39
3.3 Urutan Menari
Sebelum penulis melanjutkan kedalam urutan menari, ada baiknya penulis menjelaskan tentang jenis tari-tarian yang sering ditampilkan dalam upacara adat
Karo, yaitu : 1.
Tari Komunal
Yang termasuk dalam tarian ini pada masyarakat Karo terdapat beberapa macam yang terkait dengan upacara-upacara adat misalnya dalam upacara-upacara
adat dan peranan-peranan sosial dalam adat itu sendiri yang terbagi dalam kelompok- kelompok sosial tertentu yang sesuai dengan filosofi adat Karo ‘merga si lima, tutur si
waluh, rakut si telu’. Secara kelompok sosial dapat dibagi menjadi: landek kalimbubu masih
dapat dikelompokkan lebih spesifik lagi, landek sukut senina, sembuyak, siparibanen, sepengalon, siparibanen, sigameten, landek anak beru dan sebagainya.
Selain itu, dalam jenis tari komunal ini masih terdapat beberapa jenis tarian, misalnya dalam acara guro-guro aron acara muda-mudi. Dalam acara ini juga terdapat
kelompok-kelompok tarian komunal yang dibagi berdasarkan merga atau beru, tergantung daerahnya. Namun biasanya didahului oleh merga simantek kuta atau
Universitas Sumatera Utara
40 orang yang pertama sekali menempati wilayah tertentu dimana upacara tersebut
berlangsung, atau biasa juga disebut dengan kalimbubu taneh. Adapun jenis-jenis tarian untuk kategori ini adalah dapat kita temukan dalam upacara-upacara:
• Kerja erdemu bayu perkawinan
• Merdang merdem atau kerja tahun upacara pertanian
• Nurun-nurun upacara kematian
• Guro-guro aron muda-mudi
• Ersimbu upacara memanggil hujan, atau biasa juga disebut dengan
dogal-dogal. •
Mengket rumah mbaru meresmikan rumah baru •
Ngukal tulan-tulan menggali tulang •
Pengalo-ngalo tari penyambutan, dll.
2. Tari Khusus
Pada masyarakat Karo ada beberapa jenis tarian yang memiliki kaitan dengan hal-hal yang sifatnya khusus atau ritual dan bukan bersifat umum, yaitu yang
berhubungan dengan dengan peranan seseorang, misalnya:
• Gendang guru dukun
• Seluk trance
• Perumah begu memanggil roh
• Erpangir ku lau keramas, bathing ceremony
• Perodak-odak
• Tari tungkat
• Tari baka
Universitas Sumatera Utara
41 3.
Tari Tontonan Dalam masyarakat karo ada istilah nonton gendang, maksudnya setiap di
etnis Sumatra Utara pasti memiliki seni pertunjukan sendiri yang dibuat untuk dipertontonkan. Sama hal nya dengan Karo, dimana ada beberapa bentuk seni
pertunjukan baik berupa tari, seni bela diri, musik dan lain sebagainya. Adapun yang dimaksudkan penulis tersebut adalah sebagai berikut :
• Perkolong-kolong permangga-mangga
• Mayan atau Ndikkar seni bela diri khas Karo
• Tari Kuda-Kuda Simalungun: Hoda-Hoda
• Gundala-gundala Tembut-tembut Seberaya
4. Tari Kreasi Baru
Selain dari pada diatas ada juga beberapa jenis tarian karo yang paling sering dipertunjukkan pada konteks seni adat karo atau seni pertunjukan, yaitu :
• Tari roti manis
• Tari terang bulan
• Tari lima serangke
• Tari telu serangke,
• Tari uis gara,
• Tari Sigundari tari yang sekarang, yaitu tari-tarian yang diciptakan
berdasarkan lagu-lagu popular Karo, termasuk gendang kibot. Berbicara tentang sejarah seni tari Karo, maka kita akan dihadapkan pada
kajian folklore, karena tidak ada tanggal-tanggal yang pasti diketahui kapan munculnya tarian Karo. Tetapi pada umumnya tari yang unsur dasarnya adalah gerak
Universitas Sumatera Utara
42 dapat kita temui dalam ritus-ritus dan upacara-upacara tradisional yang ada pada
masyarakat Karo. Dengan demikian makna dari setiap gerakan-gerakan mempunyai makna dan
filosofi tergantung jenis tarinya. Meskipun demikian ada beberapa hal yang terkait dengan tari karo, misalnya gerakan tangan yang lempir, pandangan mata, endek nahe
gerakan lutut. Disamping itu juga makna gerakan-gerakan tangan juga mempunyai makna tersendiri. Ada beberapa makna dari gerakan tari Karo berupa perlambangan,
yaitu: 1.
