Pemberitaan Konflik Israel dan Hamas (Studi analisis framing tentang pemberitaan konflik Israel dan Hamas pada surat kabar Republika)

(1)

PEMBERITAAN KONFLIK ISRAEL dan HAMAS

(Studi analisis framing tentang pemberitaan konflik Israel dan Hamas pada

surat kabar Republika)

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun

O

L

E

H

RANI RAMADAHANI

050904020

JURUSAN: ILMU KOMUNIKASI

DEPAERTEMEN : ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITA SUMATRA UTARA

2009


(2)

ABTRAKSI

Penelitian ini membahas mengenai ‘konflik Israel dan Hamas’ yang terjadi pada Januari 2009 lalu dengan menggunakan pisau nanalisis Framing Versi Robert Entman. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui makna yang tersirat dari konteks berita seputar Agresi Israel ke Jalur Gaza pada Surat Kabar Harian Umum Republika. Permasalahan ini dijawab dengan menggunakan beberapa pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan isi media, media massa dan dan kontruksi realitas dan konstruksi realitas dan juga studi media massa termasuk pada Framing Versi Robert Entman yang pada dasarnya adalah mencoba untuk mengetahui bagaimana media yang diteliti, mengkontruksikan realitas yang diperoleh. Apakah ideologi yang dianut media tersebut dapat mempengaruhi media tersebut dalam menyampaikan beritanya kepada pembaca.

Dalam analisis poenelitian ini, semua data yang diperoleh, dibaca, dianalisissesuai dengan elemen-elemen perangkat analisis framing, yakni: problem identification, diagnoses causes, moral judgement dan treatment recommendation. Adapun jumlah berita yang dianalisis pada surat kabar Republika adalah sebanyak sepuluh berita yaitu terdiri dari tanggal selama bulan januari 2009.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat perbedaan pada kedua media dalam mengkontruksikan fakta melalui berita yang dipaparkan kepada pembaca. Bahwa ternyata ideologi yang dianut sebuah media, dalam hal ini surat kabar Republika sangat mempengaruhi cara/ pola pemberitaan masalah yang dihadapi dan dalam hal ini kasus konflik Israel dan Hamas. Surat kabar Republika sebagai pers umum, mencoba mengkonstruksikan berita dengan detail, berimbang namun tetap menjalankan fungsi medianya sebagai social control dengan turut mengusulkan alternatif penyelesaian konfik antara Israel dan Hamas.


(3)

KATA PENGANTAR

Asalamualaikum Wr, Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji sukur kehadirat Allah SWT yang berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya tetap dan mampu beritiqomah di jalan-Nya untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula shalawat beriring salam kepada junjungan kita Rasullulah SAW beserta pengikutnya, semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya di Yaumul Akhir, amin.

Skripsi ini berjudulkan “ Studi Aanlisis Framing mengenai Konflik Israel dan Hamas pada Surat Kabar Republika” dengan menggunakan analisis framing Robert Entaman. Dalam penyelesaian skiripsi ini, penulis dibantu oleh banyak pihak yang mendukung secara moril juga materil.karena itu penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Ayah dan Ibu, terima kasih banyak atas doa, support, bantuan materi dan segalanya.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU.

4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati Msi selaku Sekertaris Departemen yang banyak member nasehat dan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat.

5. Bapak Drs. Hendra Harahap Msi, selaku Dosen Pembimbing yang tak henti-hentinya memberikan ilmunya.


(4)

6. Pembantu Dekan 1 Fisip USU, Bapak Drs. Humaizi MA. Terima kasih banyak atas segala bantuannya.

7. Kak ros, Pak Manan, dan bang Ria, terima kasih juga atas segala bantuan akademiknya.

8. Untuk keluarga tercinta, bang Rinal, bang Hari, adikku Imah, dan terutama bang Herman terima kasih banyak atas bantuan materilnya selama ini.

9. Untuk Uncu Upik beserta Om Ucok terima kasih atas semuanya.

10.Untuk semua keluarga tante Len dan tante Eliy terima kasih banyak atas perhatiannya selama ini.

11.Untuk orang yang sangat spesial Muhammad Iqbal Nasution terima kasih atas semua dukungan dan nasehatnya selama ini.

12.Sahabat-sahabat karibku Siska Rina, Rika Lebok, Epi perempuan dan Epi Laki-laki, terima kasih atas dukungan kalian selama ini.

13.Kawan-kawan stambuk 2005 yang tidak tersebut namanya satu persatu terima kasih banyak untuk pertemanan kita selama ini, maaf jika lisan dxan perbuatan penulis pernah meninggalkan luka.


(5)

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya untuk penulis pribadi juga bagi kemajuan Departemen ilmu komunikasi FISIP USU dalam mengembangkan metode penelitian kualitatif kedepan, dan kepada semua pembaca. Akhir kata kepada ALLAHU RASYID penulis mohon ampun dan mengembalikan urusan. Semoga atas segala usaha dan doa, memperoleh rido-Nya.

Medan, Mei 2009 Penulis,

.


(6)

DAFTAR ISI

ABTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR SKEMA

BAB 1 PENDAHULUA ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Pembatasan Masalah……… . 6

1.4. Tujuan Penelitian... 6

1.5. Manfaat Penelitian... 6

1.6. Kerangka Teori ... 7

1.8. Kerangka Konsep ... 13

1.9. Unit dan Perangkat Analisis ... 14

1.10. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II URAIAN TEORITIS ... 16

II.1. Media dan Kontsruksi Realitas ... 16

II.2. Dimensi Psikologi dan Sosiologi ... 21

II.3. Ideologi ... 24

II.4. Analisis Framing... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

III.1. Metode Penelitian ... 37

III.2. Subjek Penelitian ... 38

III.3. Metode Pengumpulan Data ... 42


(7)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 45

IV.1. Pola pemberitaan konflik Israel dan Hamas... 45

IV.I .I. Analisa Frame Pemberitaan Surat Kabar Republika ... 52

IV.1.2. Uraian Frame Republika 8 Januari... 55

IV.2.1. Uraian Frame Republika 10 Januari... 60

IV.3.1. Uraian Frame Republika 13 Januari... 64

IV.4.1. Uraian Frame Republika 15 Januari... 68

IV.5.1. Uraian Frame Republika 18 Januari... 73

IV.6.1. Uraian Frame Republika 21 Januari... 77

IV.7.1. Uraian Frame Republika 23 Januari... 81

IV.8.1. Uraian Frame Republika 27 Januari... 85

IV.9.1. Uraian Frame Republika 28 Januari... 88

IV.10.1 Uraian Frame Republika 29 Januari... 92

IV.11. Ringkasan ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 99

V.1. Kesimpulan... 99

V.2. Saran... 101

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA BIODATA


(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Unit dan Perangkat Analis TABEL 2 Empat Unit Analis

TABEL 3 Tabulasi Berita Dalam Surat Kabar Republika TABEL 4 Tabulasi berita Republika Selama Bulan Januari TABEL 5 Tema dan frekuensi daftar berita Agresi Israel TABEL 6 Tabulasi berita Republika yang Dianalisis TABEL 7 Uraian frame Republika edisi 8 Januari 2009 TABEL 8 Narasmuber Republika edisi 8 Januari 2009 TABEL 9 Uraian frame Republika edisi 10 Januari 2009 TABEL 10 Narasumber Republika edisi 10 Januari 2009 TABEL 11 Uraian frame Republika edisi 13 Januari 2009 TABEL 12 Narasumber Republika edisi 13 Januari 2009 TABEL 13 Uraian frame Republika edisi 15 Januari 2009 TABEL 14 Narasumber Republika edisi 15 Januari 2009 TABEL 15 Uraian frame Republika edisi 18 Januari 2009 TABEL 16 Narasumber Republika edisi 18 Januari 2009 TABEL 17 Uraian frame Republika edisi 21 Januari 2009 TABEL 18 Narasumber Republika edisi 21 Januari 2009 TABEL 19 Uraian frame Republika edisi 23 Januari 2009 TABEL 20 Narasumber Republika edisi 23 Januari 2009 TABEL 21 Uraian frame Republika edisi 27 Januari 2009 TABEL 22 Narasumber Republika edisi 27 Januari 2009 TABEL 23 Uraian frame Republika edisi 28 Januari 2009 TABEL 24 Narasumber Republika edisi 28 Januari 2009 TABEL 25 Uraian frame Republika edisi 29 Januari 2009 TABEL 26 Narasumber Republika edisi 29 Januari 2009


(9)

DAFTAR SKEMA


(10)

ABTRAKSI

Penelitian ini membahas mengenai ‘konflik Israel dan Hamas’ yang terjadi pada Januari 2009 lalu dengan menggunakan pisau nanalisis Framing Versi Robert Entman. Dengan tujuan penelitian untuk mengetahui makna yang tersirat dari konteks berita seputar Agresi Israel ke Jalur Gaza pada Surat Kabar Harian Umum Republika. Permasalahan ini dijawab dengan menggunakan beberapa pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan isi media, media massa dan dan kontruksi realitas dan konstruksi realitas dan juga studi media massa termasuk pada Framing Versi Robert Entman yang pada dasarnya adalah mencoba untuk mengetahui bagaimana media yang diteliti, mengkontruksikan realitas yang diperoleh. Apakah ideologi yang dianut media tersebut dapat mempengaruhi media tersebut dalam menyampaikan beritanya kepada pembaca.

Dalam analisis poenelitian ini, semua data yang diperoleh, dibaca, dianalisissesuai dengan elemen-elemen perangkat analisis framing, yakni: problem identification, diagnoses causes, moral judgement dan treatment recommendation. Adapun jumlah berita yang dianalisis pada surat kabar Republika adalah sebanyak sepuluh berita yaitu terdiri dari tanggal selama bulan januari 2009.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat perbedaan pada kedua media dalam mengkontruksikan fakta melalui berita yang dipaparkan kepada pembaca. Bahwa ternyata ideologi yang dianut sebuah media, dalam hal ini surat kabar Republika sangat mempengaruhi cara/ pola pemberitaan masalah yang dihadapi dan dalam hal ini kasus konflik Israel dan Hamas. Surat kabar Republika sebagai pers umum, mencoba mengkonstruksikan berita dengan detail, berimbang namun tetap menjalankan fungsi medianya sebagai social control dengan turut mengusulkan alternatif penyelesaian konfik antara Israel dan Hamas.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sudah lima puluh empat tahun Israel menjajah Palestina. Selama itu pula Israel menciptakan malapetaka terhadap warga Palestina, khususnya Umat Muslim. Pengusiran, penggusuran hingga aksi pembantaian manusia berlangsung secara sistematis. Secara kemanusiaan, konflik Israel merupakan tragedi yang tak terperikan. Sebuah tragedi panjang yang mengalahkan holocaust Nazi Jerman, bangsa yang ironinya dibenci Yahudi karena melakukan hal tersebut pada mereka.

