Merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, Korupsi, kolusi dan nepotisme dalam perspektif Hukum, pembahasan

Bab III Kebijaksanaan Negara untuk memberantas KKN, pembahasan dalam

bab ini meliputi : menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk dan praktek-praktek KKN.

Bab IV Penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN,pembahasan pada bab

ini meliputi : asas-asas umum penyelenggaraan Negara, hak dan kewajiban setiap penyelenggara Negara, Penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN menurut Undang-undang No.28 Tahun 1999, penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN menurut Hukum Islam, analisa penyelenggaraan Negara yang bersih dari KKN menurut Undang-Undang dan hubungannya dengan Hukum Islam.

Bab V Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari penulis

mengenai masalah yang dibahas.

BAB III KEBIJAKAN NEGARA UNTUK MEMBERANTAS

KORUPSI KOLUSI DAN NEPOTISME

A. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk

praktek - praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme Perhatian utama kepemimpinan adalah publik policy kebijakan pemerintah , yaitu apa pun juga yang dipilih pemerintah, apakah mengerjakan sesuatu itu, atau tidak mengerjakan sama sekali mendiamkan sesuatu itu whatever government choose to do or not to do . Hal ini sangat penting untuk mengatasi keadaan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Karena masyarakat bukan hanya menilai apa yang dilaksanakan pemerintah saja, tetapi juga apa yang tidak dilaksanakan pemerintah. 1 Mencegah KKN tidak begitu sulit, kalau kita semua sadar untuk menempatkan kepentingan umum kepentingan rakyat banyak di atas kepentingan pribadi atau golongan. Sebab betapa pun sempurnanya peraturan, kalau niat untuk korup tetap ada di hati yang memiliki peluang untuk melakukan perbuatan tidak terpuji tersebut, korupsi akan tetap terjadi. Faktor mental yang paling menentukan. Selain itu, hendaklah dipahami juga taggung jawab atas perbuatan terkutuk ini apabila dilakukan dengan cara kolusi tidak hanya terletak pada mental para pejabat saja, tetapi juga terletak pada mental 1 Inu Kencana Syafiie, Al-Quran Dan Ilmu Politik Jakarta : Rineka Cipta, 1996 hal. 118 32