Diagnosis Kanker Paru Pengobatan Kanker Paru

- Sindrom Horner facial anhidrosis, ptosis, miosis - Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent - Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis c. Gejala Penyakit Metastasis - Pada otak, tulang, hati, adrenal - Limfadenopati servikal dan supraklavikula sering menyertai metastasis d. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10 kanker paru, dengan gejala: - Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam - Hematologi : leuko sitosis, anemia, hiperkoagulasi - Hipertrofi osteoartropati - Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer - Neuromiopati - Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid hiperkalsemia - Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh - Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone SIADH e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis - Sering terdapat pada perokok dengan PPOK COPD yang terdeteksi secara radiologis - Kelainan berupa nodul soliter

2.1.8. Diagnosis Kanker Paru

Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi intratorakal tersebut sebagai jinak atau ganas. Bila fasilitas tersedia dengan teknik PET Positron Emission Tomography, maka dapat dibedakan antara tumor jinak dan ganas serta untuk menentukan staging penyakit. Kemudian ditentukan apakah letak lesi sentral atau perifer, yang bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pengambilan jaringan tumor Amin, 2006. Untuk lesi yang letaknya perifer, Universitas Sumatera Utara kombinasi bronkoskopi dengan biospi, sikatan, bilasan, transtorakal biopsiaspirasi dan tuntunan USG atau CT scan akan memberikan hasil lebih baik. Sedangkan untuk lesi letak sentral, langkah pertama sebaiknya dengan pemeriksaan sitologi sputum diikuti bronkoskopi fleksibel. Secara radiologis dapat ditentukan ukuran tumor, kelenjar getah bening torakal, dan metastasis ke organ lain.

2.1.9. Pengobatan Kanker Paru

Tujuan pengobatan kanker paru adalah kuratif, paliatif dan suportif. Terdapat perbedaan fundamental dari Non Small Cell Lung Carcinoma NSCLC dengan Small Cell Lung Carcinoma SCLC, sehingga pengobatannya harus dibedakan. Pengobatan Non Small Cell Lung Carcinoma NSCLC meliputi terapi bedah yang merupakan pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien yang adekuat sisa cadangan parenkim parunya. Survival pasien pada stadium I mendekati 60, pada stadium II 26-37. Pada stadium III A masih ada kontroversi mengenai keberhasilan operasi bila kelenjar mediastinum ipsilateral atau dinding torak terdapat metastasis. Pada stadium IIIb dan IV tidak dioperasi, tetapi dilakukan Combined Modality Therapy yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi Amin,2006. Untuk jenis Small Cell Lung Carcinoma SCLC, dibagi dua, yaitu limited- stage disease yang diobati dengan tujuan kuratif yaitu kombinasi kemoterapi dan radiasi dan angka keberhasilan terapi sebesar 20 serta extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi inisial sebesar 60-70 dan angka respon terapi komplit sebesar 20-30. Angka median-survival time untuk limited-stage adalah 18 bulan dan untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan Amin,2006.

2.1.10. Komplikasi Kanker Paru