Penyerangan yang di lakukan oleh tentara Israel terhadap Hamas kini kembali terjadi. Kemenangan Hamas pada pemilu 25 Januari 2006 lalu merupakan benturan keras bagi negara Israel dan masyarakat internasional secara umum. Terutama mereka yang memiliki hubungan istimewa dengan negara ”zionis”. Akibatnya, terjadilah sanksi diplomasi yang dijatuhkan kepada Hamas berupa embargo. Hamas pun tidak diberikan passport menjadi salah satu gerakan perlawanan dunia dan pembebasan nasional (www.infopalestina.com).

Konflik antara Hamas dan Israel ini lahir akibat dari kebuntuan politik dalam mencari solusi ke depan. Gagalnya perpanjangan gencatan senjata dua pekan sebelum ini, tepatnya 15 januari 2009 antara Israel dan Hamas menjadi pemantik konflik ini. Kedua belah pihak saling tuding pihak mana yang mengawali konflik ini. Bagi Israel, Hamas-lah yang telah mengirimkan roket-roket yang menyerang permukiman sipil Israel. Namun, bagi Hamas, Israel-lah yang telah melanggar kesepakatan genjatan senjata sehingga Hamas tidak ingin


(12)

memperpanjang kesepakatan itu. Perang baru antara Hamas dan Israel saat ini adalah mereka berlomba-lomba untuk memperoleh legalitas internasional. Hamas sebagai gerakan pembebasan Islam pertama berusaha merebut legalitas dunia internasional. Sementara Israel berusaha agar dunia internasional semakin memperketat isolasi terhadap Palestina.

Hamas adalah sebuah Gerakan Jihad, Da’wah dan Politik, ia berdiri di atas Syumuliyatul Islam (Universalitas Islam) yang mencakup semua aspek kehidupan. Hal itu dibuktikan dengan masuknya Hamas ke medan politik dan ikut serta dalam Pemilu, dan bahkan ia bisa memenangkannya.

Hamas adalah kependekan dari Harokah al Muqowamah al Islamiyah atau Gerakan Perlawanan Islam, didirikan pada tanggal 14 Desember 1987 M oleh Syeikh para syuhada Ahmad Yasin bersama dengan beberapa orang yang meyakini pemikiran gerakan tersebut.

Konflik baru antara Hamas dan Israel disebabkan oleh sejumlah hal: Pertama, dari sisi orientasi pemikiran Israel: Perolehan Gerakan Perlawanan Pembebasan Islam kini memperoleh legalitas internasional akan memberikan contoh kepada banyak gerakan pembebasan Islam lainnya yang ada di dunia. Gejala ini tentu mengancam eksistensi gerakan-gerakan moderat yang banyak setuju dengan detail kerja politik, keamanan dan orientasi Israel. Perolehan program politik perlawanan untuk mengisi kekuasaan sudah pasti mengagalkan system keamanan Israel di kawasan dan terancam digerogoti karena Israel akan bekerja sama dengan program gerakan perlawanan yang memiliki legalitas internasional. Jadi bukan terorisme yang mengancam keamanan dan ketentraman Israel.


(13)

Kedua, dari sisi orientasi pemikiran: Hamas sudah pasti akan bertindak kontradiksi dengan persepsi Israel dalam menjalin hubungan satu sama lain. Hamas menyadari betul bahwa legalitas internasional yang ia peroleh bisa jadi akan memojokkan posisi Israel.

Keberadaan Hamas di pemerintahan untuk pertama kalinya dalam sejarah merupakan jaringan pengaman dengan dunia Arab, minimal negara Islam dan sebagian negara dunia. Ini tentu meringankan perasaan Hamas yang seakan jauh dari konvensi Arab negara Islam dan justru akan mengokohkan hubungan dengan mereka. Keberadaan Hamas di puncak piramida kekuasaan Palestina juga membuat Israel berfikir seribu kali sebelum melakukan pembantaian (fisik) terhadap pimpinan Hamas (http:/www.antara.co.id/arc/2009/1/10/Hamas)

Namun disisi lain Amerika menganggap tanggung jawab konflik sepenuhnya terletak pada Hamas. Serangan pasukan Israel ke Gaza, resiko yang dipikul sendiri juga meningkat, akan menghadapi perang gerilya jangka panjang. Intelijen menunjukkan bahwa Hamas memiliki sekitar 20.000 militan. Analis militer mengatakan walaupun konflik yang lebih buruk tidak dapat dihindarkan, tetapi dalam kenyataan adalah, tak ada yang tahu apa hasilnya, karena Hamas tidak menunjukkan adanya tanda-tanda untuk menyerah .(www.infopalestina.com)..

Wacana-wacana mengenai konflik inipun terus bergulir memenuhi ruang dan waktu serta tidak bisa dipungkiri bahwa pertikaian antara Israel dan Hamas saat ini telah menjadi fokus pemberitaan diberbagai media massa di seluruh dunia. Argumentasi dari berbagai kalangan banyak menghiasi pemberitaan di media


(14)

massa. Hal ini dikarenakan peristiwa konflik merupakan realitas yang mengandung nilai berita yang tinggi.

Dalam suatu peperangan atau konflik militer, memerlukan penggalangan baik itu dukungan moral, dukungan secara ekonomi maupun dukungan secara politik dari publik, oleh karena itu keberadaan media massa sangatlah penting untuk fungsi komunikasi politik. Apa yang diberitakan mengenai perang tersebut kepada khalayak pada suatu media didasarkan pada bagaimana cara sebuah media sebagai institusi dan jurnalis sebagai individu melakukan investigasi, memilih, mempersentasikan dan mengkonstruksikan berita tentang perang tersebut.

Dengan begitu, media sangat mempengaruhi pola pikir, sudut pandang dan pengetahuan publik tentang suatu masalah khususnya dalam hal ini perang antara Israel dan Hamas. Oleh karena itu media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkontruksikan realitas lengkap dengan pandangan,dan pemihaknya. Nah dalam konteks inilah, wacana media massa kemudian menjadi arena perang simbolik antara pihak- pihak berkepentingan dengan suatu objek wacana.

Maka atas pemaparan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti teks atau isi berita untuk melihat proposisi, idiologi dan makna yang terkandung dalam pemberitaan konflik Israel dan Hamas, yaitu peneliti disini menfokuskan pada penyajian teks, seperti apa teks dalam sebuah media berperan dalam membangun opini dan atau pula kepribadian. Bagaimana media menyajikan fakta yang ditemukan dilapangan, menjadi sebuah berita yang terdiri dari beberapa teks, yang ternyata fakta dan data dilapangan itu terkadang tidak sesuai dengan apa yang disajikan oleh media.


(15)

Adapun media yang akan diteliti adalah surat kabar Republika, berhubung surat kabar ini telah menyajikan ruang untuk memberitakan perkembangan masalah tersebut. Sehingga dengan meneliti media tersebut, maka poeneliti akan dapat melihat makna yang sebenarnya dibalik teks-teks pemberitaan yang terkait dengan kasus konflik penyerangan Israel ke Hamas baru- baru ini pada surat kabar Republika.

Peneliti memilih Surat Kabar Republika sebagai perwakilan dari pers umum yang bersekala nasional dan tersebar diseluruh Indonesia. Sehingga dengan meneliti media tersebut, maka peneliti ingin melihat apakah ideologi yang dianut oleh Surat kabar tersebut, serta bagaimana media tersebut membingkai pemberitaannya sehingga nantinya dapat juga mempengaruhi cara mereka memberitakan konflik di timur tengah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

 “Bagaimanakah surat kabar Republika membingkai peristiwa konflik Israel dan Hamas dalam pemberitaannya ? ” .

1.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup masalah dapat lebih jelas, terarah, dan terfokus, sehingga tidak mengaburkan penelitian, maka peneliti membuat pembatasan masalah sebagai berikut:


(16)

1. Penelitiaan hanya akan dilakukan pada surat kabar Republika.

2. Bahan yang diteliti adalah berita – berita tentang konflik penyerangan Israel ke Hamas pada januari 2009 pada kabar Republika.

3. Pengamatan dilakukan selama 2 bulan yaitu januari, dan februari 2009.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisa teks – teks pemberitaan konflik Israel dan Hamas pada surat kabar Republika.

2. Untuk mengetahui makna yang tersirat dan terkandung dari setiap teks pemberitaan konflik Israel dan Hamas pada surat kabar Republika.

3.

Untuk menget ahui ideologi apa yang berada di balik konstruksi berita serta bagaimana posisi surat kabar tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya khasanah dan pengetahuan penulis tentang media, khususnya tentang kajian media yang diteliti dengan analisis Framing.

2. Secara praktis, penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan masukan bagi surat kabar yang diteliti serta hasil analisis ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca agar lebih kritis terhadap informasi yang disajikan oleh media.


(17)

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan menambah khasanah penelitian komunikasi sehingga dapat pula disumbangkan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

1.6 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti.

Menurut Singarimbun (1995:57), teori merupakan serangkaian asumsi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep.

Maka untuk memperjelas landasan berfikir dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya, disusunlah suatu kerangka teori yang memuat pokok- pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian ini akan disoroti. Teori yang tepat dan sesuai dengan penelitian ini adalah:

1. Media Massa dan Konstruksi Realitas

Seorang ahli sosiologi Peter L. Berger bersama Thomas Luckman banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi social atau realitas. Bagi Berger realitas itu tidak dibentuk secara alamiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, tetapi sebaliknya ia dibentuk dan dikonstruksi. Maka dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas karena setiap


(18)

orang yang mempunyai pengalaman, prefensi, pendidikan dan lingkungan pergaulan atau social tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. (Eriyanto,2002;15-16).

