Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang dimiliki oleh suku bangsa lain. Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi 1986, menyebutkan kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur kebudayaan, dan salah satu diantaranya adalah yang berhubungan dengan Kesenian. Kesenian itu sendiri masih terdiri dari beberapa sub bagian seperti seni musik, sastra cerita rakyat, pantun, tari, ukir pahat. Masyarakat Karo mempunyai kebudayaan yang sangat kaya yang mereka peroleh dari leluhurnya secara turun-temurun. Warisan budaya tersebut antara lain seperti seni musik, sastra, cerita rakyat, pantun, tari, ukir pahat. Salah satu budaya yang diwariskan pada masyarakat Karo adalah ensambel musik tradisional yang disebut Gendang lima sendalanen seni musik. Seni ini biasanya diwariskan secara turun-temurun bagi mereka, namun dibeberapa wilayah yang heterogen secara etnik, ada beberapa bagian dari kesenian ini yang hampir punah keberadaannya, bahkan ada yang hilang sama sekali. Hal ini disebabkan karena sudah mengalami perubahan-perubahan dalam cara berpikir, dalam kehidupan sehari-harinya, sudah banyak dipengaruhi oleh budaya lain dan seiring berkembangnya zaman. Secara geografis, yang menjadi wilayah orang Karo adalah: Kabupaten Karo meliputi Tanah Karo simalem dan sekitarnya, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, dan Dairi. Selain itu, orang Karo juga banyak menetap di Universitas Sumatera Utara 2 beberapa wilayah Kota Medan, seperti : Deli Tua, Padang Bulan, Sunggal, dan lain- lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya bangunan Jambur 1 Dalam meneliti sejarah keyboard kibot versi Karo didalam budaya tradisi Karo ada dua versi yang dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran, yaitu versi yang dikemukakan oleh Jasa Tarigan dan versi yang dikemukakan oleh Setter Ginting. Menurut versi Jasa Tarigan pada sekitar tahun 1991, Jasa Tarigan seorang seniman Karo menggabungkan instrument Keyboard kibot dengan Gendang lima sendalanen dalam upacara adat Karo di tempat tersebut. Gendang lima sendalanen adalah sekumpulan instrumen yang terdiri dari satu buah sarune sebagai pembawa melodi, dua buah gendang gendang singanaki dan gendang singindungi: “gendang” berarti sebagai instrumen ritmis , serta dua buah gong sebagai instrumen ritmis meskipun kedengarannya sebagai pembawa metronom gung dan penganak . Kelima instrumen tersebut berjalan bermain bersama sebagai satu grup atau ensambel. Gendang lima sendalanen gendang sarune juga termasuk ensambel musik yang paling terkenal pada masyarakat Karo. Kata gendang di dalam tulisan ini diartikan sebagai alat musik, lima berarti lima, dan sendalanen berarti sejalan. Berarti gendang lima sendalanen mengandung arti lima buah alat musik yang digabungkan dalam satu kelompok atau ensambel, dimainkan bersama-sama dalam suatu pertunjukan oleh 4 - 5 orang pria. 2 Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis dari informan Jasa Tarigan, keyboard yang digunakan adalah Tipe Yamaha PSS 680. Awalnya keyboard digunakan hanya sebatas tambahan chord dan nuansa ritmis saja pada lagu-lagu . 