Gerak tangan kiri naik, gerak tangan kanan ke bawah melambangkan tengah rukur, yaitu maknanya selalu menimbang segala sesuatunya dalam
bertindak, 2.
Gerakan tangan kanan ke atas, gerakan tangan kiri ke bawah melambangkan sisampat-sampaten, yang artinya saling tolong menolong
dan saling membantu, 3.
Gerakan tangan kiri ke kanan ke depan melambangkan ise pe la banci ndeher adi langa si oraten, yang artinya siapa pun tidak boleh dekat kalau
belum mengetahui hubungan kekerabatan, atau pun tidak kenal maka tidak sayang,
4. Gerakan tangan memutar dan mengepal melambangkan perarihen enteguh,
yang artinya mengutamakan persatuan, kesatuan, dan musyawarah untuk mencapai mufakat,
5. Gerakan tangan ke atas, melambangkan ise pe labanci ndeher, artinya
siapapun tidak bias mendekat dan berbuat sembarangan, 6.
Gerakan tangan sampai kepala dan membentuk seperti burung merak,
Universitas Sumatera Utara
43 7.
melambangkan beren rukur, yang maknanya menimbang sebelum memutuskan, piker dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna,
8. Gerakan tangan kanan dan kiri sampai bahu, melambangkan baban
simberat ras menahang ras ibaba, yang bermakna ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Artinya mampu berbuat mampu bertanggung jawab dan
serasa sepenanggungan, 9.
Gerakan tangan dipinggang melambangkan penuh tanggung jawab, dan 10.
Gerakan tangan kiri dan tangan kanan ke tengah posisi badan berdiri melambangkan ise pe reh adi enggo ertutur ialo-alo alu mehuli, artinya
siapapun yang dating jika sudah berkenalan dan mengetahui hubungan kekerabatan diterima dengan baik sebagai keluarga kade-kade.
Bagi masyarakat Karo, dikenal istilah uga gendangna, bage endekna, yang artinya bagaimana musiknya, harus demikian juga gerakannya endek. Endek
diartikan disini tidak sebagai gerakan menyeluruh dari anggota badan sebagai sebagaimana tarian pada umumnya, tetapi lebih ditekankan kepada gerakan kaki saja
lutut. Oleh sebab itu endek tidak dapat disamakan sebagai tari, meskipun unsur tarian itu ada disana. Hal ini disebabkan konsep budaya itu sendiri yang memberi
makna yang tidak dapat diterjemahkan langsung kata per kata. Karena konsep tari itu sendiri mempunyai perbedaan konsep seperti konsep tari yang dalam berbagai
kebudayaan lainnya. Konsep endek harus dilihat dari kebudayaan karo itu sendiri sebagai pemilik kosa kata tersebut.
Endek dapat diartikan sebagai gerakan dasar tarian, yaitu gerakan kaki yang sesuai dengan musik pengiring accompaniment atau musik yang dikonsepkan pada
Universitas Sumatera Utara
44 diri sipenari sendiri, karena ada kalanya juga gerakan-gerakan tertentu dapat
dikategorikan sebagai tarian, namun tidak mempunyai musik pengiring. Kegiatan menari itu sendiri disebut dengan landek, namun untuk nama tari
jarang sekali dipakai kata landek, jarang sekali kita pernah mendengar untuk menyebutkan landek roti manis untuk tari roti manis atau tarian lainnya. Malah lebih
sering kita dengar dengan menggunakan istilah yang diadaptasi dari bahasa Indonesia yaitu ‘tari’, contohnya tidak menyebut Landek Lima Serangke, tapi Tari Lima
Serangke. Landek langsung terkait dengan kegiatan, bukan sebagai nama sebuah tarian.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam tari karo, yaitu endek yaitu gerakan naik turun kaki, jole atau jemole, yaitu goyangan badan, dan tan lempir, yaitu
tangan yang gemulai, lembut. Namun disamping itu bagaimana ketiga unsur tersebut dapat diwujudkan dalam gerakan-gerakan tari, terkait dengan musik pengiring itu
sendiri dan dalam konteks tarian itu sendiri, misalnya dalam tarian adat, muda-mudi, khusus, dan sebagainya.
