BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula Israel menciptakan malapetaka terhadap warga Palestina, khususnya Umat
Muslim. Pengusiran, penggusuran hingga aksi pembantaian manusia berlangsung secara sistematis. Secara kemanusiaan, konflik Israel merupakan tragedi yang tak
terperikan. Sebuah tragedi panjang yang mengalahkan holocaust Nazi Jerman, bangsa yang ironinya dibenci Yahudi karena melakukan hal tersebut pada mereka.
Penyerangan yang di lakukan oleh tentara Israel terhadap Hamas kini kembali terjadi. Kemenangan Hamas pada pemilu 25 Januari 2006 lalu
merupakan benturan keras bagi negara Israel dan masyarakat internasional secara umum. Terutama mereka yang memiliki hubungan istimewa dengan negara
”zionis”. Akibatnya, terjadilah sanksi diplomasi yang dijatuhkan kepada Hamas berupa embargo. Hamas pun tidak diberikan passport menjadi salah satu gerakan
perlawanan dunia dan pembebasan nasional www.infopalestina.com. Konflik antara Hamas dan Israel ini lahir akibat dari kebuntuan politik
dalam mencari solusi ke depan. Gagalnya perpanjangan gencatan senjata dua pekan sebelum ini, tepatnya 15 januari 2009 antara Israel dan Hamas menjadi
pemantik konflik ini. Kedua belah pihak saling tuding pihak mana yang mengawali konflik ini. Bagi Israel, Hamas-lah yang telah mengirimkan roket-
roket yang menyerang permukiman sipil Israel. Namun, bagi Hamas, Israel-lah yang telah melanggar kesepakatan genjatan senjata sehingga Hamas tidak ingin
Universitas Sumatera Utara
memperpanjang kesepakatan itu. Perang baru antara Hamas dan Israel saat ini adalah mereka berlomba-lomba untuk memperoleh legalitas internasional. Hamas
sebagai gerakan pembebasan Islam pertama berusaha merebut legalitas dunia internasional. Sementara Israel berusaha agar dunia internasional semakin
memperketat isolasi terhadap Palestina. Hamas adalah sebuah Gerakan Jihad, Da’wah dan Politik, ia berdiri di atas
Syumuliyatul Islam Universalitas Islam yang mencakup semua aspek kehidupan. Hal itu dibuktikan dengan masuknya Hamas ke medan politik dan ikut
serta dalam Pemilu, dan bahkan ia bisa memenangkannya. Hamas adalah kependekan dari Harokah al Muqowamah al Islamiyah atau
Gerakan Perlawanan Islam, didirikan pada tanggal 14 Desember 1987 M oleh Syeikh para syuhada Ahmad Yasin bersama dengan beberapa orang yang
meyakini pemikiran gerakan tersebut. Konflik baru antara Hamas dan Israel disebabkan oleh sejumlah hal:
Pertama, dari sisi orientasi pemikiran Israel: Perolehan Gerakan Perlawanan Pembebasan Islam kini memperoleh legalitas internasional akan memberikan
contoh kepada banyak gerakan pembebasan Islam lainnya yang ada di dunia. Gejala ini tentu mengancam eksistensi gerakan-gerakan moderat yang banyak
setuju dengan detail kerja politik, keamanan dan orientasi Israel. Perolehan program politik perlawanan untuk mengisi kekuasaan sudah pasti mengagalkan
system keamanan Israel di kawasan dan terancam digerogoti karena Israel akan bekerja sama dengan program gerakan perlawanan yang memiliki legalitas
internasional. Jadi bukan terorisme yang mengancam keamanan dan ketentraman Israel.
Universitas Sumatera Utara
Kedua, dari sisi orientasi pemikiran: Hamas sudah pasti akan bertindak kontradiksi dengan persepsi Israel dalam menjalin hubungan satu sama lain.
Hamas menyadari betul bahwa legalitas internasional yang ia peroleh bisa jadi akan memojokkan posisi Israel.