11 Ada dua pengertian jambur : Dulunya Jambur sebagai tempat Anak Perana pemuda desa tempatnya tinggal. Didaerah perkotaan Jambur ini adalah tempat berlangsungnya kegiatan adat Karo, seperti di Losd. 2 Hasil wawancara dengan Jasa Tarigan dan dibuktikan oleh Drs.Kumalo Tarigan, MA Universitas Sumatera Utara 3 tertentu. Ini terjadi pada saat gendang guro-guro aron di Medan, dimana pada saat itu pemain musik, penari, dan penonton sudah merasa capek dan ngantuk karena harus menari dan bermain musik selama 2 hari 2 malam. Jasa Tarigan sendiri pun mengambil inisiatif untuk tetap bisa bermain dengan menggantikan pola ritmis dan melodi pada gendang dan sarune di keyboard. Tetapi tak diduga para penari dan penonton malahan tambah semangat dan spirit nya muncul kembali. Tanpa disadari para penari dan penonton pun lebih fokus ke keyboard agar tetap dimainkan dalam sebuah lagu. Secara perlahan, jasa tarigan pun memprogram cak-cak rhumba tempo untuk mengiringi sebuah lagu, dan semakin lama keyboard pun menjadi lebih dominan dan akhirnya mengimitasikan melodi suara sarune hingga akhirnya perubahan-perubahan banyak terjadi seperti pada sekarang ini 3 Di dalam perkembangan musik Karo, ada beberapa hal yang membuat keyboard lebih diminati dibandingkan gendang lima sendalanen. Dari sisi jumlah pemain, keyboard lebih praktis dibandingkan dengan gendang lima sendalanen. Karena keyboard dimainkan oleh satu orang saja sedangkan gendang lima sendalanen . Berbeda dengan versi yang dikemukakan Setter Ginting, dimana beliau mengemukakan awalnya instrument musik keyboard masuk menjadi bagian musik Karo berkaitan dengan latihan menari di desanya yaitu di Juhar Kab. Karo. Menurut penuturan beliau, keyboard digunakannya hanya untuk menggunakan musik hidup dalam mengajar ataupun melatih pemuda-pemudi di desa Juhar supaya mereka bisa menari terutama saat menjelang Guro-guro Aron. Hal ini dilakukan untuk mendapat kemudahan, karena hanya dengan satu orang pemain dapat membuat berbagai ritmis gendang yang diperlukan untuk latihan menari. Tetapi lebih jauh dia tidak dapat mengemukakan sejak kapan peristiwa itu berlangsung. 3 Hasil wawancara dengan Jasa Tarigan 25Feb 2010 Universitas Sumatera Utara 4 dimainkan oleh 4-5 orang. Selain itu, pemain keyboard juga dapat memainkan langsung lagu-lagu Pop Karo dimana bunyi nada atau musik yang dihasilkan, dan ritem yang digunakan menyerupai musik barat, sedangkan gendang lima sendalanen hanya dapat memainkan lagu-lagu tradisional Karo saja. Pada awalnya keyboard sendiri susah diterima oleh pengemuka adat dan para orang tua pada masyarakat Karo, karena keyboard dianggap bukan bagian dari ensambel musik Karo. Namun seiring perkembangan zaman dan faktor ekonomi secara perlahan keyboard akhirnya dapat diterima oleh masyarakat Karo. Sampai sekarang disetiap upacara-upacara adat Karo hampir keseluruhan sudah menggunakan instrumen keyboard. Karena didalam keyboard sendiri bisa diprogram bunyi dan nuansa yang menyerupai bunyi gendang lima sendalanen. Pada tanggal 20 Oktober 2009, penulis mengahadiri sebuah acara perkumpulan orang Karo sejenis STM yang dalam kegiatan menggunakan musik untuk mengiringi menari dan menyanyi. Alat-alat musik yang digunakan adalah alat musik keyboard digabungkan dengan gendang lima sendalanen. Acara tersebut dilaksanakan oleh Persadaan Karo Mergana ras Anak Beruna dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun persadaan tersebut. Dalam hal ini, ada perubahan-perubahan menarik yang terjadi pada proses berlangsungnya perayaan tersebut yaitu penggabungan instrument keyboard kibot dengan ensambel gendang lima sendalanen dalam konteks hiburan sebagai