Sebuah teks dalam sebuah berita dapat disamakan sebagai copy (cerminan) dari realitas atau sebagai mirror of reality, ia harus dipandang sebagai konstruksi atau realitas. Realitas lapangan sebenarnya berbeda denan realitas media. Maka oleh karena itulah peristiwa yang sama dapat dikontruksikan secara berbeda.

Sekelompok wartawan yang meliputi sebuah peristiwa dapat memiliki konsepsi dan pandangan yang berbeda dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkontruksi peristiwa itu yang diwujutkan dalam teks berita. Sehingga peristiwa yang sama dimuat oleh beberapa media akan berada satu sama lain dalam menyajikannya kepada khalayak.

Dalam mengkonsumsikan suatu fakta, ada 3 tahapan yang hendak dilalui oleh wartawan, yaitu eksternalisasi dimana wartawan menceburkan dirinya kedalam realitas yang ada dilapangan dengan tujuan memahami apa yang sebenarnya tejadi. Selanjutnya adalah objektivitas yaitu tahapan dimana wartawan telah memperoleh hasil dari observasi yang dilakukannya. Tahapan lainnya yaitu internalisasi, yang merupakan proses penyerapan fakta yang ada kedalam kesadaran si wartawan sehingga subjektif individu, yang mana dalam hal ini wartawan dipengaruhi oleh struktur dunia sosial (www.kunci.or.id/esai/nws/08/hai.htm).


(19)

2. Dimensi Psikologi dan Sosiologi

Menurut Edelman konsep pemaknaan sangat dipengaruhi dari lapangan psikologis dan sosiologisnya. Konsep framing, dalam studi media massa banyak mendapat pengaruh dari lapangan psikologi dan sosiologi (Eriyanto, 2002:71-73)

Dimana pendekatan psikologi terutama melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, sesuatu atau gagasan tertentu. Framing adalah upaya atau strategi yang dilakukan wartawan untuk menekankan dan membuat pesan jadi bermakana, lebih mencolok dan diperhatikan oleh publik. Secara psikologis, orang cenderung menyerdehanakan realitas dan dunia yang kompleks itu bukan hanya sekedar lebih sederhana dan dapat dipahami, tetapi juga agar lebih mempunyai perfektif/dimensi tertentu. Orang cenderung melihat dunia ini dalam perfektif tertentu, karenanya realitas yang sama bisa jadi digambarkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Maka karena itu orang mempunyai pandangan atau perspektif yang berbeda pula.

Pada level sosiologi, frames dilihat terutama untuk menjelaskan bagaimana organisasi dari ruang berita dan pembuat berita membentuk berita secara bersama-sama. Level ini menempatkan media sebagai organisasi yang kompleks yang menyertakan didalamnya praktik profesional. Berita adalah produk dari profesionalisme yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan dikontruksikan.

3. Ideologi

Ideologi disini diartikan sebagai kerangkangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya (Sudibyo, 2001:12).


(20)

Pada level ini akan terlihat siapa yang berkuasa dimasyarakat dan bagaimana media menentukannya, dan setiap makna memiliki kecendrungan ideologi tertentu. Ideologi adalah “world vie” sebagai suatu kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas.

4. Analisis Framing

Analisis Framing merupakan sebuah model analisis yang berasal dari paradigma

kontruktivisme yang mengungkap rahasia dibalik semua perbedaan media yang dapat digunakan untuk menguak fakta yang tersembunyi. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, akan tetapi hasil dari kontruksi.

Konsentrasi analisis pada paradigma kontruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikontruksikan dan dengan cara apa dibentuk. Dalam analisis ini yang kita lakukan adalah melihat bagaimana media mengkontruksi realitas. Ada dua esensi utama dari framing, yaitu bagaimana peristiwa dimaknai, dan dalam hal ini agresi militer Israel ke Gaza. Hal ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput oleh Surat Kabar Harian Republika. Juga bagaimana fakta itu ditulis, mengenai pemakaian katanya, kalimat dan maknanya, serta gambar untuk memperjelas gagasan.

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi dengan makna tertentu.


(21)

Hasilnya, pemberitaan media pada sisi tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut tidak hanya bagian dari teknis jurnalistik, akan tetapi menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Seperti apa yang dikatakan Robert Entman, “Framing merupakan upaya untuk menseleksi beberapa aspek yang terdapat pada realitas yang dihadapi dan membentuknya sehingga tampak menonjol didalam teks berita”.

Dalam konsepsi Robert Entman, pada dasarnya, framing merujuk

pada pemberian defenisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Lalu ini melahirkan empat konsep framing, yaitu : elemen pendefenisian masalah (define problem/problem identification), elemen yang memperkirakan masalah (diagnose cause), elemen membuat keputusan moral (udgemoral judgement) dan elemen penekanan penyelesaian (treatment recommendation) (Eriyanto, 2002:188-190). Maka dengan ke-4 elemen inilah peneliti akan membedah teks-teks berita agresi militer Israel ke Hamas pada surat kabar Republika ini.

1.7 Kerangka Konsep

Konsep adalah pengambaran secara tepat dan fenomena yang hendak diteliti yakni istilah, serta defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (singarimbun, 1995:57).


(22)

Kerangka konsep merupakan pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1993: 40). Kerangka konsep kemampuan peneliti, dalam penyusun konsep operasional yang bertitik tolak pada kerangka teori, dan tujuan penelitian, serta setelah mengemukakan berbagai kerangka teori.

Maka ada beberapa konsep yang dapat dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi beberapa kerangka. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Berita

Define problem

(Pendefenisian masalah)

Diagnoses Causes (Memperkirakan Sumber Masalah)

Moral judgement Evalution

(Membuat Keputusan Moral)

Treatment Recommendation

(Menekankan Penyelesaian)

1.8 Unit dan Perangkat Analisis

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka Konsep diatas, maka untuk mempermudah penelitian sehingga guna memperlancar dalam memecahkan masalah, diperlukannya sebuah perangkat unit analisis. Adapun unit dan perangkat analisis tersebut adalah sebagai berikut:


(23)

Tabel 1: Unit dan Perangkat Analisis

UNIT ANALISIS PERANGKAT ANALISIS

Define Problems a. Peristiwa dilihat sebagai apa? b. Peristiwa sebagai masalah apa?

Diagnose Causes a. Siapa penyebab masalah?

b. Peristiwa itu disebabkan oleh apa? Moral Judgement a. Nilai moral apa yang disajikan

dalam menyelesaikan masalah?

b. Nilai apa yang dipakai untuk mendelegitimasi suatu tindakan? Treatment Recommendation a. Penyelesaian yang ditawarkan untuk

mengatasi masalah?

b. Jalan yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasinya?

1.8.1 Defenisi Unit Analisis

Defenisi unit analisis adalah sebuah petunjuk pelaksanaan mengenai cara atau parameter unit itu di ukur. Dengan adanya defenisi unit analisis akan


(24)

memudahkan peneliti dalam menentukan dimensi atau sudut yang tepat sehingga memudahkan dalam meneliti, unit analisis yang dimaksut adalah:

1. Define Problems atau identifikasi masalah: elemen pertama yang dapat kita lihat dalam framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama, ditahap inilah awal berita dikontruksi, sehingga dalam suatu berita diteliti apakah yang menjadi pokok masalah terdapat sebuah isu, wacana atau peristiwa dipahami oleh wartawan.

2. Diagnose Causes atau memperkirakan sumber masalah; bagaimana sebuah media men-cover siapakah actor atau pelaku yang menyebabkan timbul. Disini penyebab bisa berarti apa (what) tapi bias juga siapa (who).

3. Moral judgement atau keputusan moral: adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argument atas pendefenisian yang telah dibuat. Ketika masalah dan penyebab masalah itu telah ditentukan, maka dibutuhkan argument yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut.

4. Treatment Recommendation atau menekankan penyelesaian; dimana sebuah pesan moral baik secara eksplisit atau implicit bagaimana seharusnya sebuah masalah atau peristiwa itu diselesaikan, ditanggulangi, diantisipasi dan dihindari.

1.9 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi atas lima BAB, yang tiap-tiap BABnya memiliki keterkaitan dan saling mendukung. BAB 1 adalah pendahuluan


(25)

yang berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II adalah uraian teori, dimana teori-teori yang saling berhubungan dan mendukung penelitian yang akan diuraikan disini. Teori- teori tersebut adalah: Media massa dan konstruksi realitas, dimensi psikologi dan sosiologi, Ideologi dan analisis framing.

BAB III berisikan tentang metodologi penelitian, yan terdiri dari: Metode penelitian, Subjek Penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV adalah analisa serta pembahasan dari data-data yang telah dikumpulkan dan akan disajikan, dianalisa seta diuraikan dalam BAB ini.

Terakhir adalah BAB V yaitu BAB penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Guna menglengkapi data dari penelitian ini, maka skripsi ini dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran.


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.I MEDIA MASSA DAN KONSTRUKSI REALITAS

Teori yang dikembangkan oleh Peter L Berger dan Thomas

Luckman yaitu, seorang pakar sosiologi ini berpandangan bahwa realitas tidak

dibentuk secara ilmu, dan juga tidak diturunkan oleh Tuhan. Sebaliknya realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh manusia. Pemahaman ini mengisyaratkan bahwa realitas berpotensi berwajah ganda, dan plural. Setiap orang bisa memiliki konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.

Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, tingkat pendidikan, lingkungan serta pergaulan sosial tertentu akan menafsirkan atau memaknai realitas berdasarkan konstruksinya masing-masing. Berita dalam media massa tidak dapat disamakan dengan fotocopy dari realitas, namun ia harus dipandang sebagai hasil konstruksi dari realitas. Karena itu, sangat potensial terjadi peristiwa yang sama dikonstruksi secara berbeda oleh beberapa media massa. Wartawan atau jurnalistik bisa jadi memiliki pandangan dan konsepsi yang berbeda ketika melihat suatu peristiwa atau kejadian yang kemudian terwujud dalam teks berita. (Eriyanto:2002;15).

Realitas adalah produk interaksi antara wartawan dan fakta, dan ini sering juga disebut sebagai proses dialektis yang memiliki tiga tahapan yakni,


(27)

diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Sedangkan dalam proses eksternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memahami realitas.

Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Dengan demikian, teks berita yang dibaca di surat kabar atau pun berita yang didapat melalui media-media lain adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut. Contohnya adalah perang antara Irak dan Amerika Serikat berakhir dengan kejatuhan rezim Saddam Husein yang lalu, yang pertama terjadi mungkin adalah eksternalisasi. Wartawan yang datang ke daratan Irak mempunyai kerangka pemahaman serta konsepsi tersendiri mengenai peperangan tersebut. Ada yang memandang peperangan tersebut adalah sebagai kepentingan Amerika untuk menunjukkan super power-nya.

Ada juga yang melihat peperangan Irak sebagai konflik internal rezim saddam dan kelompok penentangnya. Ada juga yang melihat peperangan di Irak adalah sebagai buah dari kediktatoran Saddam sendiri atas rakyatnya. Berbagai skema dan pemahaman tersebut dipakai untuk menjelaskan peristiwa dan fenomena yang terjadi di Irak.

Tahapan kedua yaitu objektivasi, dimana hasil yang telah diperoleh, baik berupa mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi sebelumnya. Hasil dari eksternalisasi-kebudayaan itu misalnya, manusia menciptakan alat demi kemudahan hidupnya. Dengan demikian alat tersebut adalah kegiatan eksternalisasi manusia ketika berhadapan dengan dunia, atau dengan kata lain, merupakan hasil dari kegiatan manusia, yang alat tersebut kemudian menjadi realitas yang objektif.


(28)

Proses yang selanjutnya adalah internalisasi, yaitu ketika wartawan berada di Irak, ia melihat banyak peristiwa. Ada rumah-rumah penduduk yang hancur oleh roket Amerika, ada ribuan mayat bertaburan, dan berbagai peristiwa lainnya. Berbagai peristiwa tersebut diinternalisasi dengan cara dilihat dan diobservasi oleh wartawan. Lalu terjadilah proses dialektika antara apa yang ada dalam pikiran wartawan dengan apa yang dilihatnya. Maka akhirnya terjadilah teks berita (www.kunci.or.id/esai/nws/08/hai.htm).

Secara esensial, proses konstruksi realitas oleh media dapat dirangkum dalam enam perfektif (Eriyanto:2002;17-18) enam persfektif tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fakta/ Peristiwa adalah Hasil Konstruksi

Bagi kaum konstruktivis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas`itu hadir karena diciptakan dan dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. pernyataan utama dalam pandangan kontruktivis adalah fakta berupa kenyataan itu sendiri. Pembacalah yang memberikan defenisi dan menentukan fakta tersebut sebagai realitas.

2 . Media adalah Agen Konstruksi

Dalam pandangan kontruktivis, media bukanlah dianggap sebagai saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, dan pemihaknya. Media dipandang sebagai agen yang mengkonstruksi realitas. Maka berita yang kita baca bukan hanya menggambarkan realitas, dan bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai


(29)

instrument yang dimilikinya, media juga ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaannya.

3. Berita bukan Refleksi dari Realitas, ia hanya Konstruksi atas Realitas

Menurut pandangan konstruktivis, berita merupakan hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada fakta yan dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaannya selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan cerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena cara melihatnya yang berbeda. 4. Berita bersifat Subjektif atas Realitas

Berita subjektif dari sisi lain wartawan. Karena wartawan sendiri melihat dengan persfektif dan berbagai pertimbangan subjektifnya. Penempatan sumber berita yang lebih ditonjolkan dari sumber lainnya, menempatkan wartawan sebagai seorang tokoh yang lebih besar dari tokoh lainnya. Liputan yang hanya satu sisi tidak berimbang, misalnya, bagi kaum konstruktivis, hal tersebut bukanlah sebuah kekeliruan, tetapi dianggap memang demikianlah praktik yang disajikan oleh wartawan. 5. Wartawan bukanlah Pelapor. Ia Konstruksi Realitas

Dalam pandangan konstruktivis, wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakanya. Karena ia merupakan bagian yang intrinsik dalam pembentukan berita. Lagipula berita bukan hanya produk individual, melainkan juga bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartawannya. Wartawan juga tidak hanya melaporkan


(30)

peristiwa, melainkan juga turut mendefenisikan apa yang terjadi dan secara aktif membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka. Dalam arti kata wartawan bukanlah pemulung yang netral dan mengambil fakta begitu saja.

6. Etika, Pilihan Moral dan Keberpihakan Wartawan adalah bagian Intergral dalam Produksi Berita

Aspek etika, moral dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya. Etika dan moral dalam banyak hal dapat berarti keberpihakan pada suatu kelompok atau intergral yang tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkontruksi realitas (Water Lippman dalam Eriyanto: 2002:29) secara ekstrim mengatakan bahwa wartawan menyimpulkan dulu atas realitas atau sebuah peristiwa yang ada, lalu melihat fakta apa yang akan dikumpulkan untuk memperkuat kesimpulan tersebut.

Maka dari keenam perspektif diatas, pada dasarnya melihat bahwa pekerjaan media adalah sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukanlah sesuatu yang telah tersedia, yang tinggal diambil oleh wartawan. Sebaliknya, semua jurnalis pada dasarnya adalah agen, bagaimana peristiwa yang acak, kompleks, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah berita, maka wartawanlah yang mengurutkan, membuatnya teratur, menjadi dipahami dan memilih aktor-aktor yang diwawancarai sehingga membentuk sebuah berita yang dibaca khalayaknya.


(31)

II.2 DIMENSI PSIKOLOGI DAN SOSIOLOGI

Dalam konsepsi konstruksi sebuah berita dimana sebuah usaha media mem-framing sebuah realitas. Dapat secara jelas terlihat dengan bantuan dua tradisi yang sering dipakai dalam melihat framing media. Kedua tradisi yang bisa dipakai itu adalah lewat dimensi psikologi dan sosiologi. Dimana kedua tradisi ini akan dapat mempertajam melihat bagaimana sebuah produksi teks berita dalam media. Baik dari sisi konsepsi diri seseorang wartawan maupun tingkatan makro dimana ruang redaksi itu berbeda.

a) Dimensi Psikologi

Dalam dimensi ini dapat dilihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, atau gagasan tertentu. Individu akan berusaha menarik kesimpulan dari sejumlah besar informasi yang dapat ditangkap oleh panca indera sebagai dasar hubungan sebab-akibat.

Orang cenderung melihat realitas, pesan dalam kerangka berfikir tertentu. Karenanya realitas yang sama dapat dipandang secara berbeda oleh orang yang berbeda, karena mereka mempunyai pandangan dan perspektif yang berbeda pula. Asumsi tadi berhubungan dengan teori atribusi dimana melihat bahwa manusia pada dasarnya tidak dapat mengerti dunia yang sangat kompleks. Oleh karenanya, setiap individu berusaha menyimpulkan, dan meringkas dari sejumlah besar informasi yang ditangkapnya. Atribusi tersebut dipengaruhi baik faktor personal maupun pengaruh lingkungan eksternal. Tidak terkecuali wartawan, ia juga melakukan penyederhanaan atas realitas atau isu yang ditemuinya.

Selain teori atribusi dari Haider, menyebutkan ada sebuah teori lagi dari lapangan psikologi yang dapat membantu melihat konsep diri wartawan. Teori


(32)

yang dimaksut adalah teori skema (Eriyanto: 2002:88-90) dimana teori ini menjelaskan bagaimana seseorang menggunakan struktur kognitifnya untuk memandang dunia. Dengan skema akan membuat seseorang mengorganisir pengetahuan pangalaman dan memori masa lalu untuk melihat dunia, realitas sekarang dan memprediksikan masa depan. Skema akan menggiring dan memandang seseorang dengan meletakan realitas mana yang relevan dan tidak relevan. Realitas yang bisa dimasukan dan yang tidak bisa dimasukan. Skema juga akan mengorganisir pengetahuan dan pengalaman. Bahkan mendikte bagaimana seharusnya realitas itu dilihat.

Dalam framing realitas berita, pikiran khalyak tidak bebas, tetapi sebaliknya dibatasi oleh pembatas berupa bingkai (frame) yang disajikan dalam berita tersebut. Karenanya, framing membuat efek tertentu ketika diterima khalayak.

Framing tersebut juga tidak terlepas dari peranan wartawan yang mengkontruksi berita dengan cara menyederhanakan realitas fakta yang sangat kompleks di lapangan. Sehingga menjadi sebuah berita yang sederhana, ringkas dan mudah di pahami. Jadi intinya framing menentukan bagaimana suatu realitas di pahami khalayak dan media mengarahkan bagaimana realitas itu dipahami. Diamana, framing itu sendiri dilakukan media atau pun wartawan di bawah pengaruh dimensi psikologi itu sendiri. Sehingga penyederhanaan peristiwa mengakibatkan melencengnya inti atau esensi sebuah peristiwa dari yang sebenarnya.


(33)

b) Dimensi Sosiologi

Dimensi sosiologi pada dasarnya menjelaskan bagaimana organisasi dari sebuah ruang berita dan pembuat berita dalam membuat berita secara bersama-sama. Berarti disini menempatkan media sebagai organisasi yang kompleks dimana menyertakan adanya sebuah praktik profesional. Maka jelas bahwa melalui dimensi ini berbeda dengan dimensi psikologi yang lebih melihat pekerja media sebagai individu karena dimensi sosiologi berhubungan dengan proses produksi atau organisasi media, maka secara langsung akan mempengaruhi pemaknaan peristiwa oleh wartawan.

Media massa cendrung memproduksi secara selektif sesuai dengan kriteria yang seirama dengan tujuan dan kepentingan sendiri. Jadi dalam membuat, memilih dan menyeleksi berita yang ditampilkan media didasarkan atas subjektivitas reporter, redaksi dan juga lembaga itu sendiri yang keseluruhannya terlihat dari realitas berita yang ditampilkan (Mc Quail:1994;67).

Realitas sosiologis adalah apa yang dilakukan oleh individu, kelompok atau lembaga sosial dalam interaksi sosial. Dengan kata lain, realitas sosial adalah apa yang sungguh-sungguh terjadi yang dimana terkandung rumus penulisan berita 5W + 1H serta nara sumber yang jelas. Sedangkan realitas psikologis adalah segala sesuatu yang terpikir atau yang dikatakan oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat

Realitas campuran dapat diartikan sebagai gabungan antara realitas psikologis dan realitas sosiologis. Contohnya misalnya, mungkin awal pemberitaannya diangkat mengenai pernyataan pejabat tertentu. Namun berita itu kembali diolah dengan mengkonfirmasikan pernyataan tertentu dengan


(34)

tokoh-tokoh lainnya, bisa oposisi, pengamat, praktisi, dan lain sebagainya. Maka dalam penampilannya akan mengundang diskusi dan berbagai pendapat umum (Suwardi;1993:19).