Keberadaan Hamas di pemerintahan untuk pertama kalinya dalam sejarah merupakan jaringan pengaman dengan dunia Arab, minimal negara Islam dan
sebagian negara dunia. Ini tentu meringankan perasaan Hamas yang seakan jauh dari konvensi Arab negara Islam dan justru akan mengokohkan hubungan dengan
mereka. Keberadaan Hamas di puncak piramida kekuasaan Palestina juga membuat Israel berfikir seribu kali sebelum melakukan pembantaian fisik
terhadap pimpinan Hamas http:www.antara.co.idarc2009110Hamas Namun disisi lain Amerika menganggap tanggung jawab konflik
sepenuhnya terletak pada Hamas. Serangan pasukan Israel ke Gaza, resiko yang dipikul sendiri juga meningkat, akan menghadapi perang gerilya jangka panjang.
Intelijen menunjukkan bahwa Hamas memiliki sekitar 20.000 militan. Analis militer mengatakan walaupun konflik yang lebih buruk tidak dapat dihindarkan,
tetapi dalam kenyataan adalah, tak ada yang tahu apa hasilnya, karena Hamas tidak menunjukkan adanya tanda-tanda untuk menyerah
.www.infopalestina.com.. Wacana-wacana mengenai konflik inipun terus bergulir memenuhi ruang
dan waktu serta tidak bisa dipungkiri bahwa pertikaian antara Israel dan Hamas saat ini telah menjadi fokus pemberitaan diberbagai media massa di seluruh dunia.
Argumentasi dari berbagai kalangan banyak menghiasi pemberitaan di media
Universitas Sumatera Utara
massa. Hal ini dikarenakan peristiwa konflik merupakan realitas yang mengandung nilai berita yang tinggi.
Dalam suatu peperangan atau konflik militer, memerlukan penggalangan baik itu dukungan moral, dukungan secara ekonomi maupun dukungan secara
politik dari publik, oleh karena itu keberadaan media massa sangatlah penting untuk fungsi komunikasi politik. Apa yang diberitakan mengenai perang tersebut
kepada khalayak pada suatu media didasarkan pada bagaimana cara sebuah media sebagai institusi dan jurnalis sebagai individu melakukan investigasi, memilih,
mempersentasikan dan mengkonstruksikan berita tentang perang tersebut. Dengan begitu, media sangat mempengaruhi pola pikir, sudut pandang dan
pengetahuan publik tentang suatu masalah khususnya dalam hal ini perang antara Israel dan Hamas. Oleh karena itu media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia
juga subjek yang mengkontruksikan realitas lengkap dengan pandangan,dan pemihaknya. Nah dalam konteks inilah, wacana media massa kemudian menjadi
arena perang simbolik antara pihak- pihak berkepentingan dengan suatu objek wacana.
Maka atas pemaparan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti teks atau isi berita untuk melihat proposisi, idiologi dan makna
yang terkandung dalam pemberitaan konflik Israel dan Hamas, yaitu peneliti disini menfokuskan pada penyajian teks, seperti apa teks dalam sebuah media
berperan dalam membangun opini dan atau pula kepribadian. Bagaimana media menyajikan fakta yang ditemukan dilapangan, menjadi sebuah berita yang terdiri
dari beberapa teks, yang ternyata fakta dan data dilapangan itu terkadang tidak sesuai dengan apa yang disajikan oleh media.
Universitas Sumatera Utara
Adapun media yang akan diteliti adalah surat kabar Republika, berhubung surat kabar ini telah menyajikan ruang untuk memberitakan perkembangan
masalah tersebut. Sehingga dengan meneliti media tersebut, maka poeneliti akan dapat melihat makna yang sebenarnya dibalik teks-teks pemberitaan yang terkait
dengan kasus konflik penyerangan Israel ke Hamas baru- baru ini pada surat kabar Republika.
Peneliti memilih Surat Kabar Republika sebagai perwakilan dari pers umum yang bersekala nasional dan tersebar diseluruh Indonesia. Sehingga dengan
meneliti media tersebut, maka peneliti ingin melihat apakah ideologi yang dianut oleh Surat kabar tersebut, serta bagaimana media tersebut membingkai
pemberitaannya sehingga nantinya dapat juga mempengaruhi cara mereka memberitakan konflik di timur tengah.
1.2 Perumusan Masalah