musik pengiring 4 4 Hasil pengamatan di acara Pesta Ulang tahun Persadaan Karo mergana ras Anak beruna di Kampung lalang. . Terutama bagaimana dua kelompok musik yang berbeda menggabungkan masing-masing alat musik dalam mengiringi sebuah lagu atau tarian. Selain itu, tidak ada nama khusussebutan dalam penggabungan musik tersebut. Seperti di Jawa, istilah penggabungan musik barat dan tradisi mereka sebut sebagai musik Campur sari. Di Universitas Sumatera Utara 5 Karo sendiri penggabungan musik barat dan tradisi belum ada istilah yang baku tetapi masyarakat Karo tetap menyebutnya gendang kibot. Sama halnya seperti Perayaan Ulang Tahun marga-marga yang ada pada marga lain. Namun ada bagian-bagian yang benar-benar berbeda baik dari segi pertunjukannya maupun suasana yang terjadi pada saat perayaan itu berlangsung. Hal ini hanya dapat dilihat apabila kita mau mengikuti proses perayaan ini secara teliti, sabar dan menyeluruh dalam arti melihat secara detail dari awal sampai akhir pertunjukan. Suasana yang terjadi seperti inilah yang menjadi perhatian penulis, karena sangat jarang didapati pada pertunjukan lain ataupun acara-acara lain yang menggunakan peralatan musik seperti ini. Berdasarkan informasi yang saya peroleh ditempat Upacara, perayaan ini adalah salah satu jenis kegiatan sosial untuk merayakan hari Ulang Tahun ke 34 yang dilaksanakan oleh para Bapak dan Ibu yang memiliki marga Karo-karo atau yang menikah dengan beru karo-karo sebutan untuk wanita. Selain musik dan tari-tarian, perayaan ini juga menampilkan kegiatan adu perkolong-kolong 5 , yang fungsinya sebagai hiburan yang disajikan dengan iringan alat musik keyboard kibot dan ensambel gendang lima sendalanen 6 , dimana masing-masing marga dan beru 7 Karo- karo mulai dari : Karo-karo, Karo sekali, Purba, Surbakti, Sinuhaji, Sinuraya, Sinulingga, Ketaren, Bukit, Kemit, Barus dan Sitepu 8 Setelah itu acara dilanjutkan dengan hiburan Landek naik ke pentas secara bergantian menurut aturan yang telah dikonsep oleh panitia penyelenggara. 9 5 Pertunjukan oleh sepasang penyanyi tradisional karo yang menampilkan tarian, dan nyanyian sambil membuat lawakan sehingga dapat membuat penontonnya tertawa. 6 Dalam tulisan ini, penulis membatasi penelitian hanya pada musik saja 7 Sebutan kepada wanita Karo yang menyandang marga Karo-karo. 8 Lebih lengkap Baca Brahma Putro : Karo dari Zaman ke Zaman, jilid 3 9 Menari berpasang-pasangan atau sama seprti di Guro-guro aron secara bergantian oleh setiap marga karo-karo dengan istrisuami atau pasangan mereka dan diselingi oleh Universitas Sumatera Utara 6 adu perkolong-kolong yang diiringi oleh instrument kibot dan gendang lima sendalanen. Dari hasil penelitian awal, hal yang sangat menarik adalah penggabungan alat musik kibot dan ensambel gendang lima sendalanen yang dimainkan bersamaan untuk mengiringi lagu atau tarian. Selain itu, penulis melihat hal yang menarik dari estetika permainan musik serta bagaimana peran masing-masing dari grup yang berbeda dalam mengiringi sebuah lagu, dan bagaimana mereka membawakan konsep musik tanpa ada latihan terlebih dahulu. Untuk itu saya ingin mengangkat topik ini kedalam bentuk karya ilmiah dengan judul Deskriptif Penggabungan Alat Musik Keyboard dengan Gendang Lima Sendalanen Dalam Pesta Ulang Tahun Persadaan Karo Mergana ras Anak Beruna di Cinta Damai Kec. Medan Helvetia

1.2 Pokok Permasalahan