Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dari Korupsi Kolusi Dan Nepotisme

antara lain terjadinya praktek penyelenggaraan Negara yang lebih menguntungkan kelompok tertentu dan member peluang terhadap tumbuhnya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme tersebut tidak hanya dilakukan oleh penyelenggara Negara, antar-penyelenggara Negara, melainkan juga penyelenggara Negara dengan pihak lain seperti keluarga, kroni, dan para pengusaha, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan eksistensi Negara. Dalam rangka penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sesuai tuntutan reformasi diperlukan kesamaan visi, persepsi, dan misi dari seluruh penyelenggara Negara dan masyarakat. Kesamaan visi, persepsi, dan misi tersebut harus sejalan dengan tuntutan hati nurani rakyat yang menghendaki terwujudnya penyelenggara Negara yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif, efisien, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Undang-undang ini memuat tentang ketentuan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan penegakan hokum terhadap tindak pidana korupsi,kolusi, dan nepotisme yang khusus ditujukan kepada para penyelenggara Negara dan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dan kaitannya dengan penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang ini merupakan bagian atau subsistem dari peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penegak hokum terhadap perbuatan Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme. Sasaran pokok undang-undang ini adalah para penyelenggara Negara yang meliputi pejabat Negara pada lembaga tinggi Negara, pejabat Negara pada lembaga tinggi negar, menteri, gubernur, hakim, pejabat Negara dan atau pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3 Untuk mewujudkan penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dalam undang-undang ini ditetapkan asas-asa umum penyelenggaraan Negara yang meliputi asas kepastian hokum, asas tertib penyelenggaraan Negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas. Undang-undang ini mengatur pula kewajiban para penyelenggara Negara, antara lain mengumumkan dan melaporkan harta kekayaannya sebelum dan setelah menjabat. Ketentuan tentang sanksi dalam undang-undang ini berlaku bagi penyelenggara Negara, masyarakat sebagai upaya preventif dan represif serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya ketentuan tentang asas-asas umum penyelenggaraan Negara, hak dan kewajiban penyelenggara Negara, dan ketentuan lainnya sehingga dapat diharapkan memperkuat norma kelembagaan, moralitas individu, dan sosial. 3 Undang – Undang Otonomi Daerah 1999. Hal. 161

D. Penyelenggaraan Negara yang bersih dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

menurut hukum Islam Islam adalah sistem sempurna. Di dalamnya terdapat aturan yang mengatur segala bentuk interaksi antar manusia, seperti sistem sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Adanya aturan-aturan semacam ini meniscayakan adanya negara yang melaksanakan dan menerapkan aturan-aturan tersebut atas segenap manusia. Islam telah menetapkan sistem yang baku bagi pemerintahan. Islam juga menetapkan sistem administrasi negara yang khas pula untuk mengelola negara, disamping itu Islam menuntut kepada penguasa sebagai kepala negara untuk menjalankan seluruh hukum Allah kepada seluruh manusia yang menjadi rakyatnya. Islam diturunkan Allah SWT adalah untuk dijadikan pedoman dalam menata kehidupan umat manusia, baik dalam berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Tidak ada sisi yang teralpakan tidak diatur dalam Islam. Aturan atau konsep itu bersifat “ mengikat “ bagi setiap orang yang mengaku muslim. Konsep Islam juga bersifat totalitas dan komprehensif, tak boleh dipilah-pilah seperti yang dilakukan kebanyakan rezim sekarang ini. Sebagaimana Firman Allah Swt : ⌧ ☺ ☺ ⌧ ☺ ⌧ ءﺎﺴﻨﻟا ٨ Artinya : “ sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. “ QS. An-Nisa :4 58 Korupsi adalah suatu jenis perampasan terhadap harta kekayaan dan negara dengan cara memanfaatkan jabatan demi memperkaya diri. Korupsi memang dirasakan keberadaannya oleh masyarakat, ibarat penyakit,korupsi dikatakan telah menyebar luas seantero negeri. Terlepas dari itu semua, korupsi apa pun jenisnya merupakan perbuatan haram. Sudah berganti-ganti pemerintahan,KKN tak juga berkurang di negara ini. Puluhan tahun perilaku kkn di negeri ini tidak tersentuh oleh hukum. Menurut Romli Atmasasmita, sebenarnya ada satu solusi yang bisa membuat koruptor jera, yaitu hukuman mati. 4 Hukum Islam yang disyariatkan Allah swt pada hakekatnya diproyeksikan untuk kemashlahatan manusia. Salah satu kemashlahatan manusia yang hendak direalisasikan adalah terpeliharanya harta dan pemindahan hak milik yang menyimpang dari prosedur hukum, dan dari pemanfaatannya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah swt. Oleh karena itu adanya larangan mencuri sariqoh , merampas ikhtithaf , mencopet dan sebagainya adalah untuk memelihara keamanan 4 Romli Attasasmita, Analisis dan Evaluasi Korupsi,Badan Pembinaan Hukum Nasional dan Hukum Tentang Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Hak Asasi Manusia Jakarta, RI, 2007