Media Massa dan Konstruksi Realitas Dimensi Psikologi dan Sosiologi

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan menambah khasanah penelitian komunikasi sehingga dapat pula disumbangkan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

1.6 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Menurut Singarimbun 1995:57, teori merupakan serangkaian asumsi, defenisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep. Maka untuk memperjelas landasan berfikir dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya, disusunlah suatu kerangka teori yang memuat pokok- pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian ini akan disoroti. Teori yang tepat dan sesuai dengan penelitian ini adalah:

1. Media Massa dan Konstruksi Realitas

Seorang ahli sosiologi Peter L. Berger bersama Thomas Luckman banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi social atau realitas. Bagi Berger realitas itu tidak dibentuk secara alamiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, tetapi sebaliknya ia dibentuk dan dikonstruksi. Maka dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah gandaplural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas karena setiap Universitas Sumatera Utara orang yang mempunyai pengalaman, prefensi, pendidikan dan lingkungan pergaulan atau social tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Eriyanto,2002;15-16. Sebuah teks dalam sebuah berita dapat disamakan sebagai copy cerminan dari realitas atau sebagai mirror of reality, ia harus dipandang sebagai konstruksi atau realitas. Realitas lapangan sebenarnya berbeda denan realitas media. Maka oleh karena itulah peristiwa yang sama dapat dikontruksikan secara berbeda. Sekelompok wartawan yang meliputi sebuah peristiwa dapat memiliki konsepsi dan pandangan yang berbeda dan itu dapat dilihat dari bagaimana mereka mengkontruksi peristiwa itu yang diwujutkan dalam teks berita. Sehingga peristiwa yang sama dimuat oleh beberapa media akan berada satu sama lain dalam menyajikannya kepada khalayak. Dalam mengkonsumsikan suatu fakta, ada 3 tahapan yang hendak dilalui oleh wartawan, yaitu eksternalisasi dimana wartawan menceburkan dirinya kedalam realitas yang ada dilapangan dengan tujuan memahami apa yang sebenarnya tejadi. Selanjutnya adalah objektivitas yaitu tahapan dimana wartawan telah memperoleh hasil dari observasi yang dilakukannya. Tahapan lainnya yaitu internalisasi, yang merupakan proses penyerapan fakta yang ada kedalam kesadaran si wartawan sehingga subjektif individu, yang mana dalam hal ini wartawan dipengaruhi oleh struktur dunia sosial www.kunci.or.idesainws08hai.htm. Universitas Sumatera Utara

2. Dimensi Psikologi dan Sosiologi

Menurut Edelman konsep pemaknaan sangat dipengaruhi dari lapangan psikologis dan sosiologisnya. Konsep framing, dalam studi media massa banyak mendapat pengaruh dari lapangan psikologi dan sosiologi Eriyanto, 2002:71-73 Dimana pendekatan psikologi terutama melihat bagaimana pengaruh kognisi seseorang dalam membentuk skema tentang diri, sesuatu atau gagasan tertentu. Framing adalah upaya atau strategi yang dilakukan wartawan untuk menekankan dan membuat pesan jadi bermakana, lebih mencolok dan diperhatikan oleh publik. Secara psikologis, orang cenderung menyerdehanakan realitas dan dunia yang kompleks itu bukan hanya sekedar lebih sederhana dan dapat dipahami, tetapi juga agar lebih mempunyai perfektifdimensi tertentu. Orang cenderung melihat dunia ini dalam perfektif tertentu, karenanya realitas yang sama bisa jadi digambarkan secara berbeda oleh orang yang berbeda. Maka karena itu orang mempunyai pandangan atau perspektif yang berbeda pula. Pada level sosiologi, frames dilihat terutama untuk menjelaskan bagaimana organisasi dari ruang berita dan pembuat berita membentuk berita secara bersama-sama. Level ini menempatkan media sebagai organisasi yang kompleks yang menyertakan didalamnya praktik profesional. Berita adalah produk dari profesionalisme yang menentukan bagaimana peristiwa setiap hari dibentuk dan dikontruksikan.

3. Ideologi

Dokumen yang terkait

Studi Analisis Isi Tentang Pemberitaan Agresi Israel ke Jalur Gaza di Surat Kabar Harian Kompas dan Waspada

1 32 127

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Tolikara Pada Harian Kompas Dan Republika

4 29 207

PENDAHULUAN PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 November 2012).

0 6 29

PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 Novembe

2 13 17

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 November 2012).

0 6 12

KESIMPULAN DAN SARAN PEMBERITAAN KONFLIK ROHINGYA PADA SURAT KABAR REPUBLIKA (Analisis Isi Kuantitatif tentang Konflik Rohingya ditinjau dari Objektivitas Berita pada Surat Kabar Republika Periode 11 Juni – 28 November 2012).

0 3 53

PEMBERITAAN ISRAEL DAN PALESTINA DI MEDIA MASSA Analisis Framing Berita tentang Penyerangan Israel ke jalur Gaza Palestina di Harian Republika dan Kompas.

0 0 28

PEMBINGKAIAN KOMPAS DAN REPUBLIKA DALAM MENYAJIKAN BERITA KONFLIK MUSLIM ROHINGYA - MYANMAR (Analisis Framing Pada Pemberitaan Konflik Muslim Rohingya - Myanmar di Harian Surat Kabar Kompas dan Republika Edisi Bulan Mei 2015).

0 3 10

Konflik Israel dan Palestina konflik

0 0 7

Analisis Framing Pemberitaan Konflik Israel - Palestina dalam Harian Kompas dan Radar Sulteng

0 0 15