Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
tidak dapat berkembang. Akibat lainnya,kegiatan penyelenggaraan cenderung mengarah pada praktek-praktek yang lebih menguntungkan kelompok tertentu yang
pada akhirnya menyuburkan praktek korupsi, kolusi,dan nepotisme yang melibatkan para pejabat negara dengan para pengusaha sehingga merusak sendi-sendi
penyelenggaraan negara dalam berbagai aspek kehidupan nasional.
1
Pemerintah berupaya mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN. Salah satu langkah yang
dilakukan para penyelenggara negara berkewajiban mengumumkan dan melaporkan harta kekayaan sebelum dan sesudah memangku jabatan
2
Mengenai persoalan ini telah diatur Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN. Dalam undang-
undang tersebut dijelaskan asas kepastian hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsional, asas profesionalitas
dan asas akuntabilitas. Penyelenggara negara mempunyai peranan yang sangat penting dan
menentukan dalam penyelenggaraan negara, penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sesuai tuntutan reformasi. Untuk itu diperlukan kesamaan
persepsi visi dan misi dari seluruh penyelenggara negara dan masyarakat. Kesamaan persepsi visi dan misi tersebut harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang
1
www.bappenas.go.idget-file-servernode6412 - 29 juni 2010,Pkl.10.28 Wib
2
Undang – Undang Otonomi Daerah Tahun 1999, Bandung : Citra Umbara, 2001 hal.144
menghendaki terwujudnya penyelenggara negara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif, efesien, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dalam suatu negara hukum, supremasi hukum dan pemerintahan yang bersih adalah merupakan salah satu kunci berhasil tidaknya suatu negara melaksanakan
tugas pemerintahan umum dan pembangunan di berbagai bidang. Supremasi hukum adalah keberadaan hukum yang dibentuk melalui proses yang demokratis dan
merupakan landasan berpijak bagi seluruh penyelenggara negara dan masyarakat luas, sehingga pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan dapat berjalan sesuai
aturan yang telah ditetapkan. Sedangkan pemerintahan yang bersih adalah pemerintahan yang bebas dari
praktek KKN dan perbuatan tercela lainnya. Dengan demikian, supremasi hukum dan pemerintahan yang bersih yang didukung oleh partisipasi masyarakat dan atau
lembaga kemasyarakatan untuk melakukan fungsi kontrol terhadap pelaksanaan pemerintahan umum dan pembangunan merupakan salah satu upaya reformasi
birokrasi dalam rangka mewujudkan good governance. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya
dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan
masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera tersebut, perlu secara terus- menerus ditingkatkan usaha–usaha pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pada umumnya serta tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme pada khususnya.
Penyelenggara Negara mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam penyelenggaraan Negara untuk mencapai cita-cita perjuangan bangsa mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun.1945.
Dalam waktu lebih dari 30 tiga puluh tahun pada masa orde baru, penyelenggara Negara tidak menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal,
sehingga penyelenggaraan Negara tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal itu terjadi karena adanya pemusatan kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab pada
presidenmandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Di samping itu, masyarakat pun belum sepenuhnya berperan serta dalam menjalankan
fungsi kontrol sosial yang efektif terhadap penyelenggaraan Negara. Pemusatan kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab tersebut tidak hanya
berdampak negatif di bidang politik, namun juga di bidang ekonomi dan moneter, antara lain terjadinya praktek penyelenggaraan Negara yang lebih menguntungkan
kelompok tertentu dan memberi peluang terhadap tumbuhnya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3
Pada laporan Bank Dunia Tahun 1997, Dikatakan bahwa Korupsi telah memperlemah ekonomi Negara- Negara berkembang. Di antara semua persoalan yang
ada salah satunya yang terberat adalah memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme, karena praktek kotor tersebut seakan sudah berakar dan berurat di Indonesia.
3
Ibid .hal 147
Masyarakat menjadi korban dari ketidakadilan para aparat penegak hukum, sehingga sejak lengsernya rezim orde baru hingga saat ini praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme justru kian merajalela, sehingga perbuatan yang demikian sangat tercela dan bertentangan dengan hukum Positif dan hukum Islam.
Tindak pidana Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme tersebut tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara Negara, antara-penyelenggara Negara, melainkan juga
penyelenggara Negara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni, dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
serta membahayakan eksistensi Negara.
4
Undang-undang ini merupakan bagian atau subsistem dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap perbuatan
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, sasaran pokok undang-undang ini adalah para penyelanggara Negara yang meliputi pejabat Negara pada lembaga tertinggi Negara,
pejabat Negara pada lembaga tinggi Negara, Menteri, Gubernur, Hakim, Pejabat Negara, dan atau pejabat lain yang memiliki fungsi staregis dalam kaitannya dengan
penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengaturan tentang peran serta masyarakat dalam undang-undang ini dimaksud untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mewujudkan
penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN. Dengan hak dan kewajiban
4
Ibid .hal.159.
yang dimiliki, masyarakat diharapkan dapat lebih bergairah melaksanakan Negara, dengan tetap menaati rambu-rambu hukum yang berlaku.
Bahasa hukum Islam tentang korupsi bisa ditelusuri lewat istilah Risywah Suap , Saraqoh pencurian . Bahasa moral dan kemanusiaan yang sarat dengan
etika dan perilaku hukum itu secara jelas terkandung dalam ajaran Islam, Al-qur’an dan As-sunnah. Keduanya merupakan sumber hukum tertinggi dan disepakati oleh
seluruh umat Islam, karenanya memiliki kekuatan moral dan hukum sekaligus, secara materil ataupun formil, serta diterima dengan kesadaran sebagai keimanan. Dalil
yang mengharamkan risywah yaitu surat Al-baqarah ayat 188 yang berbunyi :
☺ ةﺮﻘﺒﻟا
٨٨
Artinya “ Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui. QS.
Al-Baqoroh 2:188 “.
Selanjutnya surat Al-Maidah ayat 42 yang berbunyi :
☺ ⌧
⌧ ⌧
☺
☺ ةﺪﺋﺎﻤﻟا
Artinya “Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong,
banyak memakan yang haram. Jika mereka orang Yahudi datang kepadamu untuk meminta keputusan, maka putuskanlah perkara itu diantara mereka, atau
berpalinglah dari mereka, jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara
mereka, maka putuskanlah perkara itu diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. QS.Al-Maidah 5:42”
Secara teoritis kedudukan korupsi merupakan tindakan kriminal Jinayah atau
Jarimah . Asas legalitas hukum Islam tentang korupsi sangat jelas dan tegas. Sebagaimana delik pencurian, pelaku korupsi harus dihukum. Lebih jauh makna “
potong tangan“ dalam ayat yang menjatuhkan sanksi bagi pencuri lebih menunjukkan esensi perbuatan korupsi itu sendiri. Melalui korupsi pelakunya memotong
kesempatan orang lain dengan cara yang tidak sah dan melawan hukum.
5
5
Munawar Fuad Noeh, Islam dan Gerakan Moral Anti Korupsi, Jakarta : Zikru Al-hikam. 1997 hal 87-88
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang :“
PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DARI KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME Tinjauan Yuridis – Normatif dan Hukum Islam .