Gerakan dasar tarian Karo dilakukan berdasarkan pola ritem, yang dalam bahasa karo disebut dengan cak-cak. Ada beberapa cak-cak yang dikenal pada musik
Karo, yang terkait dengan gaya dan tempo sekaligus, yaitu yang dimulai dari cak-cak yang sangat lambat sampai kepada cak-cak yang relatif cepat, yaitu antara lain yang
lazim dikenal adalah: a.
cak-cak simalungen rayat, dengan tempo lebih kurang 60 – 66 jika kita konversi dalam skala Metronome Maelzel. Apabila kita buat hitungan
berdasarkan ketukan dasar beat, maka cak-cak ini dapat kita kategorikan sebagai cak-cak bermeter delapan. Artinya pukulan gung dan penganak
Universitas Sumatera Utara
45 small gong sebagai pembawa ketukan dasar diulang-ulang dalam hitungan
delapan, b.
cak-cak mari-mari, yang merupakan cak-cak yang lebih cepat dari cak-cak simalungen rayat. Temponya lebih kurang 70 hingga 80 per menit,
c. cak-cak odak-odak, yang merupakan cak-cak yang temponya lebih kurang
90 – 98 per menit dalam skala Maelzel, d.
cak-cak patam-patam, merupakan cak-cak kelipatan bunyi ketukan dasar dari cak-cak odak-odak, dan temponya biasanya lebih dipercepat sedikit
antara 98 sampai 105. Endek kaki dalam cak-cak ini merupakan kelipatan endek dari cak-cak odak-odak,
e. cak-cak gendang seluk, yaitu cak-cak yang sifatnya progressif, semakin
lama semakin cepat, yang biasanya dimulai dari cak-cak patam-patam. Jika dikonversi dalam skala metronome Maelzel, kecepatannya bisa mencapai
160-an, dan f.
cak-cak silengguri, biasanya cak-cak ini paling cepat, karena cak-cak ini dipakai untuk mengiringi orang yang intrance atau seluk kesurupan.
Selama perayaan ini berlangsung, hampir keseluruhan kegiatan acara diisi dengan kegiatan menari dan menyanyi secara bergantian oleh mereka. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari informan urutan menari ditentukan oleh protokol yang telah ditunjuk oleh ketua panitia. Dimana urutan menari dimulai dari seluruh
Perbapaan Karo Mergana secara bergantian, dan dilanjutkan dengan semua beru karo ras kemberahen anak beruna, yang artinya seluruh ibu-ibu yang bermarga
karo-karo dan suami nya ikut ambil bagian dalam menyanyi dan menari secara silih berganti. Sambil menikmati nyanyian dan tari-tarian, seluruh yang ikut dalam
Universitas Sumatera Utara
46 persadaan ini disuguhkan dengan makan siang dan cimpa kue-kue yang telah
disiapkan oleh para ibu-ibu tersebut.
3.4 Penggabungan Gendang Keyboard Dengan Gendang Lima Sendalanen Pada Perayaan Ulang Tahun Karo Mergana ras Anak Beruna Di Cinta Damai
Sebelum perayaan HUT berlangsung, para panitia sebelumnya rapat untuk menetukan siapa nantinya yang akan menjadi pemusik dan perkolong-kolong dalam
menghibur acara ini. Setelah rapat selesai, hasil keputusan pun telah diketahui bahwa panitia mau menggunakan alat musik pengiring keyboard dan ensambel gendang lima
sendalanen dari lain grup atau kelompok musik sebagai instrument musik dalam mengiringi tarian dan nyanyian.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ramli Kacaribu selaku ketua panitia, mereka sendiri tidak tau mengapa atau apa konsep mereka menggunakan keyboard
dan gendang lima sendalanen sebagai musik pengiring. Hanya saja mereka punya dana untuk mendatangkan dua kelompok musik yang berbeda tersebut, dan mereka
juga ingin memiliki kesan lain dari pada yang lain yang dirasakan oleh seluruh anggota yang ikut dalam persadaan ini.
Dari hasil pengamatan dari video yang direkam oleh penulis, peran gendang lima sendalanen dan keyboard secara otomatis terbentuk sendiri tanpa ada latihan
sebelumnya. Artinya, tingkat profesionalisme dari masing-masing pemain sudah dimiliki oleh setiap pemain. Ini terlihat dari cara mereka memainkan masing-masing
instrument. Hanya saja sebelum mereka mulai memainkan musik, pemain keyboard berbisik guna memberi tanda atau kode kepada pemain sarune untuk memulai sebuah
lagu.
Universitas Sumatera Utara
47 Dalam memainkan masing-masing instrument, ada kalanya masing-masing
grup atau kelompok musik memainkan ensambelnya tanpa melakukan penggabungan atau kolaborasi musik. Misalnya : Pada saat menyanyikan lagu simalungun rayat, dan
tiga lingga, alat musik yang mengiringinya adalah ensambel gendang lima sendalanen. Selain itu, ada kalanya juga keyboard yang menjadi dominan dalam
mengiringi lagu atau musik. Artinya pada saat lagu permintaan yang tidak dapat diiringi dengan gendang lima sendalanen peran keyboard menjadi lebih dominan.
Kebanyakan lagu-lagu yang tidak bisa diiringi gendang lima sendalanen adalah lagu Pop Karo.
3.5 Fungsi Keyboard dan Gendang Lima Sendalanen dalam Perayaan HUT Karo Mergana ras Anak Beruna Di Cinta Damai
Untuk mengetahui sejauh mana perana musik dalam upacara ini maka penting kiranya mempelajari sejauh mana fungsi gendang keyboard dan gendang
lima sendalanen, penulis berpedoman kepada 10 fungsi musik yang dikemukakan oleh Merriam 1964:219-226 yaitu: 1 pengungkapan emosional, 2 penghayat
estetis, 3 hiburan, 4 komunikasi, 5 perlambangan, 6 reaksi jasmani, 7 berkaitan dengan norma-norma sosial, 8 pengesahan lembaga sosial, 9 kesinambungan
kebudayaaan, 10 pengintegrasian masyarakat. Jadi akan dibahas fungsi apa sajakah yang mampu diperankan oleh musik yang dimainkan dalam ulang tahun persadaan
Karo mergana tersebut meskipun tidak tertutup kemungkinan hanya terdapat beberapa fungsi saja yang terdapat dimusik tersebut dari antara fungsi-fungsi yang
ditawarkan tadi. Dalam Penelitian ini, kata gendang merupakan alat musik dimana alat musik
tersebut digunakan untuk mengirirngi sebuah nyanyian lagu atau tarian. Sebelum
Universitas Sumatera Utara
48 kita menuju ke pembahasan berikutnya, ada baiknya penulis menjelaskan terlebih
dahulu beberapa fungsi musik yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yaitu: 1.
Fungsi pengungkapan emosional. Pada berbagai kebudayaan, musik memiliki fungsi sebagai kendaraan dalam
mengekspresikan ide-ide dan emosi. Di Barat musik digunakan untuk menstimulasi perilaku sehingga dalam masyarakat mereka ada lagu-lagu untuk menghadirkan
ketenangan. Para pencipta musik dari waktu ke waktu telah menunjukkan kebebasannya mengungkapkan ekspresi emosinya yang dikaitkan dengan berbagai
objek cerapan seperti alam, cinta, suka-duka, amarah, pikiran, dan bahkan mereka telah mulai dengan cara-cara mengotak-atik nada-nada sesuai dengan suasana hatinya.
Moh. Muttaqin Kustap, 2008:8. Sama halnya pada lagu simalungen rayat, dimana lagu tersebut dinyanyikan
untuk mencurahkan isi hati melalui nyanyian, seperti rasa gembira akan terlaksananya HUT ini.
2. Fungsi penghayatan estetis.
Setiap orang memiliki kemampuan dan kecepatan berbeda-beda dalam hal menyerap atau memahami keindahan tentang apa saja termasuk pula keindahan
musik. Untuk menikmati rasa indah estetis, maka orang perlu belajar dengan cara membiasakan diri mendengarkan musik-musik kesukaannya sendiri. Kemudian ia
bisa mulai mencoba mendengarkan musik-musik jenis lain yang baru didengarnya dan kemudian akan menyukainya. Setiap jenis musik memiliki keunikan melodis,
ritmis, dan harmonis; maupun terkait dengan komposisi dan instrumentasinya. Moh. Muttaqin Kustap, 2008:8-9
Menari dalam upacara adat tidak hanya dianggap sebagai bagian dari kebiasaan atau adat yang telah berlaku secara turun temurun dalam masyarakat Karo,
Universitas Sumatera Utara
49 namun ketika peran tersebut dilakukan, setiap penari melakukannya dengan serius
sesuai dengan irama musik yang mengiringinya. Sikap serius tersebut berhubungan erat dengan penghayatan estetis si penari terhadap musik yang mengiringinya.
Hubungan di antara bunyi musik dalam mengiringi tarian dan gerakan-gerakan tari yang dilakukan akan menampakkan nilai-nilai estetik, baik bagi penari, maupun bagi
penonton yang terlibat. Selain itu, menari secara serius dan sungguh-sungguh dalam suatu upacara adat sekaligus juga merupakan cerminan dari rasa hormat serta sikap
tulus terhadap semua pihak yang terlibat dalam upacara adat tersebut. Sikap serius dalam menari timbul atas dasar penghayatan bunyi musik yang mengiringinya.
Ekspresi dan sambutan jelas merupakan salah satu media untuk dapat memahami seberapa jauh penghayatan seseorang dalam hal menanggapi dan
merespon sebuah musik. Ekspresi dan sambutan ini dituangkan baik dari pemusik, penyanyi maupun pendengar dalam respon yang berbeda-beda. Respon yang mereka
berikan berbeda-beda baik itu melalui gerakan baik itu tarian maupun hanya sebatas gerakan tubuh sebagai respon dari penghayatan masing-masing orang yang
mendengar musik yang dimainkan. Dari pernyataan diatas jelas dapat kita lihat penghayatan estetis ini terungkap oleh setiap inidividu.
3. Fungsi hiburan.
Hiburan entertainment adalah suatu kegiatan yang menyenangkan hati bagi seseorang atau publik. Musik sebagai salah satu cabang seni juga memiliki fungsi
menyenangkan hati, membuat rasa puas akan irama, bahasa melodi, atau keteraturan dari harmoninya. Seseorang bisa saja tidak memahami teks musik, tetapi ia cukup
terpuaskan atau terhibur hatinya dengan pola-pola melodi, atau pola-pola ritme dalam irama musik tertentu. Terkadang pada saat pikiran kita lagi risau, serba buntu, dan
tidak tahu apa yang harus dilakukan; dengan mendengarkan musik, segala pikiran
Universitas Sumatera Utara
50 bisa kembali segar. Hasilnya, kita bersemangat kembali mengerjakan sesuatu yang
tertunda. Moh. Muttaqin Kustap, 2008:9 Selain itu Malinowski dalam Koentjaraningrat, 1987: 71 menguraikan
bahwa semua aktivitas kebudayaan sebenarnya bermaksud untuk memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan manusia. Dihubungkan dengan kesenian sebagai
aktivitas kebudayaan dalam suatu masyarakat maka keberadaan suatu bentuk kesenian tidak semata-mata ditentukan oleh seniman sebagai pelaku kesenian, namun yang
lebih penting lagi adalah terletak pada penerimaan masyarakat sebagai penikmat dan sekaligus apresiator terhadap suatu bentuk kesenian. Dengan perkataan lain, sekuat
apapun seorang seniman mempertahankan atau melestarikan satu bentuk kesenian, kesenian tersebut akan ditinggalkan masyarakatnya jika masyarakat menganggap
sudah tidak memadai lagi fungsinya dalam melayani kebutuhan masyarakat tersebut. Sebaliknya, secanggih apapun seorang seniman melakukan inovasi atau perubahan,
hal tersebut tidak akan berarti apa-apa sepanjang masyarakat pemilik kesenian tersebut tidak mendukung ide perubahan tersebut. Contoh : Pada lagu Mejuah-juah
4. Fungsi Komunikasi.
Menurut Merriam 1964: 220 manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya senantiasa berkomunikasi dengan sesamanya. Komunikasi sebagai
proses penyampaian sesuatu kepada yang dituju dapat berupa lisan dan tulisan, maupun isyarat. Penyampaian semua bentuk komunikasi tersebut dapat dilaksanakan
dengan baik jika mempunyai sarana-sarana tertentu. Salah satu sarana komunikasi tersebut adalah melalui musik.
Fungsi musik sebagai alat komunikasi dapat dilihat ketika gendang lima sendalanen dan keyboard mulai dimainkan dalam suatu upacara adat maupun pada
seni pertunjukan gendang guro-guro aron. Upacara adat atau seni pertunjukan
Universitas Sumatera Utara
51 tradisional Karo yang menyertakan gendang lima sendalanen dan keyboard senantiasa
akan menjadikan sebuah ensambel musik dalam memainkan suatu komposisi lagu. 5.
Fungsi perlambangan. Fungsi perlambangan ini jelas dapat kita lihat dari tema-tema musik yang
dibawakan. Ensambel musik yang disajikan dalam perayaan HUT Karo Mergana ras
Anak Beruna ini melambangkan situasi ekonomi yang berkecukupan dan rasa kebahagiaan sehingga untuk mendatangkan dua grup musik tradisional Karo tidak
susah bagi mereka. Pada umumnya masyarakat yang memiliki ekonomi yang kuat tak jarang menampilkan emsambel gendang lima sendalanen beserta dengan instrumen
musik keyboard, sedangkan untuk masyarakat yang memiliki ekonomi menengah kebawah biasanya hanya menghadirkan instrumen keyboard saja.
Jadi dari musik yang disajikan tersebut mampu menjelaskan kepada para pendengar melalui sebuah musik mampu mewakili situasi seseorang yang sedang
melaksanakan atau merayakan sebuah upacara adat. 6.
Fungsi reaksi jasmani. Kaitan fungsi ini dengan upacara perayaan HUT ini, dapat dilihat ketika
mendengar bunyi-bunyian alat musik, tak jauh berbeda dengan penghayatan estetis sebab dari sebuah penghayatan muncul sebuah respon dari para pendengar sehingga
menghasilkan sebuah reaksi jasmani yang diungkapkan dalam menggerakkan anggota tubuh seperti menggerakkan kaki, ikut menari memberikan saweran kepada penyanyi
yang dianggap cukup menghibur dan banyak cara lain lagi dalam menunjukkan reaksi dari mendengar musik. Respon inilah yang merupakan suatu bentuk reaksi jasmani
yang dituangkan oleh pendengar melalui gerakan dalam merspon bunyi.
Universitas Sumatera Utara
52 7. Fungsi pengesahan lembaga sosial.
Untuk jenis kasus yang peneliti bahas, musik ini merupakan sebuah pengesahan kalau upacara ini merupakan sebuah upacara perayaan HUT Karo
Mergana ras Anak Beruna. Berbeda dengan upacara adat yang lain seperti jenis kematian, perkawinan, dan masuk rumah baru. Dari segi pertunjukan musik dan lagu,
upacara ini tidak jauh beda dengan gendang guro-guro aron dimana musik yang dimainkan bersifat pengiring saat seseorang menyanyi dalam suasana gembira, dan
nuri-nuri yang sifatnya mengucapkan kalimat-kalimat pesan atau kesan yang
sebahagian besar diungkapkan dalam tema kegembiraan.
8. Fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial. Merriam 1964: 225 menjelaskan bahwa musik juga merupakan suatu
perwujudan dan aktivitas yang bertujuan untuk mengekspresikan nilai-nilai. Dengan demikian, fungsi musik tersebut menjadi bagian dari beragam pengetahuan manusia
lainnya seperti sejarah, mitos, dan legenda. Dengan demikian musik berfungsi bagi kesinambungan kebudayaan yang diperoleh melalui transmisi pendidikan, kontrol
terhadap perilaku yang salah, menekankan kepada kebenaran, dan pada akhirnya menyumbangkan kepada stabilitas kesinambungan kebudayaan
Perubahan alat musik dalam kesenian tradisional Karo mengakibatkan aktivitas musik menjadi semakin sering dilakukan. Dalam kesenian tradisional Karo,
adanya aktivitas musik berarti ada pula aktivitas menari. Dengan demikian, semakin sering terjadi aktivitas musik maka secara otomatis semakin sering pula terjadi
aktivitas menari landek. Menari, baik yang diringi gendang lima sedalanen maupun keyboard
merupakan suatu aktifitas yang memiliki norma-norma sosial tertentu yang secara sadar atau tidak sadar dipahami oleh masyarakat Karo. Oleh karena itu, ketika
Universitas Sumatera Utara
53 berlangsung acara menari, norma-norma sosial juga berlaku dalam waktu yang
bersamaan. Dalam posisi menari adat, walaupun terkadang jarak antara satu penari dengan penari lain sempit rapat karena pesertanya banyak, masing-masing orang
akan melakukannya dengan serius, tidak berbicara satu dengan yang lain karena hal itu tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku.
Menari dalam upacara ini juga sangat berkaitan dengan norma-norma sosial yang berlaku dalam adat istiadat Karo. Walaupun setiap laki-laki bebas memilih
pasangannya dalam menari, namun tidak akan pernah dapat menari berpasangan dengan seorang wanita yang memiliki beru yang sama dengan merga yang
dimilikinya atau dengan isrti orang lain. Pantang bagi seorang Karo manari berpasangan dengan mergaberu yang sama. Misalnya merga Tarigan menari dengan
beru Tarigan tidak dibenarkan secara adat. Setiap peserta penari harus memakai sarung kampoh dalam upacara,
khususnya dalam menari. Karena sarung merupakan pakaian yang lebih sopan pada saat berada diantara orang banyak terutama pada saat menari.
Berbagai ketentuan atau kebiasaan orang Karo dalam aktivitas menari menunjukkan bahwa perubahan pemakaian alat musik dalam kesenian tradisional
memiliki fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial. Semakin seringnya aktivitas menari dengan berbagai aturan yang masih dipatuhi akibat perubahan alat
musik tersebut, maka perubahan alat musik yang terjadi dalam kesenian tradisional Karo semakin berfungsi dalam kaitannya dengan perwujudan dan pewarisan norma-
norma sosial masyarakat Karo. 9.
Fungsi kesinambungan kebudayaan. Lagu-lagu daerah banyak sekali berfungsi sebagai pelestari budayanya,
karena tema-tema dan cerita di dalam syair menggambarkan budaya secara jelas.
Universitas Sumatera Utara
54 Syair-syair lagu sering juga berasal dari pantun-pantun yang biasa dilantunkan oleh
masyarakat adat dan daerah-daerah di Indonesia. Moh. Muttaqin Kustap, 2008:10 Gendang lima sendalanen yang digabungkan dengan keyboard merupakan
salah satu pendukung pelaksanaan berbagai upacara adat pada masyarakat Karo. Dengan masih disertakannya gendang lima sendalanen atau keyboard dalam ritual
adat, maka kesinambungan kebudayaan etnis Karo masih berlangsung sampai saat ini. Dalam konteks gendang pada upacara adat Karo, menari sebagai satu bagian dari
budaya Karo sudah menjadi suatu aktivitas yang oleh masyarakat Karo pada umumnya. Dengan demikian, perubahan dan penggabungan alat musik sekaligus juga
berfungsi sebagai kesinambungan kebudayaan daerah Karo. 10. Fungsi pengintegrasian masyarakat.
Menurut Merriam 1964: 227 salah satu fungsi musik adalah sebagai wadah atau sarana untuk berkumpul bagi masyarakatnya. Demikian juga halnya dengan
konteks upacara adat masyarakat Karo merupakan wadah atau sarana bagi pihak sukut dengan seluruh unsur kekerabatannya untuk berkumpul, berinteraksi, dan mempererat
hubungan yang terjalin di antara mereka semuanya. Adanya pertunjukan gendang lima sendalanen dan keyboard sebagai hasil dari perubahan alat musik
mengakibatkan waktu berkumpul serta berinteraksi semakin lama terjadi dalam upacara adat
Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa perubahan alat musik dalam kesenian tradisional Karo berfungsi sebagai sarana pengintegrasian masyarakat
khususnya masyarakat Karo.
Universitas Sumatera Utara
55 Dalam kurun waktu lebih dari 10 tahun belakangan ini, kebudayaan musik
Karo telah dipengaruhi oleh alat musik keyboard,
12
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Jasa Tarigan dan beberapa orang perkibot
yaitu alat musik modern dari kebudayaan musik barat yang memiliki berbagai fasilitas program musik yang
canggih sehingga dengan hanya seorang pemain keyboard dapat menghasilkan bunyi musik yang menyerupai sebuah combo band, bahkan musik orchestra atau big band.
13
12
Ada beberapa jenis keyboard yang pernah digunakan dalam kebudayaan musik Karo, yaitu : Yamaha PSS 680, Yamaha PSR 500, Technics KN 1000, Technics KN 1200, Technics KN 2000, Technics KN
2400 dan Technics KN 2600.
13
Sebutan untuk pemain keyboard pada masyarakat Karo
senior pada tanggal 5 Juni 2010 di Medan, pemakaian gendang keyboard pada upacara adat Karo dimulai sejak tahun 1992 oleh
Jasa Tarigan mengenai tempat dan tanggal pemakaian gendang keyboard sudah tidak diingat lagi oleh informan. Namun, menurut penuturan Jasa Tarigan bahwa
pemakaian alat musik keyboard secara tunggal pertama kali ditampilkan pada acara gendang guro-guro aron dan setelah keluarnya keyboard tipe Technics KN 2000.
Keterlibatan gendang kibot ini mulai diminati oleh masyarakat Karo sejak pertengahan tahun 1994. Informasi yang diperoleh dari beberapa masyarakat Karo
mengenai pemakaian gendang kibot sudah diperboleh kan pada upacara adat Karo terasa begitu cepat. Berarti kehadiran keyboard sendiri sangat mempengaruhi
perkembangan musik dan lagu-lagu Karo. Artinya, masyarakat Karo yang hadir pada saat itu dapat melihat dan membuat penilaian sendiri tentang peranan keyboard dalam
suatu upacara adat Karo. Penggunaan gendang kibot pada acara gendang guro-guro aron tahun 1994
dengan pemakaian gendang kibot pada acara gendang guro-guro aron saat ini tidak ada bedanya. Artinya, keyboard selalu berperan sebagai alat musik untuk mengiringi
lagu-lagu atau tarian.
Universitas Sumatera Utara
56 Lain halnya dengan penggunaan keyboard pada HUT Karo Mergana ras
Anak Beruna di Cinta Damai, dimana fungsi keyboard disini bukanlah sebagai alat musik tunggal dalam mengiringi nyanyian atau tarian melainkan bermain secara grup.
Dalam upacara yang diteliti oleh penulis ini, fungsi keyboard tidak terlalu mendominasi dalam memainkan alat, tetapi keyboard hanya sebagai pembawa chord,
dan beat pada lagu. Selain keyboard, mereka juga menampilkan gendang lima sendalanen sebagai ensambel dalam mengiringi lagu atau tarian.
Gendang Lima Sendalanen sering juga disebut gendang sarune merupakan ensambel musik yang paling dikenal dalam kebudayaan musik tradisional Karo.
Menurut informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Jasa Tarigan dan beberapa orang sierjabaten
14
Alasan lain yang menyebabkan keyboard begitu mendominasi dalam mengisi acara-acara adat pada masyarakat Karo adalah karena selain kemampuannya yang
dapat dimainkan dengan tunggal dan hasil bunyinya sudah dapat mewakili ensambel gendang lima sendalanen dengan imitasinya, juga karena biayanya jauh lebih murah.
senior pada tanggal 5 Juni 2010 di Medan, pemakaian gendang gendang lima sendalanen pada upacara adat Karo sangatlah dibutuhkan. Hal
ini dapat kita lihat dimana gendang lima sendalanen sering digunakan pada upacara Gendang Guro-guro Aron, Pesta Tahun, Masuk Rumah baru, Perkawinan, dan lain
sebagainya. Namun dalam kurun waktu lebih dari 5 tahun belakangan ini penggunaan ensambel ini sudah jarang digunakan. Tetapi pada upacara kematian masih sering
digunakan ensambel ini. Ini terjadi karena masuknya alat musik keyboard dari kebudayaan barat dan mempengaruhi kebudayaan Karo dengan mengimitasikan
bunyi-bunyi dari pada ensambel gendang lima sendalanen di dalam alat musik keyboard.
14
Sebutan untuk orang yang ikut ambil bagian dalam memainkan ensambel musik gendang lima sendalanen. Biasanya sebutan ini muncul ketika mereka bermain dalam konteks upacara adat Karo.
Universitas Sumatera Utara
57 Alasan dikatakan pemakaian gendang keyboard sudah mendominasi karena biayanya
yang lebih murah yaitu, sebagai contoh nyata dalam perbandingan harga berdasarkan tarif yang umum pada saat sekarang ini. Biaya yang diperlukan untuk mendatangkan
satu grup ensambel gendang lima sendalanen lengkap dengan peralatan sound system pengeras suara dalam mengisi acara pesta adat, misalnya perkawinan dibutuhkan
dana berkisar Rp. 1.500.000; sedangkan biaya yang diperlukan untuk mendatangkan satu orang pemain keyboard lengkap dengan peralatan sound system dalam acara
yang sama berkisar Rp. 800.000. Pada perayaan HUT Karo Mergana ras Anak Beruna yang diteliti penulis,
fungsi gendang lima sendalanen berbeda dengan keyboard seperti yang dijelaskan diatas. Artinya fungsi gendang lima sendalanen mendominasi sebagai pembawa
ritmis dan melodi pada lagu-lagu Karo yang akan dimainkan. Dari sini dapat kita lihat secara otomatis keyboard dan gendang lima
sendalanen sangat berperan dalam menghasilkan nada sehingga menghasilkan sebuah ensambel baru dalam belantika musik Karo.
Universitas Sumatera Utara
58
BAB IV ANALISIS KOMPOSISI MUSIK KEYBOARD DAN GENDANG