II.3 IDEOLOGI

Ideologi adalah “world vie” sebagai suatu kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Berbeda dengan elemen sebelumnya yang tampak konkret, level ideologi ini abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Pada level ini akan lebih dilihat kepada yang berkuasa di dalam masyarakat dan bagaimana media menentukanya. Ideologi disini diartikan sebagai kerangkangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya (Sudibyo, 2001:12)

Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah dengan membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasif dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.

Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang didominasi menganggap hal


(35)

tersebut kebenaran dan kewajaran. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas didalam kelompok. Ideologi bersifat umum dan abstrak serta nilai-nilai yang terbagi antara anggota-anggota kelompok menjadikan dasar bagaimana masalah itu harus dilihat. Dalam teks berita misalanya, dapat dianalisis apakah teks yang muncul tersebut pencerminan dari ideology seseorang, apakah dia kapitalis atau sosialis dan lain sebagainya (Eriyanto: 2001 :13-14).

II.4 ANALISIS FRAMING

Analisis framing merupakan salah satu alternatif dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media yang dapat mengungkapkan rahasia di balik semua. Framing pada awalnya dimakanai sebagai struktur konseptual yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan dan dan wacana, serta menyediakan katagori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas.

Namun Goffman pada tahun 1974 mengembangkan analisis Framing sebagai Strip of behavior yang membimbing individu menganalisis realitas. Dan akhir-akhir ini analisis framing digunakan di dalam komunikasi paradigma multidisipliner untuk mendeskripsikan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus suatu realitas media (Burhan Bungin: 2007:160)).

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian kontruktivisme. Dimana Peter L. Berger sebagai tokoh yang memperkenalkannya beranggapan bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, melainkan dibentuk dan


(36)

dikontruksikan. Hal ini dikarenakan setiap orang mempunyai pengalaman, preferansi, pendidikan, lingkungan pergaulan tertentu yang berbeda sehingga akan berbeda pula dalam menafsirkan suatu realitas dan mengkontruksikannya (Eriyanto:2002;16)

Dalam penelitian terhadap bahasa, terdapat 3 pandangan (kupas 2000;48). Pandangan pertama yaitu diwakili oleh kaum positivis-empiris. Penganut aliran ini melihat bahasa adalah sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman- pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendala atau distorsi.

Salah satu ciri pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Konsekuensi logis dari pemahaman ini, dalam makna kaitan dengan analisis wacana adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan simantik. Analisis wacana dimaksudkan untuk menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama.

Pandangan kedua, disebut sebagai kontruktivisme. Bahasa dalam pandangan konstruktivisme tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipastikan dari subjek penyampai pernyataan. Kontruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana.

Bahasa dipahami dalam paradigma ini diatur dan dihidupkan oleh pernyataan yang pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan


(37)

pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Pendekatan ini memusatkan perhatian pada bagaimana pesan atau teks, hubungan dengan khalayak dalam memproduksi makna.

Ada dua karekteristik penting dari pendekatan konstruktisionis. Pertama, pendekatan konstruktisionis menekankan pada politik pemakanaan dan proses bagaimana seseorang memuat gambaran tentang realitas politik. Kata makna itu sendiri menuju kepada sesuatu yang diharapkan untuk ditampilkan, khususnya melalui bahasa, sebagaimana secara nyata diungkapkan. Makna merupakan suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan.

Kedua, pendekatan konstruktisionis memandang kegiatan komunikasai sebagai proses yang terus menerus dan dinamis. Pendekatan konstruktisionis memeriksa bagaimana pesan ditampilkan dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana pesan ditampilkan dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana kontruksi makna individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai “mirror of reality” yang menampilkan fakta suatu peristiwa apa adanya (kupas 2000;48).

Menurut kaum konstruktisionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi sudut pandang tertentu dari wartawan. Realitas bisa berbeda- beda, tergantung bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda. Berita bukanlah “mirror of reality”, melainkan hasil dari konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita, sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan


(38)

selalu melibatkan nilai-nilai tertentu, sehingga mustahil jika berita merupakan pencerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda karena ada cara pandang dalam melihat berita yang berbeda.

Pandangan ketiga disebut sebagai pandangan kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiranya karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.

Bahasa disini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi didalamnya (Eriyanto 2001:4-6).

Analisis framing dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksikan oleh media. Dengan cara dan teknik apa peristiwa ditekankan dan ditonjolkan. Melalui analisis framing, dapat diketahui bagaimana realitas (peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Aspek-aspek mana saja yang ditonjolkan dan ditekan sehingga membuat bagian tertentu saja yang lebih bermakna, lebih mudah diingat oleh khalayak.

Dalam prefektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkontruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti untuk menggiring interprestasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh


(39)

wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa ke mana berita tersebut.

Dengan menggunakan metode analisis framing, dapat diketahui bagaimana konflik Israel dan Hamas dikonstruksi oleh surat kabar Republika. Bagaimana media ini memaknai, memahami, dan membingkai konflik Timur-Tengah tersebut. Framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain. Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagian mana yang di tonjolkan/dianggap penting oleh pembuat teks.

Bentuk penonjolan tersebut bisa seragam, menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain (misalnya menjadikannya headline news), melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak.

Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide/ gagasan/ informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah diperhatikan, diingat dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Robert Enteman melihat framing dalam dua dimensi besar; seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/ isu (Eriyanto:2002;53).

Penonjolan merupakan proses membuat informasi menjadi lebih, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak/ public (pembaca). Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.


(40)

Melalui metode framing, akan diperoleh gambaran tentang perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau persfektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Dalam prakteknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain serta menonjolkan aspek dari isu tersebut dalam hal ini seputar konflik antara Israel dan Hamas di Gaza dengan menggunakan berbagai strategi wacana-penempatan yang mencolok (menempatkan berita di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis, penggunaan aksentuasi seperti gambar, foto, karikatur dan lain-lain untuk mendukung serta guna memperkuat penonjolan. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.

Dengan framing dapat diketahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita tersebut. Seleksi isu merupakan aspek yang berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukan (included) tetapi ada juga berita yang di keluarkan (excluded).

Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.Penonjolan aspek tertentu dari isu merupakan aspek yang berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/ isu tersebut telah dipilih, dan bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini


(41)

sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Konsep framing dalam pandangan Robert Entman secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of komunication text. Framing analisis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer informasi dari sebuah lokasi seperti pidato, news report, atau novel. Framing secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas`realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah defenisi permasalahan yang khusus, evaluasi moral atau merekomendasikan penangannya (siahaan;2001;76).

Robert Entman juga menyatakan frame berita juga menjelaskan

atribut-atribut berita itu sendiri. Frame terletak didalam property spesifik berita naratif yang mengarahkan perasaan dan pemikiran mengenai peristiwa- peristiwa untuk membangun pengertian khusus. Frame berita dikonstruksikan melalui perwujutan dalam kata kunci: simbol- simbol, konsep-konsep, dan visual images yang menegaskan suatu berita naratif. Dengan cara menetapkan, mengulangi, dan dengan merujuk pada beberapa isu, frame bekerja agar beberapa ide lebih menonjol di dalam teks, atau setidaknya yang lain lebih tidak menonjol, sehingga sama sekali tidak tampak. Melalui penguatan, pengulangan dan penempatan asosiasi satu sama lain, kata-kata image yang membangun frame menjadikan sebuah interprestasi dasar lebih dapat dilihat, dipahami, dan berkesan dari yang lainnya (siahaan;2001;77).


(42)

Robert Entman menegaskan, framing memiliki implikasi penting bagi

komunikasi politik. Frames menuntut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen- elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Mereka bersama jurnalis membangun frames berita. Dalam konteks ini, framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuatan politik, dan frames dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak. Dia menujukan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks (siahaan;2001:80)

Dalam konsepsi yang ditawarkan Robert Entman, terdapat 4 elemen yaitu pemberian defenisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Pada elemen pendefenisian masalah (define problem) menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami secara berbeda.

Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. Misalnya dalam isu somasi dari kepresidenan mengenai tayangan Newsdotcom di Metro TV, yaitu peringatan keras terhadap penayangan ini yang dimana dalam penayanganya terdapat beberapa pelakon yang wajahnya mirip dan dibuat serupa dengan Presiden-Presiden Indonesia yang terdahulu, seperti Bj.Habibiy, Suharto, Gusdur dan lainnya, yang mana ini dapat melecehkan kepala Negara. Maka ada banyak asumsi mengenai masalah ini.

Ada yang menganggap jika somasi dilaksanakan, berarti akan terjadi pengekangan terhadap kreatifitas insan pers, karena bukankah pada masa sekarang


(43)

ini setiap orang bebas berekspresi dan berkresai termasuk juga orang-orang yang terlibat dalam media massa (surat kabar, televisi, radio) atau yang disebut juga dengan insan pers. Namun dilain pihak ada yang beranggapan somasi tersebut pantas dilaksanakan demi menjaga harga diri lambang Negara, dalam hal ini Presiden yang seharusnya dihormati oleh rakyatnya, justru menjadi bahan tertawaan. Namun semua itu tergantung dari sudut mana kita melihat dan memandang permasalahan tersebut.

Dalam elemen kedua yaitu memperkirakan penyebab masalah (Diagnose Cause) digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, maka penyebab masalahnya secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

Element ketiga yaitu membuat pilihan moral (Make Moral Judgement) yang dipakai untuk membenarkan/ memberi argumentasi pada pendefenisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefenisikan dan penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi, atau visual image, untuk mendukung gagasan tersebut. Argumentasi tersebut biasanya dikutip dari wawancara kepada narasumber atau pakar yang berkompeten dibidangnya. Sehingga permasalahan suatu peristiwa yang telah dipaparkan pada lembar media tidak mengambang dibenak khalayak, yang dalam hal ini adalah pembaca. Kutipan tersebut tidak hanya untuk meyakinkan pembaca atas indentifikasi yang


(44)

telah dibuat, tetapi juga meyakinkan pembaca bahwa berita yang dibuat adalah fakta, bukan rekaan si wartawan.

Elemen yang keempat adalah menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation) yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang diajukan untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah. Media dalam hal ini, lebih khususnya si wartawan sebagai individu yang meliput langsung akan menulis solusi yang ditawarkan untuk sebuah masalah yang terjadi. Bila si wartawan menganggap penyebab masalah terjadinya tuntutan cash and carry oleh warga korban lumpur Lapindo di Sidoarjo adalah pemerintah yang lambat menangani masalah ini, maka solusi yang ditawarkan adalah tidak cepat dari pemerintah untuk menyelesaikan masalah tersebut dan segera memberi ganti rugi.

Berikut ini adalah uraian dari keempat level dalam tabel: Tabel 2: Empat Unit Analisis

UNIT ANALISIS PERANGKAT ANALISIS

Define Problems c. Peristiwa dilihat sebagai apa? d. Peristiwa sebagai masalah apa? Diagnose Causes c. Siapa penyebab masalah?


(45)

Moral Judgement c. Nilai moral apa yang disajikan dalam menyelesaikan masalah? d. Nilai apa yang dipakai untuk

mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment Recommendation c. Penyelesaian yang ditawarkan untuk mengatasi masalah?

d. Jalan yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasinya?

Apa yang diuraikan oleh Robert Entman diatas tersebut menggambarkan secara lebih jelas apa itu framing. Peristiwa yang sama juga bisa dimakanai secara berbeda oleh media. Dalam pendekatan ini media dianggap umpama sebagai arena perang simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pokok persoalan wacana. Masing-masing pihak menyajikan persfektif untuk memberikan pemaknaan terhadap suatu persoalan agar diterima oleh khalayak. Media massa dilihat sebagai forum bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar belakang dan sudut pandang yang beragam. Dengan kata lain, proses framing menjadikan media massa sebagai suatu arena dimana informasi tentang masalah-masalah tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung oleh pembaca.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme, yakni salah satu cara pandang dalam menganalisis media dengan mengungkap rahasia dibalik semua perbedaan media yang digunakan untuk menguak fakta yang tersembunyi dari pemberitaan sebuah media massa.

Metode penelitian yang akan dipakai pada penelitian ini adalah memakai pisau analisis framing yang dibuat oleh model Robert Entman. Walaupun sebenarnya banyak metode framing lainnya ditawarkan oleh beberapa ahli lainnya, namun penulis lebih memilih analisis Framing dari Robert Entman karena lebih mampu mengungkapkan bagaimana posisi Surat Kabar Republika dalam memberitakan (mengkonstruksikan) perang antara Israel dan Hamas. Dimana metode ini akan menitikberatkan pada penelitian terhadap struktur isi sebuah berita.

Pada dasarnya framing adalah sebuah instrument metodologis yang dipakai untuk melihat cara media dalam mengkonstruksi sebuah wacana dan realitas sehingga menjadi berita. Lewat framing, publik diajak dan diarahkan untuk melihat hanya dari satu sisi tanpa diberi kesempatan untuk melihat sisi yang lain. Asumsinya, elemen isu yang ditonjolkan mempunyai ruang yang lebih besar untuk mempertimbangakan khalayak pembaca, dengan kata lain penonjolan yang berbeda terhadap fakta akan mengiring perhatian publik pada titik tertentu dan


(47)

melahirkan persepsi berbeda, karena penekanan hanya pada satu angle sehingga menutup angle berikutnya.

III.2. SUBJEK PENELITIAN

III.2.I Harian Umum Republika

Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim bagi publik di Indonesia. Penerbitan tersebut merupakan puncak dari upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya para wartawan profesional muda yang dipimpin oleh wartawan Tempo, Zaim Uchrowi yang telah menempuh berbagai langkah. Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia yang dapat menembus pembatasan ketat pemerintah dan untuk izin penerbitan saat itu memungkinkan upaya-upaya tersebut berbuah. Sehingga Republika sebagai surat kabar yang pada awal pendiriannya didukung penuh oleh ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia) itu telah terbit perdana pada tanggal 4 Januari 1993.

Koran ini terbit di bawah bendera perusahaan PT Abdi Bangsa. Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi presiden dan seiring dengan surutnya kiprah politik ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir 2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media.

PT Abdi Bangsa selanjutnya menjadi holding company, dan Republika berada di bawah bendera PT Republika Media Mandiri, salah satu anak perusahaan PT Abdi Bangsa. Di bawah bendera Mahaka Media, kelompok ini juga menerbitkan majalah Golf Digest, koran berbahasa mandarin Harian


(48)

melakukan kolaborasi dengan kelompok radio Prambors, terutama radio Female dan Delta.

Walau berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi maupun misi. Namun harus diakui, ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi lebih kuat. Karena itu, secara bisnis, koran ini terus berkembang. Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai koran nasional khususnya untuk komunitas muslim.

Republika memperoleh gelar juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993. Pada tahun 1995, ia membuka situs surat kabar pertama dan situs berita pertama di Indonesia. Kemudian pada tahun 1997, ia menjadi media pertama di Indonesia yang mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh ( SCJJ ), serta salah satu koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah.

Pada 31 Januari 2000, Republika menjadi koran pertama yang melakukan resizing. Pada umumnya koran di Indonesia menggunakan kertas ukuran sembilan kolom. Hal ini terlalu lebar dan tidak ergonomis. Di dunia pada umumnya koran telah berubah ke ukuran tujuh kolom. Agar pembaca tak kaget, maka Republika memulai perubahannya dengan ukuran delapan kolom. Ketika seluruh koran pada 2005 berubah ke delapan kolom, maka pada 2 Januari 2006 Republika berubah ke tujuh kolom. Pada 2 Januari 2009 koran terbesar di Indonesia juga kemudian berubah ke tujuh kolom seperti Republika.

Namun, pada tahun 2006, mulai edisi September, Republika memberikan sisipan gratis majalah olahraga Arena. Ini merupakan hal yang pertama pula bagi


(49)

pers Indonesia: beli koran dapat majalah. Di Amerika Serikat, hal itu sudah lazim. Misalnya The New York Times memberikan sisipan majalah olahraga Play dan majalah umum The New York Times Magazine.

Republika juga koran pertama yang sejak awal menjadi perusahaan terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Maka demikianlah perubahan demi perubahan yang dilakukan oleh surat kabar Republika dari awal perkembangannya sampai saat sekarang ini.

III.2.2. Berita yang Dianalisis

Pemilihan subjek penelitian ini dilakukan dengan cara memilih edisi Surat Kabar yang memuat pemberitaan seputar peristiwa konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Adapun subjek penelitian yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Edisi bulan januari yang terdiri dari , tanggal 8 Januari yang berjudul “Chaves ”Usir“ Dubes Israel “, 10 Januari 2009 “Hidayat: Tragedi Kemanusian di Gaza”, 13 Januari 2009 HRW: Israel Gunakan ‘Willy Pate’, 15 Januari 2009 “ Korban Tewas 1.000 Orang’,18 Januari 2009 “ Hamas Tolak Menyerah, 21 Januari 2009 “Israel Inggin Kendalikan Rekonstruksi”, 23 Januari 2009 “Israel Tahan Uang Palestina”, 27 Januari 2009 , “Hamas Ajukan Proposal Tandingan”, 28 Januari 2009 “Perbatasan Gaza- Israel Kembali Memanas”,dan 29 Januari 2009 yaitu “Gaza Selatan Kembali Digempur”.

Adapun peneliti mengambil dan memilih berita-berita tersebut untuk dianalisis adalah karena pada edisi-edisi tersebutlah berita mengenai konflik Israel


(50)

dan Hamas sedang hanggat-hangatnya diberitakan. Sehingga disini, dapat memudahkan peneliti dalam menganalisanya.

Tabel 3: Tabulasi Berita dalam Surat Kabar Harian Umum Republika

NO Surat Kabar Judul Rubrik 1. Republika Edisi 08

Januari 2009

Chaves ”Usir“ Dubes Israel

Agresi Israel

2. Republika Edisi 10 Januari 2009

Hidayat: Tragedi Kemanusian di Gaza

Agresi Israel

3. Republika Edisi 13 Januari 2009

HRW: Israel Gunakan ‘Willy Pate’

Agresi Israel

4. Republika Edisi 15 Januari 2009

Korban Tewas 1.000 Orang

Berita Utama

5. Republika Edisi 21 Januari 2009

Israel Ingin Kendalikan Rekonstruksi

Agresi Israel

6. Republika Edisi 23 Januari 2009

Israel Tahan Uang Palestina

Agresi Israel

8. Republika Edisi 27 Januari 2009

Hamas Ajukan Proposal Tandingan


(51)

9. Republika Edisi 28 Januari 2009

Perbatasan Gaza- Israel Kembali Memanas

Berita Utama

10. Republika Edisi 29 Januari 2009

Gaza Selatan Kembali Digempur

Berita Utama

III.3. METODE PENGUMPULAN DATA

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Studi dokumenter, dimana data-data unit analisis dikumpulkan dengan cara pengumpulan data dari bahan-bahan tertulis pada surat kabar harian Republika yang memuat pemberitaan konflik Israel dan Hamas, yang khususnya pada edisi bulan januari yang terdiri dari , tanggal 8 Januari yang berjudul “Chaves ”Usir“ Dubes Israel “10 Januari 2009 “Hidayat: Tragedi Kemanusian di Gaza”, 13 Januari 2009 HRW: Israel Gunakan ‘Willy Pate’, 15 Januari 2009 “ Korban Tewas 1.000 Orang’, 18 Januari 2009 “ Hamas Tolak Menyerah, 21 Januari 2009 Israel inggin kendalikan rekonstruksi, 23 Januari 2009 Israel Tahan Uang Palestina, 27 Januari 2009 , Hamas Ajukan Proposal Tandingan, 28 Januari 2009 Perbatasan Gaza- Israel Kembali Memanas, 29Januari 2009 Gaza Selatan Kembali Digempur.

2. Studi kepustaka, dengan cara studi terhadap literature serta berbagai sumber bacaan yang relevan yan dapat mendukung penelitian. Studi kepustaka ini


(52)

III.4. METODE ANALISIS DATA

Analisis data menunjukkan kegiatan mengorganisasikan data kedalam susunan-susunan tertentu, di tabulasi sesuai dengan jenis pengolahan stastistika yang digunakan untuk diambil kesimpulan. Disini peneliti memusatkan pada penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis framing yang dikemukakan oleh Robert Entman.

Dalam konsepsi Robert Entman ini, pada dasarnya, framing merujuk

pada pemberian defenisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Lalu ini melahirkan empat konsep framing, yaitu : elemen pendefenisian masalah (define problem/problem identification), elemen yang memperkirakan masalah (diagnose cause), elemen membuat keputusan moral (udgemoral judgement) dan elemen penekanan penyelesaian (treatment recommendation) (Eriyanto, 2002:188). Maka dengan ke-4 elemen inilah peneliti akan membedah dan menganalisis data dari surat kabar Republika ini.


(53)

kalimat yang dirumuskan oleh redaksi media yang diteliti yaitu Surat Kabar Republika. Ukuran dari penelitian ini adalah pemahaman dalam menerima dan menolak fakta yang dituangkan dalam tulisan jurnalistik setelah mempelajari secara cermat. Data kualitatif tidak memiliki pembanding untuk menentukan kebenaran dari hasil penelitian karena kebenaran yang dibuktikan bersifat relatif, tergantung kepada siapa yang meneliti.


(54)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV.I . POLA PEMBERITAAN KONFLIK ISRAEL dan HAMAS pada SURAT KABAR REPUBLIKA

Pola pemberitaan yang dilakukan Surat Kabar Republika dalam memuat suatu berita cukup teratur. Hal ini terbukti, dalam pemberitaannya, Republika menghadirkan beberapa rubrik sesuai dengan tema beritanya masing-masing, yang mana pada bulan Januari ini, ada 23 rubrik yang dihadirkan.

Diantara nya adalah: Pertama “Berita Utama” yaitu menghadirkan berita-berita yang sedang hangat-hangatnya diberita-beritakan, yang mana khususnya pada bulan Januari ini adalah berita mengenai Konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Kedua adalah rubrik “hukum” yaitu berita yang berkaitan dengan hukum. Ketiga adalah rubrik “Politik” yaitu segala berita yang berhubungan dengan Politik.

Rubrik yang keempat yaitu “Opini” yaitu yang terdiri dari Tajuk serta opini-opini dari masyarakat ataupun penulis. Kelima rubrik yang berjudulkan mengenai “Koran Pemilu” yaitu berita seputar pemilu 2009. Keenam rubrik “Nasional” yaitu berita seputar kebijakan-kebijakan yang ada di kawasan Indonesia. Ketujuh rubrik “Nusantara” yaitu hampir sama dengan Rubrik Nasional tadi, yaitu segala permasalahan yang terjadi di seputar kawasan nusantara Indonesia.

Kedelapan rubrik yang bernama “Urbana” yaitu berita-berita seputar urbanisasi dan persaingan dunia, contohnya persaingan dalam bidang teknologi serta dampaknya, dan lain sebagainya. Kesembilan yaitu rubrik “Agresi Israel” yaitu berita seputar perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza, yang mana


(55)

pemberitaan ini sedang hangat-hangatnya diberitakan diseluruh dunia sehingga Republika meletakan Rubrik khusus pada bulan Januari ini yaitu Rubrik yang diberi nama dengan Agresi Israel.

Selanjutnya yaitu, rubrik yang kesepuluh “Internasional”, yaitu berhubungan dengan berita seputar kejadian yang terjadi di Internasional yaitu diluar Indonesia. Kesebelas yaitu rubrik “Ekonomi dan Bisnis” yaitu semua berita yang menyangkut Bisnis dan Ekonomi yang ada di Indonesia. Kedua belas rubrik kabar Kota, yaitu berita seputar kejadian yang terjadi di Ibu kota. Ketiga belas rubrik yang diberi judul “Bursa”, yaitu yang terdiri dari informasi mengenai Bursa efek Jakarta, Kurs saham gabungan, Kurs mata uang dan lain sebagainya.

Adapun yang Keempat belas yaitu rubrik “Pareta” yaitu berita yang berkaitan dengan keuangan disuatu Negara baik itu Negara Indonesia maupun Negara luar. Rubrik yang kelima belas yaitu “Investasi dan Global” yaitu rubrik yang berisikan berita seputar Investasi dan berita global.

Kenam belas yaitu rubrik “Syariah” yaitu berita seputar masalah keuangan dan lembaga keuangan dalam Islam contohnya Bank syariah dan lain sebagainya. Rubrik selanjutnya yaitu rubrik yang berhubungan dengan semua berita seputar olah raga sepak bola yang diberi nama dengan Rubrik “Sepak Bola” dan yang kedelapan belas rubrik “Arena” yaitu hampir sama dengan Rubrik sepak bola yang memberitakan seputar olahraga, hanya saja pada rubrik ini, berita olahraga nya lebih luas lagi. Tidak hanya sepak bola tapi juga olah raga lainnya, dan rubrik ini juga menampilkan pertandingan-.pertandingan yang berkaitan dengan olah raga.


(56)

Rubrik yang kesembilan belas yaitu rubrik “Iptek dan Kesehatan” yaitu rubrik yang berisikan pengetahuan dan informasi seputar ilmu, treknologi, serta kesehatan. Selanjutnya yang keduapuluh rubrik “Class_ad” yaitu rubrik yang memuat pemasangan iklan-iklan dan teknis pemasangan iklan pada surat kabar Republika. Kemudian Rubrik yang keduapuluh satu, yaitu “Properti” yaitu berisikan segala informasi tentang properti atau bangunan, baik itu bangunan rumah, gedung perkantoran, perkantoran, dan lain sebagainya.

Selanjutnya Rubrik yang keduapuluh dua yaitu “TV Guide” adalah informasi tentang hiburan di Televisi, baik itu film, ataupun sinetron yang sedang tayang di layar kaca, serta informasi tayangan acara-acara yang akan hadir dilayar kaca pada hari itu.

Rubrik terakhir adalah rubrik yang keduapuluh tiga “Warna” yaitu informasi seputar film-film terbaru yang ditayangkan di layar lebar (bioskop) dan juga berita mengenai seputar aktifitas artis baik itu artis Ibu Kota, maupun artis Manca Negara.

Penelitian mengenai konflik Israel dan Hamas pada Surat Kabar Republika dilakukan selama bulan januari 2009, karena selama bulan ini pemberitaan konflik Israel dan Hamas sedang hangat-hangatnya diberitakan oleh berbagai media. Hal ini terlihat dengan munculnya rubrik khusus yang membahas mengenai peristiwa tersebut yaitu” Agresi Israel”.

Republika meletakan seluruh berita mengenai konflik Israel dan Hamas tersebut pada rubrik Berita Utama, rubrik Agresi Israel, Nasional dan internasional. Tata letak berita ini juga menggambarkan bahwa Republika


(57)

memang menganggap peristiwa yang terjadi di jalur Gaza sangat Urgen sehingga pantas untuk diberitakan secara intens dan mendalam (depth news) pada rubrik tersendiri.

Intensitas berita yang terdapat pada Republika mengenai konflik Israel dan Hamas ini adalah, pada bulan Januari ini Republika selalu dan tak pernah henti memberitakan masalah koinflik ini setiap harinya.

Kemundian model pemberitaannya juga beragam, ini dapat dilihat dari judul beritanya yang bermacam-macam. Kemudian Narasumber yang sering dipakai oleh Republika adalah, Reuters, Aljazeera, dan lain sebagainya.

Adapun keseluruhan berita-berita seputar konflik Israel dan Hamas pada Surat Kabar Republika selama bulan Januari dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Table 4: Tabulasi berita Republika Selama Bulan Januari

NO EDISI JUDUL Rubrik

1. 1 Januari 2009  AS Minta Hamas Lebih Dulu Hentikan Serangan Roket

 Suriah-Turki Peringatkan Reaksi Berbahaya atas Agresi Israel

 OKI akan Lakukan Pertemuan Darurat di Jeddah

 Pejuang Gaza Tembaki Israel

Internasional Internasional Nasional Internasional 2. 2 Januari 2009 Kader PKS Solo Gelar Aksi Solidaritas

Palestina

Nasional

3. 3 Januari 2009 Israel, Gaza, dan Konvensi Jenewa Internasional 4. 4 Januari 2009 Israel Brutal, Sengaja Bom Masjid Internasional


(58)

5. 5 Januari 2009  Hidayat: Arab Sepakat Bersatu Bantu Palestina

 Israel Benamkan Proses Perdamaian

 RI Siap Menjadi Bagian Tim Pemantau di Gaza

 Jordan Minta DK PBB

Keluarkan Resolusi

Internasional Internasional Nasional Internasional

6. 6 Januari 2009 Paripurna DPD Mengutuk Agresi Israel Nasional 7. 7 Januari 2009  FPG: Indonesia Harus Lebih

Keras ke Israel

 Sarung Tangan Berlumur Darah

 TNI Siapkan Peninjau Militer untuk Konflik Gaza

 MUI Mengutuk Agresi Israel

Nasional Berita Utama Nasional Nasional 8. 8 Januari 2009 Chaves ”Usir“ Dubes Israel Agresi Israel 9. 9 Januari 2009  Parlemen Asia akan Usut

Kejahatan Israel

 Katyusha Hantam Israel

 PBB: Tak Ada Militan di Sekolah Al Fakhoura

Berita Utama Berita Utama Agresi Israel

10. 10 Januari 2009 Hidayat: Tragedi Kemanusian di Gaza Agresi Israel 11. 11 Januari 2009  Boikot Efektif Hentikan Israel

 Masalah Palestina Berakhir Bila Perang Diakhiri

 Israel Gempur 60 Target di Gaza

Internasional Internasional Internasional 12. 12 Januari 2009  TNI Siapkan Peninjau Militer

untuk Konflik Gaza

 Israel Tuduh Hamas Sembunyi di Balik Misi Asing

 Kota-kota Besar Adakan Demo Baru Menentang Agresi Israel

Nasional Internasional Internasional

13. 13 Januari 2009 HRW: Israel Gunakan ‘Willy Pate’ Agresi Israel 14. 14 Januari 2009  Muhammadiyah Jajaki

Kerjasama dengan Muslim Inggeris

Nasional Nasional


(59)

 Dubes Palestina: Kami Bisa Hidup Damai dengan Israel

Internasional

15. 15 Januari 2009  Kelompok HAM Israel Kecam Agresi Negaranya di Gaza

 Korban Tewas 1.000 Orang

 Kisah Sedih dari Jabaliya

Agresi Israel Berita Utama Berita Utama 16. 16 Januari 2009  Gaza Merebut Simpati Dunia

 Gaza City Sulit Ditembus

 Bolivia Putus dari Israel

Berita Utama Berita Utama Agresi Israel 17. 17 Januari 2009  Hamas Ancam Perang Jika

Israel Umumkan Gencatan Senjata Sepihak

 Masalah Palestina Beres Bila Pendudukan Israel Diakhiri

 Tank Israel Bom Sekolah PBB, 6 Tewas

 PBB: Israel Gunakan WP

 Rice Tegur Serangan Israel pada Fasilitas PBB Internasional Internasional Internasional Agresi Israel Agresi Israel

18. 18 Januari 2009 Hamas Tolak Menyerah Berita Utama

19. 19 Januari 2009  Gas Alam di Balik Agresi

 Pemuda Palestina Menjadi Korban Pertama Israel Setelah Gencatan Senjata

Berita Utama Internasional

20. 20 Januari 2009 KBRI Kairo Siapkan Evakuasi TKI di Gaza

Internasional 21. 21 Januari 2009 Israel Ingin Kendalikan Rekonstruksi Agresi Israel 22. 22 Januari 2009  Israel Mundur dari Gaza

 PBB Desak Israel Buka Perbatasan

Berita Utama Agresi Israel

23. 23 Januari 2009 Israel Tahan Uang Palestina Agresi Israel 24. 24 Januari 2009  Petinggi Hamas Tegaskan

Kegagalan Israel

 DK PBB:Gencatan Senjata

Berita Utama Internasional


(60)

 Tim Penjemput TKI di Gerbang Palestina

Internasional

25. 25 Januari 2009

Kelompok HAM Israel Minta Pengusutan Serbuan Gaza

Internasional

26. 26 Januari 2009 Koalisi 350 Organisasi Ajukan Israel ke ICC

Internasional

27. 27 Januari 2009 Hamas Ajukan Proposal Tandingan Internasional 28. 28 Januari 2009 Perbatasan Gaza Kembali Memanas Berita Utama 29. 29 Januari 2009 Gaza Selatan Kembali Digempur Berita Utama 30. 30 Januari 14 TKW Masih Terjebak di Gaza Nasional 31. 31 Januari Israel Layak Diseret ke Mahkamah

Internasional

Internasional

Komposisi berita mengenai konflik Israel dan Hamas pada Surat Kabar Republika adalah:

Tabel 5: Tema dan frekuensi daftar berita konflik Israel dan Hamas pada Republika selama Bulan Januari 2009.

NO TEMA Fx %

1. Solidaritas dari Indonesia terhadap Warga Gaza

12 20%

2. TKI yang berada di Gaza 3 5% 3. Simpati Dunia terhadap Gaza 5 8%


(1)

Setelah melakukan analisis terhadap kesepuluh 10 edisi berita pada surat kabar Republika, maka dapat diperoleh hasil ringkasan dari bab IV yaitu, Republika secara mendalam dan intens (depth news) dalam pemberitaannya. Dimana surat kabar Republika memberitakan seputar konflik Isreal dan hamas dengan mewawancarai warga juga tokoh yang berada disana.

Surat kabar Republika juga mencoba menyajikan berita secara objektif dengan semenarik mungkin. Ini terlihat dari foto dan juga cara Republika memberitakan konflik timur tengah yang khususnya disini Israel dan Hamas secara berimbang (cover both side). Dimana Republika mencoba memuat beberapa fakta dengan referensi yang jelas dan narasumber dari kedua belah pihak. Dengan demikian Republika menghargai pembaca dengan memberi kebebasan untuk mencerna, menganalisis dan memahami apa yang sebenarnya terjadi di medan perang sana. Namun disini Republika juga tidak melewatkan kesempatan untuk menjalankan fungsi medianya sebagai social control dengan mengusulkan penghentian perang bagi kedua belah pihak yang disaat Republika sedang melakukan hal tersebut, subjektifitas dari seorang penulis tidak bisa dihindari, walau tidak jelas terlihat, namun subjektifitas itu ada.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan kaum konstruksionis, bahwa realitas itu bersifat subjektif. Realiatas tercipta lewat konstruksi sudut pandang tertentu dari wartawan. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada media yang bersifat objektif.

Adapun uraian berita pada Surat kabar Republika setelah menggunakan perangkat framing adalah sebagai berikut:


(2)

Pendefenisian masalah (Define Problem) yang dijabarkan Republika adalah seputar fakta-fakta permasalahan yang terjadi antara Israel dan Hamas.

Penyebab atas masalah (diagnose cause) yang dipaparkan surat kabar Republika adalah tindakan Israel membombardir palestina.

Sedangkan pada elemen pilihan moral (moral judgement) yang dibuat adalah pengarah pada serangkaian serangan yang dilakukan Israel ke jalur Gaza, Palestina baik berupa foto juga hasil wawancara.

Penyelesaian masalah (treatment recommendation), yang ditawarkan Surat kabar Republika adalah gencatan senjata atas penyerangan Israel terhadap Hamas.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari penilaian yang bersikap deskripsi dan interprestasi dari hasil penelitian serta kesimpulan-kesimpulan dengan berdasarkan pada analisis Framing ‘Robert Entman’ pada pemberitaan konflik Israel dan Hamas pada surat kabar Republika. Selain itu, kesimpulan yang tercantum pada Bab ini juga sebagai jawaban dari tujuan penelitian.

Selain kesimpulan, dalam Bab ini juga terdapat saran-saran peneliti terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Kiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kualitas berupa teknik penulisan dan pola pemberitaan surat kabar yang menjadi objek penelitian kali ini.

V.1. KESIMPULAN

Hasil yang diperoleh dari analisis pemberitaan pada Surat kabar Republika , dari kesepuluh edisi seputar konflik Israel dan Hamas dengan menggunakan 4 tahapan analisis Framing Robert Entman, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Republika sebagai salah satu pers umum yang yang bersekala nasional, berusaha mengkonstruksikan berita secara detail dan menarik, namun tetap menjalankan fungsi medianya sebagai social control dengan mengarahkan kalimat-kalimat beritanya kepada usulan penghentian perang oleh kedua belah pihak yang berseteru yaitu Israel dan Hamas


(4)

2. Memang pada dasarnya Republika ber-ideologikan islam, namun sebagai salah satu pers umum yang bersekala nasional disini Republika mencoba bersifat netral dalam pemberitaannya. Dan meminimalisir adanya ideologi yang bermain dalam mengkonstruksi berita yang diperoleh. Ini terlihat saat penyajian fakta yang dikemas dari 2 (dua) sisi pemberitaan. Selain itu Republika juga memuat kutipan wawancara dari kedua belah pihak, sehingga pemberitaan dapat dikatakan berimbang dan kuat.

3. Dalam pembingkain beritanya, Republika sangat mengutamakan kecermatan beritanya dengan tidak begitu banyak memuat opini dari redaksi. Republika menggunakan teknik depth news (mendalam) saat memberitakan konflik Israel dan Hamas, sehingga banyak pemberitaan yang mengandung netralitas walau tidak dapat dinafikan, opini dari sipenulis, dan redaksi terkadang tidak dapat dihindari. Maka intinya disini walaupun Republika berideologi Islam, tapi Republika berusaha tampil berimbang dalam pemberitaannya, walaupun secara tak langsung adakalanya terkadang Republika sangat mendukung Hamas dengan memberitakan penderitaan Rakyat Palestina di Gaza, dan menjatuhkan Israel dengan memberitakan kekejamannya. Namun semua itu didasari oleh fakta yang kuat dari lapangan.


(5)

V.2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa butir pemikiran yang penulis sampaikan sebagai saran kepada surat Kabar Republika. Kiranya dapat dijadikan kedua majalah sebagai Referensi untuk mencapai pemberitaan yang berimbang yaitu sebagai berikut:

1. Dalam pemberitaannya fakta yang diperoleh, seharusnya surat kabar tersebut tidak memuat opini dari si penulis atau redaksi. Sehingga berita dapat berimbang dan adil sesuai ketentuan kode etik jurnalis.

2. Pemberitaan yang dilakukan haruslah cermat dengan pengungkapan fakta yang memiliki referensi/narasumber/ pakar yang ahli dibidangnya dengan tujuan sebagai penguat dan menimbulkan kepercayaan pembaca akan fakta yang di informasikan.

3. Keberadaan media massa seperti Koran dan majalah didalam kehidupan masyarakat adalah sebagai jendela untuk melihat fakta yang terjadi di luar sana/ tempat lain. Untuk alasan inilah media harus berdiri seimbang, dengan tidak berpihak pada satu kaum, kelompok, golongan, dan organisasi. Sehingga media massa dapat dijadiakan pegangan masyarakat untuk mengenal dunia dan mengetahui apa yang terjadi.Oleh karena itu pentingnya sebuah media bersikap objektif dalam memandang buah fakta yang ada dilapangan. Tanpa ada tujuan untuk mempengaruhi ruang publik.


(6)

Lampiran

DAFTAR PUSTAKA

- Bungin , BURHAN, 2007.penelitian kualitatif, Jakarta: Kencana.

- Eriyanto, 2002, analisis isi, Yogyakarta, LKIS.

- Singarimbun, Masri, 1981, Metode ilmiah, Jakarta, Erlangga.

- Sudibyo,1993, Peranan pers, UGM, Yogyakarta.

- Suardi,2000, Politik Media Masa, Bandung, Karya Jaya.

Referensi lain:

www.infopalestina.com www.wikepedia.com www.republika.com


Dokumen yang terkait

Studi Analisis Isi Tentang Pemberitaan Agresi Israel ke Jalur Gaza di Surat Kabar Harian Kompas dan Waspada

1 32 127

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Tolikara Pada Harian Kompas Dan Republika

4 29 207

PENDAHULUAN PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 November 2012).

0 6 29

PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 Novembe

2 13 17

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 November 2012).

0 6 12

KESIMPULAN DAN SARAN PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 November 2012).

0 3 53

PEMBERITAAN ISRAEL DAN PALESTINA DI MEDIA MASSA Analisis Framing Berita tentang Penyerangan Israel ke jalur Gaza Palestina di Harian Republika dan Kompas.

0 0 28

PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA - MYANMAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya - Myanmar di Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi Bulan Mei 2015).

0 3 10

Konflik Israel dan Palestina konflik

0 0 7

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel - Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng

0 0 15