri atas: a Pajak Hotel b Pajak Restoran c Pajak Hiburan d Pajak Reklame e Pajak Penerangan Jalan f Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g Pajak Parkir Retribusi Daerah Menurut Kaho 2007 : 170 menyatakan bahwa retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah. Berdasarkan Undang-Undang No.34 2004 tentang problem atas Undang- Undang No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan Universitas Sumatera Utara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Macam retribusi untuk kabupatenkota meliputi objek pendapatan sebagai berikut : a. Retribusi Jasa Umum, terdiri dari : 1 Pelaayanan kesehatan 2 Pelayanan kebersihan dan persampahan 3 Penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil 4 Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat 5 Pelayanan Parkir di tepi jalan umum 6 Pelayanan Pasar 7 Pelayanan air bersih 8 Pelayanan Kendaraan Bermotor 9 Pemeriksaan alat pemadam kebakaran 10 Penggantian biaya cetak peta 11 Pengujian terhadap kapal perikanan b. Retribusi Jasa Usaha, terdiri dari : 1 Pemakaian kekayaan daerah 2 Pasar grosir atau pertokoan 3 Pelayanan terminal khusus parkir 4 Pelayanan tempat khusus parkir 5 Pelayanan tempat penitipan anak 6 Penginapanpesanggrahanvila Universitas Sumatera Utara 7 Penyedotan kakus 8 Rumah potong hewan 9 Tempat pendaratan kapal 10 Tempat rekreasi dan olahraga 11 Penyeberangan di atas air 12 Pengelolaan air limbah 13 Penjualan usaha produksi daerah c. Retribusi Perijinan Tertentu, terdiri dari : 1 Ijin penggunaan tanah 2 Ijin Mendirikan Bangunan IMB 3 Ijin tempat penjualan minuman beralkohol 4 Ijin gangguan 5 Ijin trayek 6 Ijin pengambilan hasil hutan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Undang-Undang No. 33 tahun 2004, jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerahBUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahBUMN dan bagian laba atas peyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. Halim 2004 : 68 , jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: Universitas Sumatera Utara 1 Bagian laba perusahaan milik daerah 2 Bagian lembaga keuangan bank 3 Bagian laba lembaga keuangan nonbank 4 Bagian laba atas penyertaan modalinvestasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pendapatan Asli Daerah yang Sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Halim 2004 : 69, jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: 1 Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan 2 Penerimaan jasa giro 3 Penerimaan bunga deposito 4 Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 5 Penerimaan ganti rugi atas kerugian kehilangan kekayaan daerah”.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebagaimana pembanding dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian terdahulu yang sejenis : Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Keterangan Penelitian 1 Monika Siagian 2008 Judul : Pengaruh DAU, PAD dan Pendapatan Lain-Lain yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintah Daerah Universitas Sumatera Utara Studi Kasus: KabupatenKota di Propinsi Sumatera Utara. Variabel : Dana Alokasi Umum X1 Pendapatan Asli Daerah X2, Pendapatan Lain- lain yang Dianggap Sah X3 dan Belanja Daerah Y. Hasil : Secara parsial ataupun bersama-sama, DAU, PAD dan Pendapatan Lain-lain yang dianggap sah berpengaruh signifikan positif terhadap belanja daerah. 2 Ade Isyana Hairunnisa Lubis 2008 Judul : Pengalokasian Dana Alokasi Umum DAU dan Pendapatan Asli Daerah PAD dalam Belanja Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu. Variabel : Dana Alokasi Umum X1, Pendapatan Asli Daerah X2, dan Belanja Daerah Y. Hasil : Dalam sistem keuangan daerah yang diterpakan Pemkab Labuhan Batu masih menggunakan metode single entry. Telah efektifnya pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemkab Labuhan Batu, serta telah efektifnya pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemkab Labuhan Batu. 3 Sukry Abdullah dan Abdul Halim 2004 Judul : Pengaruh Dana Alokasi Umum DAU dan Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Belanja Pemerintah Daerah : Studi kasus KabupatenKota di Jawa dan Bali. Variabel : Dana Alokasi Umum X1 Pendapatan Asli Daerah X2 dan Belanja Pemerintah Daerah Y. Hasil : Hasil penelitian Sukri dan Abdul Halim menunjukkan bahwa ketika tidak digunakan tanpa lag, pengarh PAD Universitas Sumatera Utara terhadap belanja daerah lebih kuat daripada DAU, tetapi dengan digunakan lag, pengaruh DAU terhadap belanja daerah justru lebih kuat daripada PAD. Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian